Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

Dalam keseimbangan postural terdapat komponen-komponen yang saling


berinteraksi yakni: 1) sistem saraf tepi ( sensorik ) yang meliputi visual, vestibular
dan somatosensorik termasuk di dalamnya propriseptor, 2) proses di sistem saraf
pusat khususnya di basal ganglia, cerebellum dan cortex cerebral, 3) sistem efektor
yang didalamnya terkait dengan sistem muskuloskeletal yang meliputi otot, sendi dan
jaringan lunak yang lain (Gunarto. 2005).
Sistem saraf tepi yang meliputi; penglihatan (visual) membantu untuk
mengorientasikan tubuh terhadap ruang baik secara vertikal maupun horizontal dan
obyek-obyek di sekitarnya. Pada saat berdiri, penglihatan membantu mendeteksi
perubahan postur yang kemudian diinformasikan ke susunan saraf pusat tentang
posisi dan gerakan yang terjadi (Gunarto 2005).
Sistem vestibular memberikan informasi ke susunan saraf pusat mengenai
gerakan kepala dan posisinya. Sistem vestibular digunakan untuk menyeimbangkan
gerakan mata dan respon postur selama pergerakan kepala dan membantu
menyelesaikan konflik penglihatan. Sistem somatasensoris termasuk di dalamnya
proprioseptif memberikan informasi ke susunan saraf pusat dari sendi, tendon dan
otot mengenai gerakan tubuh terhadap permukaan dan antara segmen tubuh itu
sendiri (Gunarto. 2005).
Proses saraf pusat yang terjadi pada basal ganglia adalah integrasi kontrol
postural segmen tubuh dengan koordinasi baik saat istirahat maupun bergerak.
Aktivitas ini melengkapi mekanisme anti gravitasi. Proses di cerebellum
bersangkutan dengan pengaturan reflek yang terjadi saat kontraksi otot dimana lebih
banyak pada saat dinamis dari pada statis. Sedangkan proses yang terjadi pada cortex
cerebral merupakan integrasi terakhir dari reflek dan gerakan volunter, dimana susah
untuk mengetahui seberapa banyak reflek dan seberapa banyak gerak volunteer
( Gunarto. 2005).
1

Sistem efektor, membutuhkan kekuatan dan fleksibilitas otot, sendi dan


ligamentum yang baik, sehingga dapat dihasilkan respon motorik yang tepat dan
benar. Sistem muskuloskeletal merupakan kerja sama dari otot, sendi, jaringan lunak
lain supaya dapat melakukan gerakan keseimbangan postural yang normal. Dalam
sistem ini, diperlukan lingkup gerak sendi, kekuatan, dan ketahanan dari kelompok
otot kaki, pergelangan kaki, lutut, pinggul, punggung, leher dan mata.
Selain faktor-faktor tersebut di atas, keseimbangan juga dipengaruhi oleh
factor-faktor

yang lain seperti usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan,

pengaruh obat dan pengalaman terdahulu (Gunarto. 2005).


Dari beberapa faktor yang mempengaruh keseimbangan salah satunya adalah
berkaitan

dengan

muskuloskeletal.

Kekuatan

otot

yang

bekerja

menjaga

keseimbangan salah satunya adalah tungkai bawah ( Suhartono. 2005 ).


Penelitian di negara Jepang pada 2003 oleh Tome Ikezoe, Yasuyoshi Akasawa,
Alemitsu Tsutou bahwa 25 orang lansia perempuan berusia 75 tahun yang mengalami
gangguan keseimbangan juga mengalami masalah pada otot quadriceps femoris.
Setiap orang pasti pernah mengalami kram otot. Terlebih saat melakukan
aktivitas berat seperti olahraga atau bekerja. Kram juga bisa terjadi pada saat kita
duduk, berjalan, atau bahkan sedang tidur. Kram otot merupakan kontraksi
menyakitkan. Orang merasa ototnya keras atau bengkak. Ini mungkin terjadi karena
penggunaan otot yang berlebihan. Bisa juga karena tidak tercukupinya aliran darah
menuju otot.
Kram otot tidak hanya menyerang usia lanjut. Hal yang sering terlupakan
sehubungan dengan kram yang berulang kali terjadi adalah hilangnya elektrolit dalam
cairan tubuh, terutama natrium, kalium, dan magnesium, sehingga otot mengalami
kelelahan kronis. Kelelahan otot inilah yang menyebabkan otot menjadi kram bahkan
terkadang menimbulkan kejang.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kejang otot. Yang paling umum
adalah aktivitas atau kegiatan fisik yang terlalu berat. Posisi tidur yang kurang baik
juga akan memicu terjadinya kram otot. Menurut dr Arman Yurisaldi Saleh MS SpS
dari Rumah Sakit Satyanegara, Sunter, Jakarta Utara, kontraksi otot yang
menyebabkan kram otot bisa terjadi di jari-jari kaki dan tangan. Munculnya kram otot
bisa terjadi sewaktu-waktu.

Kram otot ini merupakan kontraksi otot yang menimbulkan rasa nyeri yang
sangat luar biasa dan involunter. Artinya, bukan yang dikehendaki pasien. Kram ini
juga bisa karena rangsangan yang disengaja atau secara otomatis muncul dengan
sendiri, terang dokter yang juga seorang penulis buku ini.
Tubuh yang mengalami dehidrasi dan kekurangan elektrolit juga bisa
mengganggu otot untuk dapat berkontraksi dan melemas secara nyaman. Pada
olahragawan biasanya terjadi karena dehidrasi atau gangguan keseimbangan
elektrolit.
Selain kekurangan cairan yang bisa menjadi pemicu tubuh mengalami kram
otot, kekurangan kalsium dan kalium juga bisa menjadi salah satu pencetusnya.
Karena jika tubuh kita keurangan kalium dan kalsium, kadar mineral dalam tubuh
akan turun. Kasus kram otot yang paling sering terjadi, yaitu pada saat duduk dan
terlalu lama duduk. Karena kram itu kan disebabkan oleh tidak tercukupinya aliran
darah menuju otot. Karena itu, posisi tubuh dalam melakukan pekerjaan pun harus
diperhatikan
Proses terjadinya kram berada di dalam otot serta dipengaruhi otot itu sendiri.
Bisa juga karena hubungan antara saraf dan otot. Ada beberapa kasus kram otot yang
disebabkan oleh obat yang dikonsumsi oleh pasien. Jika ditemukan gejala kram otot,
dokter akan memberikan obat jenis lain untuk dikonsumsi.
Sebagai seorang dokter memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan seorang
pasien. Dimana seorang dokter harus mampu bekerja secara profesional demi
kesembuhan pasiennya.
Untuk itu, seorang dokter dituntut agar dapat berpikir secara kritis dan logis
berdasarkan pada sikap evidence based medicine dalam menghadapi setiap masalah
yang terjadi di kehidupan seorang dokter . Dalam pelayanan harus memberikan
pelayanan yang terbaik dengan cepat dan tepat.
Maka dari itu, setiap permasalahan harus dilakukan secara ilmiah, seperti
paradigma dan reaksi yang berdasarkan pada kenyataan, bukan semata karena
dugaan atau kepercayaan terhadap sumber yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.

BAB I
SKENARIO II

Ali Prabowo 20 tahun, mengeluh nyeri paha kanan dan lutut terasa
nyeri bila berjalan, terasa juga lemas sehingga dia berjalan pincang.
Mulai terasa nyeri sejak ikut latihan angkat besi di kampusnya dua
hari yang lalu karena dia memaksa mengangkat beban yang lebih berat
daripada yang dianjurkan pelatihannya.

BAB II
KATA KUNCI

- Angkat besi
Angkat besi adalah cabang olahraga yang bersaing untuk mengangkat beban
berat yang disebut dengan barbel, yang dilakukan dengan kombinasi dari kekuatan,
fleksibilitas, konsentrasi, kemampuan, disiplin (sangat penting), atletis, fitnes, teknik,
mental dan kekuatan fisik. Kata "angkat besi" biasanya secara tidak resmi digunakan
sebagai latihan beban.

- Berat
Berat dari suatu benda adalah gaya yang disebabkan oleh gravitasi berkaitan
dengan massa benda tersebut. Massa benda adalah tetap di mana-mana, namun berat
sebuah benda akan berubah-ubah sesuai dengan besarnya percepatan gravitasi di
tempat tersebut.
Dalam penggunaan istilah secara modern, berat dan massa secara mendasar
adalah dua kuantitas yang berbeda: massa adalah suatu sifat intrinsik dari materi,
sedangkan berat adalah suatu gaya yang merupakan hasil aksi gravitasi pada materi.
Namun demikian, pengenalan perbedaan ini, berdasarkan sejarahnya, adalah
sesuatu yang baru-baru saja. Dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari kata
"berat" tetap untuk menyebut "massa" suatu obyek (terutama manusia), misalnya
"Berat saya 70 kilogram", walaupun diketahui bahwa kilogram adalah suatu satuan
massa.

- Pincang
Sebuah pincang adalah jenis kelainan asimetris dari kiprah . Pincang mungkin
disebabkan oleh rasa sakit, kelemahan, ketidakseimbangan neuromuskuler, atau cacat
tulang. Penyebab umum sebagian besar pincang menyakitkan adalah trauma fisik
namun dalam ketiadaan lainnya menyebabkan trauma serius seperti septic arthritis ,
atau menyelinap modal epiphysis femoralis mungkin ada.
Pendekatan diagnostik melibatkan mengesampingkan serius menyebabkan
berpotensi melalui penggunaan x-rays, peredaran darah, dan berpotensi aspirasi
bersama . Perawatan awal melibatkan manajemen rasa sakit. Sebuah lemas adalah
masalah yang diajukan di sekitar 4% anak-anak yang mengunjungi gawat darurat.
- Tempurung lutut (Pattela)
Lutut, juga dikenal sebagai tutup lutut atau kneepan, adalah, tebal melingkarsegitiga tulang yang berartikulasi dengan femur dan selimut dan melindungi
permukaan artikular anterior dari sendi lutut . Ini adalah terbesar sesama tulang dalam
tubuh manusia.

BAB III
PROBLEM

1. Apa yang terjadi pada Ali Prabowo?


2. Apa yang menyebabkan Ali Prabowo Sakit?
3. Bagaimana Cara menangani penyakit Ali Prabowo?
4. Bagaimana Prognosis Ali Prabowo?

BAB IV
PEMBAHASAN

- ANATOMI
Sendi lutut merupakan gabungan dari tiga sendi yaitu patelofemoral,
tibiofemoral medial dan tibiofemoral lateral. Pada sendi tibiofemoral, terdapat
meniskus lateralis dan medial. Meniskus merupakan diskus fibrokartilago pipih atau
segitiga atau irreguler yang melekat pada kapsul fibrosa dan selalu pada salah satu
tulang yang berdekatan. Meniskus mengandung kolagen tipe I sampai 60-90%
sedangkan proteoglikan hanya 10%. Konstituen glikosaminoglikan yang terbanyak
adalah kondroitin sulfat dan dermatan sulfat sedangkan keratan sulfat sangat sedikit.
Selain itu fibrokartilago meniskus juga lebih mudah membaik bila rusak. Sendi lutut
diperkuat oleh kapsul sendi yang kuat, ligamen kolateral dan medial yang menjaga
kestabilan lutut agar tidak bergerak ke lateral dan medial dan ligamentum krusiatum
anterior dan posterior yang menjaga agar tidak terjadi hiperfleksi dan hiperekstensi
sendi lutut. Fleksi lutut akan diikuti rotasi internatibia, sedangkan ekstensi lutut akan
diikuti rotasi untuk memperbesar momen gaya pada waktu lutut ekstensi sehingga
kerja otot quadriceps femoris tidak terlalu kuat.
- HISTOLOGI
Terdapat dua perubahan morfologi utama yang mewarnai osteoartritis yaitu
kerusakan tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada
dasar lesi tulang rawan sendi dan tepi sendi (osteofit). Perubahan yang lebih dulu
timbul, sampai sekarang belum dimengerti. Penelitian-penelitian menunjukan bahwa
perubahan-perubahan metabolisme tulang rawan sendi telah timbul sejak proses
patologis osteoartritis. Perubahan tersebut berupa peningkatan aktivitas enzim-enzim
yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen).
8

Hal ini menyebabkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat


kolagen dan berkurangnya kadar air tulang rawan sendi. Saat ini osteoartritis tidak
dipandang hanya sebagai proses degeneratif saja, tetapi juga merupakan suatu
penyakit dengan proses aktif. Dengan adanya perubahan-perubahan pada
makromolekul tulang rawan tersebut, sifat-sifat biomekanis tulang rawan sendi akan
berubah. Hal ini akan menyebabkan tulang rawan sendi rentan terhadap beban biasa.
Permukaan tulang rawan sendi menjadi tidak homogen, terpecah belah dengan
robekan-robekan dan timbul ulserasi. Dengan berkembangnya penyakit, tulang rawan
sendi dapat hilang seluruhnya sehingga tulang dibawahnya menjadi terbuka.
Pembentukan tulang baru (osteofit) dipandang oleh beberapa ahli sebagai suatu
proses perbaikan untuk membentuk kembali persendian atau tepi sendi. Dengan
menambah luas permukaan sendi yang dapat menerima beban, osteofot mungkin
dapat memperbaiki perubahan-perubahan awal tulang rawan sendi pada osteoartritis,
akan tetapi kaitan yang sebenarnya antara osteofit dengan kerusakan tulang rawan
sendi belum jelas, oleh karena osteofit dapat timbul pada saat tulang rawan sendi
masih

kelihatan

normal.

Memahami sel otot pada regio femur.


Merupakan Otot Bergaris.

Disyarafi oleh Syaraf Cerebrospinal.

Semua dikendalikan Motor Area oleh Otak.

Sel Betz yang terletak di lapisan ke-5 dari cortex cerebri

Cortex cerebri ada enam lapisan :


1. Lapisan Molekuler
2. Lapisan Outer granuler
3. Lapisan Outer piramidel
4. Lapisan Inner granuler
5. Lapisan Inner piramidel : Terdapat Gyrus Precentralis & Gyrus
Motoris
6. Lapisan Multi Form

JENIS-JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN


Osteoarthritis : (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit
degeneratif sendi), adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan
yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi.
Pada sendi, suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut dengan nama
kartilago biasanya menutup ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu lapisan cairan
yang disebut cairan sinovial terletak di antara tulang-tulang tersebut dan bertindak
sebagai bahan pelumas yang mencegah ujung-ujung tulang tersebut bergesekan dan
saling mengikis satu sama lain.
Pada kondisi kekurangan cairan sinovial lapisan kartilago yang menutup ujung
tulang akan bergesekan satu sama lain. Gesekan tersebut akan membuat lapisan
tulang rawan semakin tipis dan pada akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri.

10

GEJALA KLINIS
Gejala Infeksi
-

Dolor ( nyeri )

Rubor (Kemerahan)

Calor (Panas)

Tumor (Bengkak)

Functio Laesa (tidak/kurang berfungsi)

PEMERIKSAAN FISIK PENYAKIT


Inpeksi

: Memakai indra mata . Bagian yang di periksa harus terbuka, di

usahakan pasien

sendiri

yang

membuka

pemeriksaan . Pakaian sebaiknya tak di buka

pakiannya

untuk

sekaligus , di buka sebagian

demi sebagian. Di perlukan selimut untuk menutupi bagian tubuh


sementara ( misalnya kaki , perut ). inspeksi memerlukan cahaya yang
terang .
Palpasi

: Melakukan tindakan meraba dengan satu atau dua tangan atau

jari tangan. Palpasi merupakan usaha untuk menegaskan apa yang di lihat ,
di samping untuk menemukan yang tak terlihat .
Move: pergerakan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG PENYAKIT
1. Foto : Untuk mengetahui adanya fraktur atau tidak.
2. Lab : Untuk mengetahui adanya penyakit lain yang akan mempengaruhi
proses

pengobatan.
11

BAB V
HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)

Gangguan Pada Sistem Otot


Otot mempunyai peranan penting dalam aktivitas gerak manusia sehingga
gangguan pada otot akan mempengaruhi aktivitas gerak. Gangguan pada otot dapat
terjadi dalam beberapa bentuk seperti ini.
1. Atrofi : penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau kehilangan
kemampuan untuk berkontraksi. Gangguan ini dapat disebabkan oleh penyakit
poliomyelitis, yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus ini
menyebabkan kerusakan saraf yang mengkoordinasi otot keanggota gerak
bawah.
2. Hipertrofi : otot yang berkembang menjadi lebih besar dan kuat. Hipertrofi
disebabkan aktivitas otot yang kuat sehingga diameter serabut serabut otot
membesar.
3. Tetanus : otot yang mengalami kekejangan karena terus menerus berkontraksi
sehingga tidak mampu lagi berkontraksi. Tetanus disebabkan luka yang
terinfeksi oleh bakteri Clostridium Tetany.
4. Distrofi otot : penyakit kronis yang menyebabkan gangguan gerak. Penyakit ini
merupakan penyakit yang disebabkan adanya cacat genetik.
5. Miastenia Gravis : otot yang secara berangsur angsur melemah dan
menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini disebabkan karena hormone tiroid dan
sistem imunitas yang tidak berfungsi dengan normal.

12

BAB VI
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Ali Prabowo 20 tahun, Mahasiswa (Atlet Angkat Besi), Berat Badan : 60 Kg,
Tinggi Badan : 170cm, Belum Menikah, Alamat : Jl. Taman Bungkul 20 Surabaya
Anamnesa :
Terjadi Nyeri lutut (Trauma)
Lemas (Karena banyak cairan jaringan yang keluar).
Pre-Syok (karena Intercellular fluid keluar).
Nyeri Karena pembengkakan dan Oedema.
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
Tidak ada riwayat Trauma.
Tidak ada penyakit keluarga
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Nyeri Lutut Terasa bila berjalan.
Selain terasa nyeri juga terasa lemas sehingga berjalan pincang.
Paha atas juga terasa nyeri.
Mulai terasa nyeri setelah angkat beban berlebihan.
Riwayat Obat :
13

Pernah minum obat Anti Nyeri Biasa.


GEJALA KLINIS :
Terdapat : 1. Dolor (Nyeri)

2. Tumor (Bengkak)
3. Calor (Panas)
4. Functio Laesa (tidak/kurang berfungsi)
PEMERIKSAAN FISIK :
Inpeksi : 1. Terlihat oedema minimal pada regio femoralis dextra.
2. Terlihat hematoma minimal pada regio femoralis dextra.
Palpasi :1. Nyeri tekan minimal pada regio femoralis dextra.
2. Sendi coxae agak masuk ke dalam.
Gerakan / Move : Ada Functio lesa.
Vital Sign (VS) :

Tekanan Darah= 120 / 80


Denyut Nadi = 85x / menit
(Respiration Rate) = 17x / menit
Suhu Badan = 37C

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Foto X-Ray : Untuk memastikan ada fraktur atau tidak.
Lab : Tidak ada penyakit diabetes.
14

BAB VII
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)

DIAGNOSIS :
-

Trauma pada regio femoralis dextra ( bengkak dan nyeri )

Terjadi karena sendi lutut mengalami penipisan sebab pelumas di dalam lutut
berkurang sehingga tidak optimal lagi dalam bekerja. Jika dibiarkan lama kelamaan
akan kehilangan tulang muda (kartilago) dari satu atau lebih sendi-sendi.
Lutut memiliki peran penting yaitu sebagai tumpuan pergerakan yang
digunakan seumur hidup. Jika terjadi pengapuran, bantalan sendi lutut lama-kelamaan
akan aus dan terjadi kerusakan sendi. Kerusakan sendi akan berlanjut jika aktivitas
lutut tidak dikurangi dan dampaknya sendi akan mengalami erosi dan terkikis.
Jika dirontgen tampak celah sendi yang menyempit karena adanya erosi dari
tulang rawan sendi yang menipis. Di permukaan sendi ada pula yang mengalami
penebalan (subchondral sklerosis) dan penipisan (subchondral cyst). Reaksi yang
terjadi berupa tulang tumbuh di sekitar sendi (osteofit), dan pada kondisi yang lebih
berat sendi akan mengalami deformitas.

15

BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS

Melakukan Pemeriksaan Fisik Inpeksi dan Palpasi

Melakukan Gerakan atau Move

Melakukan Foto : Agar mengetahui adanya fraktur atau tidak.

Terdapat Oedema dan hematome pada femoralis dextra

Dilakukan penunjang lain seperti pemeriksaan Laboratorium (bila


diperlukan).

Memberikan obat yang yang sesuai dengan penyakit.

16

Beristirahat dari aktifitas angkat besi.

BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

PENATALAKSANAAN :
Di kompres hangat ( supaya cairan jaringan kembali ke tempatnya).
Memberi istirahat pada organ yang terluka.
Memberi obat Trombophob
Memberi obat Analgetika
Memberi Antibiotik (Bila lingkungan sekitar pasien kotor). Amoxiline /
Amoxsan

PRINSIP TINDAKAN MEDIS


Melakukan Anamnesa kepada pasien.
Melakukan Pemeriksaan Fisik Sesuai dengan penyakitnya.
Melakukan Pemeriksaan Penunjang.
Memberi Pesan dan Saran yang mempercepat kesembuhan Pasien.

17

BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

CARA PENYAMPAIAN PROGNOSIS KEPADA PASIEN/ KELUARGA PASIEN


Cara menyampaikannya :
- Memakai bahasa yang mudah di mengerti dan di pahami
- Menggunakan nada bahasa yang sesuai dengan keadaan
- Menyampaikan informasi sesuai dengan kondisi pasien
- Memberi saran/ nasehat untuk pengobatan yang lenih baik
- Berjiwa empati , dapat memahami kondisi pasien
TANDA UNTUK MERUJUK PASIEN
- Kurangnya perlengkapan sarana kesehatan .
- Tenaga medis yang kurang berkompeten
- Dokter yang meujuk tidak mempunyai kewenangan untuk menangani pasien
tersebut

( bukan

bidangnya).

PERAN PASIEN / KELUARGA UNTUK PENYEMBUHAN


- Harus mempunyai niat/tekad untuk sembuh.
- Keluarga harus ikut mendukung proses penyembuhan.
- Memberi perhatian lebih kepada pasien.

PENCEGAHAN PENYAKIT
18

- Selalu waspada di setiap tempat


- Bila sudah berumur kurangi aktivitas yang berlebihan

DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran / Arthur C.
Guyton, John E. Hall ; editor Bahasa Indonesia : Irawati
Setiawan Ed.9 Jakarta : EGC, 1997.
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Angkat_besi
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Berat
4. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Limp
5. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Patella
6. http://betterandthebest.wordpress.com/2010/04/23/gangguanpada-sistem-otot/
7. http://ibuprita.suatuhari.com/kram-otot-bisa-jadi-anda-kurangmakan-buah/

19

Anda mungkin juga menyukai