Anda di halaman 1dari 173

Satu Langkah Menuju

Impian Lanjut Usia


Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Satu Langkah Menuju

Impian Lanjut Usia

Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Center For Ageing Studies


University of Indonesia

Satu langkah menuju IMPIAN LANJUT USIA, kota ramah lanjut usia 2030
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan KDT
1. Lanjut Usia 2. Demografi 3. Kebijakan Pembangunan
I JUDUL
ISBN 978-602-8384-79-7
x + 164 halaman, 15 x 21 cm
Desember 2013, cetakan pertama
Penyusun
Peneliti

: SurveyMETER dan CAS UI


: Dr. Ni Wayan Suriastini, M.Phil., Bondan S. Sikoki, SE., MA.,
Prof. Dr. Tri Budi W. Rahardjo, Endra Dwi Mulyanto, SE.,
Jejen Fauzan, SH.I., Naryanta, SP., Tri Rahayu, S.T.,
Arief Gunawan, SE., Nur Indah Setyawati, Amd.Kep.,
Titis Putri Ambarwati, S.Sos., Desti Wahyu Kurniawati, S.Sos.,
Susi Lestari, S.Sos.I.
Penyelaras Bahasa
: Jen Fauzan
Desain Grafis
: Narto Anjala
Drawing
: Ds. Nugroho
Kalibrasi & percetakan : Pustaka Sempu

Penerbit:
SurveyMETER
Jenengan Raya 109, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta 55282, Indonesia
Telepon: +62 274 4477464, Fax: +62 274 4477004. Email: sm@surveymeter.org,
Website: www.surveymeter.org
Diterbitkan atas kerja sama: SurveyMETER, Center for Ageing Studies University of
Indonesia, The Asia Foundation, AusAID.

Kata pengantaR

Para lanjut usia yang sehat dan aktif akan selalu menginginkan
untuk tetap dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sesuai
dengan pilihan masing-masing. Sebagai akibat dari proses
degenaratif yang terjadi di usia senja, lanjut usia memerlukan
dukungan lingkungan isik, sosial, budaya, dan akses pelayanan
kesehatan agar bisa tetap aktif. Dukungan tidak merupakan bentuk
kemanjaan bagi lanjut usia, namun menunjang lanjut usia agar
senantiasa sehat, aktif, dan mandiri sehingga berdaya guna.
Seorang ahli saraf, psikolog dan ahli otak, Dr Amen (2012)1
mengungkapkan sejumlah rahasia akan pentingnya support dan
aktivitas group, dalam menjaga kesehatan. Beberapa di antaranya
aktivitas sehat yang secara kreatif diintergrasikan dalam kegiatan
saling mengunjungi dan menghadiri pertemuan sosial; melakukan
aktivitas sehat bersama dalam kelompok; mengkombinasikan
program makanan sehat dengan pertemanan; melakukan olah raga
reguler berkelompok; termasuk meluangkan waktu lebih banyak
1
Amen, Daniel. 2013. Use your brain to change your Age , dsecrets to look, feel and think
younger every day. New York: Three River Press.

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

di antara orang-orang yang sehat, sehingga tertular kebiasaan


sehat. Untuk bisa melakukan aktivitas berkelompok, diperlukan
lingkungan yang ramah usia. Oleh karenanya, lingkungan yang
ramah lanjut usia juga mendukung penanganan kesehatan lanjut
usia menggunakan pendekatan siklus kehidupan khususnya pada
fase lansia.
Adanya lingkungan yang ramah dan mendukung bagi lanjut
usia pada tingkat nasional dan internasional perlu dijadikan
prioritas. Hal ini telah diprakarsai oleh sejumlah lembaga
internasional antara lain rencana aksi internasional tentang
kelanjutusiaan Madrid yang dikukuhkan oleh PBB tahun 2002;
Sepuluh prioritas untuk memaksimalkan kesempatan masyarakat
lanjut usia oleh UNFPA and HelpAge International2; domain dari
Global Age Watch Index oleh HelpAge International3. Sedangkan
WHO sejak tahun 2007 mendukung dengan menciptakan alat
asesmen untuk kota ramah lanjut usia (Age Friendly Cities Check
List). Demikian juga pada tingkat nasional yang dikukuhkan dalam
bentuk undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan
menteri.
Indonesia masih jauh dari kondisi lingkungan yang bisa
dikatakan sebagai ramah lanjut usia. Inilah yang mendorong
dilakukannya Studi Kota Ramah Lanjut Usia di 14 kota di Indonesia.
Studi ini merupakan buah kerja sama antara SurveyMETER dan
Center for Ageing Studies, Universitas Indonesia yang didanai oleh
Knowledge Sector, Australian Aid yang dikelola oleh The Asia
Foundation. Hasil studi memberikan gambaran keadaan kotakota di Indonesia pada tahun 2013. Gambaran yang dipaparkan
2
UNFPA and HelpAge International. 2012. Ageing in The Twenty-First Century: A
Celebration and A Challenge. New York and London: UNFPA and HelpAge International
3
HelpAgeInternaional.2013.GlobalAgeWatchIndex2013,InsightReport.

vi

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

tidak hanya mengenai keadaan di kota besar dan menengah juga


termasuk juga kota kecil.
Yang menjadi penting bagi Indonesianegara dengan
jumlah lanjut usia terbesar kelima di dunia, adalah upaya-upaya
mewujudkan kota ramah lanjut usia. Rekomendasi detail dari
95 indikator penting yang dirancang oleh WHO untuk menuju
kota ramah lanjut usia pada tahun 2030, termasuk rekomendasi
tahapan dalam tiap tahunnya untuk mencapai tujuan tersebut juga
perlu mendapat perhatian yang penting.
Hasi studi dirangkum dalam 15 buku. Buku pertama
memuat metode penelitian dan hasil penelitian keseluruhan
serta rekomendasi untuk Indonesia yang mencakup 14 kota.
Keempat belas kota yang dicakup dalam studi ini adalah Kota
Medan, Payakumbuh, Mataram, Denpasar, Jakarta Pusat, Depok,
Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Malang, Makasar, Balikpapan,
Semarang, dan Bandung.
Sedangkan 14 buku lainnya merupakan buku yang
secara khusus membahas metode dan hasil penelitian beserta
rekomendasi bagi setiap kota. Dalam pembahasannya, hasil dari
setiap kota dibandingkan dengan keadaan umum di Indonesia.
Untuk pemahaman yang komprehensif, hendaknya tidak hanya
membaca buku hasil penelitian per-kota tetapi juga membaca
buku pertama yang memuat secara lengkap referensi, metode
penelitian, hasil dan rekomendasi detail untuk keadaan Indonesia.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kami
sampaikan pada Knowledge Sektor Australian Aids melalui The
Asia Foundation atas dukungannya yang konsisten pada Studi Satu
Langkah Menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia
tahun 2030. Terima kasih juga kami ucapakan juga pada Pendiri

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

vii

SurveyMETER, Ibu Bondan Sikoki atas upaya-upaya yang nyata


dan inovatif dalam bidang riset, desiminasi hasil, dan
pelayanan berbasis data bagi lanjut usia termasuk dalam studi
kota ramah lansia ini. Prof Tri Budi W. Rahardjo dari CAS UI
atas kerja samanya dan inisiatifnya dalam studi ini. Dan,
studi ini tidak akan ada tanpa partisipasi lebih dari 2.100
responden yang tersebar di 14 kota di Indonesia, kerja keras
petugas lapangan, dan peneliti SurveyMETER. Untuk itu semua
kami menghaturkan terima kasih dan penghargaan.
Mewujudkan impian Kota Ramah Lanjut Usia memerlukan
upaya dan kerja sama dari berbagai pemangku kepentingan. Tidak
hanya pemerintah (nasional dan daerah) tetapi juga sektor swasta,
peneliti, universitas, LSM, dan masyarakat secara keseluruhan.
Semoga apa yang telah kita upayakan bersama dalam karya ini
dapat berguna bagi kita semua terutama bagi kesejahteraan dan
kebahagian para lanjut usia.
Yogyakarta, Desember 2013

Ni Wayan Suriastini
Direktur Eksekutif SurveyMETER

viii

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

DaFtaR ISI

KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI ix
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.

PENDAHULUAN 1
METODOLOGI 8
KARAKTERISTIK WILAYAH DAN SAMPEL STUDI 21
POTRET LANJUT USIA 39
KOMITMEN AKAN KELANJUTUSIAAN 54
GAMBARAN UMUM INDONESIA MENUJU KOTA RAMAH
LANSIA 2030: KOMPARASI ANTARKOTA 107
VII. MENUJU KOTA RAMAH LANJUT USIA 2030 135
KESIMPULAN 155
DAFTAR PUSTAKA 157
LAMPIRAN 159

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

ix

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

penDaHULUan

1.1. Latar Belakang


Indonesia sedang berjalan menuju revolusi demograi. Struktur komposisi umur penduduk Indonesia bergerak ke perubahan
yang mendasar. Pada tahun 1990 persentase penduduk yang
berumur 0-4 tahun lebih dari 11% sedangkan yang lanjut usia,
umur 60 tahun atau lebih, hanya 5,9%. Dua puluh tahun kemudian, pada sensus tahun2010 keadaannya sudah bergeser.
Persentase umur 0-4 tahun menjadi 9,5% sedangkan yang
berumur 60+ meningkat menjadi 7,6%. Keadaannya akan
berbalik di tahun 2025 persentase penduduk lanjut usia yang
lebih banyak dibandingkan dengan penduduk yang berumur
0-4 tahun. Pada tahun tersebut, persentase penduduk umur 0-4
tahun 7,6% sedangkan penduduk usia lanjut akan mencapai
12,7%.
Kemudian tahun 2030 populasi lansia akan mencapai 13,9%
atau dua kali lipat dari pada jumlah penduduk 0-4 tahun. Dalam
jumlah, penduduk lanjut usia yang tahun 2010 berjumlah 18
juta, tahun 2025 akan mencapai 34 juta dan tahun 2030 menSatu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

capai 41 juta (Tabel 1). Keadaan ini di satu sisi


membanggakan dan perlu dirayakan karena menunjukkan
keberhasilan program Keluarga Berencana, perbaikan nutrisi,
kemajuan dalam bidang kesehatan, dan peningkatan usia
harapan hidup penduduk lanjut usia. Namun keberhasilan ini
memunculkan tantangan baru mengingat keadaan lanjut
usia berbeda dengan penduduk kelompok umur lain.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin (1990-2030)
1990*
Umur

0-4
Laki-laki
Perempuan
Total
5-14
Laki-laki
Perempuan
Total
15-59
Laki-laki
Perempuan
Total
60 +
Laki-laki
Perempuan
Total

2010*

2025**

Jumlah
(Juta)

Jumlah
(Juta)

10,7
10,2
20,9

10,7
11,3
11,0

11,6
11,0
22,6

9,8
9,3
9,5

22,9
21,7
44,7

22,9
24,2
23,5

23,6
22,2
45,9

Jumlah
%
(Juta)

2030***
Jumlah
(Juta)

7,8
7,4
7,6

11,0
11,5
22,6

7,5
7,8
7,6

19,8 21,6 16,0


18,9 20,7 15,3
19,3 42,3 15,7

22,3
23,1
45,4

15,1
15,6
15,3

10,4
10,0
20,5

61,3 61,1 76,0 63,6 86,6 64,1 92,7 62,8


51,9 57,9 74,9 63,5 86,7 64,1 94,1 63,4
113,3 59,6 150,9 63,5 173,3 64,1 186,9 63,1
5,3
5,9
11,2

5,3
6,6
5,9

8,2
9,7
18,0

6,9
8,3
7,6

16,3 12,1
17,8 13,1
34,2 12,7

21,5
19,6
41,1

14,6
13,2
13,9

Sumber:
*Badan Pusat Statistik, Sensus Tahun 1990 dan 2010
**Badan Pusat Statistik, Proyeksi Tahun 2005-2025
***Pengembangan Metode Komponen dalam Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2050
Menggunakan Metode Campuran dengan Pendekatan Demografi Multiregional, 2011

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Di samping itu, masalah urbanisasi dan persentase penduduk


kota di Indonesia mengalami peningkatan pesat. Urbanisasi
terjadi sebagai pengaruh dari tiga hal yaitu pertumbuhan
alami, perpindahan dari perdesaan ke perkotaan, dan
perubahan klasifikasi pedesaan ke perkotaan. Pada tahun
2000 jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan
hanya 42,1%. Tahun 2025 diproyeksikan mencapai 67,5%.
Pada tahun 2025 ini provinsi di Jawa dan Bali memiliki
tingkat urbanisasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
keadaan Indonesia secara umum. Bahkan persentase
penduduk perkotaan di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan
Daerah Istimewa Yogyakarta melebihi 80% (Tabel 2).
Kedua fenomena demograi tersebut tidak hanya terjadi di
Indonesia tetapi juga di dunia. Secara global pertumbuhan
penduduk lanjut usia lebih cepat dibandingkan penduduk usia
muda. Pada tahun 1950 jumlah penduduk lanjut usia dunia
hanya 205 juta, di tahun 2012 telah mencapai 850 juta, diproyeksikan 1 milyar sebelum tahun 2022 dan di tahun 2050
akan berjumlah 2 milyar yang 24% di antaranya berdomisili di
Asia. Dalam hal urbanisasi juga demikian sebagai akibat dari
terjadinya perubahan dalam struktur ekonomi dari
yangber-landaskan pertanian ke industri, teknologi dan jasa.
Pada tahun 1990 hanya 40% penduduk dunia yang tinggal di
perkotaan di tahun 2010 lebih dari 50% sedangkan di tahun
2030, 6 dari 10 penduduk dunia tinggal di perkotaan.

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Tabel 2. Persentase Penduduk Perkotaan Per Provinsi


Wilayah Studi (2000-2025)
Daerah
Indonesia
Sumatera Utara
Sumatera Barat
DKI Jakarta
Jawa Barat
DI Yogyakarta
Jawa Tengah
Jawa Timur
Bali
NTB
Sulawesi Selatan
Kalimantan Timur

Sensus
2000

Sensus
2010

proyeksi
2025

%
42,1
42,6
28,9
100,0
50,3
57,6
40,2
40,9
49,7
35,1
31,1
57,8

%
49,8
49,2
38,7
100,0
65,7
66,4
45,7
47,6
60,2
41,7
36,7
62,1

%
67,5
57,8
54,6
100,0
81,7
82,6
73,4
73,4
79,8
76,0
53,4
75,9

Menghadapi dua fenomena demograi di atas, sejumlah


lembaga pembangunan internasional termasuk PBB dan WHO
mengeluarkan berbagai rekomendasi dan menciptakan berbagai tools, sebagai alat untuk mengantisipasi dan menghadapi
tantangan-tantangan yang muncul. Di antaranya WHO menciptakan panduan asesmen untuk kota ramah lanjut usia (Age
Friendly Cities Check List) mencakup 8 dimensi yaitu:
1. Gedung dan Ruang Terbuka
2. Transportasi
3. Perumahan
4. Partisipasi Sosial
5. Penghormatan dan Inklusi/KeterlibatanSosial
6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

7. Komunikasi dan Informasi


8. Dukungan Masyarakat dan Kesehatan

Check list 8 dimensi kota ramah lansia yang dibuat WHO ini
sangat komprehensif memperhatikan semua aspek lingkungan
yang mensupport kehidupan manusia. Sehingga sebenarnya jika
suatu kota atau tempat dapat memenuhi indikator-indikator 8
dimensi tersebut, bukan hanya ramah untuk lanjut usia saja,
tetapi ramah untuk semua kelompok umur dan kelompok rentan
lainnya. Termasuk anak-anak, kaum difabel, dan perempuan.
Misalnya trotoar bebas hambatan dapat meningkatkan mobilitas dan kemandirian orang cacat muda dan tua, ibu hamil,
perempuan,dan anak.
Komitmen pemerintah Indonesia untuk kesejahteraan, pemberdayaan, dan penanganan lanjut usia sudah tinggi. Namun
masih belum optimal dalam tindakan dan implementasinya.
Pemerintah sudah berupaya membuat regulasi dalam bentuk
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

perudang-undangan, peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan menteri, dan Rencana Aksi Nasional (RAN)
penanganan lanjut usia. Banyak faktor yang berkontribusi pada
kurangnya implementasi komitmen ini. Di antaranya kurang
dan lemahnya sosialisasi, kurangnya koordinasi lintas sektoral,
dan tidak adanya data baik dalam kuantitas dan kualitas sebagai
dasar membuat kebijakan.
Di sisi lain, terpenuhinya indikator-indikator kota ramah lanjut usia akan mendorong terwujudnya impian para pemangku
kepentingan tentang lanjut usia Indonesia dimasa depan. Yaitu
lansiayang sehat, mandiri, aktif, berguna, bahagia, sejahtera,
partisipatif, peduli, self fulfill, dan bermartabat. Mengingat lanjut
usia memerlukan dukungan struktur dan pelayanan serta lingkungan hidup dan sosial yang mendukung sebagai konsekuensi
dari perubahan isik dan sosial dari penuaan. Secara global,
hal ini juga diakui sebagai satu dari tiga prioritas rencana aksi
Internasional tentang kelanjutusiaan Madrid yang dikukuhkan
PBB tahun 2002.
Sejumlah motivasi di atas melatarbelakangi dilakukannya
Studi Asesmen Kota Ramah Lansia di 14 Kota di Indonesia pada
awal tahun 2013. Keempat belas lokasi studi tersebut mencakup
10 kota besar dan 4 kota kecil. Sepuluh kota besar tersebut
adalah Medan, Jakarta Pusat, Bandung, Yogyakarta, Semarang,
Surabaya, Mataram, Denpasar, Makassar, dan Balikpapan.
Sementara empat kota kecil meliputi Payakumbuh, Depok,
Surakarta, dan Malang. Studi dilakukan dengan mewawancarai
2.100 orang laki-laki dan perempuan yang berumur pra-lansia
dan lansia yang tersebar di 140 kelurahan. Juga mewawancarai
SKPD di setiap kota sampel terkait 8 dimensi kota ramah lansia.
Pewawancara survei juga melakukan observasi di 140 kelurahan
6

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

lokasi studi mengenai indikator-indikator dan praktik kota ramah


lansia. Selain itu untuk memperkaya data studi ini dilakukan
studi kualitatif tentang praktik terbaik kota ramah lansia yang
dilakukan di 6 kota yaitu Payakumbuh, Depok, Jakarta Pusat,
Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar.
1.2. Tujuan Studi
Studi ini bertujuan, pertama, mendokumentasikan pendapat
masyarakat lanjut usia maupun pra-lanjut usia serta Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) tentang kesesuaian kota-kota lokasi
studi atas indikator-indikator kota ramah lansia yang ditetapkan
WHO. Kedua, mendokumentasikan praktik terbaik dari usahausaha yang dilakukan oleh pemerintah dan berbagai pemangku
kebijakan lainnya dalam mewujudkan Kota Ramah Lansia.
Output dari studi adalah data base tentang asesmen kota
ramah lansia dalam bentuk diskriptif dan indeks, secara total
dan juga untuk setiap dimensi. Hasil studi ini diharapkan bisa
membantu memberikan masukan kepada pemerintah daerah
dalam membuat kebijakan menciptakan Kota Ramah Lansia
tahun 2030.

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

MetODOLOgI

2.1. Metode Pengumpulan Data


2.1.1. Metode Kuantitatif
Data dikumpulkan dengan dua metode yaitu metode
kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan
dengan melakukan survei dan observasi dengan mengumpulkan data dari empat tipe responden yaitu: (1)Individu,
perempuan dan laki-laki yang berumur 40 tahun atau lebih,
berjumlah 2.100 responden; (2) Staf Kelurahan, berjumlah
140 responden; (3) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
14 kota; dan (4) observasi pewawancara, berjumlah 48
orang. Studi dilakukan di 14 kota (kota besar dan kota kecil).
Kota besar terdiri dari lima kota besar di Jawa yaitu Jakarta
Pusat, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.
Lima kota besar berada di luar Jawa yaitu Medan, Makassar, Denpasar, Mataram, dan Balikpapan serta empat kota
kecil yaitu Payakumbuh, Depok, Surakarta, dan Malang.
Kuesioner yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data telah melalui proses validasi dengan melakukan uji
8

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

coba kuesioner. Uji coba dilakukan dua kali yaitu 27-28


Desember 2012 dan 2-3 Januari 2013 di Yogyakarta serta
pilot test pada 10-11 Januari 2013 di Bekasi. Sesuai dengan
tipe responden, ada empat jenis kuesioner yang dipakai
dalam melaksanakan survei yaitu kuesioner individu, kuesioner untuk staf kelurahan, kuesioner SKPD dan kuesioner
pewawancara (observasi).
Kuesioner individu mengumpulkan empat kelompok informasi meliputi lokasi responden, karakteristik responden
dan check list mengenai kesesuaian kota dengan indikatorindikator dari delapan dimensi kota ramah lansia. Bagian
keempat tentang skala prioritas yang mencakup ranking
dan distribusi dana ke dalam setiap dimensi. Dan pada
bagian akhir, terdapat catatan pewawancara. Karakteristik
responden yang dikumpulkan mencakup umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan partisipasi
dalam kegiatan kemasyarakatan.
Check list kota ramah lanjut usia WHO totalnya berjumlah 169 sedangkan short list (essential check list)-nya
berjumlah 84. Studi ini menggunakan essential check
list yang dibuat menjadi beberapa pernyataan untuk
memudahkan pemahaman responden sehingga jumlah
variabelnya menjadi 95 buah (Tabel 5). Pada check list
ini dikumpulkan informasi dalam lima kategori asesmen
(penilaian) yaitu Sangat Tidak Sesuai, Tidak Sesuai, Agak
Tidak Sesuai, Agak Sesuai, Sesuai, dan Sangat Sesuai.
Kuesioner untuk staf kelurahan dan observasi pewawancara sama dengan kuesioner individu dengan informasi
karakteristik responden yang lebih singkat. Demikian juga
kuesioner untuk SKPD sama dengan kuesioner individu
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

namun jumlah responden buku SKPD lebih dari satu


responden sesuai dengan dimensi yang ditangani oleh
SKPD. Sehingga data karakteristik responden SKPD adalah
sebanyak responden yang memberikan informasi untuk
buku instrumen ini. Di samping itu, pada setiap indikator
ditanyakan bagaimana rencana jangka pendek, rencana 1-2
tahun, dan rencana jangka panjang dari SKPD tersebut.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21 Januari - 18 Maret 2013oleh 14 tim. Setiap tim terdiri dari 2
orang pewawancara dan satu supervisor yang merangkap
CAF. Data dientri di lapangan oleh supervisor. Petugas
lapangan diturunkan ke lapangan setelah mendapatkan
training di kelas dan latihan lapangan (ield practice)
selama tiga hari.
2.1.2. Metode Kualitatif
Metode kualitatif dilakukan dengan wawancara
mendalam dan FGD untuk mendokumentasikan praktik
terbaik dalam mewujudkan kota menjadi kota ramah
lansia. Pewawancara mengumpulkan informasi dari para
pemangku kepentingan kelanjutusiaan di enam kota lokasi
studi kualitatif.
BAPPEDA merupakan pemangku kepentingan pertama
yang dikunjungi untuk mendapatkan informasi tentang pemangku kepentingan lain dari kelanjutusiaan terutama yang
memiliki praktik terbaik dalam bidang kelanjutusiaan
serta yang memberikan layanan pada lansia. Di BAPPEDA
juga digali informasi tentang rencana kegiatan kelanjutusiaan dan pendanaannya serta regulasi yang diciptakan
untuk mewujudkan kota ramah lansia. Pada
pemangku kepentingan dengan praktik terbaik, tim men10

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

dokumentasikan program yang dilakukan. Pada


pemberi layanan, selain mendokumentasikan apa yang
dilakukan dan kendala serta rencana ke depan juga
menggali pengetahuan pemberi layanan mengenai
kedelapan dimensi dari kota ramah lansia yang dibuat
oleh WHO. Sedangkan FGD dilakukan pada laki-laki
dan perempuan lanjut usia dan pra lanjut usia mengenai
kedelapan dimensi dari kota ramah lansia.
Pengumpulan data dilakukan oleh 3 tim yang beranggotakan dua orang dari tanggal 23 Januari 2013 sampai
dengan 10 Maret 2013, setelah mengikuti training fasilitator
kualitaif pada tanggal 16-18 Januari 2013. Masing-masing
tim memperoleh target dua kota. Tim berada di kota pertama lebih lama dibandingkan di kota kedua, rata-rata
tim berada di kota pertama selama 3 minggu sedangkan di
kota kedua 5-8 hari. Kota pertama yang dikunjungi oleh
tim adalah Surabaya, Payakumbuh, dan Depok.
2.2. Metode Sampling
2.2.1. Pemilihan Wilayah Penelitian
Metode pemilihan wilayah studi kuantitatif adalah
sebagai berikut: Sembilan kota besar lokasi studi yang dipilih adalah lima ibu kota provinsi yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak (Jakarta Pusat, Surabaya, Bandung,
Medan dan Semarang); Perwakilan ibu kota provinsi dari
Pulau Sulawesi, Kalimantan, dan Pulau Nusa Tenggara
dengan jumlah penduduk terbanyak (Makassar dan Mataram); Ibu kota provinsi dengan jumlah lanjut usia terbanyak
(Yogyakarta dan Denpasar); serta Perwakilan kota industri
minyak (Balikpapan). Kemudian dipilih empat kota kecil
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

11

perwakilan dari wilayah barat, tengah, dan timur Pulau


Jawa (Depok, Surakarta, dan Malang); dan perwakilan kota
kecil di luar Pulau Jawa (Payakumbuh).
Sementara untuk metode pemilihan wilayah studi
kualitatif mengikuti beberapa kriteria, pertama berdasarkan
inisiatif dan komitmen dalam menjadikan kota menjadi kota
ramah lansia (Surabaya, untuk kota besar dan Payakumbuh
untuk Kota kecil); Ibu Kota dari provinsi yang memiliki
presentase jumlah lanjut usia terbanyak (Kota Yogyakarta
dan Kota Denpasar); untuk mengetahui permasalahan kota
megapolitan (Jakarta Pusat), dan kota disekitar kota megapolitan yang merupakan bagian dari Jabodetabek (Depok).
2.2.2. Pemilihan Responden/Informan
A. Studi Kuantitatif
Pemilihan responden untuk studi kuantitatif melalui beberapa tahapan, yaitu tahap pertama, area
kota dibagi menjadi 5 wilayah (Tengah, Timur, Barat,
Utara dan Selatan) berdasarkan luas wilayahnya. Setiap
wilayah yang memiliki luas wilayah yang sama atau
mendekati sama, misalnya luas kota 250 km2, maka
masing-masing wilayah akan memiliki luas wilayah
cakupan populasi yang tinggal di area seluas 50 km2.
Kemudian di list kecamatan dan desa yang termasuk dalam masing-masing wilayah berdasarkan luas
wilayah ini. Dalam mengurutkan kelurahan di setiap
wilayah berdasarkan kode lokasi BPS dimulai dari
kode lokasi yang paling kecil untuk masing-masing
kelurahan tersebut.
Tahap kedua, dari masing-masing wilayah dipilih
dua kelurahan berdasarkan angka random, dari masing12

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

masing kelurahan terpilih, dipilih satu RT tersampel


berdasarkan angka random. Kemudian dari RT terpilih
tersebut dilist (memasukkan) semua nama orang yang
berumur 40 tahun atau lebih berdasarkan jenis kelamin
dan kelompok umur 40-49 tahun, 50-59 tahun, 6069 tahun dan 70+ tahun dengan kriteria pendidikan
minimal SMU/sederajat dan sekarang bekerja atau
sebelumnya pernah bekerja atau yang sekarang aktif
di kemasyarakatan atau sebelumnya aktif.
Tahap ketiga, dari setiap RT tersampel (wilayah
pencacahan) diwawancarai 15 responden sedemikian
rupa sehingga secara total komposisi jumlah laki-laki
dan perempuan sama. Komposisi kelompok umurresponden sebagai berikut, kelompok umur 40-49 tahun
23,33%, 50-59 tahun 30%, 60-69 tahun 30% dan 70+
tahun sebanyak 16,67%. Di setiap kota ada 10 wilayah
pencacahan sehingga total terdapat 140 wilayah pencacahan (diberikan kode 001-140).
Untuk terpenuhinya komposisi total persentase
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin (Tabel
3), maka untuk setiap wilayah pencacahan ganjil dan
genap ditetapkan target utuk setiap kelompok umur
dan jenis kelamin seperti diperlihatkan dalam Tabel
4. Diprediksikan di beberapa tempat akan terjadi kesulitan mendapatkan responden umur 70 tahun atau
lebih yang memenuhi kriteria sampel studi yaitu, berpendidikan SMA dan bekerja atau aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan. Untuk kasus ini jumlah kekurangan
dicari ke RT lain dalam kelurahan yang sama, jika tidak
terpenuhi maka diganti dengan responden umur 40-49
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

13

tahun untuk keseragaman karena di beberapa tempat


jumlah kelompok umur 60-69 tahun yang memenuhi
kriteria sampel juga terbatas.
Tabel 3. Target Wawancara Berdasarkan
Jenis Kelamin dan Umur
n

persentase (%)

2.100

100,00

Perempuan

1.050

50,00

Laki laki

1.050

50,00

40-49

490

23,33

50-59

630

30,00

60-69

630

30,00

70 +

350

16,67

total
Jenis Kelamin

Kelompok Umur

Tabel 4. Target Wawancara Wilayah Pencacahan Ganjil dan Genap

14

Wilayah pencacahan ganjil Wilayah pencacahan genap

Kelompok
Umur

total

Lakilaki

perempuan

total

Lakilaki

perempuan

40-49

50-59

60-69

70 +

Total

15

15

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

B. Studi kualitatif
Metode penarikan sampling dari studi kualitatif
adalah dengan menggunakan metode Snowballing.
Yanga menjadi responden pertama sekaligus informan
kunci adalah ketua BAPPEDA. Informan dari studi
kualitatif adalah para pemangku kepentingan kelanjutusiaan di kota lokasi studi. Mulai dari SKPD terkait,
LSM, tokoh masyarakat serta masyarakat lanjut usia
dan pra lanjut usia.

2.3.Metode Analisis
2.3.1. Kuantitatif
Data kuantitatif disajikan secara deskriptif dan dibuat
indeks komposit total per kota dan untuk setiap dimensi dari
kota ramah lansia serta Kategori Pencapaian sebagai alat
ukur Menuju 2030. Untuk itu, dibuat 4 kategori pencapaian seperti dalam Tabel 5. Goal Pencapaian 2030 adalah
Kategori Pencapaian HIJAU untuk semua indikator/indeks
dimensi/indeks total.
Tabel 5. Kategori Pencapaian
persentase /Indikator

Kategori pencapaian

0 25%

Merah

26 50%

Orange

51 75%

Kuning

76 100%

Hijau

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

15

Gambar 1. Graik Radar Sempurna


untuk 8 Dimensi Kota Ramah Lansia
1. Gedung dan Ruang
Terbuka
100
2. Transportasi
50
7. Komunikasi dan
Informasi

3. Perumahan

6. Partisipasi Sipil dan


Pekerjaan

4. Partisipasi Sosial
5. Penghormatan dan
Inklusi / Keterlibatan

16

Gambar 2. Graik Radar Sempurna untuk


masing-masing Dimensi Kota Ramah Lansia

1. Gedung dan
Ruang Terbuka

2. Transportasi

3. Perumahan

4. Partisipasi Sosial

5. Penghormatan
dan Inklusi/
Keterlibatan Sosial

6. Partisipasi
Sipil dan Pekerjaan

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

7. Komunikasi
dan Informasi

8. Dukungan
Masyarakat
dan Pelayanan
Kesehatan

Jumlah variabel yang dipergunakan untuk analisis di


setiap dimensi ditampilkan dalam Tabel 6. Di dalam setiap
dimensi, indikator diberikan bobot yang sama. Tabel 7
menunjukkan bahwa dalam membuat indeks keseluruhan
menggunakan weight yang diberikan oleh responden di
kuesioner. Indeks dibuat untuk memudahkan memberikan
pemahaman kepada para pemangku kepentingan. Indeks
yang dibentuk secara keseluruhan menggunakan 95 indikator yang terdiri dari gedung dan ruang terbuka menggunakan 15 indikator, transportasi 22 indikator, perumahan 8
indikator, partisipasi sosial 10 indikator, penghormatan dan
inklusi sosial 9 indikator, partisipasi sipil dan pekerjaan 8
indikator, komunikasi dan informasi 11 indikator, serta dukungan komunitas dan pelayanan kesehatan 12 indikator.
Selain dibentuk indeks total, juga dibuat indeks per
dimensi dengan menggunakan indikator yang merupakan
penjabaran dari setiap dimensi. Tentang weight didapatkan
dari prioritas yang diberikan oleh responden pada masingmasing dimensi atas pertanyaan hipotetik yang diajukan.
Responden diberikan 10 gagang es krim yang diibaratkan
dana yang dimiliki, responden diminta untuk mendistriSatu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

17

busikan gagang es krim tersebut ke setiap dimensi sesuai


dengan prioritas menurut responden. Semua pemangku kepentingan, masyarakat lanjut usia, dan pra lanjut usia,
laki-laki/perempuan,
untuk
dimensi
Dukungan
Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan mendapatkan
prioritas utama, kedua Perumahan, ketiga Transportasi,
dan keempat dimensi Gedung dan Ruang Terbuka.
Tabel 6. Jumlah Indikator Per Dimensi
no

Long
Short
Jumlah
check list check list Indikator

1.

Gedung dan Ruang


Terbuka

16

12

15

2.

Transportasi

33

17

22

3.

Perumahan

28

4.

Partisipasi Sosial

17

10

5.

Penghormatan dan
Inklusi/Keterlibatan
Sosial

14

6.

Partisipasi Sipil dan


Pekerjaan

31

7.

Komunikasi dan
Informasi

16

11

11

8.

Dukungan Komunitas
dan Pelayanan
Kesehatan

14

12

12

169

84

95

Total

18

Dimensi

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Tabel 7. Weight Per Dimensi


no

Dimensi

Individu SKpD

Staf
Observasi
kelurahan pewawancara

1. Gedung dan
Ruang Terbuka

0,9

1,3

1,3

1,6

2. Transportasi

1,1

1,4

1,1

1,3

3. Perumahan

1,5

1,3

1,5

1,4

4. Partisipasi
Sosial

1,0

0,7

0,9

0,8

5. Penghormatan
dan Inklusi/
Keterlibatan
Sosial

0,6

0,7

0,7

0,7

6. Partisipasi
Sipil dan
Pekerjaan

1,1

0,6

1,0

1,3

7. Komunikasi
dan Informasi

0,4

0,8

0,5

0,3

8. Dukungan
Komunitas
dan Pelayanan
Kesehatan

3,3

3,1

3,0

2,5

2.3.2.Kualitatif
Catatan wawancara kualitatif dan dokumen dikaji dengan menggunakan analisis konten/isi (content analysis)
dan analisis naratif (narative analysis). Dalam content
analysis pengalaman, tema-tema, isu-isu dan motif-motif
diurai, dihimpun dan diinterprestasikan. Aspek temporal
dan struktur dramatis diperhatikan menggunakan analisis
naratif untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

19

tentang subjek yang diteliti. Analisis naratif dipakai untuk


merepresentasi pengalaman melalui kata-kata untuk memaknai dan mengkonstruksi relasi-relasi sosial yang komplek. Dalam analisis ini pengalaman dilihat sebagai tindak
simbolik atau sarana untuk membingkai, mendeinisikan
dan memaknai sebuah situasi sekaligus memungkinkannya
untuk diberi respon.

20

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

KaRaKteRIStIK WILaYaH
Dan SaMpeL StUDI

3.1. Karakteristik Wilayah


3.1.1. Lima Kota Terbesar di Indonesia
Jakarta Pusat, DKI Jakarta. DKI
Jakarta adalah Ibu Kota Negara
Indonesia yang terdiri dari 5 kota
dan merupakan kota terbesar di
Indonesia yang menjadi ibu kota
ekonomi, inansial dan politik
Indonesia. DKI Jakarta sekaligus
juga menjadi kota terbesar di
Asia Tenggara dan ke enam di dunia setelah Sanghai, Mexico
City, Sao Paulo, New York City dan New Delhi. Untuk studi
ini, hanya meneliti Kota Jakarta Pusat yang merupakan kota
administrasi terkecil di DKI Jakarta dalam hal populasi dan luas
daerah. Jakarta Pusat memiliki jumlah penduduk 902,97 ribu
jiwa dan luas 52,38 km2. Kota dengan kepadatan penduduk
sebanyak 17.238 jiwa/km2 ini merupakan sumber pertumbuhan
ekonomi terbesar di DKI Jakarta yang didorong oleh sektor
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

21

tersier. Meskipun termasuk kota yang padat, kota ini memiliki


pemandangan khas metropolitan berupa gedung pencakar
langit yang menakjubkan. Persentase penduduk lanjut usia di
Kota Jakarta Pusat berdasarkan sensus 2010 sebanyak 6,8%.
Surabaya, Jawa Timur. Kota
terbesar ke dua di Indonesia
dengan jumlah penduduk 2,7
juta jiwa ini merupakan pusat
bisnis, perdagangan, industri dan
pendidikan di kawasan Indonesia timur. Dengan luas wilayah
yang cukup besar dibandingkan
kota-kota lain di Indonesia, yaitu 350,54 km2 menjadikan Kota
Surabaya ramai, besar dan padat dengan kepadatan penduduk
mencapai 7.889 jiwa/km2. Kota ini juga sering disebut dengan
Kota Pahlawan dan memiliki taman-taman penghijauan yang
mudah ditemukan sehingga termasuk salah satu kota terindah
dan ternyaman di Indonesia. Menurut Sensus 2010, persentase
penduduk lanjut usia sebesar 6,91% dari total penduduk Kota
Surabaya.
Bandung, Jawa Barat. Kota
Bandung termasuk salah satu
kota terpadat di Indonesia dengan kepadatan penduduk
14.283 jiwa/km2 dan luas wilayah 167,67 km2. Kota yang berpenduduk 2,3 juta jiwa ini merupakan ibu kota Provinsi Jawa
22

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Barat yang terletak di dataran tinggi sehingga memiliki hawa


sejuk. Hal inilah yang menjadikan Bandung sebagai salah satu
kota tujuan wisata, di samping dengan adanya Trans Studio
yang termasuk salah satu taman bermain indoor terbesar di
dunia. Kota Bandung juga merupakan salah satu Kota Pelajar
di Indonesia karena banyaknya perguruan tinggi negeri dan
swasta yang didirikan. Di tahun 2010, kota yang dikenal sebagai
Paris Van Java ini memiliki penduduk lanjut usia sebesar
6,57%.
Medan, Sumatera Utara. Kota
Medan adalah ibu kota provinsi
Sumatera Utara yang memiliki
penduduk sebanyak 2 juta jiwa.
Dengan luas wilayah sebesar
265 km2, Kota Medan memiliki
kepadatan penduduk 7.915
jiwa/km2 yang menjadikan Kota
Medan sebagai salah satu kota terpadat di Indonesia. Medan
yang juga merupakan kota terbesar di Sumatera dan wilayah
Malaka, menjadi pintu gerbang wilayah Indonesia bagian
barat, termasuk bagi wisatawan yang menuju Brastagi dan
Danau Toba. Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku
dan ras seperti Batak, Melayu, Cina dan India, juga pendatang
termasuk dari Jawa. Berdasarkan hasil Sensus 2010, sebanyak
5,59% penduduk Kota Medan adalah penduduk lanjut usia.

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

23

Semarang, Jawa Tengah. Dengan jumlah penduduk 1,5 juta


jiwa, luas wilayah 373,78 km2,
dan kepadatan penduduk sebesar
4.162 jiwa/km2, Kota Semarang
menjadi salah satu kota terbesar
dan terpadat di Indonesia. Ibu
kota Provinsi Jawa Tengah ini
mayoritas penduduknya adalah suku Jawa dan Cina dengan
jumlah penduduk lanjut usia sebesar 6,85% di tahun 2010.
Memiliki kondisi topograi yang beragam, seperti perbukitan,
pantai dan pegunungan, menjadikan Kota Semarang sebagai
salah satu kota yang unik di Indonesia. Selain itu, Kota Semarang
juga merupakan salah satu kota peninggalan Belanda terpenting
di Indonesia yang masih meninggalkan bangunan-bangunan
bergaya Belanda.

3.1.2. Perwakilan Kota Besar di Sulawesi/Kalimantan dan Nusa


Tenggara
Makassar, Sulawesi Selatan.
Kota Makassar dahulu dikenal
sebagai Ujung Pandang. Kota ini
merupakan ibu kota Provinsi
Sulawesi Selatan yang terletak di
pesisir barat daya Pulau Sulawesi
dan menghadap Selat Makassar.
Dengan luas 199,26 km2, jumlah
penduduk 1,3 juta jiwa, dan kepadatan penduduk 6.718 jiwa/
km2, Makassar termasuk salah satu kota terbesar di Indonesia
24

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

dan merupakan kota terbesar di Sulawesi. Kota yang memiliki


icon Pantai Losari ini mempunyai penduduk lanjut usia
sebanyak 5,46%. Menjadi salah satu kota terindah di Indonesia,
Makassar merupakan tujuan wisata yang diminati wisatawan.
Hal ini juga didukung dengan adanya Trans Studio (taman
bermain indoor) dan sarana International Airport yang mewah.
Mataram, Nusa Tenggara
Barat. Pulau Lombok memang
terkenal akan pemandangan
alam dan lautnya, sehingga tidak heran jika dikatakan bahwa
pulau ini akan menyaingi Bali
dari segi kunjungan wisatawan
baik domestik maupun asing.
Kota yang menjadi wilayah kunjungan dalam Studi Kota Ramah Lansia ini adalah Kota Mataram, yang juga merupakan
salah satu kota terindah di Indonesia walaupun objek-objek
wisata utama Pulau Lombok seperti Pantai Senggigi dan Pantai Kuta, tidak berada di kota ini. Kota ini memiliki penduduk
402,84 ribu jiwa dengan luas wilayah 61,30 km2. Dengan
kepadatan penduduk 6.571 jiwa/km2, Kota Mataram memiliki
persentase penduduk lanjut usia sebesar 6,03% dari total
penduduk.

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

25

3.1.3. Kota besar lainnya, Ibu Kota dari Provinsi dengan Jumlah
Penduduk Lanjut Usia Tinggi
Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta. Yogyakarta merupakan
kota budaya yang juga termasuk
kota paling indah dan paling
ingin dikunjungi di Indonesia.
Menjadi daerah satu-satunya di
Indonesia yang dipimpin oleh
Sultan, Yogyakarta juga termasuk
salah satu Kota Pelajar di Indonesia. Kota yang pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa revolusi ini memiliki kultur
budaya yang masih terjaga dan pernak-pernik kerajinan yang
disukai para turis. Dengan luas wilayah hanya 32,50 km2 dan
penduduk yang berjumlah 388,62 ribu jiwa di mana 9,87%
adalah penduduk lanjut usia, Kota Yogyakarta memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi, yaitu 11.957 jiwa/km2. Kota
Yogyakarta terasa semakin padat dengan banyaknya kunjungan
wisatawan baik domestik maupun asing yang juga tertarik dengan
keindahan alamnya seperti pantai-pantai dan Gunung Merapi.
Denpasar, Bali. Kota Denpasar
adalah ibu kota Provinsi Bali
yang memiliki satu pulau secara
utuh di Indonesia dengan luas
keseluruhan 5.780,06 km2. Kota
Denpasar yang memiliki luas
2,21% dari luas Pulau Bali atau
127,78 km2, terletak di bagian
selatan pulau dan merupakan salah satu kota terindah di
26

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Indonesia. Pulau Bali juga sering disebut Pulau Dewata


memiliki kultur budaya yang unik, masyarakat yang ramah, dan
pemandangan alam yang menakjubkan. Namun sayangnya,
objek wisata kenamaan di Bali banyak berada di luar Denpasar.
Kota yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ini memiliki
jumlah penduduk 788,58 ribu jiwa dengan kepadatan penduduk
6.171 jiwa/km2. Persentase penduduk lanjut usia menurut
Sensus 2010 adalah 4,54%.

3.1.4. Perwakilan Kota Industri, Industri Minyak


Balikpapan, Kalimantan Timur.
Balikpapan atau sering disebut
Kota Minyak merupakan salah
satu kota di Kalimantan Timur
yang perekonomiannya bertumpu pada sektor industri. Kota
ini mempunyai penduduk berjumlah 557,57 ribu jiwa yang
merupakan 18% dari keseluruhan penduduk Kalimantan Timur
dengan jumlah lanjut usia sebanyak 4,18%. Dengan luas
wilayah 527 km2 dan kepadatan penduduk 1.058 jiwa/km2,
Balikpapan menjadi salah satu kota terpadat di Indonesia. Kota
yang mempunyai logo beruang madu sebagai fauna khasnya
ini merupakan kota termahal se-Indonesia. Laju pertumbuhan
penduduk di Kalimantan Timur merupakan tertinggi ke-3 di
Indonesia setelah Papua dan Kepulauan Riau, yaitu di Kota
Samarinda, Kota Balikpapan dan Kabupaten Kutai Kartanegara.
Hal ini disebabkan karena tersedianya banyak lapangan pekerjaan dan terbukanya banyak peluang usaha serta memiliki
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

27

Bandar udara berskala internasional, yaitu Bandara Sepinggan


yang mendukung pertumbuhan di sektor wisata.

3I.1.5. Perwakilan Kota Kecil di Jawa


Depok, Jawa Barat. Kota yang
memiliki ikon buah belimbing ini
merupakan sebuah kota yang
terletak antara Jakarta-Bogor.
Kota Depok memiliki luas 200,29
km2 dengan jumlah penduduk
1,7 juta jiwa. Kota ini termasuk
10 kota terpadat di Indonesia
dengan kepadatan penduduk mencapai 8.680 jiwa/km2. Dari
1,7 juta jiwa penduduk Kota Depok, sebesar 4,91% adalah
penduduk lanjut usia. Di kota yang baru terbentuk tahun 1999
ini, terdapat salah satu universitas kenamaan di Indonesia,
yaitu Universitas Indonesia. Objek wisata yang disajikan oleh
Kota Depok pun beragam, mulai dari wisata alam, religi, sampai wisata belanja.
Surakarta, Jawa Tengah. Kota
Surakarta atau juga dikenal
dengan Kota Solo adalah salah
satu kota yang masih memelihara
budaya lokal. Di kota ini juga
terdapat Keraton Solo yang
masih melestarikan tarian daerah,
yaitu Bedhaya dan Srimpi. Kota
2
dengan luas 46,01 km dan penduduk berjumlah 499,33 ribu
28

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

jiwa ini memilliki persentase penduduk lanjut usia yang cukup


tinggi, yaitu 8,97%. Kota Surakarta seperti juga daerah lain di
Indonesia, memiliki beberapa sebutan seperti The Spirit of
Java dan The City of Batik. Wisatawan yang berkunjung ke
kota ini biasanya juga akan berkunjung ke Yogyakarta dan
sebaliknya. Kepadatan penduduk Surakarta yang mencapai
10.852 jiwa/km2 akan semakin diperbanyak dengan banyaknya
wisatawan yang berkunjung, apalagi jika musim liburan
sekolah.
Malang, Jawa Timur. Terletak
di dataran tinggi yang cukup
sejuk, Kota Malang merupakan
kota terbesar ke dua di Jawa
Timur dengan luas wilayah
145,28 km2. Kota yang berpenduduk 820,24 ribu jiwa ini,
memiliki persentase penduduk
lansia yang cukup tinggi, yaitu 8,46%. Selain sebagai tempat
persinggahan dan tujuan wisata, Kota Malang juga sebagai
tujuan wisata belanja serta pusat kerajinan rakyat bagi para turis
baik domestik maupun mancanegara. Walaupun kebanyakan
lokasi wisata di Jawa Timur berada di luar Malang, akan tetapi
fasilitas pariwisata terlengkap ada di kota ini. Dengan kepadatan
penduduk 5.645 jiwa/km2 yang tergolong cukup padat, Kota
Malang tetap menjadi primadona karena banyak bangunan dan
taman khas warisan Kolonial yang masih dilestarikan oleh
pemerintah daerah.

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

29

3.1.6. Perwakilan Kota Kecil di Luar Jawa


Payakumbuh, Sumatera Barat.
Kota Payakumbuh adalah kota
terbesar ke-2 di Sumatera Barat
setelah Kota Padang dengan
pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Kota yang didominasi
oleh etnis Minangkabau ini
adalah pusat pemasaran dan
sentra ekonomi bagi kabupaten/kota tetangga seperti Kabupaten 50 kota, Tanah Datar, Agam, dan Kota Bukit Tinggi.
Terletak di daerah dataran tinggi yang merupakan bagian dari
Bukit Barisan, Kota Payakumbuh memiliki penduduk yang
berjumlah 116,82 ribu jiwa dengan 7,94% penduduk lanjut
usia. Kota yang mempunyai tradisi tahunan Pacu Itik ini memiliki luas wilayah 85,22 km2 dengan kepadatan penduduk
1.370 jiwa/km2. Kota Payakumbuh pernah mendapatkan penghargaan khusus Indonesia MDGs Award tahun 2012 untuk
kategori pelayanan akses air minum dan sanitasi buat masyarakat. Di sini juga terdapat Universitas Andalas, perguruan tinggi
negeri tertua di luar jawa.
3.2.Karakteristik Sampel
3.2.1. Individu
Secara total, perbandingan jumlah responden lanjut
usia laki-laki dan perempuan seperti yang ditargetkan
adalah 50% laki-laki dan 50% perempuan dari total
2100 responden (Tabel 8). Dari sisi umur, persentase
responden yang berumur 70 tahun atau lebih 15,48%
lebih kecil 1,19% karena kekurangan jumlah kelompok
umur ini yang memenuhi syarat sampel, kelompok umur
30

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

50-59 tahun, 60-69 tahun masing-masing sebesar 30%


seperti yang ditargetkan, sedangkan kelompok umur 4049 tahun 24,52% lebih besar 1,19% yang merupakan
pengganti kelompok umur 70 tahun atau lebih seperti yang disyaratkan oleh aturan sampel. Berdasarkan
kelompok umur, perbandingan sampel laki-laki dan
perempuan mengikuti pola yang ditargetkan dalam sampel yaitu, di kelompok umur 70+ tahun, lebih banyak
responden perempuan, di kelompok umur di bawahnya,
lebih banyak responden laki-laki. Perbedaan persentase
responden laki-laki dan perempuan dalam kelompok
umur hanya 4,6% 6,7%.
Seperti yang diamanatkan oleh prosedur sampling,
minimal pendidikan dari responden adalah SMA yang
mencapai 69%. Reponden yang berpendidikan Diploma
10% dan S1 atau lebih sebanyak 21%. Seperti keadaan
umum masyarakat Indonesia dan dunia, pendidikan
reponden perempuan lebih rendah dibandingkan dengan reponden laki-laki. Responden perempuan yang
berpendidikan SMA sebanyak 72% sedangkan yang
berpendidikan S1 atau lebih hanya 16%. Sebaliknya
reponden laki-laki lebih dari 25% berpendidikan S1
atau lebih dan hanya 66% yang berpendidikan SMA.
Tabel 8. Karakteristik Responden Individu
dalam Persentase
Umur
40-49
50-59
60-69
70+

Laki-laki

Perempuan

Total

26,86
26,67
33,33
13,14

22,19
33,33
26,67
17,81

24,52
30,00
30,00
15,48

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

31

Laki-laki

Perempuan

Total

SMA

65,52

72,38

68,95

Diploma (D1,
D2, D3)

9,14

11,14

10,14

25,33
61,62

16,48

20,9

41,14

51,38

Pendidikan

S1 atau lebih

% Pekerja

Lapangan Pekerjaan
Pertanian

7,73

1,62

5,28

Manufaktur/
Industri

8,96

4,86

7,32

5,1
24,11

0,69
35,19

3,34
28,54

39,88

52,55

44,95

14,22

5,09

10,57

44,05
19,01

42,36
31,94

43,37
24,19

30,14

18,75

25,58

5,26
1,55

2,31

4,08

4,63

2,78

28,38
38,29
33,33

32,66
22,38
44,95

30,53
30,33
39,14

28.953.014

16.741.761

22.847.388

1050

1050

2100

Bangunan
Perdagangan
Jasa
Kemasyarakatan
Lainnya

Status Pekerjaan
Berusaha
Pegawai Negeri
Karyawan
Swasta
Pekerja bebas
Pekerja Keluarga

Kegiatan
< 3 kegiatan
3-4 kegiatan
5+ kegiatan
Rata-rata
pengahasilan
per tahun (Rp)

N
32

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Secara keseluruhan, rata-rata 51% responden bekerja,


responden laki-laki yang bekerja lebih tinggi dari pada responden perempuan yaitu masing-masing 62% dan 41%.
Dari sisi lapangan pekerjaan, 45% responden bekerja di
sektor jasa kemasyarakatan dan 28% bekerja di sector
perdagangan dan 7% di sektor industri. Dilihat dari status
pekerjaan, responden yang berstatus sebagai pengusaha
persentasenya paling besar yaitu 43%, sedangkan yang
berstatus sebagai pegawai swasta menempati peringkat
kedua terbanyak yaitu 26%, pegawai negeri menempati
peringkat ke tiga dengan jumlah persentase yang bekerja
25%. Pendapatan rata-rata responden sebesar 22,8 juta.
Responden laki-laki memiliki pendapatan 73% lebih
tinggi dari perempuan.
Seperti diformulasikan dalam prosedur sampling, responden terpilih selain berpendidikan paling tidak SMA
juga bekerja atau aktif dalam kegiatan kemasyarakatan
saat survei atau sebelumnya. Seperti tampak dalam Tabel
8, sebanyak 39% dari responden berpartisipasi lebih dari
5 kegiatan kemasyarakatan dalam satu tahun terakhir,
berpartisipasi 3-4 kegiatan sebanyak 30%. Lebih banyak
perempuan yang berkecimpung dalam kegiatan kemasyarakatan 5+ dibandingkan dengan laki-laki, persentase
perempuan yang berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan mencapai 45%, sedangkan laki-laki hanya
33%. Total jenis partisipasi masyarakat yang ditanyakan
ada 12 jenis yaitu, pertemuan masyarakat, koperasi, kerja
bakti, PNPM, kegiatan kelompok pemuda, kegiatan keagamaan, simpan pinjam, PKK, posyandu, arisan, olah
raga, dan kesenian.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

33

3.2.2. Staf Kelurahan


Secara keseluruhan terdapat 140 kelurahan yang
dikunjungi oleh tim, namun dalam proses pengumpulan
datanya, di sejumlah kelurahan ada lebih dari satu responden. Seperti tampak dalam Tabel 9, ada sebanyak
71 responden yang diwawancarai, di mana 73% di
antaranya adalah laki-laki dan 27% adalah perempuan.
Sebanyak 89% responden berumur 40-59 tahun dan
sebagain besar berpendidikan Sarjana (67%).
Tabel 9. Karakteristik Responden Staf Kelurahan
dalam Persentase
Persentase
Jenis Kelamin
Perempuan

26,90

Laki laki

73,10

20-29

5,26

30-39

5,26

40-49

44,44

50-59

44,44

60+

0,58

Umur

Pendidikan
< SMA

0,58

SMA

28,07

Diploma (D1, D2, D3)

4,09

S1 atau lebih

67,25

34

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

171

3.2.3. Staf SKPD


Sama seperti kuesioner untuk staf kelurahan, respoden dari kuesioner SKPD lebih dari 1. Responden
SKPD rata-rata 5 orang dan di beberapa kota ada
yang lebih dari 5 orang. Target 14 SKPD kota yang
kunjungi, terdapat 75 responden yang diwawancarai di mana 63% di antaranya adalah Laki-laki dan
37% responden adalah perempuan (Tabel 10). Sama
seperti responden staf kelurahan sebagian besar responden SKPD berumur 40-59 tahun sebayak 79%
dan hampir semuanya berpendidikan S1 atau lebih.
Tabel 10. Karakteristik Responden Staf SKPD
dalam Persentase
Persentase
Jenis Kelamin
Perempuan

37,33

Laki laki

62,67

20-29

5,33

30-39

16,00

40-49

50,67

50-59

28,00

Umur

Pendidikan

Diploma (D1, D2, D3)

4,00

S1 atau lebih

96,00
75

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

35

3.2.4. Pewawancara
Setelah menyelesaikan survei di 10 wilayah pencacahan di satu kota, pewawancara memberikan hasil observasinya terhadap kota tesebut terkait dengan keramahlansiaan. Sebanyak 48 petugas lapangan memberikan hasil
observasinya di mana 56% di antaranya adalah laki-laki,
sebagian besar pewawancara berusia 20-29 tahun yang
mencapai 52% dan sebagain besar berpendidikan S1
yang mencapai 92% (Tabel 11).
Tabel 11. Karakteristik Pewawancara dalam Persentase
Persentase
Jenis Kelamin
Perempuan

43,75

Laki laki

56,25

20-29

52,08

30-39

43,75

40-49

4,17

Umur

Pendidikan
Diploma (D1, D2, D3)

8,33

S1

91,67

48

3.2.5. Informan Studi Kualitatif


Total sebanyak 107 informan diwawancarai secara
mendalam. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa tim
berada lebih lama di kota yang dikunjungi pertama oleh
tim yaitu Surabaya, Payakumbuh dan Depok, selama

36

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

3 minggu. Ini yang menyebabkan jumlah informan di


ketiga kota ini jauh lebih banyak dibandingkan kota
lainnya. Di Surabaya bejumlah 30 orang, Depok 25
orang dan Payakumbuh sebanyak 23 orang (Tabel 12).
Karakteristik dari informan wawancara mendalam adalah
56% laki-laki, lebih dari 48% informan berusia 40-59
tahun, dan lebih dari 65% berpendidikan S1 atau lebih.
Informan berasal dari berbagai kalangan di antaranya
pemerintah, kelompok lanjut usia, media, tokoh, bank
dan masyarakat biasa. Sebagian besar informan adalah
bagian dari staf pemeritah (57%) dan kelompok lanjut
usia lebih dari 33%.
Total ada 9 FGD yang dilakukan. Di kota yang dikunjungi pertama masing-masing dilakukan dua FGD lanjut
usia dan pra lanjut usia laki-laki dan perempuan yang
berpendidikan minimal SMA.
Tabel 12. Karakteristik Informan Wawancara Mendalam Studi Kualitatif
Payakumbuh Depok Surabaya

Jakarta
DI
Denpasar Total
Pusat Yogyakarta

Jenis
Kelamin
Perempuan

14

11

47

43,1

Laki laki

16

19

60

56,9

20-29

4,6

30-39

13

10,1

40-49

10

13

15

44

34,9

50-59

23

23,9

60+

22

19,3

Umur

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

37

Payakumbuh Depok Surabaya

Jakarta
DI
Denpasar Total
Pusat Yogyakarta

Pendidikan

7,3

< SMA

SMA

16

Diploma
(D1, D2,
D3)

12

S1, S2

15

0,9

11,0
22

17

75

Jenis
responden

38

11,9
75,2

Pemerintah

13

15

17

61

Kelompok
Lanjut Usia

36

Media

33,0

56,9

Tokoh

3,7

Bank

3,7

Masyarakat
Biasa

TOTAL

23

25

30

12

107

Jumlah
FGD

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

1,8
0,9

pOtRet LanJUt USIa

Lanjut Usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lanjut


usia merupakan suatu proses alami di mana seseorang mengalami
kemunduran isik, mental, sosial secara bertahap. Perubahanperubahan yang terjadi pada lanjut usia di antaranya terkait dengan
sistem indra, otot, kardiovaskuler dan repirasi, pencernaan, perkemihan, metabolisme, syaraf, reproduksi, kognitif termasuk juga perubahan spiritual, psikososial dan fungsi dan potensi seksual. Banyak
faktor yang mempengaruhi penuaan seperti genetik, asupan gizi,
kondisi mental, pola hidup, lingkungan, dan pekerjaan sehari-hari.
Namun demikian, dibandingkan kelompok usia lainnya, lanjut usia
memiliki kelebihan dalam hal keahlian, pengalaman, jaringan, kearifan dan waktu yang bisa di kembangkan dan diberdayakan sehingga
tetap merupakan aset bagi keluarga dan komunitas dalam bidang
ekonomi maupun sosial. Adanya lingkungan isik, infrastuktur, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup seperti yang diisyaratkan oleh
delapan dimensi kota ramah lanjut usia, WHO akan mendukung

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

39

terciptanya lanjut usia sehat, aktif dalam bidang sosial dan juga
ekonomi serta sejahtera dan bahagia. Dalam sub bab berikutnya
akan dipaparkan tipe-tipe dari lanjut usia dan perubahan-perubahan
alami yang terjadi sebagai bagian dari proses perkembangan ke lanjut usia sebagai sebuah review literatur singkat untuk bahan dalam
membuat kebijakan terkait dengan kelanjutusiaan.
4.1. Tipe Lanjut Usia
Keadaan lanjut usia beragam baik dari sisi keadaan kepribadian, maupun sosial ekonomi. Hal ini perlu di perhatikan
sehingga dalam pembuatan program dan kebijakan bisa tepat
sasaran. Dari sisi psikologi terkait dengan kepribadian ada
sejumlah tipe kelanjutusiaan menurut Kuntjoro (2002) yaitu:
Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction Personality). Lanjut usia ini memiliki integritas baik, menikmati
hidupnya, toleransi tinggi dan leksibel, tenang dan mantap
memasuki usia tua, bisa menerima fakta proses menua dan
menghadapi masa pension dengan bijaksana dan menghadapi kematian dengan penuh kesiapan isik dan mental.
Tipe Kepribadian Mandiri (Independent Personality).
Tipe ini cenderung mengalami post power syndrome, apalagi jika di masa tua tidak diisi dengan kegiatan yang dapat
memberikan otonomi.
Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent Personality). Orang dengan tipe ini cenderung bergantung kepada
keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka
ketika kehilangan cenderung mengalami kesedihan yang
mendalam, cenderung tidak memiliki inisiatif, pasif tetapi
masih tahu diri dan masih bisa di terima oleh masyarakat.
Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostile Personality).
Orang dalam tipe ini cenderung tidak puas dengan ke40

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

hidupannya ketika memasuki usia lansia, banyak memiliki


keinginan yang tidak di perhitungkan yang menyebabkan
ekonominya menurun.
Tipe Kepribadian Defensive. Tipe ini selalu menolak
bantuan, emosinya tidak terkontrol, bersifat kompulsif aktif,
takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa pensiun.
Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate Personality).
Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena
perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya sendiri, selalu menyalahkan
diri sendiri, tidak memiliki ambisi dan merasa korban dari
keadaan.
Menurut undang-undang dari sisi potensinya dalam bidang
ekonomi lanjut usia dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih
mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang dan/atau jasa.
Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak
berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain.
Pemberdayaan para lanjut usia yang potensial termasuk di
antaranya yang berkarakter konstruktif dan mandiri merupakan
aset pembangunanan.
4.2.Perubahan Fisik
4.2.1. Sistem Indra
Sistem Penglihatan. Perubahan sistem penglihatan
pada lansia erat kaitannya dengan presbiopi. Lensa
kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lemah,
ketajaman dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

41

berkurang, penggunaan kacamata dan sistem penerangan


yang baik dapat digunakan.
Sistem Pendengaran. Presbiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara dan nada- nada tinggi, suara yang tidak jelas
dan kata- kata yang sulit dimengerti, 50% terjadia pada
usia di atas 60 tahun.
Sistem Integumen. Pada lansia kulit mengalami
atroi, kendur, tidak elastic kering dan berkerut. Kulit
mengalami kekurangan cairan sehingga menjadi tipis
dan berbercak. Kekeringan kulit bisa terjadi karena atroi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
Perubahan kulit lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan antara lain angin dan matahari, terutama
sinar ultra violet.
4.2.2. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan pada sistem musculoskeletal pada lansia
antara lain sebagai berikut.
Jaringan Penghubung (kolagen dan elastin).
Kolagen sebagai pendukungutama pada kulit, tendon,
tulang dan kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Perubahan pada kolagen tersebut merupakan penyebab
turunnya leksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan
dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk
meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari
duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan dan hambatan
dalam melakukan kegiatan sehari hari. Upaya isioterapi
42

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

untuk mengurangi dampak tersebut adalah memberikan


latihan untuk menjaga mobilitas.
Kartilago. Jaringan kartilago pada persendian lunak
dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi
menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif, konsekuensinya kartilago pada
persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan
tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat
badan. Akibat perubahan itu sendi mengalami peradangan kekauan, nyeri, keterbatasan gerak, dan terganggunya
aktivitas sehari hari.
Tulang. Berkurangnya kepadatan tulang setelah observasi adalah bagian dari penuaan isiologis trabekula
longitudinal menjadi tipis dan trabekula transversal terabsorbsi kembali. Dampak berkurangnya kepadatan akan
mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan
nyeri, deformitas, dan fraktur. Latihan isik dapat di berikan sebagai cara untuk mencegah adanya osteoporosis.
Otot. Perubahan struktur otot pada penuaan sangat
bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,
peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak
pada otot mengakibatkan efek negatif. Dampak perubahan morfologis pada otot adalah penurunan kekuatan,
penurunan leksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan
penurunan kemampuan fungsional otot. Untuk mencegah perubahan lebih lanjut, dapat di berikan latihan
untuk mempertahankan mobilitas.
Sendi. Pada lansia jaringan ikat sekitar sendi seperti
tendon, ligament dan fasia mengalami penurunan elastisitas. Ligament, dan jaringan periarkular mengalami
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

43

penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi,


erosi dan klasiikasi pada kartilago dan kapsul sendi.
Sendi kehilangan leksibilitasnya sehingga penurunan
luas dan gerak sendi. Kelainan tersebut dapat menimbulkan gangguan bengkak, nyeri, kekakuan sendi, gangguan
jalan dan aktivitas keseharian lainnya.
4.2.3. Perubahan Sistem Kardiovaskuler & Respirasi, Pencernaan
dan Metabolisme
Sistem Kardiovaskuler & Respirasi. Sistem kardiovaskular mengalami perubahan seperti arteri yang
kehilangan elastisitasnya. Hal ini dapat menyebabkan
peningkatan nadi dan tekanan sistolik darah. Perubahan
tekanan darah yang isiologis mungkin benar-benar
tanda-tanda penuaan yang normal. Di dalam sistem
pernafasan, terjadi pendistribusian ulang kalsium pada
tulang iga yang kehilangan banyak kalsium dan sebaliknya, tulang rawan kosta berlimpah kalsium. Hal ini
berhubungan dengan perubahan postural yang menyebabkan penurunan eisiensi ventilasi paru. Berdasarkan
alasan ini, lansia mengalami salah satu perubahan hal
terburuk, yang dapat ia lakukan yaitu istirahat di tempat
tidur dalam jangka waktu yang lama. Perubahan dalam
sistem pernafasan membuat lansia lebih rentan terhadap
komplikasi pernapasan akibat istirahat total, seperti infeksi pernapasan akibat penurunan ventilasi paru.
Pencernaan Dan Metabolisme. Penurunan produksi
sebagai kemunduranfungsi yang nyata. Kehilangan gigi;
penyebab utama adalah periodental disease yang bisa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. Indera
pengecap menurun; hilangnya sensitiitas dari saraf
44

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

pengecap di lidah terutama rasa asin, asam, dan pahit.


Pada lambung, rasa lapar menurun (sensitiitas lapar
menurun), asam lambung menurun. Peristaltik lemah
(daya absorsi terganggu), liver (hati) mengecil.
4.2.4. Sistem Perkemihan, Saraf dan Reproduksi
Sistem Perkemihan. Dalam sistem perkemihan
banyak fungsi yang mengalami penurunan, contohnya
laju iltrasi, eksresi, dan reabsorpsi oleh ginjal. Hal ini
akan mempengaruhi dalam pemberian obat pada lansia,
mereka kehilangan kemampuan untuk mengekskresi obat
atau produk metabolisme obat, pola berkemih juga tidak
normal seperti lebih sering berkemih malam hari.
Sistem Saraf. SSP (Susunan Saraf Pusat) mengalami
perubahan anatomi dan atroi progresif pada serabut
saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi
dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari hari.
Penuaan menyebabkan penurunan presepsi sensori dan
respon motorik pada SSP dan penurunan reseptor proprioseptif, hal ini terjadi karena SSP pada lansia mengalami
perubahan morfologis dan biokimia, perubahan tersebut
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif.
Sistem Reproduksi. Perubahan sistem reproduksi
lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus,
terjadi atroi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur. Dorongan seksual menetap
sampai usia di atas 70 tahun (asal kondisi sehat dan baik),
yaitu dengan kehidupan seksual dapat diupayakan sampai
masa usia lanjut usia.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

45

4.3. Perubahan Kognitif, Spiritual, Psikososial, Fungsi dan Potensi


Seksual
Perubahan Kognitif. Perubahan kognitif yang terjadi mencakup, pertama, perubahan memory (daya ingat, ingatan). Pada
lanjut usia, daya ingat (memory) merupakan salah satu fungsi
kognitif yang seringkali paling awal mengalami penurunan.
Ingatan jangka panjang (long term memory) sering kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek (short term
memory) atau seketika 0-10 menit memburuk. Lansia kesulitan
dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak
begitu menarik perhatiannya dan informasi baru seperti TV dan
ilm, oleh sebab itu pelayanan terhadap lanjut usia, sangat perlu
di buatkan tanda- tanda atau rambu- rambu baik berupa tulisan
atau gambar untuk membantu daya ingat mereka seperti yang
disyaratkan oleh delapan dimensi kota ramah lansia WHO.
Kedua, dalam Kemampuan Belajar (learning), menurut
Brocklehurst dan Allen (1987); Darmojo & Martono (2004),
lanjut usia yang sehat dan tidak mengalami dimensia masih
memiliki kemampuan belajar yang baik, bahkan di negara
industri maju didirikan University Of The Third Age, sesuai
dengan prinsip belajar seumur hidup (life long learning), bahwa
manusia memiliki kemampuan untuk belajar sejak di lahirkan
sampai akhir hayat, oleh karena itu sangat baik para lanjut usia
tetap diberikan kesempatan untuk mengembangkan wawasan
berdasarkan pengalaman (learning by experience). Implikasi
praktis dalam pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia baik yang
bersifat promotif- preventif, kuratif dan rehabilitatif adalah untuk
memberikan kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar
yang di sesuaikan dengan kondisi masing masing lansia.
Ketiga, IQ, Lansia tidak mengalami perubahan dengan in46

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

formasi matematika dan perkataan verbal tetapi persepsi dan


daya membayangkan (fantasi) menurun.
Keempat, Kemampuan Pemahaman (Comprehension). Kemampuan pemahaman mengalami penurunan yang di pengaruhi oleh konsentrasi dan fungsi pendengaran lansia mengalami
penurunan. Hal-hal lain yang mengalami perubahan adalah
terkait dengan kemampuan pemecahan masalah (problem
solving), Pengambilan keputusan (decision making), Kebijaksanaan (wisdom), Bijaksana (wisdom) adalah aspek kepribadian
(personality) dan kombinasi dari aspek kognitif. Kebijaksanaan
menggambarkan sifat dan sikap individu yang mampu mempertimbangkan antara baik dan buruk serta untung ruginya sehingga
dapat bertindak secara adil atau bijaksana. Menurut Kuntjoro
(2002), pada lansia semakin bijaksana dalam menghadapi suatu
permasalahan. Kebijaksanaan sangat tergantung dari tingkat
kematangan kepribadian seseorang dan pengalaman hidup
yang dijalani. Kinerja (performance), Pada lanjut usia memang
akan terlihat penurunan kinerja baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Perubahan performance yang membutuhkan kecepatan dan waktu mengalami penurunan (Lumbantobing, 2006).
Penurunan itu bersifat wajar, sesuai perubahan organ-organ
biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis.
Perubahan Spiritual. Agama dan kepercayaan lansia makin
berintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1976; Stuart dan
Sundeen, 1998). Lansia makin teratur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini dapat di lihat dalam berikir dan bertindak
sehari-hari (Murray dan Zentner, di kutip Nugroho, 2000). Spiritualitas pada lansia bersifat universal, intrinsic dan merupakan
proses individual yang berkembang sepanjang rentang kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan terdapat dalam kehidupan
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

47

lansia, keseimbangan hidup tersebut di pertahankan sebagian


oleh efek positif harapan dari kehilangan tersebut. Lansia yang
telah mempelajari cara menghadapi perubahan hidup melalui
mekanisme keimanan akhirnya di hadapkan pada tantangan
akhir yaitu, kematian. Harapan memungkinkan individu dengan
keimanan spiritual atau religious untuk bersiap menghadapi
krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian.
Perubahan Psikososial. Perubahan psikososial mencakup
pensiun, perubahan aspek kepribadian, perubahan dalam peran
sosial di masyarakat dan perubahan minat. Pensiun sering
dikatakan salah dengan kepasifan atau pengasingan. Dalam
kenyataannya pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan
oleh adanya transisi dan perubahan peran yang menyebabkan
stress psikososial. Nilai seseorang sering di ukur oleh produktiitasnya dan identitas dikaitkan dengan peran dalam pekerjaan.
Hilangnya kontak sosial dari area pekerjaan membuat seseorang
lansia pensiunan merasakan kekosongan, orang tersebut tibatiba dapat merasakan begitu banyak waktu luang yang ada di
rumah disertai dengan sedikitnya hal-hal yang dapat dijalani.
Seseorang yang telah pensiun, sebaiknya dalam kehidupannya
di rumah diisi dengan kegiatan-kegiatan atau pelatihan yang
bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya. Dan hal ini akan
menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa di samping pekerjaannya yang selama ini di tekuninya, masih ada alternatif lain
yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga
lansia tidak membayangkan pensiun mereka menjadi tidak
berguna, menganggur, penghasilan kurang, dan sebagainya.
Perubahan Aspek Kepribadian. Pada umumnya orang
yang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar,
48

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin
lambat. Sementara fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan.
Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat. Akibat
berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak
isik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau
bahkan kecacatan pada lansia, misalnya badannya menjadi
bungkuk, pendengaran berkurang, penglihatan kabur sehingga
sering menimbulkan keterasingan. Hal ini sebaiknya di cegah
dengan melakukan aktivitas selama yang bersangkutan masih
sanggup agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang- kadang terus muncul
perilaku regresif seperti mudah menangis, mengurung diri,
mengumpulkan barang- barang yang tak berguna serta merengek- rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga
perilakunya seperti anak kecil (Stanley dan Beare, 2007).
Perubahan Minat. Lansia mengalami perubahan minat,
berkaitan dengan perubahan ini Hurlock (1990) mengatakan
bahwa perubahan yang di alami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya
mempengaruhi pola hidupnya. Perubahan yang diminati oleh
para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi atau pendapatan dan
peran sosial (Goldstein, 1992).
Penurunan Fungsi Dan Potensi Seksual. Menurut Kuntjoro (2002), faktor psikologis yang menyertai lansia berkaitan
dengan seksualitas, antara lain seperti rasa tabu atau malu bila
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

49

mempertahankan kehidupan seksual pada lansia. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta di perkuat
tradisi dan budaya. Adanya kelelahan atau kebosanan karena
kurang variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup telah
meninggal, dan disfungsi seksual karena perubahan hormonal
atau masalah kesehatan jiwa lainnya, cemas, depresi, pikun
dan lainnya yang mengakibatkan fungsi dan potensi seksual
pada lansia mengalami perubahan.
4.4. Penyakit Lanjut Usia
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menujukkan pola
penyakit pada lansia yang terbanyak adalah gangguan sendi
kemudian diikuti oleh hipertensi, katarak, stroke, gangguan
mental emosional, penyakit jantung dan diabetes mellitus.
Sementara, penyebab kematian pada umur 65 tahun ke atas
pada laki-laki adalah stroke (20,6%), penyakit saluran nafas
bawah kronik (10,5%), Tuberkulosis Paru (TB) (8,9%), hipertensi
(7,7%), Neoro Endocrin Carasinoma NEC (7,0%), penyakit
jantung iskemik (6,9%), penyakit jantung lain (5,9%), diabetes
mellitus (4,9%), penyakit hati (4,4%), pneumonia (3,8%). Selain
itu, pada perempuan adalah stroke (24,4%), hipertensi (11,2%),
Neoro Endocrin Carasinoma (9,6%), penyakit saluran pernafasan bawah kronik (6,6%), diabetes mellitus (6,0%), penyakit
jantung iskemik (6,0%), penyakit jantung lain (5,9%), TB (5,6%),
pneumonia (3,0%) dan penyakit hati (2,2%).
Timbulnya penyakit-penyakit tersebut dapat dipercepat oleh
faktor-faktor luar, misalnya: makanan, kebiasaan hidup yang
salah, infeksi, dan trauma. Diperlukan pemenuhan asupan
makanan bergizi seimbang bagi lansia yang tujuannya bukan
lagi untuk pertumbuhan melainkan untuk mempertahankan
50

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

fungsi tubuh dan menjaga kesehatan serta menurunkan resiko


terjangkit penyakit-penyakit degeneratif. Melalui asupan gizi
seimbang; zat tenaga, zat pengatur (sayur dan buah-buahan),
zat pembangun (tinggi protein, rendah lemak), pemenuhan
serat dan air. Hampir 8% orang-orang berusia 50 tahun ke
atas mempunyai keluhan pada sendi- sendinya berupa nyeri
biasanya disebabkan olah gout pirai akibat gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh. Osteoporosis, perubahan sistem
sensorik, SSP, kognitif dan sistem muskuloskeletal pada lansia
mengakibatkan kelambanan bergerak, langkah yang pendekpendek, penurunan irama, kaki tidak menapak dengan kuat dan
cenderung mudah goyah mempertinggi resiko lansia mudah
jatuh yang bisa menimbulkan trauma (luka, cidera) dan infeksi
yang harus diturunkan resikonya agar tidak mempercepat dan
memperburuk kondisi penyakit pada lansia. Menjaga pola
makan makan yang baik dan olahraga yang cukup akan sangat
mendukung kesehatan lansia.
4.5. Perlu Menyesuaikan Diri
Terkait dengan proses perkembangan kelanjutusiaan,
seorang lanjut usia memiliki tujuh tugas perkembangan
yang dideskripsikan oleh Burnside (1979), Duvall (1977), dan
Harvighurst (1953), seperti yang di kutip oleh Potter dan Perry
(2005), Azizah, marifatul (2011). Pertama, menyesuaikan diri
terhadap penurunan kekuatan isik dan kesehatan. Lanjut usia
perlu menyesuaikan diri, dengan perubahan isik seiring dengan terjadinya perubahan penampilan dan fungsi yang tidak
dikaitkan dengan penyakit tetapi merupakan keadaan normal.
Kedua, menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan penurunan
pendapatan. Seseorang pra lanjut usia dan lanjut usia perlu
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

51

berencana ke depan di antaranya dapat berpartisipasi dalam


konsultasi atau aktivitas sukarela, mencari minat atau hobi baru
dan melanjutkan pendidikannya.
Ketiga, menyesuaikan dengan kematian pasangan. Walaupun, kehilangan seringkali sulit dilalui apalagi bagi lanjut usia
yang menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat berarti baginya. Keempat, menerima diri
sendiri sebagai individu lanjut usia. Kelima, mempertahankan
kepuasan pengaturan hidup. Keenam, mendeinisikan ulang
hubungan dengan anak yang dewasa. Ketujuh, menentukan cara
untuk mempertahankan kualitas hidup. Lanjut usia perlu belajar
menerima aktivitas dan minat baru untuk mempertahankan
kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara
sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk
bertemu dengan orang baru dan mendapat minat baru. Akan
tetapi, kesulitan akan di temui oleh individu yang sebelumnya
introvert dengan sosialisasi terbatas.
Terpenuhinya delapan dimensi indikator-indikator kota
ramah lanjut usia terutama terkait dengan dimensi komunikasi
dan informasi akan mendukung para lanjut usia dapat mengetahui perkembangan kelanjutusiaan. Dengan diketahuinya
perkembangan kelanjutusiaan, diharapkan para lanjut usia dan
pra lanjut usia lebih mampu menyesuaikan diri dalam menghadapi menurunnya kekuatan dan menurunnya kesehatan secara
bertahap, menyesuaikan aktivitas terdahulu semasa muda,
mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan pasangan, membangun hubungan dengan anggota dari
kelompok lanjut usia untuk menghindari kesepian. Mekanisme
ini akan mendorong lanjut usia untuk bisa tetap aktif di usia
tua dengan kegiatan-kegiatan yang diminati yang berkontribusi
52

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

tidak hanya akan bermanfaat bagi dirinya sendiri tetapi juga


bagi keluarga dan masyarakat secara luas.

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

53

KOMItMen
aKan KeLanJUtUSIaan

5.1. Komitmen Nasional


Komitmen pemerintah mengenai isu kelanjutusiaan ini
sangat tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sejumlah
undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan menteri
yang mengatur tentang kelanjutusiaan. Selain itu pemerintah
juga membentuk lembaga yang mengatur kelanjutusiaan. Di
antara peraturan yang telah digulirkan adalah: pertama, UU RI
No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.Kedua,
Peraturan Pemerintah RI No.43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.
Ketiga, Peraturan Menteri Dalam Negeri No.60 Tahun 2008
Tentang Pedoman Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia
dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanganan Lanjut Usia
di Daerah. Tiga regulasi ini mendorong terciptanya kota ramah
lanjut usia di Indonesia.Tabel 13 berikut akan memetakan
pasal-pasal yang ada di dalam undang-undang, peraturan
pemerintah dan peraturan menteri ke dalam kedelapan dimensi
kota ramah lanjut usia WHO.
54

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Tabel 13. Keselarasan UU, PP dan PERMEN dengan Delapan


Dimensi Kota Ramah Lanjut Usia WHO

Dimensi
Kota
Ramah
Lanjut
Usia

1. Gedung
dan
Ruang
Terbuka

UU RI No 13 Peraturan Pemerintah
Tahun 1998 RI No 43 Tahun 2004
Tentang
Tentang Pelaksanaan
KesejahUpaya Peningkatan
teraan Lanjut Kesejahteraan Sosial
Usia
Lanjut Usia

Bab VI
(Pelaksanaan)
pasal 17 (1):
pelayanan
untuk
mendapatkan
kemudahan
dalam
penggunaan
fasilitas,
sarana, dan
prasarana
umum
dimaksudkan
sebagai
perwujudan
rasa
hormat dan
penghargaan
kepada lanjut
usia.

Pasal 17 ayat (1):


pelayanan untuk
mendapatkan
kemudahan dalam
penggunaan sarana
dan prasarana umum
dimaksudkan sebagai
perwujudan rasa hormat
dan penghargaan kepada
lanjut usia.

Bab VI
(Pelaksanaan)
pasal 17 (2):
pelayanan
untuk
mendapatkan
kemudahan

Pasal 17 ayat (2):


pelayanan untuk
mendapatkan
kemudahan dalam
penggunaan fasilitas
umum dilaksanakan
melalui:

Peraturan Menteri
Dalam Negeri No
60 Tahun 2008
Tentang Pedoman
Pembentukan
Komisi Daerah
Lanjut Usia Dan
Pemberdayaan
Masyarakat Dalam
Penanganan Lanjut
Usia Di Daerah
Bab IV (Pemberdayaan
masyarakat) pasal
10 ayat (2) poin (d):
sarana dan prasarana
milik masyarakat
(community material),
yaitu sarana dan
prasarana seperti
ruang pertemuan di
balai desa sebagai
tempat musyawarah.

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

55

56

dalam
penggunaan
fasilitas umum
dilaksanakan
melalui:
a) pemberian
kemudahan
dalam
pelayanan
administrasi
pemerintahan
dan
masyarakat
pada
umumnya;
b) pemberian
kemudahan
pelayanan dan
keringanan
biaya; c)
pemberian
kemudahan
dalam
melakukan
perjalanan; d)
penyediaan
fasilitas
rekreasi dan
olahraga
khusus.

a. Pemberian kemudahan dalam pelayanan administrasi


pemerintahan dan
masyarakat pada
umumnya

Bab VI
(Pelaksanaan)
pasal 17 (3):
pelayanan
untuk
mendapatkan
kemudahan
dalam
penggunaan
sarana dan
prasarana
umum
dimaksudkan

Pasal 17 ayat (3):


pelayanan untuk
mendapatkan
kemudahan dalam
penggunaan sarana
dan prasarana umum
dimaksudkan untuk
memberikan aksesbilitas
terutama di tempattempat umum yang
dapat menghambat
mobilitas lanjut usia.

b. Pemberian kemudahan dalam pelayanan


dan keringanan biaya
c. Pemberian kemudahan dalam melakukan
perjalanan
d. Penyediaan fasilitas
rekreasi dan olahraga
khusus

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

untuk
memberikan
aksesibilitas
terutama
di tempattempat umum
yang dapat
menghambat
mobilitas
lanjut usia.
Bab IX
(Ketentuan
pidana
dan sanksi
administrasi)
pasal 27
(1): setiap
orang atau
badan/atau
organisasi
atau lembaga
yang dengan
sengaja
tidak
menyediakan
aksesibilitas
bagi
lanjut usia
sebagaimana
dimaksud
dalam pasal
17 ayat
(3) dapat
dikenai sanksi
administrasi
berupa: a)
teguran lisan;
b) teguran
tertulis; c)
pencabutan
izin.

Pasal 21 ayat
(1): pemerintah
dan masyarakat
menyediakan fasilitas
rekreasi dan olahraga
khusus kepada
lanjut usia dalam
bentuk:
a. Penyediaan tempat
duduk khusus di
tempat rekreasi
b. Penyediaan alat
bantu lanjut usia di
tempat rekreasi
c. Pemanfaatan tamantaman untuk olahraga
d. Penyelenggaraan
wisata lanjut usia
e. Penyediaan tempat
kabugaran

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

57

Pasal 24: penyediaan


aksesibilitas bagi lanjut
usia pada sarana dan
prasarana umum dapat
berbentuk:
a. Fisik
b. Non fisik
Pasal 25 ayat (1):
penyediaan aksesbilitas
yang berbentuk fisik
sebagaimana dimaksud
dalam pasal 24 huruf a,
dilakukan pada sarana
dan prasarana umum
yang meliputi:
a. Aksesibilitas pada
bangunan umum
b. Aksesibilitas pada
jalan umum
c. Aksesibilitas pada
pertamanan dan
tempat rekreasi
d. Aksesibilitas pada
angkutan
Pasal 26: aksesibilitas
pada bangunan umum
sebagaimana dimaksud
dalam pasal 25 ayat (1)
huruf a, dilaksanakan
dengan penyediaan:
a. Akses ke, dari, dan
dalam bangunan
b. Tangga dan lift khusus untuk bangunan
bertingkat
c. Tempat parkir dan
tempat naik turun
penumpang
d. Tempat duduk khusus

58

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

e. Pegangan tangan
pada tangga, dinding, kamar mandi
dan toilet
f. Tempat telepon
g. Tempat minum
h. Tanda-tanda peringatan darurat atau
sinyal
Pasal 27: aksesibilitas
pada jalan umum
sebagaimana dimaksud
dalam pasal 25 ayat (1)
huruf b, dilaksanakan
dengan menyediakan:
a. Akses ke dan dari
jalan umum
b. Akses ke tempat
pemberhentian bis/
kendaraan
c. Jembatan penyeberangan
d. Jalur penyeberangan
bagi pejalan kaki
e. Tempat parkir dan
naik turun penumpang
f. Tempat pemberhentian kendaraan
umum
g. Tanda-tanda/ramburambu dan /atau
marka jalan
h. Trotoar bagi pejalan
kaki/pemakai kursi
roda
i. Terowongan penyeberangan

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

59

Pasal 28: aksesibilitas


pada pertamanan
dan tempat rekreasi
sebagaimana dimaksud
dalam pasal 25 ayat (1)
huruf c, dilaksanakan
dengan menyediakan:
a. Akses ke, dari, dan
di dalam pertamanan
dan tempat rekreasi
b. Tempat parkir dan
tempat naik turun
penumpang
c. Tempat duduk khusus/istirahat
d. Tempat telepon
e. Tempat minum
f. Toilet
g. Tanda-tanda atau
sinyal
2. Transportasi

Pasal 20 ayat (1):


pemerintah dan
masyarakat memberikan
kemudahan dalam
melakukan perjalanan
kepada lanjut usia
untuk:
a. Penyediaan tempat
duduk khusus
b. Penyediaan loket
khusus
c. Penyediaan kartu
wisata khusus
d. Penyediaan informasi sebagai himbauan
untuk mendahulukan
lanjut usia
Pasal 29: aksesibilitas
pada angkutan umum
sebagaimana dimaksud
dlam pasal 25 ayat (1)

60

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

huruf d, dilaksanakan
dengan menyediakan:
a. Tangga naik/turun
b. Tempat khusus yang
aman dan nyaman
c. Alat bantu
d. Tanda-tanda atau
sinyal
3. Perumahan

UU RI No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan


Permukiman
BAB II (ASAS DAN TUJUAN)
Pasal 4:
Penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk :
a) memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan
dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan rakyat;
b) mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur;
c) memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;
d) menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya,
dan bidang-bidang lain.
BAB IV (PERMUKIMAN)
Pasal 18:
(2) Pembangunan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditujukan untuk :
a) menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas
satuan-satuan lingkungan permukiman;
b) mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan perumahan yang telah ada di dalam atau di
sekitarnya.
(3) Satuan-satuan lingkungan permukiman satu dengan yang lain
saling dihubungkan oleh jaringan transportasi sesuai dengan
kebutuhan dengan kawasan lain yang memberikan berbagai
pelayanan dan kesempatan kerja.
BAB V (PERAN SERTA MASYARAKAT)
Pasal 29:
(1) Setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan
yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam
pembangunan perumahan dan permukiman.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

61

(2) Pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) dapat dilakukan secara perseorangan atau
dalam bentuk usaha bersama.
UU RI No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
BAB II (ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP)
Pasal 2:
Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan dengan
berasaskan:
a. kesejahteraan;
b. keadilan dan pemerataan;
c. kenasionalan;
d. keefisienan dan kemanfaatan;
e. keterjangkauan dan kemudahan;
f. kemandirian dan kebersamaan;
g. kemitraan;
h. keserasian dan keseimbangan;
i. keterpaduan;
j. kesehatan;
k. kelestarian dan keberlanjutan; dan
l. keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan.
Pasal 3:
Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk:
f). menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana,
terpadu, dan berkelanjutan.
BAB V (PENYELENGGARAAN PERUMAHAN)
Bagian Kesatu Umum, Pasal 19:
(2) Penyelenggaraan rumah dan perumahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau setiap orang untuk menjamin
hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, dan/
atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur.
BAB V (PENYELENGGARAAN PERUMAHAN)
Bagian Kesatu Umum, Pasal 20:
(1) Penyelenggaraan perumahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 meliputi:
62

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

a. perencanaan perumahan;
b. pembangunan perumahan;
c. pemanfaatan perumahan; dan
d. pengendalian perumahan.
(2) Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
rumah atau perumahan beserta prasarana, sarana, dan utilitas
umum.
Bagian Keempat Pembangunan Perumahan
Paragraf 1 Umum, Pasal 36:
(2) Pembangunan rumah umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus mempunyai akses menuju pusat pelayanan atau tempat kerja.
(3) Kemudahan akses sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan peraturan daerah.
Pasal 39:
(1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah bertanggung jawab
dalam pembangunan rumah umum, rumah khusus, dan rumah
negara.
(2) Pembangunan rumah khusus dan rumah negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibiayai melalui anggaran pendapatan
dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja
daerah.
Paragraf 3 Penghunian, Pasal 50:
(1) Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal atau menghuni
rumah.
BAB VI (PENYELENGGARAAN KAWASAN PERMUKIMAN)
Bagian Kesatu Umum, Pasal 56:
(1) Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk
mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan
berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang.
(2) Penyelenggaraan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi hak warga negara
atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian bermukim.

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

63

BAB VII (PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN)


Bagian Kesatu Umum, Pasal 86:
(1) Pemeliharaan dan perbaikan dimaksudkan untuk menjaga fungsi perumahan dan kawasan permukiman yang dapat berfungsi
secara baik dan berkelanjutan untuk kepentingan peningkatan
kualitas hidup orang perorangan.
(2) Pemeliharaan dan perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan pada rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas
umum di perumahan, permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman.
(3) Pemeliharaan dan perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
setiap orang.
Bagian Kedua Pemeliharaan, Pasal 88:
(1) Pemeliharaan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum
dilakukan melalui perawatan dan pemeriksaan secara berkala.
(2) Pemeliharaan rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan oleh setiap orang.
Pasal 92:
(1) Perbaikan rumah wajib dilakukan oleh setiap orang.
(2) Perbaikan prasarana, sarana, dan utilitas umum untuk perumahan dan permukiman wajib dilakukan oleh pemerintah daerah
dan/atau setiap orang.
(3) Perbaikan sarana dan utilitas umum untuk lingkungan hunian
wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
setiap orang.
(4) Perbaikan prasarana untuk kawasan permukiman wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau badan hukum.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010
Tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan
BAB II (PRINSIP DAN MANFAAT PEMBERIAN IMB)
Pasal 2 :
Pemberian IMB diselenggarakan berdasarkan prinsip:
d. aspek rencana tata ruang, kepastian status hukum pertanahan,
keamanan dan keselamatan, serta kenyamanan.

64

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

4. Partisipasi
Sosial

Bab II (asas, arah,


dan tujuan) pasal 3:
upaya peningkatan
kesejahteraan
sosial lanjut usia
diarahkan agar
lanjut usia tetap
dapat diberdayakan
sehingga berperan dalam
kegiatan pembangunan dengan
memperhatikan
fungsi, kearifan
pengetahuan,
keahlian, keterampilan,
pengalaman,
usia dan kondisi
fisiknya, serta
terseleng-garanya
pemeliharaan taraf
hidup kesejahteraan sosial lanjut
usia.
Bab V (Pemberdayaan) pasal 9:
pemberdayaan
lanjut usia dimaksudkan agar lanjut
usia tetap dapat
melaksanakan
fungsi sosialnya
dan berperan aktif
secara wajar dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Bab VII (Peran
masyarakat) pasal
23: lanjut usia
potensial

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

65

dapat membentuk
organisasi lembaga
sosial berdasarkan
kebutuhan sesuai
dengan peraturan
perundangundangan yang
berlaku.
5. Penghormatan dan
Inklusi/
Keterlibatan
Sosial

Bab III (Hak dan


kewajiban) pasal
5 (2): sebagai
penghormatan
dan penghargaan
kepada lanjut usia
diberikan hak untuk
meningkatkan
kesejahteraan
sosial yang
meliputi: a)
Pelayanan
keagamaan dan
mental spiritual;
b) Pelayanan
kesehatan;
c) Pelayanan
kesempatan kerja;
d) Pelayanan
pendidikan dan
pelatihan; e)
Kemudahan dalam
penggunaan
fasilitas, sarana dan
prasarana umum;
f) Kemudahan
dalam layanan dan
bantuan hukum; g)
Perlindungan sosial;
h) Bantuan sosial.

Pasal 35 ayat
(1): pemberian
perlindungan
sosial
dimaksudkan
untuk memberikan
pelayanan bagi
lanjut usia tidak
potensial agar
dapat mewujudkan
taraf hidup yang
wajar

Bab VII (Peran


masyarakat) pasal
22 (1): masyarakat
mempunyai hak

66

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

dan kesempatan
yang seluasluasnya untuk
berperan dalam
upaya peningkatan
kesejahteraan
sosial lanjut usia.

Perlindungan
sosial
sebagaimana
dimaksud
dalam ayat (1)
dilaksanakan
melalui
pemeliharaan taraf
kesejahteraan
sosial yang
diselenggarakan
baik di dalam
maupun di luar
panti.
Lanjut usia tidak
potensial terlantar
yang meninggal
dunia dimakamkan
sesuai dengan
agamanya dan
menjadi tanggung
jawab pemerintah
dan/atau
masyarakat

6. Partisipasi
Sipil
dan
Pekerjaan

Bab I (ketentuan
umum) pasal 1:
lanjut usia potensial
adalah lanjut
usia yang masih
mampu melakukan
pekerjaan dan
atau kegiatan yang
dapat menghasilkan
barang dan/atau
jasa.

Pasal 9 ayat
(1): pelayanan
kesempatan
kerja bagi lanjut
usia potensial
dimaksudkan
memberi
peluang untuk
mendayagunakan
pengetahuan,
keahlian,
kemampuan,
keterampilan, dan
pengalaman yang
dimilikinya.

Bab IV pasal 10
ayat (2) point (e)
: pengetahuan
masyarakat
(community
knowledge), yaitu
pengetahuan yang
dimiliki masyarakat
dalam bentuk
komunikasi, informasi
dan edukasi yang
dapat didayagunakan
untuk kegiatan
penangannan lanjut
usia seperti lomba
mengarang dan usaha
ekonomi produktif
(uep)

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

67

Bab VI
(Pelaksanaan) pasal
15 (1): pelayanan
kesempatan
kerja bagi lanjut
usia potensial
dimaksudkan
memberi
peluang untuk
mendayagunakan
pengetahuan,
keahlian,
kemampuan,
keterampilan, dan
pengalaman yang
dimilikinya.

Pasal 9 ayat
(2): pelayanan
kesempatan kerja
sebagaimana
dimaksud
dalam ayat (1)
dilaksanakan
pada sektor
formal dan non
formal, melalui
perseorangan,
kelompok/
organisasi atau
lembaga baik
pemerintah
maupun
masyarakat.

Bab VI
(Pelaksanaan) pasal
15 (2): pelayanan
kesempatan kerja
sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1)
dilaksanakan pada
sektor formal dan
nonformal, melalui
perseorangan,
kelompok/
organisasi, atau
lembaga, baik
pemerintah maupun
masyarakat.

Pasal 12:
setiap pekerja/
buruh lanjut
usia potensial
mempunyai hak
dan kewajiban
yang sama dengan
pekerja/buruh
lainnya sesuai
dengan ketentuan
peraturan
perundangundangan yang
berlaku.

Pasal 14: dunia


usaha dan
masyarakat
berperan serta
secara aktif dalam
menumbuhkan
iklim usaha
bagi lanjut usia
potensial.

68

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Pasal 15 ayat
(1): lanjut usia
potensial yang
mempunyai
keterampilan dan/
atau keahlian
untuk melakukan
usaha sendiri atau
melalui kelompok
usaha bersama
dapat diberikan
bantuan sosial.
7. Komunikasi
dan
Informasi

Pasal 25 ayat
(2): penyediaan
aksesbilitas yang
berbentuk non
fisik sebagaimana
dimaksud dalam
pasal 24 hurub b
meliputi:
a. Pelayanan informasi
b. Pelayanan
khusus
Pasal 30:
pelayanan
informasi
sebagaimana
dimaksud dalam
pasal 25 ayat
(2) huruf a,
dilaksanakan
dalam bentuk
penyediaan dan
penyebarluasan
informasi yang
menyangkut
segala bentuk
pelayanan yang
disediakan bagi
lanjut usia.

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

69

Pasal 31:
pelayanan khusus
sebagaimana
dimaksud dalam
pasal 25 ayat
(2) huruf b,
dilaksanakan
dalam bentuk:
a. Penyediaan
tanda-tanda
khusus, bunyi
dan gambar
pada tempattempat khusus
yang disediakan pada
setiap sarana
dan prasarana
pembangunan/
fasilitas umum
b. Penyediaan
media massa
sebagai sumber informasi
dan sarana komunikasi antar
lanjut usia.
8. Dukungan Masyarakat dan
Pelayanan Kesehatan

70

Bab V
(Pemberdayaan)
pasal 11: upaya
peningkatan
kesejahteraan
sosial bagi lanjut
usia potensial
meliputi: a.
Pelayanan
keagamaan dan
mental spiritual;
b. Pelayanan
kesehatan;
c. Pelayanan
kesempatan kerja;

Pasal 8 ayat
(1): pelayanan
kesehatan
dimaksudkan
untuk memelihara
dan meningkatkan
derajat kesehatan
dan kemampuan
lanjut usia agar
kondisi fisik,
mental, dan
sosialnya dapat
berfungsi secara
wajar.

Bab IV pasal 10
ayat (2) point (c) :
dana masyarakat
(community fund)
yaitu dana-dana
masyarakat seperti
dana jaminan
kesehatan masyarakat
(Jamkesmas) yang
digunakan bagi
penanganan lanjut
usia.

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

d. Pelayanan
pendidikan dan
pelatihan; e.
Pelayanan untuk
mendapatkan
kemudahan dalam
penggunaan
fasilitas, sarana dan
prasarana umum;
f. Pemberian
kemudahan dalam
layanan dan
bantuan hukum; g.
Bantuan sosial.
Bab V
(Pemberdayaan)
pasal 12: upaya
peningkatan
kesejahteraan
sosial bagi
lanjut usia tidak
potensial meliputi:
a. Pelayanan
keagamaan dan
mental spiritual;
b. Pelayanan
kesehatan; c.
Pelayanan untuk
mendapatkan
kemudahan dalam
penggunaan
fasilitas, sarana dan
prasarana umum;
d. Pemberian
kemudahan dalam
pelayanan dan
bantuan hukum; e.
Perlindungan sosial.

Pasal 8 ayat
(2) : pelayanan
kesehatan bagi
lanjut usia sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1)
dilaksanakan
melalui
peningkatan :
a. Penyuluhan dan
penyebarluasan
informasi kesehatan lanjut
usia
b. Upaya penyembuhan (kuratif),
yang diperluas
pada bidang
pelayanan
geriatrik/gerontologik
c. Pengembangan
lembaga perawatan lanjut
usia yang menderita penyakit
kronis dan/
atau penyakit
terminal

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

71

d. derita penyakit
kronis dan/
atau penyakit
terminal
Bab VI
(Pelaksanaan) pasal
14 (1): pelayanan
kesehatan
dimaksudkan
untuk memelihara
dan meningkatkan
derajat kesehatan
dan kemampuan
lanjut usia, agar
kondisi fisik,
mental, dan
sosialnya dapat
berfungsi secara
wajar.
Bab VI
(Pelaksanaan) pasal
14 (2): pelayanan
kesehatan bagi
lanjut usia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui
peningkatan: a.
Penyuluhan dan
penyebarluasan
informasi kesehatan lanjut
usia; b. Upaya
penyembuhan
(kuratit), yang
diperluas pada
bidang pelayanan
geriatrik/gerontologik; c.
Pengembangan
lembaga perawatan
lanjut usia yang.
72

Pasal 8 ayat
(3): untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan bagi
lanjut usia yang
tidak mampu,
diberikan
keringanan
biaya sesuai
dengan ketentuan
peraturan
perundangundangan yang
berlaku.
Bab IV pasal 10
ayat (2) point (c) :
dana masyarakat
(community fund)
yaitu dana-dana
masyarakat seperti
dana jaminan
kesehatan masyarakat
(Jamkesmas) yang
digunakan bagi
penanganan lanjut
usia.

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

menderita kronis
dan/atau penyakit
terminal
Bab VI
(Pelaksanaan)
pasal 14 (3): untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan bagi
lanjut usia yang
tidak mampu,
diberikan
keringanan dan
biaya sesuai
dengan ketentuan
peraturan
perundanganundangan yang
berlaku.

Regulasi lain yang terkait dengan kelanjutusiaan mencakup:


Kepres No. 52 tahun 2004 tentang Pembentukan Komisi
Nasional Lanjut Usia dan Penyusunan Keanggotaannya.
Komisi Nasional Lanjut Usia bertugas membantu presiden dalam
mengkoordinasikan pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan
sosial lanjut usia dan memberikan saran dan pertimbangan
kepada presiden dalam penyusunan kebijakan upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia. Keanggotaan komisi nasional lanjut
usia yang berasal dari unsur pemerintah merupakan wakil instansi
pemerintah yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintah di
bidang kesejahteraan rakyat, kesehatan, sosial, kependudukan dan
keluarga berencana, ketenagakerjaan, pendidikan nasional, agama,
permukiman dan prasarana wilayah, pemberdayaan perempuan,
kebudayaan dan pariwisata, perhubungan serta pemerintah dalam
negeri.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

73

Undang-undang RI No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan
untuk: meningkatkan taraf kesejahteraan; kualitas dan kelangsungan
hidup; memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian; meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah
dan menangani masalah kesejahteraan sosial; meningkat kan
kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha
dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial
secara melembaga dan berkelanjutan; meningkatkan kualitas
manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Penyelenggaraan
kesejahteraan sosial dilakukan berdasarkan asas: kesetiakawanan,
keadilan, kemanfaatan, keterpaduan, kemitraan, keterbukaan,
akuntabilitas, partisipasi, profesionalitas, dan keberlanjutan.
Undang-undang RI No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia. Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar Manusia
mencakup hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan
keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan,
hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, hak
anak, kewajiban dasar manusia, kewajiban dan tanggung jawab
pemerintah, pembatasan dan larangan, komisi nasional hak asasi
manusia, partisipasi masyarakat, pengadilan hak asasi masyarakat.
Rencana Aksi Nasional Lanjut Usia 2009-2014 (RAN-LU).
Merupakan wujud komitmen pemerintah dalam pemenuhan dan
perlindungan lanjut usia yang ditandatangani Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat R.I. pada bulan Desember 2008.
RAN-LU adalah pengejawantahan dan hasil reduksi dari sejumlah
komitmen nasional dan internasional yang diharapkan mampu
74

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

menjawab sejumlah isu nasional untuk lanjut usia serta kebutuhan


strategis untuk lanjut usia secara komprehensif dengan bersandar
pada kekuatan, kelemahan, peluang dan kesempatan yang dimiliki
selama ini. Rencana Aksi Nasional Lanjut Usia 2009-2014 mencakup sembilan butir yaitu:
1. Membentuk dan memperkuat Kelembagaan Lanjut Usia
2. Memperkuat Koordinasi Antar Instansi dan Institusi terkait
3. Memperkuat Penanganan terhadap Lanjut Usia Miskin, Terlantar, Cacat dan mengalami Tindak Kekerasan
4. Memelihara dan memperkuat dukungan Keluarga danMasyarakat terhadap Kehidupan Lanjut Usia
5. Memantapkan Upaya Pelayanan Kesehatan bagi Lanjut usia
6. Meningkatkan Kualitas Hidup Lanjut Usia baik dari Aspek Ekonomi, Mental Keagamaan, Aktualisasi dan Kualitas Diri Lanjut
Usia
7. Meningkatkan Upaya Penyediaan Sarana dan Fasilitas Khusus
bagi Lanjut Usia
8. Meningkatkan Upaya Mutu Pendidikan Kemandirian bagi Lanjut
Usia
9. Meningkatkan Jaringan Kerja sama Internasional
5.2. Komitmen Global
Secara global komitmen tentang kelanjutusiaan juga sangat
kuat di antaranya ditandai dengan lahirnya sejumlah deklarasi
dan rencana aksi internasional oleh berbagai negara tentang
kelanjutusiaan yang dikukuhkan oleh PBB atau diprakarsai
oleh lembaga internasional di antaranya:
5.2.1. Rencana Aksi Internasional Lanjut Usia, Madrid, 2002
Rencana Aksi Internasional Lanjut Usia, Madrid
(2002) menetapkan tiga sasaran prioritas. Pertama,
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

75

pengarusutamaan penduduk lanjut usia dalam pembangunan. Kedua, mempertahankan kesehatan dan
kesejahteraan lanjut usia. Ketiga, lingkungan yang mendukung dan ramah semua usia termasuk lanjut usia.
Prioritas ketiga ini selaras dengan delapan dimensi yang
dipromosikan oleh WHO. Dan sebaliknya adanya kota
ramah lansia mendukung terwujudnya prioritas satu dan
dua.
Masing-masing prioritas rencana aksi internasional
ini mencakup sejumlah isu. Isu yang dicakup oleh
prioritas pertama pegarusutamaan penduduk lanjut
usia dalam pembangunan adalah, Isu 1: partisipasi aktif
dalam masyarakat dan pembangunan; isu 2: pekerjaan
dan angkatan kerja para lanjut usia; isu 3: pembangunan pedesaan, migrasi dan urbanisasi; Isu 4: akses
pengetahuan, pendidikan dan pelatihan; Isu 5: solidaritas
antargenerasi; isu 6: penghapusan kemiskinan; Isu 7:
jaminan pendapatan, jaminan sosial/keamanan sosial,
dan pencegahan kemiskinan; Isu 8: situasi darurat.
Isu yang dicakup oleh prioritas kedua mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia di antaranya, Isu 1: peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
hidup; Isu 2: akses pelayanan kesehatan yang setara dan
universal; Isu 3: para lansia dan HIV/AIDS; Isu 4: pelatihan untuk petugas kesehatan dan para profesional; Isu 5:
kebutuhan kesehatan mental bagi para lansia; Isu 6: para
lansia dan penyandang cacat.
Isu yang dicakup oleh prioritas ketiga lingkungan
yang mendukung dan rahmah semua usia termasuk lanjut usia di antaranya, Isu 1: perumahan dan lingkungan
76

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

tempat tinggal; Isu 2: pelayanan dan dukungan bagi para


perawat (caregivers); Isu 3: pengabaian, penyalahgunaan,
dan kekerasan; Isu 4: Citra para orang lansia.
5.2.2. Sepuluh Prioritas Untuk Memaksimalkan Kesempatan
Masyarakat Lanjut Usia (2012, UNEPA)
1. Mengenali pentingnya perhatian untuk masyarakat
lanjut usia serta pentingnya mempersiapkan semua
stakeholder (pemerintah, masyarakat sipil, sektor
swasta, komunitas, dan keluarga) secara cukup dalam
menghadapi pertumbuhan masyarakat lansia. Hal ini
dilakukan dengan meningkatkan pemahaman, memperkuat kapasitas daerah dan nasional, serta mengembangkan reformasi sosial, ekonomi, dan politik yang
diperlukan dalam menyesuaikan masyarakat ke dalam
lingkungan lansia.
2. Memastikan bahwa semua orang lanjut usia bisa
hidup secara aman dan bermartabat, bisa menikmati
akses pelayanan kesehatan dan sosial serta mendapatkan pendapatan minimum melalui penyelenggaraan
jaminan sosial tingkat nasional serta investasi sosial
lainnya yang mencakup otonomi dan kemandirian
para lansia, mencegah kemiskinan pada hari tua dan
memberikan kontribusi kepada masyarakat lansia
yang lebih sehat. Tindakan ini harus didasarkan pada
visi jangka panjang, dan didukung oleh komitmen
politik yang kuat serta jaminan budget yang akan
mencegah dampak negatif pada saat krisis atau pergantian pemerintah.
3. Mendukung masyarakat serta keluarga untuk mengembangkan sistem pendukung yang bisa memastiSatu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

77

kan bahwa masyarakat lanjut usia yang lemah akan


mendapatkan perawatan jangka panjang yang mereka
butuhkan serta meningkatkan kehidupan masyarakat
lansia yang sehat dan aktif pada tingkat daerah untuk
memfasilitasi masyarakat lansia dengan tepat.
4. Menanamkan modal kepada masyarakat yang lebih
muda zaman sekarang dengan mengkampanyekan
kebiasaan sehat, dan memastikan kesempatan pendidikan dan pekerjaan, akses ke pelayanan kesehatan,
dan cakupan jaminan sosial untuk semua pekerja
sebagai investasi terbaik untuk meningkatkan taraf
hidup para lansia pada generasi-generasi berikutnya. Lapangan kerja yang leksibel, pembelajaran
seumur-hidup dan kesempatan pelatihan ulang harus
dimajukan untuk memfasilitasi integrasi dalam pasar
kerja dari para lansia generasi sekarang.
5. Mendukung usaha nasional dan internasional untuk
mengembangkan penelitian komparatif terhadap
masyarakat lansia, serta memastikan ketersediaan
data dan fakta-fakta berbasis gender dan berbudaya
(culture-sensitive) dari hasil penelitian tersebut untuk
kepentingan pembuatan-kebijakan.
6. Memasukkan isu lansia ke dalam semua kebijakan
gender dan memasukkan gender ke dalam kebijakan
lansia, dengan mempertimbangkan persyaratan-persyaratan khusus dari lansia laki-laki dan perempuan.
7. Memastikan keterlibatan para lansia serta pentingnya
para lansia di dalam semua kebijakan dan program
pengembangan nasional.
8. Memastikan keterlibatan para lansia serta pentingnya
78

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

para lansia di dalam kegiatan kemanusiaan nasional,


mitigasi perubahan iklim dan rencana-rencana perubahan, serta manajemen bencana dan programprogram kesiapan.
9. Memastikan bahwa isu lansia telah dimasukkan
dalam agenda pembangunan pasca-2015, termasuk
dalam indikator-indikator atau tujuan khusus.
10. Mengembangkan budaya baru berbasis keadilan terhadap lansia dan perubahan pola pikir dan perilaku
masyarakat terhadap para lansia dan isu penuaan,
yang dahulunya hanya penerima berubah menjadi
masyarakat yang aktif dan memiliki kontribusi kepada
masyarakat. Hal ini memerlukan kerja sama dari para
pengembang instrumen hak-asasi manusia internasional serta perwujudannya ke dalam hukum dan
peraturan-peraturan nasional dan langkah-langkah
airmatif (affirmative measures) berkaitan dengan
diskriminasi umur, dan menganggap golongan lansia
sebagai masyarakat yang mandiri (autonomous).
5.2.3. Dokumen Penuan Aktif WHO
Berikut adalah dokumen penuaan aktif menurut WHO
yang dicanangkan pada Rencana Aksi Internasional
Lanjut Usia, Madrid (2002). Momen di Madrid tersebut
merupakan bagian dari upaya mengkampanyekan tujuan
penuaan aktif di berbagai belahan dunia. Penuaan Aktif
(Active Ageing) menurut WHO terdiri dari tiga pilar yakni
Kesehatan, Partisipasi, dan Keamanan.
Pilar Kesehatan mencakup empat hal yaitu: (1) Pencegahan dan penurunan beban kecacatan, penyakit kronis
dan penuaan dini. (2) Penurunan faktor risiko berhubungSatu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

79

an dengan penyakit yangumum pada lanjut usia atau


penyakit kronis yang dimulai pada usia menengah, dan
meningkatkan berbagai factor yang mempertahankan
kesehatanselamasikluskehidupanseseorang. (3) Mengembangkan suatu sistem pelayanan kesehatan dansosial
ramah lanjut usia yang memenuhi kebutuhan dan hakperempuan dan laki-laki di masa tua. (4) Memberikan
pelatihan dan pendidikan bagi pengasuh lanjutusia.
Pilar Partisipasi mencakup: (1) Menyediakan pendidikan dan kesempatan belajar sepanjang siklus kehidupan seseorang. (2) Memahami dan menfasilitasi partisipasi
aktif masyarakat dalam kegiatan pembangunan ekonomi,
baik formal maupun informal, dan kegiatan kerelawanan
bagi lanjut usia sesuai kebutuhan pribadi, keinginan dan
kemampuan. (3) Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan kemasyarakatan sampai
usia tua.
Pilar Keamanan terdiri dari: (1) Menjamin
perlindungan, keamanan dan harga diri lanjut usia
dengan memenuhi kebutuhan dan hak sosial, inansial
dan keamanan isik. (2) Menurunkan ketidakadilan dalam
hak dan kebutuhan keamanan perempuan lanjut usia. Di
samping budaya dan gender terdapat enam faktor yang
mempengaruhi pencapaian ketiga pilar penuaan aktif ini
yaitu: determinan isik, pribadi, layanan kesehatan dan
sosial, ekonomi, sosial dan tingkah laku.
Gagasan kota ramah lansia WHO mencakup kebijakan, pelayanan, kondisi dan struktur pendukung, dan
mendorong orang menua secara aktif melalui 5 hal:
(1) Pengakuan dari cakupan luas kapasitas dan sumber
80

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

daya lansia; (2) Antisipasi dan respons leksibel terhadap


kebutuhan dan preferensi berhubungan usia; (3) Menghargai keputusan dan pilihan gaya hidup; (4) Melindungi
mereka yang rentan; dan (5) Mempromosi inklusi dan
kontribusi lansia di setiap aspek kehidupan masyarakat.
5.2.4. Dokumen Kota Ramah Lanjut Usia WHO
A. Delapan Dimensi Kota Ramah Lansia
Selain sebagai bagian dari upaya mencapai sasaran
yang dicanangkan dalam Rencana Aksi Internasional
Lanjut Usia, Madrid, 2002, gagasan Kota Ramah Lanjut
Usia WHO juga dibentuk dalam kerangka pencapaian
penuaan aktif. Gagasan Kota Ramah Lanjut Usia WHO
ini respon atas tantangan keberhasilan pembangunan
manusia selama abad terakhir yaitu terjadinya penuaan
penduduk dan urbanisasi. Dokumen kota ramah lansia
dibangun dari hasil penelitian di 33 kota dari semua
benua. Termasuk di dalamnya enam kota megapolitan
yang berpenduduk lebih dari 10 juta yaitu Kota Meksiko, Moskow, New Delhi, Rio de Janeiro, Shanghai
dan Tokyo.
Studi ini menggunakan pendekatan partisipatorik
dari bawah ke atas (bottom-up) dengan melibatkan
1.485 lansia dalam analisis. Studi juga menggambarkan
situasi mereka dalam memberikan penerangan
terhadap kebijakan pemerintah yang diselenggarakan
antara September 2006 hingga April 2007. Karakteristik
peserta adalah lanjut usia yang berusia 60 tahun
ke atas berasal dari kelompok penghasilan rendah
dan menengah. Sebagai informasi pelengkap, juga
diwawancarai 250 pengasuh dan 515 petugas layanan.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

81

Delapan dimensi kota ramah lanjut usia dieksplorasi


dalam kelompok yang diteliti untuk memberikan
gambaran menyeluruh tentang keramah-lansiaan suatu
kota. Dimensi ini mencakup ciri kota yang terdiri dari
struktur, lingkungan, pelayanan, dan kebijakan yang
menggambarkan determinan penuaan aktif. Delapan
dimensi kota ramah lanjut usia ini adalah:
1. Gedung dan Ruang Terbuka
2. Transportasi
3. Perumahan
4. Partisipasi Sosial
5. Penghormatan dan Inklusi/Keterlibatan Sosial
6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan
7. Komunikasi dan Informasi
8. Pelayanan Masyarakat dan Kesehatan
Tiga dimensi pertama, ruang terbuka dan bangunan (1), transportasi (2) dan perumahan (3) adalah ciri
kunci lingkungan isik kota. Ketiga dimensi ini memilki
pengaruh kuat terhadap mobilitas pribadi, keselamatan
dari cidera, keamanan dari kriminalitas, perilaku sehat,
dan partisipasi sosial.
Ketiga dimensi berikutnya, Partisipasi Sosial (4),
Penghormatan dan Keterlibatan (inklusi) Sosial (5), Partisipasi Sipil dan Pekerjaan (6) menggambarkan aspek
lingkungan sosial dan budaya yang mempengaruhi
partisipasi dan rasa sehat mental.
Partisipasi sosial (4) mengacu pada hubungan lansia dalam rekreasi, sosialisasi dan aktivitas kultural,
edukasi dan spiritual.
Penghormatan dan inklusi sosial (5) berhubungan
dengan sikap, perilaku dan kesan lansia dan ko82

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

munitas secara keseluruhan terhadap lansia.


Partisipasi sipil dan pekerjaan (6) berhubungan
dengan kesempatan untuk kewarganegaraan, pekerjaan tidak dibayar; hal tersebut berhubungan
dengan lingkungan sosial dan determinan ekonomi
penuaan aktif.
Dua determinan terakhir, komunikasi dan informasi
(7) serta dukungan komunitas dan layanan kesehatan
(8) melibatkan lingkungan sosial dan determinan layanan kesehatan dan sosial.
Sama halnya dengan determinan penuaan aktif, kedelapan dimensi kota ramah lanjut usia saling mengisi/
menguatkan dan berinteraksi:
Penghormatan dan inklusi sosial (5) dilukiskan
dalam aksesibilitas bangunan dan ruang (1) dan
cakupan peluang yang ditawarkan kota kepada
lansia untuk partisipasi sosial, hiburan (4) dan
pekerjaan (6).
Partisipasi sosial (4) mempengaruhi inklusi sosial
(5) disamping akses pada informasi (7)
Perumahan (2) mempengaruhi kebutuhan layanan
dukungan komunitas (8)
Partisipasi sosial (4), sipil dan ekonomi (6) sebagian
dipengaruhi oleh aksesibilitas dan keamanan ruang
terbuka dan bangunan publik (1).
Transportasi (2) serta komunikasi dan informasi
(7) terutama berinteraksi dengan area lain: tanpa
transportasi atau kemampuan memperoleh informasi tak memungkinkan orang bertemu dan
berhubungan.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

83

B. Check List (Daftar) Kota Ramah Lansia


Tabel 14. Tabel Check List Ruang Terbuka
Dan Bangunan Ramah Lansia
Long Check Lict
Sub Domain

Check List

Short Check List

Lingkungan Kota bersih dengan peraturan Area publik bersih dan nyayang diterapkan untuk memman (RLA01a)
batasi kebisingan dan bau
Taman dan tempat duduk
menyengat atau berbahaya di
di luar jumlahnya memadai,
tempat umum (RLA01a)
terawat dengan baik dan
aman (RLA02a)
Ruang
Ruang hijau dirawat baik
Hijau
dan aman dengan fasilitas
Jalan untuk pejalan kaki
dan Jalur
toilet dan perlindungan
terawat dengan baik,
Pejalan
cukup serta tempat duduk
bebas hambatan dan diuterjangkau (RLA02a)
tamakan untuk pejalan kaki
Jalur ramah pejalan
(RLA03a)
bebas hambatan, mulus,
mempunyai toilet dan mudah Jalan anti-selip, cukup luas
untuk kursi roda dan meterjangkau (RLA03a)
miliki bagian trotoar yang
Bangku
Tempat duduk tersedia
sama rata dengan permuruang
terutama di taman, tempat
kaan jalan (RLA04a)
terbuka
pemberhentian dan ruang
Persimpangan untuk pepublik serta di tempatkan
jalan kaki memiliki jumlah
cukup baik, dirawat baik,
dan diawasi untuk menjamin
yang memadai dan aman
akses bagi semua (RLA02a)
bagi penyandang cacat,
memiliki tanda anti selip,
Trotoar
Trotoar dirawat dengan
petunjuk visual dan audio,
baik, mulus, anti slip dan
dan waktu yang mencucukup lebar bagi kursi roda
kupi untuk menyebrang
dengan tepi landai ke jalanan
(RLA05A, RLA05B)
(RLA04a)
Trotoar bebas segala
Pengemudi memberikan
hambatan (seperti asongan,
jalan bagi pejalan kaki kemobil, pepohonan, tinja
tika di persimpangan dan
binatang, salju) dan pejalan
penyebrangan (RLA06a)
mempunyai prioritas
Jalur sepeda dipisahkan
penggunaan (RLA03a)
dari jalur pejalan kaki serta
jalan-jalan lain (RLA07a)
84

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Jalanan

Lalu lintas

Jalur
sepeda
Keamanan

Pelayanan

Jalanan bersifat anti slip,


persimpangan jalur cukup
memadai untuk menjamin
keamanan penyeberang jalan
(RLA05a)
Jalanan dirancang baik
dan struktur fisik sesuai
seperti area ditengah
penyeberangan, terowongan
atas maupun bawah
untuk membantu pejalan
menyeberang jalanan yang
penuh kendaraan (RLA05a)
Lampu persimpangan jalan
memungkinkan waktu cukup
untuk lansia menyeberang
jalanan dan mempunyai
tanda visual dan audio
(RLA05b)

Peraturan lalu lintas ditaati


dengan pengendara
memprioritaskan pejalan
(RLA06a)

Jalur sepeda terpisah


(RLA07a)

Keamanan umum di
semua ruang terbuka dan
bangunan merupakan
prioritas sebagai contoh
upaya untuk menurunkan
resiko pada bencana alam,
penerangan jalan baik, patrol
polisi, pentaatan hukum,
dan inisiatif dukungan
masyarakat dan keselamatan
pribadi (RLA08a, RLA08b)

Keamanan di luar ruangan


didukung oleh penerangan
jalan yang baik, polisi patroli, dan pendidikan komunitas (RLA08a)
Pelayanan pelanggan
khusus tersedia, misalnya
tempat antrian terpisah
atau tempat pelayanan
khusus bagi orang tua
(RLA10a)
Pelayanan berada di lokasi
yang berdekatan dan dapat
diakses (RLA09a)
Bangunan memiliki tanda
yang jelas baik di luar
maupun di dalam, dengan
jumlah toilet yang mencukupi, elevators yang
bisa diakses, jalan landai,
terali dan anak tangga,
serta lantai anti selip
(RLA11a,RLA11b)
Toilet umum di luar dan di
dalam ruangan memiliki
jumlah yang memadai,
bersih, terawat dengan
baik, dan dapat diakses
(RLA12a)

Pelayanan terkelompok,
lokasi dekat tempat tinggal
lansia dan mudah diakses
(contoh lokasi di lantai dasar
bangunan) (RLA09a)

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

85

Terdapat layanan pelanggan


khusus bagi lansia seperti
tempat antrian terpisah atau
konter khusus untuk lansia
(RLA10a)
Bangunan

Toilet
umum

Akses ke dalam bangunan


mempunyai: (RLA11a,
RLA11b)
- Lift
- Jalan landai
- Tanda memadai
- Pegangan tangga
- Tangga tidak terlalu tinggi
atau curam
- Lantai tidak licin
- Tempat istirahat dengan
kursi nyaman
- Toilet umum memadai

Toilet umum bersih, dirawat


baik, mudah dijangkau bagi
orang dengan berbagai
kemampuan, dirancang baik
dan di tempatkan di lokasi
mudah dicapai (RLA12a)

Tabel 15.
Tabel Check List Transportasi Ramah Lansia (Lanjutan)
Long Check Lict
Sub Domain
Keterjangkauan

Check List

Transportasi umum
terjangkau bagi semua
lansia (RLB01a)

Konsistensi dan pengenaan tarif transportasi


jelas (RLB01a)

86

Short Check List


Biaya transportasi umum tetap,
terpampang dengan jelas,
serta harganya terjangkau
(RLB01a)
Transportasi umum banyak
dan dapat dipercaya, dan
beroperasi pada malam hari,
akhir pekan dan hari libur
(RLB02a)

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Keteran Transportasi umum dapat Semua area perkotaan dan


dalan dan
diandalkan dan sering
tempat pelayanan bisa dijangpenerap-an
(termasuk pelayanan
kau oleh transportasi umum,
waktu malam dan akhir
memiliki koneksi yang bagus,
pekan) (RLB02a)
info rute dan jenis kendaraannya jelas (RLB03a,RLB03b)
Tujuan
Transportasi umum
perjalanan
tersedia untuk lansia
Kendaraan bersih, terawat,
mencapai tujuan penting
dan bisa diakses. Tidak
seperti rumah sakit,
berjubel dan tempat duduk
puskesmas, taman
diprioritaskan untuk para lansia
umum, pusat belanja,
(RLB04a, RLB04b)
bank dan tempat
Transportasi khusus tersepertemuan lansia
dia bagi penyandang cacat
(RLB03a)
(RLB05a)
Semua tempat dilayani
secara memadai oleh
Pengemudi memberhentikan
rute transportasi di
kendaraan di tempat yang
dalam kota (termasuk
sudah dibuat dan di samping
daerah pinggiran kota)
tepi jalan untuk memudahkan
dan antar kota (RLB03a)
penumpang untuk naik dan
Rute transportasi
menunggu penumpang untuk
terhubung dengan
duduk sebelum kendaraan berberbagai pilihan
jalan (RLB06a, RLB06b)
transportasi lain
(RLB03b)
Terminal bis dan pemberhen-

Kenda Kendaraan dapat diakses,


tian terletak di lokasi yang nyaraan ramah
dengan landasan yang
man dan dapat diakses, aman,
lansia
dapat diturunkan, tangga
bersih, penerangan cukup, tanrendah dan tempat duduk
danya jelas, dan tempat duduk
lebar, dan tinggi (untuk
serta shelter yang mencukupi
orang cacat) (RLB04a)
(RLB07a, RLB07b)
Kendaraan bersih dan
Informasi lengkap dan dapat
dirawat baik (RLB04a)
diakses bagi pengguna
Kendaraan mempunyai
tertutama tentang rute, jadtanda jelas yang
wal, dan fasilitas bagi mereka
menunjukan nomer dan
tujuan kendaraan
yang berkebutuhan khusus
(RLB08a)
Layanan
Layanan transportasi
khusus
khusus memadai
Pelayanan transportasi sukaretersedia bagi orang cacat
la tersedia ketika transportasi
(RLB05a)
umum terbatas (RLB09a)

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

87

Tempat duduk prioritas


Taxi dapat diakses dan haruntuk lansia tersedia, dan
ganya terjangkau, dan sopir
ditaati oleh penumpang
taksinya sopan dan membantu
lain (RLB04b)
penumpang lansia (RLB10a,
RLB10b)
Supir trans- Sopir sopan, me Jalanan terawat dengan baik,
portasi
naati peraturan lalu
selokan tertutup, dan pencalintas, berhenti pada
hayaan cukup (RLB11a)
tempat pemberhentiaan,
menunggu sampai pen Regulasi lalu lintas tertata denumpang duduk sebelum
gan baik (RLB12a)
melanjutkan perjalanan,
berhenti dipinggi jalan
Jalanan bebas dari hambatan
untuk memudahkan lanyang bisa menghalangi pansia turun dari kendaraan
dangan pengemudi (RLB13a)
(RLB06a, RLB06b)
Tanda-tanda lalu lintas jelas
Keamanan Transportasi umum
dan persimpangan bisa terlihat
dan kenyaaman dari kejahatan dan
manan
tidak penuh sesak
dan letaknya tepat (RLB14a)
Tempat
duduk
prioritas

Pember Tempat pemberhentian


Pendidikan bagi para pengehentian
transportasi terletak
mudi dan refresher courses
dan stasiun
dekat tempat tinggal
dianjurkan bagi semua pengetranslansia, dilengkapi
mudi kendaraan (RLB15a)
portasi
tempat duduk dan
tempat pemberhentiaan, Tempat parkir dan area untuk
terlindungi dari hujan,
menurunkan penumpang
bersih dan aman,
aman, jumlahnya mencudengan penerangan baik
kupi, serta lokasinya nyaman
(RLB07b)
(RLB16a)
Stasiun dapat diakses,
jalur landai, terdapat
Tempat parkir dan tempat untuk
tangga berjalan, landasan
menurunkan penumpang bagi
sesuai, toilet umum dan
mereka yang berkebutuhan
tanda yang jelas dan
khusus (RLB17a)
strategis (RLB07b)
Pemberhentian dan
stasiun transportasi
mudah diakses dan
lokasi strategis (RLB07a)
Staf stasiun ramah dan
membantu
88

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Informasi

Transport
komunitas

Taksi

Jalanan

Informasi di berikan
kepada lansia mengenai
penggunaan transportasi
umum dan berbagai
pilihan transportasi yang
tersedia (RLB08a)
Jadwal jelas dan mudah
terjangkau (RLB08a)
Jadwal dengan jelas
menunjukkan rute bis
yang dapat diakses oleh
orang cacat (RLB08a)

Layanan transport
komunitas termasuk
sopir relawan dan
layanan ulang-alik
tersedia untuk membawa
lansia ke kegiatan dan
tempat khusus (RLB09a)

Taksi terjangkau dengan


diskon atau tarif subsidi
untuk lansia penghasilan
rendah (RLB10a)
Taksi nyaman dan dapat
diakses dengan tempat
untuk kursi roda dan atau
rangka berjalan
Sopir taksi sopan dan
membantu (RLB10b)

Jalanan di rawat baik,


lebar dan penerangan
baik, mempunyai desain
dan alat penenang lalu
lintas, signal lalu lintas
dan lampu penerangan,
inter seksi dengan tanda
jelas, saluran tertutup
dan tanda jelas dan strategis (RLB11a)
Arus lalu lintas diatur
dengan baik (RLB12a)

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

89

Jalanan bebas hambatan


yang dapat menghambat pandangan sopir
(RLB13a)
Peraturan jalanan ditaati
dan sopir dididik untuk
mengikuti peraturan

Kompetensi Kursus penyegaran


pengendara
diberikan dan ditawarkan
(RLB15a)
Perparkiran Perparkiran murah
tersedia (RLB16a)
Tempat parkir prioritas
diberikan kepada
lansia dekat bangunan
dan pemberhentian
transportasi (RLB17a)
Tempat parkir prioritas
diberikan kepada orang
cacat dekat bangunan
dan pemberhentian
transportasi,
penggunaannya
dimonitor (RLB17a)
Tempat pemberhentian
dan pengangkutan
dekat bangunan dan
pemberhentian transportasi diberikan kepada
orang cacat dan lansia
(RLB17a)

90

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Tabel 16.
Tabel Check List Perumahan Ramah Lansia
Long Check Lict
Sub Domain
Keterjangkauan
Layanan
penting
Desain

Modifikasi

Check List

Short Check List

Rumah yang terjangkau


tersedia untuk semua
lansia (RLC01a)

Perumahan memadai dan harganya terjangkau dengan lokasi


yang aman dan dekat tempat
pelayanan serta masyarakat
Layanan penting
yang lain (RLC01a)
diberikan yang terjangkau
bagi semua (RLC02a)
Perawatan rumah dan layanan
Perumahan dibangun
bantuan mencukupi dan terdengan materi sesuai
jangkau (RLC02a)
dan berstruktur baik
(RLC03a)
Konstruksi perumahan bagus
Terdapat cukup ruang
dan memiliki pelindung dari
untuk memungkinkan
cuaca yang aman dan nyaman
lansia bergerak dengan
(RLC03a)
bebas (RLC04a)
Perlengkapan perumahan Ruangan luas dan permukaan
disesuaikan keadan
rata sehingga memberi kelellingkungan (seperti AC
uasan untuk berjalan di dalam
atau pemanas)
rumah (RLC04a)
Perumahan disesuaikan
untuk lansia, landasan
Pilihan dan perlengkapan
rata, pintu masuk lebar
modifikasi rumah tersedia dan
untuk kursi roda dan
terjangkau, dengan provider
kamar mandi, toilet dan
yang bisa mengerti kebutuhan
dapur dengan rancangan
lansia (RLC05a)
sesuai (RLC04b)
Perumahan dimodifikasi
untuk lansia sesuai
kebutuhan (RLC05a)
Modifikasi perumahan
terjangkau (RLC05a)
Peralatan untuk
modifikasi perumahan
tersedia setiap saat
(RLC05a)
Bantuan finansial
diberikan untuk

Persewaan umum dan perdagangan rumah tersedia dengan


rumah yang bersih, terawat,
dan aman (RLC06a)
Perumahan untuk orang-orang
tua yang lemah dan cacat
tersedia dan pelayanannya tepat (RLC07a)

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

91

modifikasi perumahan
(RLC05a)
Terdapat pengertian baik
tentang cara perumahan
dapat dimodifikasi untuk
memenuhi kebutuhan
lansia (RLC05a)

Perawatan

Penuaan di
tempat

Integrasi
komunitas

Opsi
perumahan

92

Layanan perawatan
terjangkau bagi lansia
Terdapat pemberi
layanan yang mempunyai
kualifikasi sesuai
dan dapat diandalkan
melakukan pekerjaan
perawatan
Perawatan umum,
akomodasi sewa dan
area umum di rawat
dengan baik
Perumahan terletak dekat
layanan dan fasilitas
Layanan terjangkau
diberikan untuk
memungkinkan lansia
tinggal di rumah, untuk
menua di tempat
Lansia mengetahui
dengan baik layanan
yang tersedia untuk
membantu mereka
menua di tempat

Desain perumahan
menfasilitasi integrasi
berkelanjutan bagi lansia
ke dalam komunitas
Pilihan perumahan yang
sesuai dan terjangkau
tersedia bagi lansia,
termasuk lansia lemah
dan cacat di lokasi
mereka (RLC07a)

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Lansia telah diberitahu


dengan baik ketersediaan
pilihan perumahan
Perumahan memadai dan
terjangkau diperuntukkan
bagi lansia tersedia
secara lokal
Pilihan layanan dan
perlengkapan terjangkau
dan aktivitas di fasilitas
perumahan lansia
Perumahan lansia
terintegritas dengan
lingkungan sekitar

Lingkungan Perumahan tidak penuh


hidup
sesak
Lansia merasa nyaman
di lingkungan perumahan
(RLC06a)
Perumahan tidak terletak
di daerah rawan bencana
(RLC06a)
Lansia merasa aman
dalam lingkungan
hidupnya(RLC06a)
Bantuan finansial
diberikan untuk keperluan
keamanan perumahan

Tabel 17.
Tabel Check List Partisipasi Sosial Ramah Lansia
Long Check Lict
Sub Domain
Aksesibilitas
pada
peristiwa
dan
aktivitas

Check List

Short Check List

Lokasi mudah di capai


Tempat untuk acara dan kelansia disekitar tempat
giatan terletak dilokasi yang
tinggal, dengan transpornyaman, dapat diakses, pentasi terjangkau dan memerangan cukup, dan mudah
punyai berbagai pilihan
dijangkau oleh transportasi
(RLD01a)
umum (RLD01a)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

93

Keterjangkauan

Ruang
lingkup
peristiwa
dan
kegiatan

Fasilitas
dan lokasi

94

Waktu peristiwa sesuai


Acara dilaksanakan pada
untuk lansia yakni di pagi
waktu yang sesuai bagi lansia
hari (RLD02a)
(RLD02a)
Lansia mempunyai
Kegiatan dan acara bisa dipilihan berpartisipasi
hadiri oleh lansia baik sendiri
dengan teman atau penmaupun didampingi orang lain
gasuh (RLD03a)
(RLD03a)
Admisi ke peristiwa
terbuka (seperti tanpa
keanggotaan) dan proses Kegiatan dan acara hiburan
terjangkau, tanpa biaya tamadmisi seperti pembelian
bahan atau tersembunyi bagi
karcis cepat pada satu
partisipan (RLD04a)
loket tanpa menungu
lama
Tersedia informasi tentang
Peristiwa dan aktivitas
kegiatan dan acara, termasuk
dan atraksi lokal
rincian pilihan fasilitas dan
terjangkau oleh lansia,
aksesibilitas transportasi bagi
tanpa biaya siluman
para lansia (RLD05a)
atau tambahan (seperti
ongkos transportasi)
Berbagai macam jenis kegiatan
(RLD04a)
ditawarkan untuk menarik
Organisasi relawan
minat berbagai kalangan untuk
didukung oleh sektor
lansia (RLD06a)
publik dan swasta untuk
mempertahankan biaya
Pertemuan yang melibatkan
aktivitas lansia terjangkau
orang tua harus diseleng Aktivitas bervariasi
garakan di tempat umum
tersedia yang menarik
yang berbeda-beda seperti
populasi lansia aneka
pusat rekreasi, sekolah, perragam, masing-masing
pustakaan, pusat komunitas,
mempunyai peminatan
dan taman (RLD07a)
khusus (RLD06a)
Aktivitas komunitas
Ada jangkauan yang konsisten
menganjurkan partisipasi
dalam melibatkan para lansia
masyarakat berbagai
untuk menghindarkan merusia dan latar belakang
eka dari isolasi masyarakat
budaya (RLD06b)
(RLD08a)
Pertemuan, termasuk
dengan lansia
berlangsung di beberapa
lokasi dalam komunitas
seperti pusat rekreasi,

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

perpustakaan, pusat
komunitas di daerah
tinggal, taman dan kebun
(RLD07a)
Fasilitas terjangkau
dan lengkap untuk
memungkinkan
partisipasi orang dengan
disabilitas atau mereka
yang memerlukan
pengasuhan

Promosi
dan
pemberitahuan
tentang
aktivitas

Menghadapi isolasi

Aktivitas dan peristiwa


dikomunikasikan dengan
baik kepada lansia,
termasuk informasi
tentang aktivitas
keterjangkauan dan
pilihan transportasi
(RLD05a)

Undangan pribadi dikirim


untuk promosi kegiatan
dan ajuran berpartisipasi
(RLD08a)
Peristiwa mudah dihadiri
dan tanpa keterampilan
khusus (termasuk
kemampuan membaca)
diperlukan
Anggota kelompok yang
tidak lagi menghadiri
aktivitas tetap
dipertahankan dalam
daftar undangan dan
telepon kecuali apabila
anggota tersebut mundur
sendiri (RLD08a)
Organisasi berupaya
untuk menemui lansia
terisolasi melalui
misalnya kunjungan
pribadi atau telepon
(RLD08a)

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

95

Fasilitas komunitas mempromosikan penggunaan


bersama dan multi guna
bagi orang berbagai usia
dan peminatan dan mempertahankan interaksi di
antara kelompok pengguna (RLD08b)
Tempat pertemuan lokal
dan aktivitas mempromosikan pengenalan
dan pertukaran di antara
penghuni suatu lingkungan hidup

Mempertahankan
integrasi
komunitas

Tabel 18.
Tabel Check List Penghormatan dan Inklusi
(Keterlibatan) Sosial Ramah Lansia
Long Check Lict
Sub Domain
Layanan
penghormatan dan
inklusif

96

Check List

Short Check List

Lansia dikonsultasikan
Orang tua diajak berbicara
oleh layanan publik,
secara reguler oleh masyarakat
relawan dan komersial
umum, sukarela, dan layanan
bagaimana cara pembekomersial tentang bagaimana
rian layanan yang lebih
mereka bisa melayani para lanbaik (RLE01a)
sia dengan lebih baik (RLE01a)
Layanan publik dan
Pelayanan dan produk tersedia
komersial memberikan
dalam berbagai macam jenis
layanan dan produk
(RLE02a)
disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi
Staf pelayanan sopan dan
lansia (RLE02a)
membantu (RLE03a)
Layanan mempunyai staf
yang membantu dan santun yang terlatih untuk
melayani lansia (RLE03a)

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Pandangan
publik
tentang
kelanjutusiaan
Interaksi
intergenerasi dan
keluarga

Pendidikan
publik

Inklusi
komunitas

Media termasuk lansia


dalam pandangan publik
dilukiskan secara positif
tanpa pengkategorian
(Ageism) (RLE04a)

Lingkungan, aktivitas
dan peristiwa dalam
komunitas menarik
masyarakat segala usia
melalui akomodasi
kebutuhan dan preferensi
spesifik usia (RLE05a)
Lansia khusus
dimasukkan kegiatan
komunitas keluarga
(RLE06a)
Aktivitas yang
mempertemukan
berbagai generasi
untuk kesenangan dan
perayaan bersama
secara rutin di
selenggarakan

Pembelajaran tentang
kelanjutan usiaan dan
lansia di masukan ke
dalam kurikulum sekolah
dasar dan menengah
(RLE07a)
Lansia terlibat secara
aktif dan rutin dalam
aktivitas sekolah dengan
murid dan guru
Lansia memperoleh
kesempatan untuk
berbagi pengetahuan,
sejarah dan keterampilan
dengan generasi lain

Para lansia dimasukkan di


dalam media dan digambarkan
secara positif tanpa stereotip
tertentu (RLE04a)
Tempat untuk acara atau kegiatan menarik semua kalangan
masyarakat dengan memberikan menyesuaikan kebutuhan
dan pilihan masyarakat dengan
umur tertentu (RLE05a)
Para orang tua diikutsertakan
dalam kegiatan masyarakat
untuk keluarga (RLE06a)
Sekolah-sekolah memberikan
kesempatan untuk mempelajari
tentang orang tua, dan melibatkan orang tua dalam kegiatan
sekolah (RLE07a)
Kontribusi para lansia dihargai
baik yang di masa lalu maupun
di masa sekarang (RLE08a)
Para lansia yang kurang mampu memiliki akses ke layanan
publik, sukarela, dan layanan
pribadi (RLE09a)

Lansia dimasukan
sebagai mitra penuh
dalam pengambilan
keputusan masyarakat
yang menyangkut dirinya
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

97

Lansia diakui oleh


masyarakat untuk
kontribusi di masa lalu
dan kini (RLE08a)
Aksi komunitas untuk
memperkuat ikatan
dan dukungan tetangga
termasuk warga lansia
sebagai informan kunci,
penasehat dan penerima
santunan
Inklusi
ekonomi

Lansia miskin menikmati


akses layanan publik,
kerelawanan dan swasta
serta peristiwa (RLE09a)

Tabel 19.
Tabel Check List Partisipasi Sipil
dan Pekerjaan Ramah Lansia
Long Check Lict
Sub Domain
Opsi
kerelawanan

98

Check List

Terdapat cakupan opsi


untuk relawan lansia berpartisipasi (RLF01a)
Organisasi kerelawanan
berkembang dengan
baik, dengan infrastruktur, program pelatihan
dan kelompok relawan
(RLF01a)
Keterampilan dan minat
relawan disesuaikan
dengan posisi seperti
pencatat atau komputer
(RLF01a)
Relawan didukung dalam
pekerjaan kerelawanan,
sebagai contoh di bekali

Short Check List


Berbagai macam pilihan pekerjaan yang fleksibel bagi orang
tua, dengan pelatihan, pengakuan, petunjuk, dan kompensasi biaya pribadi (RLF01a)
Kualitas dari pekerja lansia ditingkatkan (RLF02a)

Berbagai macam kesempatan


kerja bagi lansia yang fleksibel
dan berpendapatan bagus ditingkatkan (RLF03a)

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

transportasi atau penggantian ongkos parker


(RLF01a)

Opsi
pekerjaan

Pelatihan

Terdapat lingkup
kesempatan lansia
bekerja (RLF03a)
Kebijakan dan legislasi
mencegah diskriminasi
atas dasar usia (RLF04a)
Pensiun adalah pilihan
bukan keharusan
Terdapat kesempatan
fleksibel dengan pilihan
untuk pekerjaan paruh
waktu atau musiman bagi
lansia (RLF03a)
Terdapat program
pekerjaan dan agen untuk
lansia (RLF04a)
Organisasi pekerja
(seperti buruh)
mendukung opsi fleksibel
seperti pekerjaan paruh
waktu dan relawan untuk
memungkinkan lebih
banyak partisipasi lansia
(RLF02a)
Majikan dianjurkan
memperkerjakan dan
mempertahankan pekerja
lansia (RLF04a)

Diskriminasi tentang umur, penyimpanan, kenaikan jabatan,


dan pelatihan pekerja dalam
perekrutan tenaga kerja tidak
diperbolehkan (RLF04a)
Tempat kerja disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan orangorang yang memiliki kekurangan (difabel) (RLF05a)
Pilihan untuk berusaha sendiri
bagi para orang tua sangat
dianjurkan dan didukung
(RLF06a)
Pilihan pelatihan setelah pensiun disediakan untuk para lansia
(RLF07a)
Dewan pengambilan keputusan
di sektor publik dan sukarela
mendorong dan memfasilitasi
keanggotaan lansia (RLF08a)

Pelatihan kesempatan
setelah pensiun diberikan
kepada lansia (RLF07a)
Kesempatan pelatihan
kembali seperti pelatihan
teknologi baru tersedia
lansia (RLF07a)
Organisasi relawan
memberikan pelatihan
untuk posisi lansia
(RLF07a)

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

99

Keterjangkauan

Partisipasi
sipil

100

Kesempatan sebagai
relawan atau pekerjaan
dibayar disebarluaskan
dan dipromosikan
(RLF01a)
Transportasi untuk
bekerja disediakan
(RLF01a)
Tempat kerja disesuaikan
untuk memenuhi
kebutuhan orang cacat
(RLF05a)
Tidak dikenakan biaya
bagi pekerja yang
berpartisipasi secara
dibayar ataupun sukarela
(RLF01a)
Terdapat dukungan
bagi organisasi (contoh
pembiayaan atau biaya
asuransi lebih rendah)
untuk merekrut melatih
relawan lansia (RLF01a)
Dewan penasehat,
pimpinan organisasi,
dll, termasuk lansia
(RLF08a)
Dukungan
memungkinkan lansia
untuk berpartisipasi
dalam pertemuan
dan peristiwa sipil,
seperti pemesanan
tempat, dukungan
bagi orang cacat, alat
bantu pendengaran dan
transportasi (RLF08a)
Kebijakan, program, dan
rencana untuk lansia,
termasuk kontribusi dari
lansia (RLF08a)
Lansia dianjurkan untuk
berpartisipasi (RLF08a)

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Kontribusi
berharga

Kewirausahaan

Pembayaran

Lansia dihormati
dan diakui untuk
kontribusinya
Majikan dan organisasi
peka terhadap kebutuhan
pekerja lansia
Keuntungan
memperkerjakan pekerja
lansia dipromosikan di
antara majikan

Terdapat dukungan
untuk wirausaha lansia
dan kesempatan untuk
wirausaha (seperti pasar
untuk menjual hasil
pertanian dan kerajinan,
pelatihan usaha kecil,
dan usaha mikro bagi
lansia) (RLF06a)
Informasi diperuntukan
bagi dukungan bisnis
kecil dan rumah tangga
dalam format sesuai
untuk pekerja lansia
(RLF06a)

Pekerja lansia dibayar


secara adil untuk
pekerjaannya
Relawan diganti biaya
yang dikeluarkan dalam
pekerjaannya (RLF01a)
Penghasilan pekerja
lansia tidak dipotong dari
pension dan bentuk lain
dukungan penghasilan
yang menjadi haknya

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

101

Tabel 20.
Tabel Check List Komunikasi dan Informasi Ramah Lansia
Long Check Lict
Sub Domain
Tawaran
informasi

Check List

Sistem informasi dasar


yang universal berupa
media tertulis dan
elektronik serta telepon
yang mencapai setiap
penduduk (RLG01a)
Distribusi reguler
dapat diandalkan
oleh pemerintah atau
organisasi relawan
(RLG02a)
Diseminasi informasi
mencapai lansia dekat
rumat dan di tempat
kegiatan sehari-hari
Diseminasi informasi
dikoordinasi melalui
layanan komunitas
terjangkau yang
dipublikasikan sebagai
pusat informasi tunggal
Informasi dan tayangan
program rutin yang
diminati lansia
ditawarkan media
reguler maupun khusus
(RLG03a)

Komunikasi Komunikasi oral


oral
terjangkau oleh lansia
misalnya melalui
pertemuan publik,
pusat komunitas, dan
media tayangan, dan
melalui individu yang
bertanggung jawab
menyebarkan informasi
satu per satu (RLG04a)
102

Short Check List


Sistem komunikasi dasar
dan efektif mencakup semua
masyarakat dari semua
kalangan umur (RLG01a)
Distribusi informasi tersedia
secara reguler dan luas,
terpercaya, terkoordinir, dan
aksesnya terpusat (RLG02a)
Tersedia informasi dan
penyiaran secara reguler
yang menarik minat orang tua
(RLG03a)
Komunikasi lisan dapat diakses
oleh para lansia (RLG04a)
Mayarakat yang beresiko
terisolasi bisa mendapatkan
informasi secara personal
dari orang yang dipercaya
(RLG05a)
Layanan publik dan komersial
menyediakan layanan
perorangan yang ramah
(RLG06a)
Informasi media cetak
termasuk formulir resmi,
tulisan di tv dan di papan
pengumuman memiliki huruf
yang besar, ide pokok tertera
di headline dan tulisan dicetak
tebal (RLG07a)
Komunikasi cetak dan lisan
menggunakan bahasa yang
sederhana, mudah, pendek,
dan lugas (RLG08a)
Telefon yang melayani untuk
memberikan petunjuk secara
pelan dan jelas serta memberi

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Masyarakat beresiko
petunjuk bagaimana cara
terisolasi sosial
memutar pesan setiap waktu
memperoleh informasi
(RLG09a)
melalui individu
Peralatan elektronik seperti
terpercaya yang
telefon seluler, radio, televisi,
berinteraksi seperti
bank dan mesin pembeli tiket
relawan dan pengunjung,
memiliki tombol-tombol yang
pekerja dukungan rumah,
besar serta huruf yang jelas
penata rambut, pengelola
(RLG10a)
atau pengasuh (RLG05a) Ada akses luas untuk komputer
Individu di kantor publik
dan internet umum atau
dan bisnis memberikan
dengan tarif yang serendah
layanan baik secara
mungkin di tempat umum
pribadi sesuai permintaan
seperti kantor pemerintah,
(RLG06a)
tempat rekreasi masyarakat,
dan perpustakaan (RLG11a)

Informasi
cetak

Bahasa
sederhana

Informasi cetak termasuk


formulir resmi, termasuk
teks televisi dan tampilan
visual dengan huruf
besar dan ide utama
diperlihatkan melalui
judul dan kalimat jelas
(RLG07a)

Komunikasi cetak dan


lisan menggunakan
kata sederhana dan
umum, dan kalimat
langsung kepada sasaran
(RLG08a)

Komunikasi Layanan jawaban telepon


dan
memberikan instruksi
peralatan
secara pelan dan jelas
otomatik
dan memberitahu
pendengar cara
mengulang pesan setiap
waktu (RLG09a)

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

103

Pengguna mempunyai
pilihan untuk berbicara
dengan seseorang atau
meninggalkan pesan
untuk ditelepon kembali
Peralatan elektronik
seperti telepon, radio,
televisi, dan mesin bank
atau karcis, mempunyai
tombol dan huruf besar
(RLG10a)
Tampilan panel mesin
layanan bank, pos, dan
lainnya mempunyai
pencahayaan cukup dan
dapat dijangkau oleh
orang berbagai ukuran
Komputer
dan
internet

104

Terdapat akses publik


luas terhadap komputer
dan internet dengan
biaya minim di tempat
umum seperti kantor
pemerintah, pusat
komunitas (RLG11a)
Instruksi dirancang dan
bantuan individual bagi
pemakai tersedia setiap
saat

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Tabel 21.
Tabel Check List Dukungan Masyarakat
dan Pelayanan Kesehatan Ramah Lansia
Long Check Lict
Sub Domain
Keterjangkauan
layanan

Check List

Layanan kesehatan dan


sosial tersebar dalam kota,
keduanya mudah terjangkau,
dan setiap saat dapat
dicapai melalui berbagai
macam transportasi
(RLH03a)
Fasilitas layanan tempat
tinggal seperti rumah
pensiunan dan panti terletak
dekat daerah layanan dan
tempat tinggal sehingga
penghuni tetap terintegrasi
dalam masyarakat (RLH04a)
Fasilitas layanan
bangunannya aman dan
sepenuhnya terjangkau bagi
orang dengan disabilitas
(RLH05a)
Informasi jelas dan
terjangkau diberikan tentang
layanan kesehatan dan
sosial lansia. (RLH06a)
Antaran tiap macam layanan
di koordinasikan dengan
birokrasi minim (RLH07a)
Personil administrasi dan
layanan menghadapi lansia
dengan hormat dan peka
(RLH08a)
Hambatan ekonomi minimal
bagi layanan kesehatan
dan dukungan komunitas
(RLH09a)

Short Check List


Layanan kesehatan serta
bantuan untuk masyarakat
diberikan untuk mendorong,
mempertahankan kesehatan
serta membantu proses
penyembuhan (RLH01a)
Pelayanan kesehatan dan
pelayanan rumah tersedia
dan terjangkau, termasuk
pelayanan pribadi dan
mengurus rumah (RLH02a)

Layanan kesehatan dan


sosial terletak di lokasi yang
tepat dan dapat diakses
oleh semua jenis alat
transortasi (RLH03a)
Fasilitas pengurus rumah
dan perumahan yang dibuat
khusus untuk para lansia
diletakkan berdekatan
dengan fasilitas pelayanan
dan juga di tengah
masyarakat yang lain
(RLH04a)
Fasilitas kesehatan dan
masyarakat dibangun
dengan aman dan dapat
diakses secara penuh
(RLH05a)

Informasi yang jelas dan


dapat diakses tentang
kesehatan dan layanan
sosial untuk para lansia
(RLH06a)

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

105

Terdapat akses pada tempat


pemakaman yang telah
ditentukan (RLH11a)

Tawaran
layanan

Dukungan
relawan

Cakupan memadai layanan


kesehatan dan dukungan
komunitas ditawarkan untuk
promosi, mempertahankan,
dan memulihkan kesehatan
(RLH01a)
Layanan pengasuhan
rumah ditawarkan termasuk
layanan kesehatan,
pengasuhan pribadi, dan
kerumahtanggaan (RLH02a)
Layanan kesehatan dan
sosial yang ditawarkan
memenuhi kebutuhan dan
kekhawatiran lansia
Layanan profesional
berketerampilan dan
pelatihan sesuai untuk
berkomunikasi efektif dalam
pelayanan lansia

Relawan setiap usia


dianjurkan dan didukung
untuk membantu lansia
dalam cakupan kesehatan
dan komunitas luas
(RLH10a)

Pelayanan terkoordinisir
dengan baik, dan
administrasi mudah
(RLH07a)

Semua staf menghormati,


membantu dan terlatih
untuk membantu lansia
(RLH08a)
Keterbatasan ekonomi
menghambat akses ke
pelayanan kesehatan dan
bantuan (RLH09a)
Pelayanan sukarela dari
semua kalangan umur
didukung dan dianjurkan
(RLH10a)

Tempat pemakaman
memadai dan dapat diakes
(RLH11a)
Perencanaan keadaan
darurat masyarakat
mempertimbangkan
kerentanan dan kapasitas
para lansia (RLH12a)

Peren Perencanaan kondisi darurat


canaan dan
termasuk bagi lansia,
layanan
dengan memperhatikan
darurat
kebutuhan dan kapasitas
dalam kesiapan dan respon
terhadap kedaruratan
(RLH12a)

106

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

gaMBaRan UMUM InDOneSIa


MENUJU KOTA RAMAH LANSIA 2030:
KOMPARASI ANTARKOTA

6.1. Indikator Kesesuaian


Studi Asesmen Kota Ramah Lansia melemparkan pertanyaan
kepada responden dalam tiga kategori penilaian sebagai indikator kesesuaian. Ketiga kategori penilaian responden tersebut
adalah Agak sesuai, Sesuai dan Sangat sesuai; Sesuai dan Sangat
Sesuai; dan Sangat sesuai. Hasil analisis perbandingan ketiga
kategori tersebut menunjukkan pernyataan empat kelompok
responden (Individu, Kelurahan, SKPD, dan Observasi pewawancara) pada kategori Sangat sesuai memperoleh nilai persentase
paling kecil. Persentase kategori pernyataan Sesuai dan Sangat
sesuai berada di tengah-tengah. Persentase paling besar ada di
kategori pertama yang merupakan gabungan dari pernyataan
Agak sesuai, Sesuai dan Sangat sesuai (Gambar 3).
Pada dua kategori pertama, Observasi pewawancara memberikan penilaian yang paling kecil. Penilaian paling tinggi
diberikan oleh SKPD lalu setelahnya penilaian Staf Kelurahan.
Sementara indeks penilaian individu (masyarakat) yang ber-

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

107

jumlah 2.100 responden orang berada diurutan kedua setelah


observasi pewawancara. Penilaian masyarakat pada dua kategori ini terlihat lebih stabil dan konsisten. Oleh karena itu,
fokus analisis dalam studi untuk penilaian kesesuaian kota ramah lanjut usia WHO ini adalah pendapat responden Individu
(masyarakat) dan kategori penilaian Sesuai dan Sangat Sesuai.
Penilaian masyarakat dijadikan acuan karena pendapat mereka
dinilai lebih objektif. Mereka merasakan langsung hal-hal yang
berkaitan dengan dimensi kota ramah lansia di lingkungannya.
Apalagi sebagian dari responden individu adalah lanjut usia
yang merepresentasikan pandangan kelompoknya.
Gambar 3. Indeks Total 14 Kota mengenai Penilaian
Responden pada Tiga Kategori Pernyataan
90
80

73.8

70
60
40

61.1

58.5

50

76.9

53.2

52
42.9

agak
sesuai, s
esuai, sa
ngat
sesuai
sesuai, s
angat
sesuai

30
23.4

20
10
0

0.4
Individu

4.5

Kelurahan

SKPD

Sangat
Sesuai

0.5
Observasi Pwwc

Tingginya penilaian responden SKPD pada indek total


tersebut dapat dilihat pada kategori jawaban Sesuai dan Sangat
sesuai untuk tiap dimensi. Indeks rata-rata persentase jawaban SKPD di 14 kota lebih tinggi dibandingkan jawaban tiga
responden lainnya (Gambar 4). Hanya pada dimensi Gedung
dan Ruang Terbuka indeks penilaian SKPD sedikit di bawah
108

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

staf Kelurahan. Pada beberapa dimensi skor indeks penilaian


masyarakat mendekati penilaian staf Kelurahan. Dari semua
dimensi yang dinilai empat kelompok responden, indeks paling rendah adalah dimensi Partisipasi Sipil dan Pekerjaan berdasarkan penilaian pewawancara. Indeks penilaian masyarakat
terlihat membentuk pola yang konsisten pada semua dimensi.
Gambar 4. Indeks Total 8 Dimensi 14 Kota (Sesuai, Sangat Sesuai)

8. Dukungan
Komunitas dan
Pelayanan

1.Gedung dan
Ruang Terbuka
100
80

2. Transportasi

60
Individu

40
20

7. Komunikasi
dan Informasi

3. Perumahan

Kelurahan
SKPD

6. Partisipasi Sipil
dan Pekerjaan

4. Partisipasi
Sosial

Observasi
Pwwc

5. Penghormatan
dan Inklusi Sosial

Konsistensi pola penilaian responden masyarakat terhadap


indikator pada 8 dimensi kota ramah lansia dapat dilihat pada
perbandingan tiga kategori penilaian tersebut. Kategori Sesuai
dan Sangat sesuai berada di antara kategori Sangat sesuai dan
kategori Agak sesuai, Sesuai dan Sangat sesuai (Gambar 5).
Masyarakat Indonesia di 14 kota sampel memberikan penilaian,
kategori Sesuai dan Sangat sesuai masih lebih rendah dibandingkan kategori Agak sesuai, Sesuai, Sangat sesuai. Penilaian
tertinggi masyarakat dalam dua kategori ini terdapat pada di-

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

109

mensi Partisipasi Sosial. Sedangkan persentase penilaian paling


rendah adalah dimensi Partisipasi Sipil dan Pekerjaan.
Gambar 5. Indeks Total Semua Dimensi mengenai
Pernyataan Individu pada Tiga Kategori Penilaian
1.Gedung
dan Ruang
Terbuka

8.
Dukungan
Komunitas
dan

7.
Komunikas
i dan
Informasi

80

2.
Transporta
si

60
40
20

3.
Perumaha
n

6.
Partisipasi
Sipil dan
Pekerjaan

4.
Partisipasi
Sosial

agak
sesuai, sesuai,
sangat sesuai

sesuai, sangat
sesuai

Sangat sesuai

5.
Penghorm
atan dan
Inklusi

6.2.Keadaan Umum di 14 Kota


Berdasarkan kategori pencapaian warna yang disesuaikan
pada persentase skor penilaian masyarakat yang menyatakan
Sesuai dan Sangat sesuai, 14 kota Indonesia masuk dalam warna
orange. Karena tingkat kesesuaian secara umum 14 kota sampel
dalam memenuhi kriteria kota ramah lanjut usia WHO mencapai 42.9% dari skor total 100. Dimensi terdepan di 14 kota
di Indonesia yang baru masuk kategori kuning yaitu Partisipasi
Sosial (55.6%); Dukungan Komunitas dan Pelayanan Kesehatan
(53.8 %); serta komunikasi dan informasi (52.2%). Dimensi

110

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

kota ramah lanjut usia yang masih kurang di Indonesia pada


umumnya adalah Partisipasi Sipil dan Pekerjaan, 16.9% yang
masih masuk dalam kategori merah. Dimensi lainnya adalah
Perumahan (31.3%) dan Gedung dan Ruang Terbuka (35.2 %)
yang masuk dalam kategori orange (Tabel 22, Gambar 3-5).
Satu dimensi warna merah dan juga lima warna orange ini
menjadi kelemahan capaian total semua kota. Apalagi skor
capaian dimensi Partisipasi Sipil dan Pekerjaan yang masih
merah ini relatif masih rendah.
Tabel 22. Skor Total Persentase Penilaian Responden
untuk Setiap Dimensi di 14 Kota

Dimensi

Gedung dan Ruang Terbuka


Transportasi
Perumahan
Partisipasi Sosial
Penghormatan dan Inklusi/Keterlibatan
Sosial
Partisipasi Sipil dan Pekerjaan
Komunikasi dan Informasi
Dukungan Masyarakat dan Pelayanan
Kesehatan
Skor Total Berdasarkan Bobot

Skor Berdasarkan Sesuai


dan Sangat Sesuai
%

Kategori
Pencapaian

35.2
40.1
31.3
55.6

Orange
Orange
Orange
Kuning

48.7

Orange

16.9
52.2

Merah
Kuning

53.8

Kuning

42.9

Orange

Dari data analisis lebih rinci dengan menunjukkan skor penilaian dari semua indikator pada tiap dimensi, dapat dipahami
bagaimana total 14 kota sampel dinilai masih berwarna orange
dengan skor 42.9%. Capaian yang baru akan mendekati skor
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

111

warna kuning. Delapan dimensi kota ramah lansia memiliki


jumlah variabel indikator penilaian berbeda-beda. Sehingga
akan berpengaruh pada total skor penilaian setiap dimensi
(Tabel 23).
Distribusi capaian 95 indikator pada 8 dimensi dalam empat
kategori warna ini, warna orange masih mendominasi dengan
skor total hampir 39%. Warna kuning di posisi kedua dengan
skor total hampir 33% lebih. Warna merah di posisi berikutnya dengan skor persentase 25%. Sementara capaian warna
hijau hanya menyumbangkan persentase 3%. Hanya pada
dimensi Partisipasi Sosial serta dimensi Dukungan Masyarakat
dan Pelayanan Kesehatan yang sudah tidak ada indikator yang
dinilai berwarna merah. Sebaliknya, baru tiga dimensi yang
sebagian kecil indikatornya sudah ada yang berwarna hijau.
Tabel 23. Distribusi Persentase Indikator
Kategori Pencapaian 14 Kota se-Indonesia
Kategori Pencapaian
Dimensi

112

Merah Orange Kuning

Hijau

Jumlah
Variabel

1. Gedung dan Ruang


Terbuka

26.7

73.3

0.0

0.0

15

2. Transportasi

27.3

40.9

27.3

4.5

22

3. Perumahan

50.0

50.0

0.0

0.0

4. Partisipasi Sosial

0.0

30.0

70.0

0.0

10

5. Penghormatan dan
Inklusi/Keterlibatan
Sosial

11.1

33.3

55.6

0.0

6. Partisipasi Sipil dan


Pekerjaan

100.0

0.0

0.0

0.0

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

7. Komunikasi
dan Informasi

9.1

27.3

54.5

9.1

11

8. Dukungan Masyarakat
dan Pelayanan
Kesehatan

0.0

33.3

58.3

8.3

12

Total

25.3

38.9

32.6

3.2

95

4.3.Komparasi Antar Kota


Jumlah penduduk dan luas wilayah ikut mempengaruhi kemajuan dan pencapaian suatu kota memenuhi kriteria menjadi
kota ramah lanjut usia WHO. Komparasi indeks total antar
kota (Gambar 6) menunjukkan kota kecil lebih maju dalam
pemenuhan kriterianya.Jika lima kota terbesar penilaiannya
berkisar 27-46%, kota besar lainnya bernilai 28-48%, kota industri minyak kita kecil mencapai 46%, untuk kota kecil telah
mencapai 42-56%.
Gambar 6. Indeks Total per Kota

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

113

Analisis lainnya juga membandingkan indeks per dimensi


dilakukan per kategori kota. Di antara lima kota terbesar di
Indonesia, Surabaya dan Bandung terdepan dalam capaian
(Gambar 7). Kota Surabaya terdepan untuk dimensi 8 (Dukungan Komunitas dan Pelayanan Kesehatan), 1 (Gedung dan
Ruang Terbuka), dan 2 (Transportasi). Kota Bandung terdepan
pada dimensi 4 (Partisipasi Sosial), 5 (Penghormatan dan Inklusi
Sosial), dan 7 (Komunikasi dan Informasi).
Gambar 7. Indeks Dimensi 5 Kota Terbesar di Indonesia

Pada perbandingan indeks dimensi antarkotabesar lainnya


(Gambar 8) Makassar paling rendah dan Yogyakarta terdepan.
Sementara perbandingan antara kota kecil (Gambar 9), Surakarta
dan Payakumbuh terdepan pada dimensi 4 (Partisipasi Sosial),
5 (Penghormatan dan Inklusi Sosial), 7 (Komunikasi dan Informasi), dan 8 (Dukungan Komunitas dan Pelayanan Kesehatan).

114

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Gambar 8. Indeks Dimensi Kota Besar Lainnya di Indonesia

Gambar 9. Indeks Dimensi: Kota Kecil

6.4.Detail Hasil Per Dimensi


6.4.1.Gedung dan Ruang Terbuka
Berdasarkan pernyataan responden individu (masyarakat)
secara keseluruhan di 14 kota pada dimensi Gedung dan
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

115

Ruang Terbuka, sebanyak 61.1% responden mengatakan


tempat pelayanan umum berada di lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal lansia dan mudah diakses.
Indikator ini berkaitan langsung dengan lanjut usia.
Sedangkan untuk tempat pelayanan pelanggan khusus
bagi lansia (seperti tempat antrian terpisah dan tempat
khusus lansia) belum sepenuhnya menunjang atau sesuai
lansia, hanya 12.6%. Di antara ciri kota ramah lansia
adalah tempat-tempat umum bersih dan nyaman. Pada
indikator ini menurut masyarakat belum maksimal dalam
hal penanganan kebersihan. Hal ini ditunjukkan dengan
persentase penilaian masyarakat yang masih di bawah
50% (Tabel 24a).
Ruang terbuka hijau wah jauh banget(tertawa). (R,
LSM, 02 Maret 2013).
Karena itu keterbatasan lahan kalau di Jakarta kan kondisi
lahan sangat tinggi harganya. Keadaan seperti itu yang
kita kesulitan. Cuma dari segi anggaran kita bisa untuk
pengadaan lahan buat RTH buat rumah lansia apapun
itu. Semua terbentur lahan kondisi geografis Jakarta Pusat
paling kecil. Kalau di wilayah lain mungkin di (Jakarta)
Timur di (Jakarta) Barat itu yang masih banyak lahan
terbukanya mungkin bisa. Kalau di Jakarta Pusat susah
kita saja kemarin dapat bantuan dari Bank Dunia sama
Islamic Banking dapat bantuan satu lokasi cuma menyediakan lokasinya saja kita nggak sanggup. Susah bukan
nggak sanggup cuma dapat berapa lokasi. Cuma karena
tahu sendiri kondisi kampung di Jakarta padet banget
kita cuma pengen bikin MCK komunal. Menyediakan
116

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

lahan nggak terlalu gede saja susah sekali apalagi kita di


Jakarta Pusat kondisi warganya padat sekali. (F, SKPD,
06 Maret 2013).
Tabel 24a.Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai
dan Sangat Sesuai Indikator Dimensi Gedung dan Ruang Terbuka
geDUng Dan RUang teRBUKa

RLA02a

RLA03a

RLA04a

RLA05a

RLA05b

Langsung
Ruang terbuka hijau dengan tempat
duduk jumlahnya memadai, terawat
dengan baik dan aman.
Jalan untuk pejalan kaki (trotoar)
terawat dengan baik, bebas dari hambatan dan dikhususkan bagi pejalan
kaki.
Trotoar anti selip (tidak licin), cukup
luas untuk kursi roda dan sama rata
dengan permukaan jalan.
Tempat penyeberangan untuk pejalan
kaki jumlahnya memadai, aman bagi
penyandang cacat dan memiliki tanda
anti selip (tidak licin/tanda kalau licin
dikasih tahu).
Lampu persimpangan jalan memungkinkan cukup waktu untuk lansia
menyebrang jalan dan memiliki tanda
visual dan audio.

Kategori
pencapaian

39.1

Orange

27.7

Orange

19.9

Merah

24.9

Merah

36.0

Orange

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

117

RLA09a Tempat pelayanan umum berada di


lokasi yang berdekatan dengan tempat
tinggal lansia dan mudah diakses.
RLA10a Terdapat pelayanan pelanggan khusus bagi lansia (sepertitempat antrian
terpisah dan tempat khusus lansia).
RLA11a Sebagian besar bangunan memiliki
tanda yang jelas baik di luar maupun
di dalam ruangan, memiliki toilet dan
tempat duduk yang cukup memadai.
RLA11b Sebagian besar bangunan mudah
diakses dan memiliki tangga yang
landai dengan pegangan serta lantai
anti slip/tidak licin.
RLA12a Toilet umum bersih, terawat dengan
baik mudah dijangkau dengan berbagai kemampuan, dirancang baik dan
di tempatkan di lokasi yang mudah
dicapai.
tidak Langsung
RLA01a Tempat-tempat umum bersih dan nyaman.
RLA06a Peraturan lalu lintas ditaati dengan
pengendara memprioritaskan pejalan
kaki.
RLA07a Jalur sepeda dipisahkan dari trotoar
serta jalan untuk pejalan kaki yang
lain.

118

61.1

Kuning

12.6

Merah

58.0

Kuning

45.0

Orange

30.5

Orange

47.7

Orange

30.9

Orange

11.2

Merah

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

RLA08a Keamanan umum di semua ruang


terbuka didukung oleh penerangan
jalan yang baik dan patroli polisi.
RLA08b Keamanan umum di semua ruang
terbuka didukung pentaatan hukum
dan dukungan masyarakat untuk
keselamatan pribadi.

42.7

Orange

41.5

Orange

6.4.2.Transportasi
Dalam mendukung kota sebagai kota ramah lansia
salah satu indikatornya adalah transportasi umum
yang mempunyai tarif standar yang jelas dan harganya
terjangkau bagi lansia. Secara keseluruhan capaian
14 kota Indonesia pada indikator ini cukup bagus.
Penilaian masyarakat mencapai 75.7%. Indikator ini
sekaligus merupakan persentase paling tinggi yang
diberikan oleh responden pada dimensi transportasi
dan berkaitan langsung dengan lanjut usia. Namun
sebaliknya transportasi khusus bagi penyandang cacat
belum sepenuhnya tersedia. Total persentase penilaian
masyarakat pun masih sangat rendah, hanya 1.6% (Tabel
24b).
Sementara pada indikator yang tidak langsung berkaitan dengan lanjut usia, persentase paling tinggi adalah
mengenai rambu-rambu lalu lintas dan persimpangan
jalan terletak di tempat yang tepat dan terlihat dengan
jelas, sebesar 71.0%. Sebaliknya pelayanan transportasi
sukarela tersedia ketika transportasi umum jumlahnya
terbatas masih menunjukkan persentase yang masih
rendah, yaitu hanya 8.7%.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

119

Mungkin kurang ya adakalanya juga gini, lampu lalulintasnya udah merah tapi si pengendara memaksakan
diri. Walaupun orang-orang ada yang masih nyebrang
itukan, nerabas gitu.. (S, SKPD, 04 Maret 2013)
Tabel 24b. Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai
dan Sangat Sesuai Indikator Dimensi Transportasi
tRanSpORtaSI
Langsung
RLB01a Transportasi umum mempunyai tarif
standar yang jelas dan harganya terjangkau bagi lansia.
RLB04a Kendaraan umum bersih, terawat,
mudah diakses (landasan dapat diturunkan, tangga rendah, tempat duduk
lebar).
RLB04b Kendaraan umum tidak penuh sesak
dan tersedia tempat duduk yang diprioritaskan untuk lansia.
RLB05a Transportasi khusus tersedia bagi
penyandang cacat.
RLB08a Informasi tentang rute, jadwal perjalanan dan informasi khusus lainnya
tersedia bagi pengguna transportasi
terutama lansia.
RLB10a Taksi terjangkau dengan diskon atau
tarif subsidi untuk lansia berpenghasilan rendah.
RLB10b Sopir taksi berperilaku sopan dan
selalu membantu.
120

Kategori
pencapaian

75.7

Hijau

39.7

Orange

21.1

Merah

1.6

Merah

37.9

Orange

7.1

Merah

66.0

Kuning

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

RLB17a Tempat parkir dan area untuk menurunkan penumpang bagi lansia dan
penyandang cacat tersedia di kota ini.
tidak Langsung
RLB02a Transportasi umum tersedia dan dapat
diandalkan termasuk pada malam hari,
akhir pekan dan hari libur.
RLB03a Transportasi umum dapat menjangkau
semua tempat, serta info rute dan
jenis kendaraan yang jelas.
RLB03b Rute transportasi terhubung dengan
berbagai pilihan transportasi lain.
RLB06a Pengemudi kendaraan umum memberhentikan kendaraannya di tempat
yang sudah ditentukan dan dekat
dengan trotoar supaya mempermudah
penumpang untuk naik dan turun.
RLB06b Pengemudi kendaraan umum selalu
menunggu penumpang untuk duduk
terlebih dahulu sebelum menjalankan
kendaraan.
RLB07a Terminal bis dan tempat pemberhentian bis terletak di lokasi yang nyaman,
mudah diakses, aman dan bersih.
RLB07b Terminal bis dan tempat pemberhentian bis memiliki penerangan yang
cukup, tanda lokasi yang jelas, tempat
duduk dan shelter yang mencukupi.
RLB09a Pelayanan transportasi sukarela
tersedia ketika transportasi umum
jumlahnya terbatas.

2.3

Merah

49.1

Orange

63.6

Kuning

70.3

Kuning

30.9

Orange

56.6

Kuning

42.1

Orange

44.4

Orange

8.7

Merah

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

121

RLB11a Jalan-jalan terawat dengan baik, selokan tertutup dan lampu penerangan
jalan cukup.
RLB12a Pengaturan lalu lintas tertata dengan
baik.
RLB13a Jalan bebas dari hambatan yang bisa
menghalangi pandangan pengemudi.
RLB14a Rambu rambu lalu lintas dan persimpangan jalan terletak di tempat yang
tepat dan terlihat dengan jelas.
RLB15a Pendidikan bagi para pengemudi dan
kursus penyegaran kembali dianjurkan
bagi semua pengemudi kendaraan.
RLB16a Tempat parkir dan area untuk menurunkan penumpang keadaannya
aman, jumlahnya mencukupi dan
nyaman.

38.1

Orange

48.1

Orange

59.9

Kuning

71.0

Kuning

15.1

Merah

32.6

Orange

6.4.3. Perumahan
Rumah merupakan kebutuhan pokok, sehingga keberadaan rumah sangat penting bagi lanjut usia. Pilihan
rumah yang sesuai dan terjangkau serta terdapat cukup
ruang untuk memungkinkan lanjut usia bergerak bebas
di dalam rumah merupakan salah satu ciri rumah ramah
lanjut usia. Penilaian masyarakat menunjukkan dimensi
Perumahan dinilai masih kurang memenuhi kategori ciri
ramah lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari persentase
tertinggi yang berhubungan langsung dengan lansia untuk
indikator perumahan hanya 45.9%, yaitu indikator masih
cukup ruang untuk memungkinkan lanjut usia bergerak
bebas di dalam rumah (Tabel 24c). Persentase paling
122

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

rendah ada pada indikator mengenai harga rumah yang


sesuai dan terjangkau bagi lanjut usia (9,9%).
Pada indikator yang tidak berhubungan langsung
dengan lanjut usia, persentase tertinggi adalah indikator
rumah di bangun dengan konstruksi yang baik,memberikan
tempat yang nyaman dan aman dari gangguan cuaca,
56,7%. Sedangkan persentase paling rendah (34,8%) pada
indikator terkait dengan mahalnya biaya pemeliharaan
rumah dan pelayanan pendukung lainya di Indonesia.
Mahalnya harga rumah dan biaya pemeliharaan ini
menjadi keluhan utama dari masyarakat.
Tabel 24c.Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai
dan Sangat Sesuai Indikator Dimensi Perumahan
peRUMaHan
Langsung
RLC01a Rumah jumlahnya memadai, harganya
terjangkau bagi lansia, berlokasi di
tempat yang nyaman, dekat tempat
pelayanan dan masyarakat yang lain.
RLC04a Terdapat cukup ruang untuk memungkinkan lansia bergerak bebas di dalam
rumah.
RLC04b Rumah disesuaikan untuk lansia,
landasan rata, pintu masuk lebar untuk
kursi roda, serta kamar mandi, toilet
dan dapur mempunyai rancangan yang
sesuai untuk lansia.

Kategori
pencapaian

18.2

Merah

45.9

Orange

19.4

Merah

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

123

RLC05a Pilihan dan perlengkapan untuk


memodifikasi rumah tersedia dan terjangkau dengan pengembang yang bisa
mengerti kebutuhan lansia.
RLC07a Pilihan rumah yang sesuai dan terjangkau tersedia bagi lansia, termasuk lansia lemah dan cacat di lokasi mereka.
tidak Langsung
RLC02a Pemeliharaan rumah dan pelayanan
pendukung lainnya jumlahnya cukup
dan biaya terjangkau.
RLC03a Rumah dibangun dengan kontruksi yang
baik, memberikan tempat yang nyaman
dan aman dari gangguan cuaca.
RLC06a Rumah kontrak/sewa tersedia dengan
rumah yang bersih, terawat dan berada
di lokasi yang aman.

19.3

Merah

9.9

Merah

34.8

Orange

56.7

Kuning

46.2

Orange

6.4.4. Partisipasi Sosial


Dimensi Partisipasi Sosial sudah mulai menunjukkan
ciri keramahlanjutusiaan. Indikator yang berhubungan
langsung dengan lansia, skor tertingginya mencapai
73,8%. Yaitu indikator mengenai kegiatan dan acara bisa
dihadiri oleh lansia baik sendiri maupun didampingi orang
lain (Tabel 24d). Persentase paling rendah yaitu 35,8%
terkait pertemuan, termasuk dengan lansia, berlangsung
di beberapa lokasi dalam komunitas seperti pusat rekreasi,
perpustakaan, pusat komunitas di daerah tertinggal, taman, dan kebun. Fositifnya lagi, indikator yang tidak
berhubungan dengan lanjut usia nilai semua indikatornya
sudah melebihi 50%. Termasuk di antaranya tempat dan
124

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

acara untuk kegiatan terletak di lokasi yang nyaman dan


mudah diakses, penerangan cukup dan mudah dijangkau
yang mencapai skor 68,7%.
Tabel 24d.Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai
dan Sangat Sesuai Indikator Dimensi Partisipasi Sosial
paRtISIpaSI SOSIaL
Langsung
RLD02a Kegiatan dan acara dilaksanakan pada
waktu yang sesuai bagi lansia.
RLD03a Kegiatan dan acara bisa dihadiri oleh
lansia baik sendiri maupun didampingi
orang lain.
RLD05a Aktivitas dan peristiwa dikomunikasikan
dengan baik kepada lansia, termasuk in
formasi tentang aktivitas, keterjangkauan
dan pilihan transportasi.
RLD06a Berbagai macam jenis kegiatan ditawarkan untuk menarik minat berbagai
kalangan lansia.
RLD06b Aktivitas komunitas menganjurkan partisipasi masyarakat berbagai usia dan
latar belakang budaya.
RLD07a Pertemuan, termasuk dengan lansia,
berlangsung di beberapa lokasi dalam
komunitas seperti pusat rekreasi, perpustakaan, pusat komunitas di daerah
tertinggal, taman dan kebun.

Kategori
pencapaian

70.6

Kuning

73.8

Kuning

52.3

Kuning

43.5

Orange

59.1

Kuning

35.8

Kuning

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

125

RLD08a Aktivitas jangkauan yang konsisten


(memberikan undangan pribadi, kunjungan pribadi atau telepon) dalam melibatkan para lansia untuk menghindarkan
mereka dari isolasi masyarakat.
RLD08b Fasilitas komunitas mempromosikan
penggunaan bersama berbagai usia dan
mempertahankan interaksi di antara
kelompok pengguna.
tidak Langsung
RLD01a Tempat untuk acara dan kegiatan terletak
di lokasi yang nyaman, dapat diakses,
penerangan cukup, dan mudah dijangkau oleh transportasi umum.
RLD04a Kegiatan dan acara hiburan terjangkau,
tanpa biaya tambahan atau tersembunyi
bagi partisipan.

52.2

Kuning

49.4

Orange

68.7

Kuning

51.1

Kuning

6.4.5. Penghormatan dan Inklusi/Keterlibatan Sosial


Indikator dimensi Penghormatan dan Inklusi/Keterlibatan Sosial dengan skor tertinggi (69.4%) adalah
mengenai lansia dimasukkan sebagai bagian dari keluarga dalam kegiatan komunitas. Sejumlah indikator
lain dalam dimensi ini juga mendapatkan skor yang
tinggi di antaranya lansia diikutsertakan dalam kegiatan,
dan lansia sudah dirangkul dalam setiap kegiatan,
serta dihormati dan dihargai. Namun pada dimensi
ini, sejumlah indikator juga masih mendapat penilaian
rendah. Yang paling rendah adalah mengenai pernyataan
sekolah memberikan kesempatan untuk mempelajari

126

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

tentang lansia dan melibatkan lansia dalam kegiatan


sekolah, hanya 9.2% (Tabel 24e). Indikator dinilai
sulit diwujudkan karena berkaitan dengan kebijakan di
institusi pendidikan.
Indikator lain yang juga masih di bawah rata-rata yaitu
indikator para lansia dimasukkan dalam media (surat
kabar/tv/radio) dan digambarkan secara positif tanpa
stereotif tertentu (contoh stereotif: sakit-sakitan, pelit,
menjadi beban, terlalu lambat, pikun,dan lain-lain)
dengan persentase 32.8%
Tabel 24e.Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai dan Sangat Sesuai
Indikator Dimensi Penghormatan dan Inklusi/Keterlibatan Sosial
pengHORMatan Dan
InKLUSI/KeteRLIBatan SOSIaL

Kategori
pencapaian

Langsung
RLE01a Pelayanan umum, sukarela, dan pelayanan komersial selalu mengajak
bicara lansia secara teratur tentang
bagaimana melayani mereka dengan
lebih baik.
RLE03a Pegawai yang siap membantu santun
serta terlatih.
RLE04a Para lansia dimasukkan dalam media
(surat kabar/tv/radio) dan digambarkan
secara positif tanpa stereotif tertentu (contoh stereotif: sakit-sakitan,
pelit, menjadi beban, terlalu lambat,
pikun,dan lain-lain).

42.9

Orange

57.0

Orange

32.8

Orange

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

127

RLE05a Lingkungan, aktivitas dalam komunitas


menarik masyarakat dalam segala
usia melalui akomodasi kebutuhan dan
keinginan sesuai tingkatan umur.
RLE06a Lansia dimasukkan sebagai bagian
dari keluarga dalam kegiatan komunitas.
RLE07a Sekolah memberikan kesempatan
untuk mempelajari tentang lansia dan
melibatkan lansia dalam kegiatan
sekolah.
RLE08a Kontribusi lansia baik di masa lalu
maupun di masa sekarang dihargai
dengan baik.
RLE09a Para lansia yang kurang mampu
memiliki akses ke pelayanan publik,
sukarela, dan pelayanan swasta.
tidak Langsung
RLE02a Pelayanan dan produk tersedia dalam
berbagai macam jenis.

48.2

Orange

69.4

Kuning

9.2

Merah

68.7

Kuning

54.1

Kuning

56.0

Kuning

6.4.6.Partisipasi Sipil dan Pekerjaan


Berdasarkan penilaian masyarakat, semua variabel indikator pada dimensi ini yang berhubungan langsung dengan
lansia, masih memperoleh persentasenya sangat rendah.
Indikator dengan skor tertinggi (24.9%) yaitu mengenai
badan-badan pengambil keputusan di sektor pemerintah,
swasta, sukarela mendorong partisipasi dan keanggotaan
lansia, capaiannya masih merah (Tabel 24f). Skor penilaian
paling rendah (8.1%) adalah tempat kerja disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan orang cacat (difabel).
128

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Tabel 24f.Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai dan Sangat Sesuai


IndikatorDimensi Partisipasi Sipil dan Pekerjaan
paRtISIpaSI SIpIL Dan peKeRJaan

Kategori
pencapaian

Langsung
RLF01a Terdapat pilihan bagi lansia untuk
berpartisipasi sebagai relawan dengan
pelatihan, pengakuan, petunjuk dan
kompensasi biaya yang dikeluarkan.
RLF02a Kualitas dari pekerja lansia ditingkatkan.
RLF03a Terdapat berbagai macam kesempatan
kerja bagi lansia yang fleksibel dan
berpendapatan bagus.
RLF04a Ada kebijakan dan peraturan dalam
mencegah diskriminasi atas dasar usia
dalam perekrutan, kenaikan jabatan dan
pelatihan untuk pekerja.
RLF05a Tempat kerja disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan orang cacat (difabel).
RLF06a Terdapat dukungan untuk wirausaha
dan kesempatan untuk wirausaha bagi
lansia.
RLF07a Kesempatan pelatihan setelah pensiun
diberikan kepada lansia.
RLF08a Badan-badan pengambil keputusan di
sektor pemerintah, swasta, sukarela
mendorong partisipasi dan keanggotaan
lansia.

22.4

Merah

16.2

Merah

14.2

Merah

12.5

Merah

8.1

Merah

21.1

Merah

16.1

Merah

24.9

Merah

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

129

6.4.7.Komunikasi dan Informasi


Pada dimensi ini sebanyak 76.8% masyarakat mengatakan sudah ada sistem informasi dasar yang universal
berupa media tertulis dan elektronik serta telepon yang
mencapai semua kalangan masyarakat termasuk lansia.
Sedangkan mengenai informasi dan tayangan khusus
lansia belum tersedia secara reguler karena persentase
penilaiannya baru mencapai 16% (Tabel 24g). Sehingga
indikator langsung tersebut masih merah.
Capaian indikator yang tidak berkaitan langsung
dengan lansia secara umum sudah cukup bagus. Sebanyak 61.2% responden menyatakan layanan komputer
dan internet sudah tersedia secara luas dan bisa diakses
secara murah di tempat-tempat umum seperti kantor
pemerintah, tempat rekreasi, dan perpustakaan. Demikian
juga halnya mengenai penyebaran informasi tersedia
secara reguler, luas, terpercaya, terkoordinir dan adanya
akses informasi terpusat yang persentasenya mencapai
56.3%. Masyarakat menilai pada indikator tersebut sudah
relatif ramah lansia.
Tabel 24g.Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai
dan Sangat Sesuai IndikatorDimensi Komunikasi dan informasi
KOMUnIKaSI Dan InFORMaSI
Langsung
RLG01a Sistem informasi dasar yang universal
berupa media tertulis dan elektronik
serta telepon mencapai semua kalangan masyarakat termasuk lansia.
130

76.8

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Kategori
pencapaian

Hijau

RLG03a Informasi dan tayangan khusus lansia


tersedia secara reguler.
RLG04a Tersedia media komunikasi lisan yang
bisa diakses lansia.
RLG06a Layanan publik dan komersial menyediakan layanan yang ramah dan
bisa meyediakan layanan individu (bila
mana diminta).
RLG07a Informasi cetak termasuk formulir
resmi, teks televisi dan tampilan visual
dengan huruf besar dan ide utama
diperlihatkan melalui judul dan kalimat
jelas.
RLG08a Komunikasi cetak dan lisan menggunakan kata sederhana dan umum, dan
kalimat langsung kepada sasaran.
RLG09a Layanan jawab telepon memberikan
intruksi secara pelan dan jelas dan
memberitahu pendengar cara mengulang pesan setiap waktu.
RLG10a Peralatan elektronik seperti telepon,
radio, televisi dan mesin bank atau
karcis mempunyai tombol dan huruf
yang besar.
tidak Langsung
RLG02a Penyebaran informasi tersedia secara
reguler, luas, terpercaya, terkoordinir
dan adanya akses informasi terpusat.
RLG05a Masyarakat beresiko terisolasi sosial
memperoleh informasi dari individu
yang terpercaya.

16.0

Merah

37.1

Orange

42.8

Orange

54.1

Kuning

66.6

Kuning

62.0

Kuning

64.2

Kuning

56.3

Kuning

41.7

Orange

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

131

RLG11a layanan Komputer dan internet tersedia secara luas dan bisa diakses secara murah di tempat - tempat umum
(kantor pemerintah, tempat rekreasi
dan perpustakaan).

61.2

Kuning

6.4.8.Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan dengan lokasi yang mudah
dijangkau secara fundamental penting bagi lanjut usia.
Fasilitas pelayanan kesehatan di kota-kota Indonesia
sendiri terbilang sudah cukup baik, mudah dijangkau,
dan setiap saat bisa dicapai dengan berbagai macam
transportasi. Hal ini tampak dari tingginya persentase
(76,8%) pada indikator ini. Layanan yang diberikan secara
terkoordinasi melalui administrasi yang sederhana sudah
dinilai dengan skor 64,5% (Tabel 24h). Kedua variabel
tersebut merupakan variabel yang tidak berhubungan
lansung dengan lansia. Artinya sistem pelayanan kesehatan di kota secara umum sudah mencakup semua
lapisan masyarakat.
Sedangkan pada indikator yang berhubungan langsung
dengan lansia, mengenai petugas pelayanan menghormati, membantu, terlatih dalam melayani lansia mendapatkan penilaian tertinggi dengan skor 66,3%. Persentasi
paling rendah pada indikator mengenai fasilitas layanan
tempat tinggal seperti rumah pensiunan dan panti terletak
dekat daerah layanan dan tempat tinggal sehingga
penghuni tetap terintegrasi dalam masyarakat masih
dinilai warna orange dengan skor 29,3%.

132

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Tabel 24h. Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai dan Sangat Sesuai


Indikator Dimensi Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan
DUKUngan MaSYaRaKat
Dan peLaYanan KeSeHatan
RLH01a

RLH02a

RLH04a

RLH05a

RLH06a

RLH08a
RLH09a

Langsung
Pelayanan kesehatan dan dukungan
komunitas untuk promosi, pemeliharaan dan pemulihan kesehatan lansia
memadai.
Layanan kerumah termasuk layanan kesehatan, layanan pribadi dan
kerumah tanggaan tersedia bagi
lansia.
Fasilitas layanan tempat tinggal seperti
rumah pensiunan dan panti terletak
dekat daerah layanan dan tempat tinggal sehingga penghuni tetap terintegrasi dalam masyarakat.
Fasilitas kesehatan dibangun sesuai
dengan standar keselamatan dan bisa
diakses dengan mudah bagi lansia dan
orang dengan keterbatasan.
Informasi tentang layanan kesehatan
dan layanan sosial tersedia dengan
jelas dan bisa diakses oleh lansia.
Petugas pelayanan menghormati, membantu, terlatih dalam melayani lansia.
Lansia yang kurang mampu juga bisa
mengakses layanan fasilitas kesehatan
dan layanan sosial.

Kategori
pencapaian

63.1

Kuning

31.5

Orange

29.3

Orange

64.9

Kuning

62.1

Kuning

66.3

Kuning

64.2

Kuning

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

133

RLH10a Relawan berbagai usia dianjurkan dan


didukung untuk membantu lansia.
RLH11a Tersedia cukup lahan pemakaman dan
mudah diakses.
RLH12a Perencanaan kondisi darurat memperhitungkan kapasitas/ketidak mampuan
dari lansia.
tidak Langsung
RLH03a Fasilitas layanan kesehatan dan layanan sosial tersebar dalam kota, mudah
dijangkau, dan setiap saat bisa dicapai
dengan berbagai macam transportasi.
RLH07a Layanan diberikan secara terkoordinasi melalui proses administrasi yang
sederhana.

134

34.0

Orange

58.7

Kuning

29.9

Orange

76.8

Hijau

64.5

Kuning

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

MenUJU KOta RaMaH LanJUt USIa 2030

7.1.Kota Ramah Lanjut Usia 2030 Sebuah Kebutuhan


Secara singkat WHO mendeinisikan kota ramah lanjut usia
adalah lingkungan perkotaan yang inklusif dan mudah diakses
sehingga mendorong para lanjut usia untuk hidup secara aktif
(active ageing). WHO mengidentiikasi 8 dimensi kehidupan
perkotaan yang bisa mempengaruhi kesehatan serta kualitas
kehidupan para lansia, yaitu: (1) Gedung dan ruang terbuka;
(2) Transportasi; (3) Perumahan; (4) partisipasi sosial; (5)
penghormatan dan Inklusi (keterlibatan) Sosial (6); Partisipasi
Sipil dan Pekerjaan; (7) Komunikasi dan Informasi; dan (8)
Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan. Sehingga
sebuah kota ramah lanjut usia berarti juga ramah untuk anak,
semua kelompok umur, dan kaum difabel.
Komitmen nasional dalam mewujudkan kota ramah
lanjut usia tercermin dalam Undang-undang Nomor13
Tahun 1998, Peraturan Pemerintah Nomor43 Tahun2004,
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor60Tahun 2008
yang mengamanatkan suatu lingkungan yang ramah lanjut
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

135

usia demi terwujudnya kesejahteraan sosial lanjut usia. Kota


atau lingkungan yang ramah lanjut usia tidak hanya menjadi
komitmen dari pemerintah Indonesia tetapi juga merupakan
mandat masyarakat global yang dikukuhkan oleh PBB sebagai
prioritas tiga rencana aksi internasional Madrid 2002. Berbagai
tokoh pemerintahan, akademisi, LSM, dan lansia di Indonesia
juga mengungkapkan hal yang senada. Kota ramah lanjut usia
perlu diwujudkan di Indonesia seperti tampak dalam beberapa
petikan berita berikut:
Kota Ramah Lansia Harus Diwujudkan. Menteri Sosial
Salim Segaf Al Jufri meminta Kota Ramah Lansia (Lanjut
usia) segera diwujudkan. Kota Ramah Lansia harus diwujudkan, mungkin dari kota-kota kecil dulu. Kita belum ada
Kota Ramah Lansia, katanya usai membuka Rakornas VII
Komisi Nasional Lanjut Usia di Hotel Salak, Bogor, Rabu
(28/11/2012). Saat ini belum ada Kota Ramah Lansia di
Indonesia. Kondisi fasilitas publik juga belum memenuhi
kebutuhan lansia seperti transportasi, lift untuk lansia, dan
gedung-gedung.Coba bayangkan lansia naik kereta dari
Bogor ke Jakarta tapi fasilitas keretanya tidak mendukung
untuk lansia, saya nggak tahu jadi apa itu, katanya. Ia
mengharapkan dalam Rakornas Komisi Lanjut Usia tersebut
bisa dimunculkan kota yang akan menjadi ramah lansia
sebagai proyek percontohan proyek Kota Ramah Lansia.
(www.republika.co.id, 28 November 2012)
Indonesia Butuh Rumah Ramah Lansia. Kepala Pusat
Kesehatan Intelegensia Kementerian Kesehatan Eka Viora
mengatakan Indonesia memerlukan infrastruktur dan
prasarana ramah bagi warga lanjut usia (Lansia). Rumah

136

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

tersebut diperlukan agar warga Lansia bisa produktif di usia


senja.Menjaga warga Lansia agar bisa tetap produktif perlu
dilakukan sebab proporsi jumlah warga Lansia masa mendatang semakin besar. Bahkan, kata dia, mereka bisa menyamai jumlah anak Bawah Lima Tahun (Balita).Populasi
Lansia terus bertambah akan menjadi beban jika mereka
hidup bergantung orang lain. Harus bergerak mencari solusi
mulai dari sekarang, kata Eka di Jakarta Kamis, 5 April
2012 siang. (www.tempo.co, 06 April 2012)
Wakako: Payakumbuh Ingin Jadi Kota Ramah Lansia. Wakil
Walikota Payakumbuh, Sumatera Barat, Suwandel Muchtar,
mengatakan kota itu bercita-cita menjadikan daerahnya
menjadi kota ramah lanjut usia dengan mempersiapkan
sejumlah fasilitas dan infrastuktur. Ke depan kita akan
mempersiapkan sejumlah fasilitas dan infrastruktur untuk
pelayanan terhadap lansia di payakumbuh kata dia di
Payakumbuh, Senin 18 Februari 2013. (www.antarasumbar.com)
Depok Berpeluang Menjadi Kota Ramah Lansia. Ketua
Umum Perhimpunan Gerontologi Indonesia (Pergeri), Toni
Setiabudhi, mengatakan Depok bisa menjadi contoh sebagai kota yang ramah terhadap para lanjut usia. Hal tersebut
disampaikannya dalam acara pelantikan Pengurus Pergeri
Kota Depok periode 2009-2013 di RS Hermina, Depok,
Rabu (27/05). Menurut Toni, salah satu indikasi Depok siap
menjadi kota yang ramah pada para lansia adalah dengan
dibangunnya jalur khusus penyeberangan di depan RS
Bhakti Yudha dan depan gedung Pemkot Depok. Tempat
penyebaran itu dilengkapi tombol untuk menyalakan lampu

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

137

merah jika lansia akan menyeberang jalan. Selain itu,


Depok memiliki 344 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
yang tersebar di enam kecamatan di Kota Depok. Saya
harapkan Depok bisa menjadi ujung tombak, ujarnya.
(www.tempo.co, 27 Mei 2009)
Dr. Nugroho Abikusno, komisioner Komnas Lansia
mengatakan, sebenarnya tidak terlalu sulit menciptakan kota ramah lansia asalkan pemerintah memiliki
komitmen.Sederhana saja penerapannya, misalnya trafficlight untuk menyeberang dibuat lebih lama karena lansia
berjalan lebih lambat. Di kawasan belanja di tempatkan
banyak tempat duduk dan toilet karena para lansia mudah
lelah dan sering buang air kecil, ujarnya.(www.beritasatu.
com, 06 April 2012)
Dr. Martina Wiwi, SpKJ dari Asosiasi Alzheimer Indonesia
mengatakan tidak ramahnya infrastruktur di Indonesia telah
mengakibatkan kerugian secara ekonomi.Banyak lansia
dari negara lain yang ingin berlibur di Indonesia, tetapi
mereka tentu bertanya apakah Indonesia memilikifasilitas
penitipan/ day care untuk lansia yang memadai?ujar Martina. (www.beritasatu.com, 06 April 2012)
Sambut Hari Lansia Internasional, Surabaya Targetkan Kota
Ramah Lansia. Pemberian pelayanan yang lebih baik terhadap Lansia oleh RSUD BDH merupakan salah satu upaya
untuk mewujudkan program Surabaya Ramah Lansia, yang
dilakukan pula oleh seluruh instansi yang ada di Pemerintah Kota Surabaya. Kepala Seksi Bina Swadaya Sosial,
Dinas Sosial Kota Surabaya, Panandaka Candra Ramayana
mengatakan, berbagai program diadakan untuk mendukung
138

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Surabaya Ramah Lansia. Di Dinas Sosial telah menganggarkan 9 Milyar Rupiah untuk menunjang makanan untuk
Lansia di Surabaya, khususnya Lansia miskin dan sangat
miskin, Candra Ramayana menjelaskan. Jumlah lansia
ini lebih besar dari balita di Surabaya sekitar 2,5 persen.
Karena itu, lansia layak mendapatkan perhatian besar,
ujarnya menambahkan.
Selain itu di beberapa Dinas atau instansi pemerintah
juga mengupayakan program yang ramah lansia. Dinas
PU misalnya, mereka membangun harus memperhatikan
kebutuhan serta kemudahan bagi lansia, seperti membuat
pegangan pada fasilitas umum, Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan adanya Taman Lansia, ada juga pelatihan
dan solusi bisnis untuk lansia, dan masih banyak lagi,
terangnya.( http://surabaya1.com, 22 September 2012)
Jakarta Ramah Lansia, Oleh Saparinah Sadli, Guru Besar
dan Peneliti Kajian Kelansiaan Universitas Indonesia:
Ibu kota ini mesti menjadi Jakarta Ramah Lansia dengan
menyajikan Layanan Umum yang Ramah Lansia, antara
lain: (1) Membuat jalur khusus di bank bilamana banyak
lansia datang mengambil uang pensiun. Mungkin jalur ini
hanya diadakan di minggu pertama setiap bulan dan pada
jam-jam tertentu. Mereka mengambil pensiunnya sendiri,
bukan karena anaknya atau keluarganya tidak mau membantu, tetapi karena bagi lansia merasakan kemandiriannya merupakan suatu kenikmatan tersendiri. (2) Bank yang
melayani para nasabah yang mengambil uang pensiun,
sebaiknya menyediakan tempat duduk khusus bagi lansia
yang harus menunggu pasangannya yang sedang antri

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

139

mengambil uang pensiun. (3) Perlu ada aturan agar tempat


berbelanja yang besarsupermarket atau hypermarket di
mal besar-- menyediakan ruang khusus bagi lansia. Lansia
bisa memesan semangkok soto, sambil menunggu antrean
panjang di tempat pembayaran. (4) Dalam hal angkutan
umum, perlu dibenahi jalan menujupintu Bus TransJakarta yang sama sekali tidak ramah lansia, karena jalan
yang harus dilalui sangat panjang, menanjak, dan kalau
hujan kondisinya sangat licin. (5) Selain itu, dalam busbus kota tidak tersedia tempat duduk khusus bagi lansia.
Sering ditemukan selama perjalanan, lansia harus berdiri
di dalam bus kota yang biasanya sopir mengendarainya
ngebut, sering berbelok tajam. Ini cukup membahayakan
bagi lansia, selain juga sangat melelahkan. (6) Juga, tangga
naik masuk kereta api membahayakan para lansia karena
anak tangga itu tinggi. Seringkali lansia harus dibantu orang
lain untuk naik tangga masuk gerbong. Kadang-kadang
memang tersedia bangku kecil yang memudahkan naik
tangga, tetapi jumlahnya tidak cukup sehingga penumpang
berebut menggunakannya. (7) Di pusat perbelanjaan atau
tempat umum lainnya, yang sering tempat satu dan tempat
lain dihubungkan dengan tangga, ternyata tangga-tangga
tersebut tidak selalu dilengkapi dengan pegangan di tengah atau di kedua sisi. Ini membahayakan, apalagi anakanak tangga biasanya cukup tinggi bagi seorang lansia.
(http://www.jakartanesia.com)
Jumlah penduduk lansia akan mencapai 41 juta (14%) di
tahun 2030. Jumlah tersebut melebihi jumlah anak di bawah
lima tahun. Karena itu terciptanya kota ramah lansia tahun
2030 menjadi sebuah kebutuhan. Mewujudkan indikator setiap
140

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

dimensi yang dinilai sangat holistik sehingga indikatornya


mencapai lebih dari 90 item menjadi ramah lansia dapat
dimulai dari yang paling sederhana.
Seperti yang diungkapkan oleh banyak tokoh dalam kutipan
di atas,dapat dimulai dari penyediaan tempat duduk dan toilet
yang lebih banyak bagi lanjut usia di mall dan pusat perbelanjaan, pemasangan pegangan tangga, penyediaan antrian khusus
lansia, dan seterusnya. Di samping itu dukungan dan komitmen pemerintah yang sudah ada dalam bentuk perundangundangan maupun peraturan seharusnya diaplikasikan dalam
program nyata. Sehingga pada saat ini yang diperlukan adalah
perencanaan tahapan-tahapan pencapaian dari tahun ke tahun
hingga tahun 2030.

7.2.Usulan Tahapan Menuju Kota Ramah Lanjut Usia


Tahapan-tahapan usulan yang diuraikan dalam sub-bab ini
mengacu pada frame work tahapan, siklus penilaian berkelanjutan, dan upaya meningkatkan keramahan kota dari anggota
Jaringan Global Kota Ramah Lansia WHO (WHO Global
Network of Age-friendly Cities). Jaringan global ini dibentuk
WHO untuk mendukung kota-kota yang berkomitmen menjadi
kota ramah lansia dengan cara: pertama, menghubungkan
kota-kota yang berpartisipasi dalam WHO dengan satu sama
lain. Kedua, memfasilitasi pertukaran informasi dan praktik
terbaik (best practices). Ketiga, mengadopsi intervensi yang
sesuai, berkelanjutan, serta cost-efective untuk meningkatkan
kehidupan para lanjut usia. Keempat, memberikan dukungan
teknis dan pelatihan. Tahapan menuju kota ramah lansia dan
keberlanjutannya dapat dibagi menjadi 4 tahapan yang kontinu
yaitu:
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

141

Perencanaan (Tahun ke 1-2):


Dalam tahapan ini terdapat sejumlah kegiatan yang perlu
dilakukan di antaranya: (1) Penggalangan Komitmen para pemangku kepentigan, pemerintah, legeslatif, LSM, swasta, para
lanjut usia di mana pemerintah yang menjadi lokomotif. (2)
Identiikasi data potret kelanjutusiaan; (3) Identiikasi potensi
kota dalam kelanjutusiaan di antaranya meliputi: dana yang
dapat dialokasikan untuk kelanjutusiaan, kelembagaan kelanjutusiaan, program kelanjutusiaan yang sudah dilakukan atau
program lain yang mendukung terujudnya kota ramah lanjut
usia. (4) Asesmen kota ramah lansia. (5) Mengembangkan rencana kerja 1-3 tahun ke depan dengan melibatkan para lanjut
usia. (6) mengidentiikasi indikator-indikator penilaian.
IImplementasi (Tahun ke 3-5): Mencakup (1) Pelaksanaan
rencana kerja dan (2) memonitor indikator penilaian.
Evaluasi Kemajuan (akhir tahun ke-5): (1) Mengukur kemajuan; (2) Mengidentiikasi keberhasilan dan kelemahan yang
masih ada.
Perkembangan Keberlanjutan Program: Mulai lagi dari
proses awal untuk 5 tahun berikutnya sampai tahun 2030.

142

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Gambar 10. Tahapan Menuju Kota Ramah Lanjut Usia


Tahun ke 1-2
1. Perencanaan
a. Melibatkan para lansia
b. Penilaian keramahan
kota terhadap lansia
c. Mengembangkan
rencana kerja
d. Mengidentifikasi
indikator-indikator

4.

Perkembangan berkelanjutan
siklus 5-tahun sampai dengan
2030

Tahun ke 3-5
2. Implementasi
a. Pelaksanaan rencana
kerja
b. Memonitor indikator

3.

Evaluasi Kemajuan
a. Mengukur kemajuan
b. Mengidentifikasi
keberhasilan dan
kelemahan yang masih
ada
c. Menyerahkan laporan
kemajuan

Hasil studi ini akan membantu Kota dalam melakukan proses


perencanaan menuju kota ramah lansia. Dukungan hasil studi
ini, akan disampaikan dalam bab berikutnya dari buku ini.
Informasi hasil studi akan dibahas secara nasional dan juga
keadaan di setiap kota dalam buku yang terpisah. Dalam setiap
buku, beberapa hal yang akan dibahas adalah:

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

143

7.3.Usulan Kategori Pencapaian Per Tahapan


Berdasarkan hasil baseline study ini keadaan kota di
Indonesia tahun 2013 secara keseluruhan masih masuk dalam
kategori orange. Karena dari 8 dimensi yang dinilai satupun
belum ada yang hijau. Riciannya, 3 dimensi masuk dalam
kategori kuning, 4 orange, dan satu merah. Tahun 2030 semua
hasil pengukuran ini baik secara keseluruhan maupun perdimensinya ditargetkan mencapai kategori warna hijau (Tabel
25). Maka untuk meraih predikat ramah lansia tahun 2030
(warna hijau), Indonesia harus memulai perjalanan dari kategori
pencapaian warna orange dan harus melewati fase warna
kuning terlebih dahulu.
Tabel 25. Baseline 2013 Goal 2030 Total 14 kota
Dimensi

144

Baseline 2013

goal 2030

tOtaL
1. Gedung dan Ruang Terbuka

Orange
Orange

Hijau
Hijau

2. Transportasi

Orange

Hijau

3. Perumahan

Orange

Hijau

4. Partisipasi Sosial

Kuning

Hijau

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

5.Penghormatan dan Inklusi/Keterlibatan Sosial


6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan
7. Komunikasi dan Informasi
8. Dukungan Komunitas dan Pelayanan Kesehatan

Orange

Hijau

Merah

Hijau

Kuning

Hijau

Kuning

Hijau

Proses pencapaian tahapan menuju kota ramah lansia tahun


2030 dimulai tahun 2015. Tahun 2014 bisa digunakan sebagai
tahun persiapan. Tahapan-tahapan yang direkomendasikan
adalah: tahun pertama (2014) adalah tahun persiapan untuk
semua program kerja.Tahun 2015 merupakan tahun dimulainya
program atau pelaksanaan terhadap komitmen menjadi kota
ramah lanjut usia. Di tahun 2018 atau 3 tahun pelaksanaan
program pertama harus dilakukan evaluasi terhadap programprogram yang sesuai atau permasalahan yang dihadapi. Setelah
membuat hasil evaluasi dari 3 tahun pertama maka mulai tahun
2018 mulai dibuat program 5 tahunan menuju kota ramah lanjut
usia di tahun 2030.
Indeks total untuk mencapai kategori warna hijau pada tahun
2030 memerlukan skor minimal 32.1%. Dengan asumsi presentase pertumbuhan rata-rata yang linier per tahun diperlukan
minimal 2.1%(Tabel 26).Berdasarkan hasil studi ini dimensiyang
masih membutuhkan presentase paling besar untuk mencapai
kategori warna hijautahun 2030 adalah dimensi Partisipasi Sipil
dan Pekerjaan. Untuk mencapai kategori warna hijau tahun
2030 masih membutuhkan minimal 58.1% dengan asumsi
perubahan per tahun yang linier dan sama mencapai rata-rata
minimal 3.9%. Sedangkan dimensi yang membutuhkan presentase pencapaian paling ringan atau sedikit untuk mencapai

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

145

kategori warna hijau adalah dimensi Partisipasi Sosial sebesar


minimal 19.4% dengan asumsi pertumbuhan pertahun yang
sama dengan rata-rata pencapaian pertahun minimal 1.3%.
Tabel 26. Gambaran Umum Persentase Penilaian14 kota
Dimensi
1. Gedung dan
Ruang Terbuka
2. Transportasi
3. Perumahan
4. Partisipasi Sosial
5. Penghormatan
dan Inklusi Keterlibatan Sosial
6. Partisipasi Sipil
dan Pekerjaan
7. Komunikasi dan
Informasi
8. Dukungan
Masyarakat
dan Pelayanan
Kesehatan
Total

Indeks
2013

Minimal
indeks
2030

35.2

75.0

39.8

2.7

40.1
31.3

75.0
75.0
75.0

34.9
43.7

2.3
2.9

19.4

1.3

55.6

Minimal
Minimal
progres 15 progres per
tahun
tahun

48.7

75.0

26.3

1.8

16.9

75.0

58.1

3.9

52.2

75.0

22.8

1.5

53.8

75.0

21.2

1.4

42.9

75.0

32.1

2.1

Dengan mengasumsikan pertumbuhan per tahun-nya sama


pada tiap dimensi, Tabel 27 menampilkan kategori pencapaian per tahapan. Pada tahun 2018 indeks total masih orange,
4 dimensi mencapai kategori wana orange dan 4 dimensi
lainnya sudah mencapai warna kuning. Di tahun 2023 indeks
total berwarna kuning, namun satu dimensi masih orange. Pada
146

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

tahun 2028 indeks total semua dimensi sudah mencapai kategori warna kuning. Akhirnya tahun 2030, indeks total semua
dimensi mencapai warna hijau.
Tabel 27. Gambaran Umum Progres 15 Tahun Ke depan
Dimensi

2013

2018

2023

2028

2030

1. Gedung dan
Ruang Terbuka

Orange Orange

Kuning

Kuning

Hijau

2. Transportasi

Orange Orange

Kuning

Kuning

Hijau

3. Perumahan

Orange Orange

Kuning

Kuning

Hijau

Kuning

Kuning

Kuning

Hijau

Orange Kuning

Kuning

Kuning

Hijau

Merah

Orange

Orange

Kuning

Hijau

Kuning

Kuning

Kuning

Kuning

Hijau

4. Partisipasi Sosial Kuning


5. Penghormatan
dan Inklusi Sosial
6. Partisipasi Sipil
dan Pekerjaan
7. Komunikasi dan
Informasi
8. Dukungan
Komunitas
dan Pelayanan
Kesehatan
Total

Kuning Kuning

Kuning

Kuning

Hijau

Orange Orange

Kuning

Kuning

Hijau

7.4. Menemukan Strategi Menuju Kota Ramah Lanjut Usia 2030


Strategi menuju kota ramah lanjut usia 2030 adalah,pertama,
mencermati hasil deskriptif setiap indikator dengan mengawali
mengerjakan indikator yang mudah, skor penilaian yang
rendah, dan melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholder). Beberapa contohnya adalah indikator Peraturan lalu
lintas ditaati dengan pengendara memprioritaskan pejalan
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

147

kaki. Tahun 2013 skor indikator tersebut 30% dan stakeholdernya adalah masyarakat luas. Kemudian indikator Terdapat
pelayanan pelanggan khusus bagi lansia (seperti tempat antrian
terpisah dan tempat khusus lansia), skornya hanya 13% dan
stakehodernya adalah swasta umum. Pada sub bab berikutnya
akan disampaikan hasil indikator per dimensi.
Strategi kedua adalah menjadikan komitmen mewujudkan
kota ramah lanjut usia sebagai suatu gerakan advokasi tidak
hanya di tingkat nasional tetapi juga pada tingkat provinsi dan
tingkat kota. Selanjutnya setiap kota meneruskan kepada satuan
kerja, dinas, dan unit administrasi kecil lainnya.
Selain dari itu, program implementatifnya harus mencakup
meliputi berbagai sektor. Karena itu strategi berikutnya adalah
upaya pengarusutamaan isu ramah lanjut usia dalam berbagai
bidang. Mengingat dimensi kota ramah lanjut usia tidak selalu
langsung berhubungan dengan kaum lanjut usia tetapi juga
dengan masyarakat umum. Sebanyak 30 dari total 95 indikator
WHO yang dipergunakan dalam studi ini merupakan indikator
yang tidak langsung berhubungan dengan lanjut usia. Misalnya
indikator Tempat-tempat umum bersih dan nyaman, Peraturan lalu lintas ditaati dengan pengendara memprioritaskan
pejalan kaki. Hal ini menandakan kota ramah lanjut usia
sebenarnya juga merupakan kota ramah bagi semua kelompok
umur.
Strategi lainnya adalah pemerintah membuat sejumlah
peraturan yang terkait langsung dengan lanjut usia, seperti diperlihatkan dalam Bab 5. Namun tidak cukup hanya itu saja,
peraturan yang dibuat harus mencakup atau masuk dalam
peraturan yang bersifat umum seperti dokumen-dokumen
kebijakan. Di sebagian kota, sejumlah alikasi program mulai
148

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

memperhatikan kebutuhan para lanjut usia meski tidak tercantum dalam dokumen kebijakan pembanguan. Contoh seperti
ungkapan salah satu pemangku kepentingan berikut:
menginduk kepada Renja dan Renstra SKPD nggak ada
yang harus ke lansia, fokus ke lansia, padahal sebenarnya
program itu juga mendukung untuk lansia, misalnya kalau
di Dinas PU pembangunan marka jalan khusus lansia, di
perhubungan ada jembatan penyebrangan orang (JPO) khusus lansia, terus halte-halte khusus lansia sebenarnya sudah
ada. Cuma karena dalam kegiatannya tidak membunyikan
itu harus untuk lansia, jadi kita untuk mem-breakdown kegiatan apa untuk lansia itu nggak spesifik, jadi sebenarnya
sudah banyak kegiatan. Yang kita benar-benar menemukan
kegiatan yang ada kata-katanya lansia cuma di sosial dan
kesehatan(SKPD Jakarta, 06 Maret 2013)
Dari contoh tersebut, upaya lain yang sangat bermanfaat
adalah memasukkan item-item check list dalam aturan dan
juga Renja SKPD. Ini pentinguntuk meningkatkan komitmen
dan memberikan landasan kuat pada pemangku kepentingan
dalam mengimplementasikan program-program yang ramah
lanjut usia.
Komitmen pemerintah Indonesia untuk mewujudkan kota
ramah lanjut usia secara nasional dilihat dari peraturan perundang-undangan sudah ada, namun belum lengkap dan belum
menyentuh semua aspek penting check list kota ramah lansia
yang digagas oleh WHO. Di antaracheck list esensial yang
belum ada pada peraturan pemerintah dalam tabel13 adalah
Area publik bersih dan nyaman (RLA01a) dan Keamanan di
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

149

luar ruangan didukung oleh penerangan jalan yang baik, polisi


patroli, dan pendidikan komunitas (RLA08a).
Artinya komitmen pemerintah yang sudah ada ini belum
banyak diimplementasikan dalam kebijakan dan program.
Selaindiperlukan peningkatan implementasi dari apa yang diamanatkan peraturan, adanya koordinasi yang baik antarsektor
dan pemangku kepentingan juga sangan menentukan untuk
kecepatan perwujudan kota ramah lanjut usia di Indonesa.
Di lain pihak, keberadaan lembaga/organisasi independen
esensial untuk mengkritisi pemangku kepentingan yang tidak
memiliki planning dan tidak implementatif juga diperlukan. Di
atas segalanya implementasi perwujudan kota lanjut usia bukan semata menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi semua
pemangku kepentingan.
Deseminasi hasil penelitian
Hasil studi ini telah didiseminasikan ke sejumlah pemerintah kota dan provinsi sampel sejak bulan Mei 2013 dan akan
terus dilanjutkan sampai tahun 2014 dengan menyampaikan
ke tingkat nasional. Kegiatan diseminasi dikemas dalam agenda
workshop terbatas dengan tema Satu Langkah Menuju Impian
Lanjut Usia Kota Ramah lanjut Usia 2030. Di sejumlah kota
workshop ini diikuti oleh walikota atau wakil walikota, perwakilan SKPD terkait di lingkungan pemerintahan kota, dan
stakeholder lainnya.
Tanggapan dari stakeholder perkotaan, mereka sangat menyambut baik hasil studi dan akan menindaklanjutinya. Para
stakeholders menjadikan hasil penelitian ini dan terutama indikatornya sebagai pegangan dalam melakukan pembangunan
menuju kota ramah lanjut usia. Mereka setuju rekomendasi

150

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

memulai pembenahan dari indikator yang nilainya rendah dan


tidak memerlukan banyak dana. Mereka juga berencana akan
mengintegrasikan dengan program-program lain yang sifatnya saling melengkapi seperti program kota layak anak, kota
sejahtera, kota inklusi, dan lain-lain. Bahkan sejumlah kepala
pemerintahan ingin mencapai kota ramah lanjut usia sebelum
tahun 2030, seperti Pemkot Payakumbuh dan Denpasar. Berikut
di antara contoh petikan dokumentasi diseminasi:
Sementara Walikota Denpasar I.B Rai Dharmawijaya
Mantra menyambut baik studi kasus menuju Kota Ramah
Lanjut Usia yang dilakukan lembaga SurveyMETER. Saat
ini Denpasar telah memulai dengan mewujudkan Kota
Layak Anak, Kota Sehat, dan Kota LayakPenyandangDisabilitas yang dilakukanmelaluiberbagaiprogramkegiatan,
danmelakukan perbaikan beberapa fasilitas penunjang.
Dari studi kasus yang telah dilakukan SurveyMETER ada
beberapa kesamaan menuju Kota Layak Lansia, salahsatunyapenataaninfrastrukutursepertitrotoar dan ruang
terbuka hijau.Di samping itu perbaikan tempat parkir, dan
publik transport dengan membuat angkutan pengumpan
Sarbagita sebagai penunjang program tersebut telah dilakukan Pemerintah Kota Denpasar, namun masih menemui
beberapa kendala.Program ini sangat baik dan dapatdijadikansebagaiprogrampembangunan Kota Denpasar yang
nantinya bermuara pada Kota Ramah Semua Usia, ujar Rai
Mantra. (Walikota Kota Denpasar, 12/6/2013).
Aparatur perlu mendukung program Kota ramah lanjut usia
2030 sehingga tidak ada nantinya lansia yang berkeliaran
di jalan-jalan tetapi lanjut usia adanya di taman bersantai
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

151

dengan para cucu. Program kota ramah lansia akan disinergikan dengan program kota layak anak dan kota sehat.
Di Kota Depok, akan dicanangkan Kota Ramah Lansia
pada tahun 2014, karena Depok sudah memiliki konsep
dan program untuk Kota Ramah Lansia. (Wakil Walikota
Depok, 25/6/2025).
Menanggapi hasil survei tersebut, Wali Kota Balikpapan
Rizal Effendi mengatakan akan segera membenahi indikator yang pencapaiannya rendah.Selaku pemerintah kota,
saya membutuhkan komitmen dan dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan kota ramah lansia, jelas
Rizal Effendi. Dalam hal perumahan, Rizal berharap agar
pengelola rumah susun mengutamakan para lansia untuk
menempati lantai bawah agar memudahkan akses mereka.
Sementara untuk partisipasi sipil dan pekerjaan, Rizal berharap agar terdapat berbagai macam kesempatan kerja bagi
lansia. Lansia bisa dipekerjakan pada sektor-sektor yang
membutuhkan keahlian mereka tanpa terhalang oleh batasan fisik dan usia, ujar Rizal. Dia mencontohkan negara
Singapura yang menyediakan pekerjaan yang fleksibel dan
kerja paruh waktu yang cocok bagi lansia seperti di bidang
pariwisata, penjual makanan dan minuman, dan pelayanan
industri.Saya bercita-cita Balikpapan akan memiliki taman
yang nyaman bagi para lansia, di mana mereka dapat duduk
sembari menikmati udara segar, olahraga, membaca buku,
hingga memancing, harap Rizal. Dia berpesan kepada
seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemkot
Balikpapan agar segera menyusun perencanaan dan tindak
lanjut dalam mewujudkan Kota Balikpapan sebagai kota
ramah lanjut usia. (Walikota Balikpapan, (3/7/2013).
152

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

Pemerintah Provinsi Bali bakal merancang peta jalan


(road map) menuju terwujudnya Pulau Dewata yang ramah untuk kaum lanjut usia.Makin maju sebuah negara,
maka jumlah lansianya akan meningkat. Selain jumlahnya
meningkat, mereka juga banyak yang potensial dengan
berbagai ide dan pengalaman, kata Gubernur Bali, Made
Mangku Pastika saat menerima Direktur SurveyMETER
Dr Ni Wayan Suriastini di Denpasar, Jumat (5/7/2013). Ia
berharap road map tersebut bisa terwujud sebelum 2030.
Makin meningkatnya usia harapan hidup berimplikasi
pada bertambahnya jumlah lansia secara nasional maupun Bali khususnya, sehingga keberadaan mereka perlu
mendapat perhatian serius dari pemangku kepentingan
dan masyarakat luas, ujarnya. Ia berpendapat, jika sudah
mendapat perhatian serius, maka lansia dapat menikmati
sisa hidupnya secara lebih berkualitas baik fisik maupun
mental.(Gubenur Bali, 5/7/2013).

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

153

154

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

KeSIMpULan

Tingkat kesesuaian kota-kota di Indonesia dalam memenuhi


kriteria kota ramah lanjut usia kurang dari 43%. Dimensi kota ramah
lanjut usia yang terdepan di Indonesia adalah Partisipasi Sosial,
Dukungan Komunitas dan Pelayanan Kesehatan, serta Komunikasi
dan Informasi yang mencapai lebih dari 52%. Kota kecil lebih
maju dalam pemenuhan kriteria kota ramah lanjut usia. Srategi
menuju kota ramah lanjut usia tahun 2030, dapat dimulai dengan
membenahi indikator yang pencapaiannya rendah, tidak memerlukan banyak dana, dan melibatkan semua pemangku kepentingan.
Hasil studi mensuplai asesmen, data, rekomendasi yang diperluan
untuk perencanaan menuju kota ramah lanjut usia tahun 2030.Di
atas segalanya diperlukan komitmen dari pemerintahan kota dan
pemangku kepentingan lainnya untuk bisa menggapai kota ramah
lanjut usia tahun 2030.

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

155

156

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

DaFtaR pUStaKa

Azizah, Marifatul, 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Graha Ilmu.


Yogyakarta
Darmojo & Martono, 2004. Buku Ajar Geriatri( Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut). FKUI : Jakarta
Hurlock, E.B, 1990. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih bahasa oleh
Istiwidayanti dan Soedjarwo. (Edisi Kelima). Erlangga.
Jakarta
http://www.antarabali.com. 2013. Bali Rancang Peta Jalan Menuju
Ramah Lansia. http://www.antarabali.com/berita/41082/
bali-rancang-peta-jalan-menuju-ramah-lansia?utm_
source=twitterfeed&utm_medium=facebook
http://padangekspres. co. id. 2013. Payakumbuh Direkomendasi
Menjadi KRL ke WHO. http://padangekspres.co.id/?
news=berita&id=43462
http://padang-today.com.2013.Payakumbuh Direkomendasi Menjadi KRL ke WHO. http://padang-today.com/?mod=beri
ta&today=detil&id=44462
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

157

http://upt.denpasarkota.go.id. 2013. Lembaga Survey Meter Jadikan


Denpasar Pilot Project Kota Ramah Lansia.http://upt.
denpasarkota.go.id/main.php?act=news&kd=8965
Kuntjoro, 2002. Depresi pada Lanjut Usia. http://www.e-psikologi.
com. 20 September 2007
Lumbantobing, 2006. Kecerdasan pada Lanjut Usia Lanjut dan
Dimensia. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 7-15
Nugroho, 2000. Keperawatan Gerontik. EGC. Jakarta
Potter dan Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Konsep, Proses dan Praktik ed.4, alih bahasa Yasmin
Asih. EGC. Jakarta, 723, 738-739, 752
Stanley dan Beare, 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik ed. 2.
Alih bahasa Juniarti dan Kurnianingsih. EGC. Jakarta.
43, 166-170, 367,368
www.denpasarkota.go.id. 2013. Lembaga Survey Meter Jadikan
Denpasar Pilot Project Kota Ramah Lansia.
http://humasdepok.blogspot.com. 2013.Depok Akan Canangkan
Kota Ramah Lansia Tahun Depan. http://humasdepok.
blogspot.com/2013/06/depok-akan-canangkan-kotaramah-lansia.html
www.balikpapan.go.id. 2013.Balikpapan Menuju Kota Ramah
Lansia. http://www.balikpapan.go.id/index.php?option
=com_content&view=article&id=5605%3Abalikpap
an-menuju-kota-ramah-lansia&catid=1%3 Aberita-kota
& lang=in
www.kaltimpost.co.id. 2013. Balikpapan Paling Ramah Lansia.
http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/24474/
balikpapan-paling-ramah-lansia.html

158

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

LaMpIRan

Lampiran 1
Global Network Of Age-Friendly Cities
WHO mendukung kota-kota yang berkomitmen menjadi kota
ramah lansia dengan membentuk jaringan global kota ramah lansia
(Global Network of Age-friendly Cities). Yang bisa menjadi anggota dari jaringan global ini adalah kota-kota yang berpartisipasi
dalam jaringan dan bersedia untuk berkomitmen dengan siklus
penilaian keberlanjutan dan meningkatkan keramahan dari kota
mereka. WHO Global network ini melakukan aktivitas: pertama,
menghubungkan kota-kota yang berpartisipasi dalam WHO dengan satu sama lain. Kedua, memfasilitasi pertukaran informasi dan
praktikterbaik (best practices). Ketiga, mengadopsi intervensi yang
sesuai, yang berkelanjutan serta cost-efective untuk meningkatkan
kehidupan para lanjut usia. Keempat, memberikan dukungan teknis
dan pelatihan.
Sejumlah keuntungan menjadi anggota Jaringan Global Kota
Ramah Lansia yaitu: (1) Hubungan dengan jaringan global para
pakar/ahli lansia dan masyarakat sipil. (2) Akses terhadap informasi
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

159

kunci tentang program: berita terkini, best practices, even-even, hasil, tantangan dan inisiatif baru melalui praktik masyarakat kota kota
ramah lansia (www.who.int/ezcollab/ afc_network). (3) Mendapatkan petunjuk teknis dan pelatihan melalui proses implementasi kota
ramah lasia. (4) Kesempatan untuk kerja sama dengan kota lain.
Syarat untuk bergabung dalam Network ini adalah: (1) melengkapi formulir pendaftaran ini yang bisa diakses di www.who.int/
ageing/age_friendly_cities/en/index.html; (2) mengirimkan surat dari
Bupati/Walokotadan kantor administrasi kabupatenkepada WHO
yang menyatakan komitmen mereka terhadap Siklus Jaringan dari
perkembangan yang berkelanjutan; (3) memulai siklus dari empat
tahap berikut:
1. Perencanaan (Tahun ke 1-2): Tahap ini terdiri dari empat langkah; (a) Pembentukan mekanisme yang melibatkan para lansia
melalui siklus Kota ramah lansia. (b) Penilaian awal (baseline)
terhadap keramahan dari kota tersebut. (c) Pembentukan rencana kerja 3 tahunan untuk seluruh kota berdaasarkan hasil
penilaian awal. (d) mengidentiikasi indikator untuk memonitor
progress.
2. Implementasi (Tahun ke 3-5): Penyelesaian tahap1 yang tidak
lebih dari dua tahun setelah bergabung dengan Network, semua
kota harus menyerahkan rencana-kerja (action plan) mereka
kepada WHO sebagai peninjauan dan pengesahkan (review and
endorsement). Atas persetujuan dari WHO, kota-kota tersebut
akan melaksanakan program dengan masa periode 3 tahun.
3. Evaluasi progres (akhir tahun ke 5): Pada akhir tahun pertama
pelaksanaan, kota-kota tersebut harus menyerahkan laporan
hasil pelaksanaan/progress dari WHO yang menggambarkan
kemajuan menggunakan indikator-indikator yang dikembangkan pada tahap 1.
160

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

4. Perkembangan Kontinu: Jika ada kemajuan yang terlihat dari


rencana kerja original, kota-kota tersebut akan melanjutkan
ke tahap perkembangan kontinu. Mereka akan diundang untuk mengembangkan rencana kerja yang baru (durasi sampai
5 tahun) bersama dengan indikator-indikator yang terkait.
Kemajuan dari rencana kerja baru ini akan diukur pada akhir
periode tahap kedua ini. Kota-kota tersebut bisa melanjutkan
keanggotaan mereka dalam Network dengan memasuki siklus
implementasi selanjutnya.
Siklus Network Kota ramah lansia Global
tahun ke 1-2

d.

4.

c.

Perencanaan
Melibatkan para lansia
Penilaian keramahan kota
terhadap lansia
Mengembangkan rencana
kerja
Mengidentifikasi indikatorindikator

1.
a.
b.

Perkembangan berkelanjutan siklus 5-tahun

tahun ke 3-5
2.

Implementasi
a. Pelaksanaan rencana kerja
b. Memonitor indikator

3.

Evaluasi Kemajuan
a. Mengukur kemajuan
b. Mengidentifikasi keberhasilan dan kelemahan
yang masih ada
c. Menyerahkan laporan
kemajuan

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

161

Formuliraplikasiuntukbergabung
KontakdetailKota:
1)NamaKabupaten/KotadanNegara:*

2)Alamatlengkap:*

3)NamaBupati:*

4)Namalengkap,perandangelardarikontakperson:*

5)Emailkontakperson:*

FormatEmailsebagaiberikut"xxxx@yyyy.zzz"
6)MohontuliskanalamatwebsiteAndaatauwebsitelaindaripemrakarsaKotaRamahLansia:
http://

FormatURLsebagaiberikut"http://xxxxx".
7)ApakahkotainimerupakananggotaProgramNasional?*
Ya Tidak

8)MohonlampirkansuratdariBupatidankantoradministrasikabupatenyangmenyatakan
kesediaannya
untukberkomitmendalammelaksanakan/menyelesaikankeempatlangkahyangdisebutkandi
atasdalam
jangkawaktu2tahunkedepan;
Ukuranfilemaksimal5MB.

162

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030


Sertakaninformasiinformasitambahanberikutjikamemungkinkan:

1)Berapapersenlansiayangtinggaldikotaini(umur65dan65keatas)

2)Apakahmemilikidanauntukmelaksanakanproyekini?

3)Apakahadaproyeklainyangberkaitandenganproyekiniatauproyekyangditargetkan
untukparalansiayangakan
atausedangdilaksanakandikotaini?Jikaada,gambarkantentangproyektersebut.

4)Apakahsudahdilaksanakanprosespenilaianawaldarikeramahankota
terhadaplansia?
Sudah Belum

5)Jikaprosespenilaianawalsudahdilakukan,lampirkanrencana3tahunkota
jikaada:

Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030

163

Anda mungkin juga menyukai