Abstrak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan sebagai
bahan baku dalam industri jamu dan farmasi yang mengandung senyawa kurkumin. Penentuan konsentrasi
senyawa kurkumin dengan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) cenderung mahal jika
dibandingkan dengan pengukuran menggunakan metode Fourier Trasform Infrared (FTIR). Sehingga diperlukan
suatu model yang menyatakan hubungan antara konsentrasi senyawa aktif hasil pengukuran HPLC dengan
persen transmitan (absorban) yang diukur dengan menggunakan FTIR. Beberapa permasalahan yang muncul
dalam pembuatan model adalah ketika banyaknya pengamatan (n) jauh lebih kecil dari banyaknya peubah (p)
dan antar peubah saling berkolerasi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan reduksi dimensi data FTIR
menggunakan Transformasi Wavelet Diskret (TWD) dengan Open Source Software-R (OSS-R). Jenis wavelet
yang digunakan adalah wavelet Haar, dengan nilai mother wavelet (x) bernilai 1 dan -1 pada interval [0,1/2)
dan [1/2,1). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa level resolusi yang terpilih adalah nilai R 2 tertinggi yaitu
100% pada level 1 dan 4 dengan jumlah koefisien 18 serta 1 koefisien pemulusan. Jadi, diperoleh dimensi baru
dari variabel prediktor sehingga n > p.
Kata kunci : TWD, wavelet Haar, kurkumin, OSS-R, reduksi dimensi.
PENDAHULUAN
Di Indonesia tanaman obat telah lama
digunakan oleh masyarakat dan industri untuk
pembuatan jamu. Penggunaan tanaman obat yang
semakin meluas sudah selayaknya diikuti dengan
usaha untuk menjamin kualitas tanaman obat
tersebut. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
merupakan salah satu tanaman obat yang banyak
digunakan sebagai bahan baku dalam industri jamu
dan farmasi. Hal ini untuk menjamin agar
produksinya dapat bersaing dan diterima oleh
masyarakat. Salah satu indikator kualitas tanaman
obat adalah konsentrasi senyawa aktifnya (Mukid,
2009).
Proses penentuan konsentrasi senyawa aktif
yang dikandung oleh suatu tanaman obat perlu
dilakukan secara cepat dan akurat. Secara kuantitatif
dan kualitatif suatu senyawa aktif dapat diketahui
antara lain melalui metode High Performance
Liquid Chromatograph (HPLC) dan Fourier
Trasform Infrared (FTIR). Proses penentuan
konsentrasi
senyawa
aktif dengan
HPLC
memerlukan waktu dan biaya yang relatif mahal
dibandingkan dengan FTIR. Untuk itu diperlukan
metode yang handal tetapi relatif mudah untuk
digunakan. Salah satu metodenya adalah dengan
membuat sebuah model yang menyatakan hubungan
antara konsentrasi senyawa aktif hasil pengukuran
1
2
1
2
No
Sampel
Konsentrasi HPLC
Kulon Progo 1
0.65
Kulon Progo 2
0.63
Kulon Progo 3
0.92
Kulon Progo 4
0.9
Karanganyar 1
1.61
Karanganyar 2
7
8
16
Bogor 2
17
Kuningan 1
0.12
1.11
18
Kuningan 2
0.97
19
Sukabumi 1
1.3
20
Sukabumi 2
1.24
Level Resolusi
R2
C0,0 dan 0
20,18%
C0,0 dan 1
13,97%
1.66
C0,0 dan 2
24,59%
Kulon Progo 5
1.01
C0,0 dan 3
62,18%
Kulon Progo 6
1.13
C0,0 dan 4
96,92%
Karanganyar 3
0.47
10
Karanganyar 4
0.5
C0,0 , 0 dan 1
29,85%
11
Balitro 1
1.38
C0,0 , 0 dan 2
42,69%
12
Balitro 2
1.57
C0,0 , 0 dan 3
72,39
C0,0 , 0 dan 4
99,91%
C0,0 , 1 dan 2
47,26%
13
Cianjur 1
1.57
14
Cianjur 2
1.74
10
15
Bogor 1
0.13
11
C0,0 , 1 dan 3
68,97%
12
C0,0 , 1 dan 4
100%
13
C0,0 , 2 dan 3
81,78%
14
C0,0 , 0, 1 dan 2
47,26%
15
C0,0 , 0, 1 dan 3
73,08%
16
C0,0 , 0, 2 dan 3
83,21%
17
C0,0 , 1 2 dan 3
85,85%
18
C0,0 , 0, 1, 2 dan 3
81,86%
1
2