TINJAUAN PUSTAKA
keperawatan
yang
adaptasi
bertujuan
Roy
membantu
adalah
model
seseorang
untuk
Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator
dan kognator yang merupakan subsistem.
1) Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : inputproses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin.
Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal
cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem.
Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku
regulator subsistem.
2) Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun
internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi
stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol
proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses
informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi
berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi,
mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi,
reinforcement
(penguatan)
dan
insight
(pengertian
yang
yang
tidak
mal-adaptif.
Respon
yang
adaptif
dapat
10
11
tujuan.
Sebagai
suatu
sistem
manusia
juga
dapat
digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta
output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan
satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan.
Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat
adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat
ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah
mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator
dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan
sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi
yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
1) Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan
fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar
fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas,
yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat
dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan
proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
12
a) Oksigenasi
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas.
b) Nutrisi
Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan
mengganti jaringan yang injuri (Servonsky, 1984 dalam Roy
1991).
c) Eliminasi
Ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal
Servonsky (1984) dalam Roy (1991).
d) Aktivitas dan Istirahat
Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen
tubuh (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
e) Proteksi/ Perlindungan
Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan
struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan
perubahan suhu (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
f) The Sense/Perasaan
Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa
dan
bau
13
b)
kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
3) Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial
seseorang
dalam
hubungannya
dengan
orang
lain,
yang
14
menghargai.
Interdependensi
yaitu
keseimbangan
antara
15
Kemampuan
seseorang
dalam
beradaptasi
(koping)
individu
(berupa
pengalaman,
kemampuan
emosioanal,
mendefinisikan
bahwa
tujuan
keperawatan
adalah
16
keperawatan
yang
berbeda
terhadap
sebuah
fenomena
keperawatan.
Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi Keperawatan.
1. Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin
keperawatan dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan
respon manusia dalam keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada
respons mereka terhadap suatu situasi.
2. Filosofi belum dapat diaplikasikan langsung dalam praktik keperawatan,
sehingga perlu dijabarkan dan dibuat dalam bentuk yang lebih konkrit.
3. Grand theory keperawatan (Alligood, 2006) menyatakan teori pada level
ini
lebih
fokus
dalam
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
praktisi
17
18
19
dengan
membandingkan
dengan
ekstremitas
normal.
20
membentuk
emboli
yang
kemudian
menyumbat
pembuluh darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal dan organ
lain. Awitan gejalanya sangat cepat, dapat terjadi dari beberapa jam
sampai satu minggu setelah cedera, namun paling sering terjadi
dalam 24 sampai 72 jam. Gambaran khasnya berupa hipoksia,
takipnea, takikardia dan pireksia. Gangguan cerebral diperlihatkan
dengan adanya perubahan status mental yang bervariasi dari agitasi
ringan dan kebingungan sampai delirium dan koma yang terjadi
sebagai respon terhadap hipoksia, akibat penyumbatan emboli
lemak di otak.
3) Sindrom kompertemen
Sindrom kompartemen disebabkan karena penurunan ukuran
kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat
atau gips atau balutan yang menjerat, atau peningkatan isi
kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan
dengan berbagai masalah. Pasien mengeluh adanya nyeri dalam,
berdenyut tak tertahankan. Palpasi pada otot akan terasa
pembengkakan dan keras.
b. Komplikasi lambat
1) Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan
Penyatuan terlambat terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan
kecepatan normal untuk jenis dan tempat fraktur tertentu.
Penyatuan terlambat mungkin berhubungan dengan infeksi
sistemik atau distraksi fragmen tulang. Tidak ada penyatuan terjadi
karena kegagalan penyatuanujung-ujung patahan tulang.
2) Nekrosis avaskuler tulang
Nekrosis avaskuler terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan
mati, dapat terjadi setelah fraktur khususnya pada kolum femoris.
Tulang yang mati mengalami kolaps atau diabsorbsi dan diganti
21
22
logam
yang
berperan
sebagai
bidai
internal
untuk
mengimobilisasi fraktur.
c. Rehabilitasi
Segala upaya dilakukan untuk penyembuhan tulang dan jaringan
lunak. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan.
Status neurovaskuler (pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan,
gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu segera bila ada
tanda-tanda gangguan neurovaskuler. Kegelisahan, ketidaknyamanan
dan ansietas dikontrol dengan berbagai pendekatan misalnya dengan
meyakinkan, perubahan posisi, peredaan nyeri, termasuk analgetika.
23
sebagai
suatu
system
adaptif
berhubungan
dengan
adaptif
ditemukan
yang
memerlukan
ketidakefektifan
dukungan
respon
perawat.
(mal-adaptif),
Jika
perawat
tahap
ini,
perawat
stimulus
fokal,
kontekstual
mengumpulkan
dan
residual
data
yang
tentang
berdampak
adaptif
meliputi:
genetic;
jenis
kelamin,
tahap
a. Pengkajian Perilaku
1) Pengakajian Fisiologis
Ada 9 (Sembilan) perilaku respon fisiologis :
a)
b)
c)
d)
24
e)
f)
g)
h)
i)
pola
nilai,
kepercayaan
dan
emosi
yang
Tegang.
Tidak
mampu
membuat
25
mendefinisikan
metode
untuk
menyusun
diagnosa
keperawatan:
a. Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy
dan
berhubungan
dengan
mode
adaptif
.dalam
mengaplikasikan diagnosa.
b. Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi
dari
perilaku
yang
tampak
dan
berpengaruh
tehadap
26
luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang
sesuai
adalah
kegagalan
peran
berhubungan
dengan
FISIOLOGIS MODE
1.
O 6.
ksigenasi
Hipoksia/sy
oks.
Gangguan
ventilasi.
Inadekuat
pertukaran gas.
Inadekuat
transport Gas
Gangguan
perfusi jaringan.
2.
ris
N
utrisi
h.
3.
Malnutrisi.
Mual,munta
7.
Anoreksia.
E
liminasi
Urine.
a urine.
Diare.
Konstipasi.
Kembung.
Retensi
Inkontinensi
Senso
Nyeri akut.
Nyeri kronis.
Sensori
overload.
Gangguan
sensori primer.
Potensial injuri.
Kehilangan
kemampuan perawatan diri.
Gangguan
persepsi.
Potensial injuri/
hilang kemam-puan
merawat diri.
Caira
n dan Elektriolit
Dehidrasi.
Retensi cairan
intra seluler.;
Edema.
Shok
hipo/hipervolemik.
Hyper atau
hipokalsemia.
Ketidakseimban
gan asam basa.
27
8.
4.
Fungs
i Nerologis
Penurunan
kesadaran.
Defisit memori.
Ketidakstabilan
perilaku dan mood.
A
ktivitas dan Istirahat
Inadekuat
pola aktivitas dan
istirahat.
Intolenransi
aktivitas.
Immobilisas 9.
i.
Gangguan
tidur.
5.
Fungs
i Endokrin
Inefektiv
regulator hormon.
Inefektiv
pengembangan reproduksi.
Ketidakstabilan
sikulus ritme stress
internal.
I
ntergritas Kulit
Gatal-gatal.
Kekeringan.
Infeksi.
Dekubitus
KONSEP DIRI
Penurunan
konsep
seksual.
Agresi.
Kehilangan.
Seksual disfungtion.
FUNGSI PERAN
Transisi peran.
Peran berbeda.
Konflik peran.
Kegagalan peran.
INTERDEPENDENSI
Kecemasan.
Merasa.
Ditinggalkan/isolasi.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan
tujuan merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual
dan
residual.
Pelaksanaannya
juga
ditujukan
kepada
28
tujuan
dari
intervensi
keperawatan
perilaku
tidak
efektif
menjadi
adalah
adaptif serta
perilaku
adaptif.
meningkatkan,
menghilangkan,
dan/atau
menurunkan,
memindahkan,
mempertahankannya.
Merubah
Langkah
dalam
menyusun
intervensi
keperawatan
29
1.
2.
3.
4.
5.
6.
menyiapkan
tabung
oksigen dan flow meter.
menyiapkan hemodifier
berisi air.
menyiapkan slang nasal
dan masker.
memberikan penjelasan
pada pasien.
mengatur posisi pasien.
memasang slang nasal
dan masker.
memperhatikan
reaksi
pasien.
1.
2.
3.
4.
5.
Memenuhi kebutuhan
Eliminasi :
Kriteria
1.
menyiapkan
alat
pemberian hukmah/gliserin,
dulkolac
&
peralatan
pemasangan kateter
2.
memperhatikan
suhu
cairan/ukuran kateter
3.
menutup dan memasang
selimut.
4.
mengobservasi keadaan
feses dan uerine.
5.
Mengobservasi
rekasi
pasien.
30
4. Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan
merubah atau memanipulasi fokal, kontextual dan residual
stimuli dan juga memperluas kemampuan koping seseorang
pada
zona
adaptasi
sehinga
total
stimuli
berkurang
dan
31
5. Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan
suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku
dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi
pada individu.