SAINS KEPERAWATAN
PENERAPAN MODEL ADAPTASI ROY (MAR)
PADA AN. B DENGAN CLOSE FRAKTUR FEMUR SINISTRA
1/3 DISTAL DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT TENTARA
PADANG
Disusun oleh:
Jufri Alfajri
1421312043
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji bagi-Mu ya Rabb. Tuhan Semesta
Alam, pemberi cinta paling hakiki, yang senantiasa menyiapkan rencana
sempurna untuk hamba-Mu yang Engkau berikan sehingga kelompok dapat
menyelesaikan makalah sains keperawatan ini dengan judul Penerapan Model
Konseptual Adaptasi Roy (MAR) pada An. B dengan Close Fraktur Femur
Sinistra 1/3 Distal di Ruang Bedah Rumah Sakit Tentara Padang
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai pengantar dalam mata kuliah
sains keperawatan sehingga makalah ini dapat digunakan sebagai bahan dalam
mengikuti proses perkuliahan mata kuliah sains keperawatan selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, kelompok menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Padang, November 2014
Jufri Alfajri
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang.............................................................................................
Rumusan Masalah........................................................................................
Tujuan..........................................................................................................
Manfaat........................................................................................................
1
2
3
3
D.
E.
F.
G.
Masalah Keperawatan.................................................................................. 43
Fokus Intervensi........................................................................................... 43
Cara Intervensi............................................................................................. 43
Konsekuensi Intervensi................................................................................ 44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 45
B. Saran............................................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang respon manusia terhadap penyakit, pengobatan dan perubahan
lingkungan yang dapat menimbulkan suatu fenomena. Fenomena tersebut
dapat diatasi perawat dengan mengaplikasikan berbagai konsep model dan
teori keperawatan yang dimilikinya. Selain itu dengan mengaplikasikan teori
dan konsep model keperawatan, perawat dapat mengetahui apa tindakan
keperawatan yang harus dilakukan dan alasan mengapa tindakan keperawatan
tersebut dilakukan (Alligood, 2006).
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap
profesi yang/kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan
dalam hal finansial. Oleh karena itu keperawatan harus berusaha keras untuk
menunjukkan pada dunia luar, di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan
juga bisa sejajar dengan profesi profesi lain. Tugas ini akan terasa berat bila
perawat-perawat Indonesia tidak menyadari bahwa eksistensi keperawatan
hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk
menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun
masyarakat. Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan
adalah dengan mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan
yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia (Doengoes, 2010).
Aplikasi teori dan konsep model keperawatan dapat diterapkan
diberbagai cabang ilmu keperawatan, baik di keperawatan dasar, keperawatan
klinik, maupun keperawatan komunitas. Di keperawatan sendiri salah satu
teori dan konsep model keperawatan yang dapat diterapkan adalah model
adaptasi Roy. Model adaptasi Roy menggambarkan manusia sebagai sistem
terbuka dan sistem adaptif yang akan merespons terhadap kejadian atau
perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan baik yang internal
maupun external. Respons yang ditimbulkan tersebut dapat berupa respon
adaptif dan maladaptif, sesuai dengan mekanisme koping yang digunakan
pasien dalam menghadapi stressor yang dihadapinya. Roy juga memandang
lingkungan sebagai kondisi internal maupun eksternal yang dapat diatur dan
dimanipulasi perawat dalam rangka membantu pasien memulihkan diri
(Doengoes, 2010).
Model keperawatan Roy (1991), dikenal dengan model adaptasi dimana
Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat
beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan
kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia. Penerapan
konsep model praktek bagi para perawat dapat diambil atau diadaptasi dari
berbagai sember model yang telah berkembang sejak dahulu, yang sudah
dikembangkan dan dikombinasikan oleh para pakar keperawatan. Konsep dan
teori dari pakar keperawatan ini bisa dimanfaatkan sebagai panduan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
keperawatan
yang
adaptasi
bertujuan
Roy
membantu
adalah
model
seseorang
untuk
Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator
dan kognator yang merupakan subsistem.
1) Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : inputproses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin.
Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal
cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem.
Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku
regulator subsistem.
2) Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun
internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi
stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol
proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses
(penguatan)
dan
insight
(pengertian
yang
yang
tidak
mal-adaptif.
Respon
yang
adaptif
dapat
4) Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal polapola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan
secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan
energi agar mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan
kehidupan, perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga proses
ini memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi.
Teori adaptasi suster Callista Roy memandang klien sebagai suatu
system adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan
adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan
kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan hubungan
interdependensi selama sehat dan sakit (Black M dkk, 2010).
Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat
beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal.
Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
a)
b)
c)
d)
dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang
dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di
definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator
dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara
adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai
suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami
kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif
manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi
manusia dilihat sebagai menerima masukan dari lingkungan luar dan
lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus
termasuk variable satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit
fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk
beberapa
tujuan.
Sebagai
suatu
sistem
manusia
juga
dapat
digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta
output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan
satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan.
Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat
adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat
ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah
mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator
dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan
sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi
yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
1) Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan
fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar
fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas,
a) Oksigenasi
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas.
b) Nutrisi
Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan
mengganti jaringan yang injuri (Servonsky, 1984 dalam Roy
1991).
c) Eliminasi
Ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal
Servonsky (1984) dalam Roy (1991).
d) Aktivitas dan Istirahat
Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen
tubuh (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
e) Proteksi/ Perlindungan
Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan
struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan
perubahan suhu (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
f) The Sense/Perasaan
Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa
dan
bau
b)
kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
3) Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial
seseorang
dalam
hubungannya
dengan
orang
lain,
yang
Interdependensi
yaitu
keseimbangan
antara
Kemampuan
seseorang
dalam
beradaptasi
(koping)
individu
(berupa
pengalaman,
kemampuan
emosioanal,
maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan social agar
dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Roy
mendefinisikan
bahwa
tujuan
keperawatan
adalah
keperawatan
yang
berbeda
terhadap
sebuah
fenomena
keperawatan.
Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi Keperawatan.
1. Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin
keperawatan dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan
respon manusia dalam keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada
respons mereka terhadap suatu situasi.
lebih
fokus
dalam
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
praktisi
Teori chronic sorrow merupakan teori mid-range karena dalam teori ini
membahas tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah- masalah
yang timbul dari penyakit kronis mencakup proses berduka, kehilangan,
faktor pencetus dan metoda manajemennya. Karena kespesifikan teori
tersebut, maka teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
D. Konsep Fraktur Femur
1. Definisi Fraktur Femur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya (Sjamsuhidayat, 2005). Fraktur femur atau patah tulang
paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu,
seperti degenerasi tulang atau osteoporosis (Sjamsuhidayat, 2005).
2. Etiologi
Penyebab fraktur femur adalah trauma. Trauma dibagi menjadi dua,
yaitu trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita
terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokanter mayor langsung
terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung, yaitu titik
tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di
kamar mandi pada orangtua.
Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau
tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses, yaitu osteoporosis
imperfekta, osteoporosis, penyakit metabolis.
3. Tanda dan Gejala
a.
b.
c.
d.
dengan
membandingkan
dengan
ekstremitas
normal.
membentuk
emboli
yang
kemudian
menyumbat
pembuluh darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal dan organ
lain. Awitan gejalanya sangat cepat, dapat terjadi dari beberapa jam
sampai satu minggu setelah cedera, namun paling sering terjadi
dalam 24 sampai 72 jam. Gambaran khasnya berupa hipoksia,
takipnea, takikardia dan pireksia. Gangguan cerebral diperlihatkan
dengan adanya perubahan status mental yang bervariasi dari agitasi
ringan dan kebingungan sampai delirium dan koma yang terjadi
sebagai respon terhadap hipoksia, akibat penyumbatan emboli
lemak di otak.
3) Sindrom kompertemen
Sindrom kompartemen disebabkan karena penurunan ukuran
kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat
atau gips atau balutan yang menjerat, atau peningkatan isi
kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan
dengan berbagai masalah. Pasien mengeluh adanya nyeri dalam,
berdenyut tak tertahankan. Palpasi pada otot akan terasa
pembengkakan dan keras.
b. Komplikasi lambat
1) Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan
Penyatuan terlambat terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan
kecepatan normal untuk jenis dan tempat fraktur tertentu.
logam
yang
berperan
sebagai
bidai
internal
untuk
mengimobilisasi fraktur.
c. Rehabilitasi
Segala upaya dilakukan untuk penyembuhan tulang dan jaringan
lunak. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan.
Status neurovaskuler (pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan,
gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu segera bila ada
tanda-tanda gangguan neurovaskuler. Kegelisahan, ketidaknyamanan
dan ansietas dikontrol dengan berbagai pendekatan misalnya dengan
meyakinkan, perubahan posisi, peredaan nyeri, termasuk analgetika.
sebagai
suatu
system
adaptif
berhubungan
dengan
adaptif
ditemukan
yang
memerlukan
ketidakefektifan
dukungan
respon
perawat.
(mal-adaptif),
Jika
perawat
tahap
ini,
perawat
stimulus
fokal,
kontekstual
mengumpulkan
dan
residual
data
yang
tentang
berdampak
adaptif
meliputi:
genetic;
jenis
kelamin,
tahap
a. Pengkajian Perilaku
1) Pengakajian Fisiologis
Ada 9 (Sembilan) perilaku respon fisiologis :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
pola
nilai,
kepercayaan
dan
emosi
yang
berat
dari
Regulator :
Tegang.
mendefinisikan
metode
untuk
menyusun
diagnosa
keperawatan:
a. Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy
dan
berhubungan
dengan
mengaplikasikan diagnosa.
mode
adaptif
.dalam
perilaku
yang
tampak
dan
berpengaruh
tehadap
adalah
kegagalan
peran
berhubungan
dengan
FISIOLOGIS MODE
1.
O 6.
ksigenasi
Hipoksia/sy
oks.
Gangguan
ventilasi.
Inadekuat
pertukaran gas.
Inadekuat
transport Gas
Gangguan
perfusi jaringan.
2.
Malnutrisi.
Mual,munta
Anoreksia.
N
utrisi
h.
Senso
ris
Nyeri akut.
Nyeri kronis.
Sensori
overload.
Gangguan
sensori primer.
Potensial injuri.
Kehilangan
kemampuan perawatan diri.
Gangguan
persepsi.
Potensial injuri/
hilang kemam-puan
merawat diri.
7.
Caira
n dan Elektriolit
3.
E
liminasi
Urine.
a urine.
Diare.
Konstipasi.
Kembung.
Retensi
Inkontinensi
4.
A 8.
Inadekuat
pola aktivitas dan
istirahat.
Intolenransi
aktivitas.
Immobilisas
i.
9.
Gangguan
tidur.
5.
I
ntergritas Kulit
Gatal-gatal.
Kekeringan.
Infeksi.
Dekubitus
Dehidrasi.
Retensi cairan
intra seluler.;
Edema.
Shok
hipo/hipervolemik.
Hyper atau
hipokalsemia.
Ketidakseimban
gan asam basa.
Fungs
i Nerologis
Penurunan
kesadaran.
Defisit memori.
Ketidakstabilan
perilaku dan mood.
Fungs
i Endokrin
Inefektiv
regulator hormon.
Inefektiv
pengembangan reproduksi.
Ketidakstabilan
sikulus ritme stress
internal.
KONSEP DIRI
Pandangan terhadap Fisik
Penurunan
konsep
seksual.
Agresi.
Kehilangan.
Seksual disfungtion.
FUNGSI PERAN
INTERDEPENDENSI
Transisi peran.
Peran berbeda.
Konflik peran.
Kegagalan peran.
Kecemasan.
Merasa.
Ditinggalkan/isolasi.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan
tujuan merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual
dan
residual.
Pelaksanaannya
juga
ditujukan
kepada
tujuan
dari
intervensi
keperawatan
perilaku
tidak
efektif
menjadi
adalah
adaptif serta
perilaku
adaptif.
meningkatkan,
menghilangkan,
dan/atau
menurunkan,
memindahkan,
mempertahankannya.
Merubah
Langkah
dalam
menyusun
intervensi
keperawatan
Kriteria
menyiapkan
alat
pemberian hukmah/gliserin,
dulkolac
&
peralatan
pemasangan kateter
2.
memperhatikan
suhu
cairan/ukuran kateter
3.
menutup dan memasang
selimut.
4.
mengobservasi keadaan
feses dan uerine.
5.
Mengobservasi
rekasi
pasien.
1.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan
merubah atau memanipulasi fokal, kontextual dan residual
stimuli dan juga memperluas kemampuan koping seseorang
pada
zona
adaptasi
sehinga
total
stimuli
berkurang
dan
BAB III
PENERAPAN MODEL ADAPTASI ROY (MAR)
A. Pengkajian
1. Pengkajian Pola Umum
Tanggal/Jam MRS : 16 November 2014/Jam 08.00 WIB
Ruang
: Ruang Bedah Pria
No. Register
: 55 76 38
Dx. Medis
: Close Fraktur Femur Sinistra 1/3 Distal
Tanggal Pengkajian : 17 November 2014
a. Biodata
An. B umur 11 tahun. jenis kelamin laki laki, beragama islam,
suku/bangsa Minang, bahasa Minang, pendidikan SD, pekerjaan
pelajar, status belum menikah, alamat Jln Jawa Gadut Limau Manih
Padang. An. B adalah Anak Tn. S (bekerja sebagai wiraswasta).
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama Saat Ini
Nyeri Akut
2) Riwayat Penyakit
a) Riwayat Penyakit Saat Ini
Menurut informasi yang didapatkan dari orang tua bahwa klien
jatuh dari motor (pada tanggal 16-11-2014 jam 06.30 WIB).
Klien langsung di bawa ke RST Padang, dapat terapi yang
sudah diberikan adalah: infus PZ 600 cc/24 jam, Injeksi
Ceftriaxon 1x1 gr, Antrain 3x ampul, piracetam 3x1 ampul,
citiculin 3x1 ampul, asam tranexamat 3x250, infuse manitol
4x50 cc, Skin traksi dengan beban 2 Kg, Pro OREF Elektif.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah
menderita penyakit menular/kronis (-),
herediter(-), Alergi (-) dan riwayat operasi (-).
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit herediter,
kelainan kongenetal, penyakit yang berhubungan dengan
asma, penyakit jantung, hipertensi, DM dan penyakit yang
lain.
Genogram:
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
Menikah
Ayah An.B anak ke lima dari sepuluh bersaudara, tujuh lakilaki dan tiga perempuan. Sedangkan Ibu An.B anak perempuan ke
tiga dari lima bersaudara, tiga perempuan dan dua anak laki-laki.
An.B anak pertama dari dua bersaudara, Ibu dari An.B mengalami
penyakit asam urat. Orang tua dan anggota keluarganya tidak pernah
mengalami kecelakaan.
di
dalam
proses
interdependen.
Tahap
kedua
menganalisis
stimulus
yang
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
Muntah (vomiting)
(-)
c) Eliminasi (elimination)
Konstipasi (constipation)
(-)
Diare (diarrhea)
(-)
Buang air besar tidak terasa (incontinence)
Retensi BAK (urinary retention)
d) Aktivitas dan istirahat (activity and rest)
aktivitas fisik tidak adekuat
(+)
Potensial kerusakan jaringan
(+)
Istirahat tidak cukup
(-)
Tidak bisa tidur (insomnia)
(-)
Kurang tidur (sleep deprivation)
(-)
Istirahat yang berlebihan
(-)
e) Integritas kulit (skin integrity)
Gatal (itching)
(-)
Kulit kering (skin dry)
(+)
Luka karena tekanan (pressure sores)
(-)
f) Rasa/Sense
(-)
g) Fungsi Neurologis
(-)
h) Fungsi Endokrin
(-)
2) Model konsep diri (self concept mode)
1) Gambaran diri (physical self)
Penurunan konsep seksual
(-)
Perilaku seksual yang agresif
(-)
Kehilangan anggota badan
(-)
2) Konsep diri (personal self)
Cemas (anxiety)
(-)
Tak berdaya (powerlessness)
(-)
Perasaan bersalah (guilt)
(-)
Rasa rendah diri (low self esteem) (-)
3) Model fungsi peran (role function mode)
Transisi peran (role trantition)
(-)
Kehilangan peran (role distance) (-)
Konflik peran (role conflict)
(-)
Kegagalan peran (role failure)
(-)
4) Model ketergantungan (interdependence mode)
Cemas karenaa perpisahan (separation anxiety)
Kesepian (loneliness)
(-)
(-)
(-)
(-)
b. Analisa Data
Tanggal 17 November 2014 (13.00 WIB)
1) Analisa 1
Data Subyektif : Klien mengatakan nyeri, nyeri bertambah berat
saat bergerak
d. Rencana Keperawatan
Tanggal 17 November 2014 (13.00 WIB)
Diagnosa Keperawatan ke-1
1) Tujuan
Membantu klien beradaptasi terhadap nyerinya dan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri
berkurang.
2) Kriteria hasil
a) Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4.
b) Klien tampak rileks, ekspresi wajah tidak tegang, tidak tampak
melokalisir daerah nyerinya.
c) Tanda-tanda vital dalam batas normal:
1) Tujuan :
Setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi secara adekuat
2) Kriteria :
a) Nafsu makan klien meningkat
b) Porsi yang disediakan habis
c) Klien makan 3 kali dengan kalori yang cukup
3) Rencana Tindakan :
a) Kaji pengetahuan klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Rasional:
Pengetahuan yang kurang tentang nutrisi mempengaruhi dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Diagnosa Keperawatan II
Tanggal 17 November 2014 (14.00 WIB)
1) Mengkaji pengetahuan klien tentang pentingnya nutrisi bagi
tubuh
Respon :
BAB IV
PEMBAHASAN
adaptif
dengan
aktivitas
kognator
dan
regulator
untuk
namun model adaptasi yang dikembangkan oleh Roy, merupakan salah satu
proses yang dapat digunakan oleh individu untuk berada pada kondisi
terkontrol. Sebagai sistem terbuka, An. B akan selalu mendapatkan stimulus
baik fokal, kontekstual maupun residual. Untuk dapat beradaptasi terhadap
stimulus tersebut, maka penulis berupaya meningkatkan koping yang dimiliki
An. B tersebut dengan berbagai intervensi untuk berupaya meningkatkan
regulator dan kognator. Pada akhirnya diharapkan An. B dapat beradaptasi
D. Masalah Keperawatan
MAR memandang masalah keperawatan adalah ketika seseorang tidak
mampu beradaptasi dengan baik terhadap stimulus yang datang. Berdasarkan
pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II yang dilakukan pada An. B
dengan kasus Close Fraktur Femur Sinistra 1/3 Distal ditemukan dua masalah
keperawatan yaitu nyeri akut yang berhubungan dengan kerusakan integritas
meningkatkan,
menurunkan,
memindahkan,
menghilangkan
masalah
tidak mampu bergerak sebagaimana selayaknya. Oleh karena itu kondisi ini
memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan untuk mengarahkan kedalam
proses adaptasi sesuai dengan konsep sehat dan sakit yang dianjurkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
An.B dengan kasus Close Fraktur Femur Sinistra 1/3 Distal dalam masa
perawatannya merupakan masa yang cenderung susah beradaptasi terhadap
perubahan
fisiologisnya,
konsep
diri,
fungsi
peran
dan
hubungan
Pengkajian yang dilakukan pada empat mode telah mencakup masalah bio,
psiko, sosial dan kultural. Pengkajian tidak hanya pada perilaku yang dapat
dilihat, diukur dan diobsevasi, namun MAR menggali lebih lanjut penyebab
dari timbulnya setiap perilaku, yaitu melalui pengkajian tahap dua.
Pengkajian yang komprehensif akan menentukan intervensi yang tepat. MAR
mengarahkan bahwa penetapan intervensi keperawatan dengan mengurangi
stimulus yang ada sebagai sumber penyebab perilaku maladaptif /inefektif
dan keberhasilan intervensi ditunjukan dengan perubahan perilaku kearah
adaptif.
Kelemahan dari MAR yang penulis rasakan adalah pola pengkajian yang
tidak dapat dilakukan secara utuh pada kasus kegawatan terutama di unit
gawat darurat dan pada unit rawat jalan. Pada unit gawat darurat, pengkajian
utama yang kita lakukan lebih kepada mode fisiologi yang saat itu dirasakan
oleh pasien, sehingga pengkajian untuk mode yang lain sulit untuk dilakukan.
Selain karena masalah fisiologi yang harus segera diatasi, pasien akhirnya
akan dipindahkan ke unit lain. Begitu juga dengan pasien di poli rawat jalan.
Singkatnya waktu yang digunakan untuk melakukan asuhan keperawatan
menyulitkan MAR ini digunakan.
Masukan yang dapat penulis usulkan berhubungan dengan penerapan
MAR di unit gawat darurat, format pengkajian hingga intervensi dibuat
dengan model Check list. Pada mode adaptasi yang belum terkaji dapat
ditindaklanjuti di tempat pasien tersebut menjalani perawatan.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan (Unand Padang)
Diharapkan pihak institusi pendidikan keperawatan (Unand Padang)
dapat memberikan waktu yang lebih lama lagi kepada mahasiswa untuk
menerapkan MAR dilahan praktek, sehingga mahasiswa benar-benar
memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikilum pembelajaran.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan di RST
Diharapkan perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat
lebih memahami tentang proses adaptasi yang terjadi pada individu, yang
dimulai dari adanya stimulus/stressor yang dapat menjadikan individu
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2006). Nursing theorist and their work (6th
edition) USA: Mosby Elsevier
Bell,C. & McCarthy. (2010). The assessment and treatment of wound pain at
dressing change. British Journal of Nursing. Vol. 19 (11)
Black M. J.& Hawks H. J. (2010). Medical surgical nursing. Clinical
management for positive outcome. Volume 1. Eight Edition. Saunders
Elsevier. St. Louis. Missouri.
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C. (2010). Nursing care plans.
Guidelines for individualizing client care across the life span. Eight
Edition. Philadelphia: F.A. Davis Company.
Flood,L.S (2009). Nurse-patient interactions related to sick. USA: Mosby
Elsevier.
Pearson, A. Dkk. (2000) Nursing Models For Practice. Planta Three. Oxford
Roy, Callista. (1991) The Roy adaptation model / Callista Roy. Planta Three. Los
Angeles
Sjamsuhidayat, R. Wim de Jong (2005), Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi.
Jakarta: EGC.