KAJIAN TEORITIS
2.1 Fenomenologi
Menurut Husserl, fenomenologi adalah pengalaman subjektif atau
pengalaman fenomenologikal; atau suatu studi tentang kesadaran dari perspektif
pokok dari seseorang. Fenomenologi memiliki riwayat cukup panjang dalam
penelitian
sosial,
termasuk
psikologi,
sosiologi,
dan
pekerjaan
sosial.
Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial (Dari Klasik hingga Postmodern), Jogjakarta: Ar-Ruzz
Meia, 2012, hal-129
Ibid hal-134
Ibid hal-136
Ibid hal-137
10
Tugas
fenomenologi
kemudian
adalah
untuk
mengungkapkan
yang muncul dalam sikap alamiah merupakan ciri objektif dari dunia
pengaruh
terhadap
teori
postmodern,
poststrukturalisme,
Ibid hal-139
Ibid hal-158
11
Ditegaskan bahwa
menjelaskan tetapi bukannya menghakimi aspek baik dan buruk maupun benar
atau salah.
2.2 Subkultur Pemuda
Makna subkultur, dengan demikian selalu dipersaingkan, dan gaya adalah
wilayah tempat definisi-definisi yang saling bertentangan ini bertarung dengan
sangat dramatis.8Dalam hal ini, gaya hidup geng motor selalu dibicarakan oleh
masyarakat luas karena gaya hidup geng motor hanya selalu identik dengan
balapan liar, minuman keras, sex bebas dan lain sebagainya. Ini menjadi budaya
pemuda yang sifatnya sebagai posisi sosial atau posisi yang berada dimana saja,
dan posisi tersebut berdampak pada institusi keluarga, pendidikan, karena dalam
fase ini mereka dimungkinkan akan bergabung dengan dunia orang dewasa.Kultur
adalah suatu konsep yang sangat tidak jelas seperti tampak pada definisi di atas.
Disarikan dari berabad-abad pemakaian, kata ini telah mendapat sejumlah makna
yang sangat berbeda-beda, malahan sering sampai bertentangan satu sama lain.
Bahkan sebagai istilah sekalipun, ia mengacu baik pada proses (penumbuhan
buatan organisme renik) maupun produk (organisme yang diproduksi dengan cara
demikian). Apa lagi, sejak lahir abad kedelapan belas, kultur telah dipakai para
intelektual dan tokoh sastra untuk mengangkat secara kritis kisaran luas isu-isu
kontrovesial. Perkembangan kultur pemuda selayaknya dipandang sebagai bagian
dari proses pengetuhan ini.9
Dick hebdige, Asal-usul & Ideologi subkultur Punk, Yogyakarta, Penerbit Buku Baik, 1999, hal14
9
Ibid
12
13
adalah sebuah gerakan atau kegiatan atau kelakuan (kolektif) atau bagian dari
kultur yang besar. Yang biasanya digunakan sebagai bentuk perlawanan akan
kultur mainstream tersebut Geng motor, musik underground, anak jalanan dan
perilaku amoral lainnya. Padahal, kalaulah kita tahu dan sadar akan arti dan tujuan
kata tersebut dialamatkan, maka kita akan sadar dengan sendirinya bahwa
subkultur tidakselalu ditujukan untuk hal yang negatif.
2.3 Youth Studies
Anak muda dalam studi ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu mereka yang
bersifat apatis terhadap persoalan politik di dalam negeri atau mereka juga bisa
disebut sebagai apolitis. Mereka adalah anak-anak muda yang memiliki kesamaan
berupa selera, aspirasi, dan gaya hidup yang ingin selalu berubah pada umumnya
mengacu pada perkembangan yang terjadi di luar negeri, terutama barat. Jenis
yang lain pada mereka yang memiliki kesadaran yang lebih tinggi akan persoalan
bangsanya seperti persoalan korupsi, sistem politik, dan lain-lain. Pemahaman
tentang orang tua dan anak muda itu tidak dapat dilepaskan dari konstruksi
budaya dan sejarah indonesia. Istilah anak muda atau pemuda itu sendiri
merupakan sebuah konsep yang baru sejalan dengan ditemukannya istilah masa
kanak-kanak.10
Di sisi lain, 1970-an para remaja Indonesia juga tengah mengalami euforia
kebebasan menjiplak semua kebudayaan yang berbau kebarat-baratan. Hal itu
terjadi karena saat itu sistem politik Indonesia baru saja lepas dari kendali
Soekarno, yang tatkala puncak politik luar negeri ganyang Malaysia dan anti10
Aria Wiratma Yudhistira, Dilarang Gondrong (Praktik Kekuasaan Orde Baru Terhadap Anak
Muda Awal 1970-an), Tangerang: Marjin Kiri, 2010
14
11
Sidik Jatmika, M.Si, Genk Remaja ;Anak Haram Sejarah ataukah Korban Globalisasi?;
Kanisius 2010;hal -47
12
Chris barker, Cultural Studies Teori Dan Praktik, Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta, 2004
13
Ibid hal-337
15
dariperkembangan
kapitalisme.Pada
masyarakat
prakapitalis,
14
Ibid hal-340
16
15
17
kejahatan,
kekerasan,
dan
penyimpangan.
Sebagai
alternatif,
pemuda
16
Ibid hal-337
18
19
bagaimana seharusnya bersikap. Serta mereka membandingkannya dengan anakanak muda dari generasi sebelumnya, yang tak lain adalah diri mereka sendiri.17
Pembicaraan mengenai persoalan anak muda sebenarnya sudah menjadi
pembicaraan, namun masalah tersebut baru menjadi serius setelah orang tua di
dalam keluarga yang membicarakannya. Mereka tidak puas dengan tingkah laku
anak-anaknya.
Pada
pokoknya
ketidakpuasan
tersebut
bermuara
pada
kekhawatiran akan masa depan bangsa. Anak-anak muda kala itu dipandang telah
direcoki oleh kebudayaan barat yang matrelialistis, sehingga menjadi pragmatis
dan ingin memperoleh hasil yang besar. Mereka dinilai tengah terjebak dalam
kegoncangan budaya akibat ketidaksiapan menerima desakan budaya luar dan hal
tersebut akan berakibat buruk bagi masa depan bangsa.18
Dalam analisis ini kebudayaan pemuda dieksplorasi sebagai bentuk
perlawanan penuh gaya terhadap budaya hegemonic. Pemuda dibentuk melalui
artikulasi ganda oleh budaya kelas pekerja orang tua dan oleh budaya dominan.
Budaya kelas pekerja orang tua dikatakan berkembang menurut caranya yang
khas dalam mengada dan memaknai dirinya dalam kaitannya dengan dan dalam
melawan budaya hegemoni.
Meski perlawanan kelas pekerja terikat pada ikatan dan arus sejarah, tapi
ia tidak pernah musnah karena ia ditempatkan dalam posisi bertahan dan melawan
secara struktural terhadap budaya hegemoni. Budaya pemuda dikatakan memiliki
persoalan dasar yang sama dalam kaitannya dengan budaya dominan sebagiana
budaya kelas pekerja orang tua, sementara itu dia secara simultan membedakan
17
18
20
diri dari budaya ini. Subkultur terdiri dari ekspresi perbedaan dan kehidupan
generasi yang spesifik dengan seperangkat institusi dan pengalaman yang berbeda
dengan budaya orang tua.19
19
Ibid hal-341
21
22