Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
An.B dengan kasus Close Fraktur Femur Sinistra 1/3 Distal dalam masa
perawatannya merupakan masa yang cenderung susah beradaptasi terhadap
perubahan

fisiologisnya,

konsep

diri,

interpendensi selama sakit. Sehingga

fungsi

peran

dan

hubungan

klien dapat menunjukkan sikap

kooperatif dalam penatalaksanaan medis selama menjalani perawatan.


Hasil analisa pengkajian pada An. B didapatkan bahwa klien dinilai
tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan fisiologisnya hal ini ditandai
dengan klien mengatakan nyeri, nyeri bertambah berat saat bergerak, klien
juga mengatakan tidak mau makan makanan dari rumah sakit, mintanya nasi
ayam goreng atau sate beli di luar rumah sakit.
Hasil evaluasi setelah diberikan tindakan keperawatan menunjukkan
bahwa adaptasi An. B adalah sudah makan 2 kali, 1 porsi dihabiskan dari
pagi sampai sore, dengan nasi lauk ayam goreng, tumis wortel dan segelas
susu dengan skala nyeri 6.
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan dengan menerapkan
MAR pada klien, penulis dapat menggambarkan bahwa MAR merupakan
salah satu model asuhan keperawatan yang dapat dilakukan secara holistik.
Pengkajian yang dilakukan pada empat mode telah mencakup masalah bio,
psiko, sosial dan kultural. Pengkajian tidak hanya pada perilaku yang dapat
dilihat, diukur dan diobsevasi, namun MAR menggali lebih lanjut penyebab
dari timbulnya setiap perilaku, yaitu melalui pengkajian tahap dua.
Pengkajian yang komprehensif akan menentukan intervensi yang tepat. MAR
mengarahkan bahwa penetapan intervensi keperawatan dengan mengurangi
stimulus yang ada sebagai sumber penyebab perilaku maladaptif /inefektif
dan keberhasilan intervensi ditunjukan dengan perubahan perilaku kearah
adaptif.

45

46

Kelemahan dari MAR yang penulis rasakan adalah pola pengkajian yang
tidak dapat dilakukan secara utuh pada kasus kegawatan terutama di unit
gawat darurat dan pada unit rawat jalan. Pada unit gawat darurat, pengkajian
utama yang kita lakukan lebih kepada mode fisiologi yang saat itu dirasakan
oleh pasien, sehingga pengkajian untuk mode yang lain sulit untuk dilakukan.
Selain karena masalah fisiologi yang harus segera diatasi, pasien akhirnya
akan dipindahkan ke unit lain. Begitu juga dengan pasien di poli rawat jalan.
Singkatnya waktu yang digunakan untuk melakukan asuhan keperawatan
menyulitkan MAR ini digunakan.
Masukan yang dapat penulis usulkan berhubungan dengan penerapan
MAR di unit gawat darurat, format pengkajian hingga intervensi dibuat
dengan model Check list. Pada mode adaptasi yang belum terkaji dapat
ditindaklanjuti di tempat pasien tersebut menjalani perawatan.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan (Unand Padang)
Diharapkan pihak institusi pendidikan keperawatan (Unand Padang)
dapat memberikan waktu yang lebih lama lagi kepada mahasiswa untuk
menerapkan MAR dilahan praktek, sehingga mahasiswa benar-benar
memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikilum pembelajaran.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan di RST
Diharapkan perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat
lebih memahami tentang proses adaptasi yang terjadi pada individu, yang
dimulai dari adanya stimulus/stressor yang dapat menjadikan individu
mengalami stress, proses mekanisme koping (kognator dan regulator) dan
effektor sebagai upaya individu mengatasi stressor.
3. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat kooperatif kepada perawat yang sedang
memberikan asuhan keperawatan, sehingga hasil yang ingin dicapai dapat
maksimal.

47

4. Bagi Mahasiswa
Diharapakan kepada mahasiswa yang telah menerapkan MAR dapat
mengaplikasikannya di lahan praktek tempat bekerja, sehingga dapat
menambah wawasan serta pengetahuan perawat mengenai teori adaptasi
menurut salah satu para ahli khusnya Sister Calista Roy pada pasien di
lingkungan rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai