Anda di halaman 1dari 4

Indeks DMF-T

Indeks DMF-T digunakan untuk pencatatan gigi permanen. Indeks DMF-T adalah
indeks dari pengalaman kerusakan seluruh gigi yang rusak, yang dicabut dan yang ditambal.
Tujuan dari indeks DMF-T adalah untuk menentukan jumlah total pengalaman karies gigi
pada masa lalu dan yang sekarang. Untuk pencatatan DMF-T dilakukan dengan kriteria
sebagai berikut :
1. Setiap gigi dicatat satu kali
2. D = Decay atau rusak
a. Ada karies pada gigi dan restorasi
b. Mahkota gigi hancur karena karies gigi
3. M = Missing atau hilang
a. Gigi yang telah dicabut karena karies gigi
b. Karies yang tidak dapat diperbaiki dan indikasi untuk pencabutan
4. F = Filled atau tambal
a. Tambalan permanen dan sementara
b. Gigi dengan tambalan tidak bagus tapi tanpa karies yang jelas
Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi permanen, adapun gigi yang tidak dihitung
adalah sebagai berikut :
1. Gigi molar ketiga
2. Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada bagian gigi yang menembus gusi
baik itu erupsi awal (clinical emergence), erupsi sebagian (partial eruption) maupun erupsi
penuh (full eruption)
3. Gigi yang tidak ada karena kelainan congenital dan gigi berlebih (supernumerary teeth)
4. Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi atau perawatan ortodontik
5. Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik dan jembatan
6. Gigi susu yang belum tanggal
WHO memberikan kategori dalam perhitungan DMF-T dan def-t berupa derajat interval
sebagai berikut (Pine, 1997) :
1. Sangat rendah : 0,0 1,1
2. Rendah : 1,2 2,6
3. Moderat : 2,7 4,4
4. Tinggi : 4,5 6,5
5. Sangat Tinggi : > 6,6

Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN)


Metode
Penilaian CPITN mengharuskan penggunaan probe periodontal khusus. Probe ini
disebut juga WHO Periodontal Probe atau CPITN Probe. Ujung sonde membulat dengan
diameter 0,5mm. Hal ini bertujuan agar penekanan dapat terkendali dan tidak melukai
jaringan inflamasi pada dasar pocket.
Probe ini dapat berfungsi untuk :
1. Menentukan dlamnya poket
2. Merasakan adanya kalkulus
3. Melihat ada atau tidaknya perdarahan
Pada indeks ini dibagi menjadi 6 sektan. Pada setiap sextan digunakan gigi index
untuk pencatatannya.
Pasien berusia > 20 tahun
17, 16

11

26,27

47,46

31

36,37

Pasien berusia < 19 tahun


16
46

11

26
31

36

Skor CPITN tertinggi di setiap sektan setelah pemeriksaan dari empat sisi (labial,
palatal, distal, mesial) dipakai untuk nilai dari setiap sektan. Satu sextan mewakili satu skor.
Walaupun kesepuluh gigi index diperiksa. Bila dalam satu sextan terdapat dua gigi, maka
skor tertinggi yang diambil.

Untuk skor X digunakan jika gigi yang tertinggal hanya dua.

Tidak ada gejala penyakit

Tidak terjadi perdarahan

Gusi berdarah setiap probing

Perdarahan langsung setelah perabaan

Calcululs supragingiva atau

Terasa terdapat karang gigi

Poket dangkal (4-5mm)

Tepi gingiva terletak pada garis hitam

Poket dengan kedalaman >

Warna hitam pada probe tidak terlihat lagi.

adanya subgingiva calculus

6mm

Untuk skor X digunakan jika gigi yang tertinggal hanya dua.

Pengukuran dilakukan tanpa menimbulkan rasa sakit. Tekanan yang diberikan tidak
boleh lebih dari 20 gram. Probe dimasukkan ke dalam saku gusi gigi index, kemudian

mengikuti konfigurasi anatomi dari permukaan akar gigi digeser dari arah distal ke mesial
dengan cara menaik turunkan probe.
Lima tingkat pencegahan penyakit
1.
2.
3.
4.
5.

Promosi kesehatan
Perlindungan khusus
Diagnosis dini dan pengobatan segera
Pembatasan cacat
Rehabilitasi

Alasan kenapa memilih peserta dengan usia 65-74 tahun


Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi pada jaringan pendukung gigi yang
apabila tidak dirawat akan menyebabkan hilangnya gigi. Penyakit periodontal dapat
menyebabkan resorbsi tulang alveolar dan resesi gingiva serta bertambah parah di usia tua.
Penyakit periodontal akan meningkat dengan meningkatnya umur, dari 6% pada umur 25
34 tahun menjadi 41% pada umur 65 tahun keatas.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut
lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan
segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74
tahun, lanjut usia tua (old) 75 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Anda mungkin juga menyukai