A. Definisi
1. Kalkulus Supragingiva
Menurut definisinya, kalkulus ini dapat ditemukan di sebelah koronal dari tepi
gingiva. Kalkulus terdeposit mula-mula pada permukaan gigi yang berlawanan dengan letak
duktus saliva, pada permukaan lingual insisivus bawah dan permukaan bukal molar atas,
tetapi dapat juga terdeposit pada setiap gigi dan geligi tiruan yang tidak dibersihkan dengan
baik, misalnya permukaan oklusal gigi yang tidak mempunyai antagonis. Warnanya agak
kekuningan kecuali bila tercemar oleh faktor lain (misalnya tembakau, anggur, pinang),
cukup keras, rapuh dan mudah dilepas dari gigi dengan alat khusus.
2. Kalkulus Subgingiva
Kalkulus subgingiva melekat pada permukaan akar dan distribusinya tidak
berhubungan dengan glandula saliva tetapi dengan adanya inflamasi gingiva dan
pembentukan poket, suatu fakta yang terefleksi dari namanya kalkulus seruminal. Warnanya
hijau tua atau hitam, lebih keras daripada kalkulus supragingiva dan melekat lebih erat pada
permukaan gigi. Kalkulus ini dapat ditemukan pada akar gigi di dekat batas apikal poket yang
dalam, pada kasus yang parah bahkan dapat ditemukan jauh lebih dalam sampai ke apeks
gigi.
B. Penatalaksanaan
Perawatan yang dapat dilakukan untuk membersihkan kalkulus pada subgingiva dan
supragingiva ialah scaling dan root planning.
Scaling adalah suatu proses dimana plak dan kalkulus dibuang dari permukaan
supragingiva dan subgingiva gigi. Peralatan yang biasa dipakai adalah hands instruments
scaler atau manual scaler dan ultrasonic scaler.. Root planing adalah proses dimana sisa
kalkulus yang berada di sementum dikeluarkan dari akar untuk menghasilkan permukaan gigi
yang halus, keras, dan bersih. Tujuan utama dari scaling dan root planing untuk memulihkan
kesehatan gusi secara menyeluruh untuk menghapus elemen yang dapat menyebabkan
inflamasi gusi dari permukaan gigi. Instrumentasi telah terbukti secara dramatis mengurangi
jumlah mikroorganisme subgingiva dan menghasilkan pergeseran dalam komposisi plak
subgingiva dari tingginya jumlah gram negatif anaerob satu didominasi oleh bakteri gram
positif fakultatif yang kompatibel dengan kesehatan. Setelah dilakukan scaling dan root
planing secara menyeluruh, terjadi pengurangan spitochetes, batang motil, dan pathogen
putative seperti Actinobacillus actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, and
Prevotella intermedia dan terjadi perubahan dalam mikrobiota yang disertai dengan
berkurangnya atau hilangnya peradangan klinis.
Permukaan akar yang terkena plak dan kalkulus menimbulkan masalah yang berbeda.
Deposit kalkulus pada permukaan akar sering tertanam dalam sementum irregular. Ketika
dentin terkena , bakteri pada plak dapat menyerang tubulus dentin. Oleh karena itu perawatan
scaling saja tidak cukup sehingga root planning dilakukan dimana bagian dari permukaan
akar tersebut dibuang untuk menghilangkan plak dan kalkulus yang menempel.
Scaling dan root planning bukan merupakan suatu prosedur yang terpisah. Semua
prinsip-prinsip scaling sama untuk root planing. Scaling dan root planing termasuk dalam
perawatan periodontal fase pertama. Sebelum dilakukan scaling,dokter gigi akan melakukan
anamnesis pemeriksaan gigi. Dokter gigi akan memeriksa keadaan pasien secara ekstra dan
intra oral. Secara ekstra oral akan dilakukan anamnesis atau wawancara dan dilihat apakah
ada pembengkakan kelenjar limfe di bagian kepala dan leher sebagai tanda adanya
penyebaran infeksi, lalu pemeriksaan intra oral untuk melihat keadaan dalam mulut pasien.
Setelah dilakukan analisis secara cermat, jumlah kunjungan yang diperlukan harus
diperkirakan. Pasien dengan jumlah kalkulus yang sedikit dengan keadaan jaringan di sekitar
gigi relative sehat dapat dirawat dalam satu kali kunjungan. Dokter gigi harus memperkirakan
jumlah kunjungan yang diperlukan berdasarkan jumlah gigi dalam mulut pasien, tingkat
keparahan inflamasi, jumlah dan lokasi kalkulus, kedalaman dan aktivitas poket, adanya
invasi furkasi, dan kebutuhan untuk anastesi lokal.
Teknik Scaling Supragingiva
Secara umum kalkulus yang terletak pada supragingiva lebih lunak dan lebih mudah
dibersihkan dibanding kalkulus subgingiva. Pada teknik scaling supragingiva, instrumentasi
dilakukan pada daerah mahkota dan tidak dibatasi oleh jaringan sekitarnya, sehingga adaptasi
dan angulasi lebih mudah. Teknik scaling supragingiva juga memungkinkan adanya
visibilitas langsung dan pergerakan yang lebih bebas dibanding teknik subgingival.
Kalkulus supragingiva biasanya dihilangkan dengan menggunakan sickle, kuret, dan
instrumen ultrasonic dan sonic. Hoe dan chisel jarang digunakan. Pada teknik scaling
supragingiva, sickle atau kuret dipegang dengan cara modified pen grasp dan dilakukan firm
finger rest pada gigi yang berada di area yang berlawanan dengan area kerja. Angulasi blade
dengan permukaan gigi sedikit lebih kecil dari 90. Cutting edge harus berada pada margin
apikal kalkulus, dan ditarik ke arah koronal secara vertikal atau obliq dengan tarikan yang
pendek, kuat, dan overlapping. Berhati-hatilah dalam penggunaan sickle karena ujungnya
yang tajam dapat merusak jaringan sekitar, sehingga adaptasi dengan permukaan gigi harus
baik.
Jika bulky blade dapat diinsersikan ke dalam jaringan sekitar maka sickle dapat
digunakan untuk membersihkan kalkulus di bawah margin gingival. Jika tindakan ini
dilakukan, biasanya diikuti dengan final scaling dan root planing dengan menggunakan kuret.
Teknik Scaling Subgingival dan Root Planing
Teknik scaling subgingiva dan root planing jauh lebih kompleks dan sulit dilakukan
dibanding scaling supragingival karena beberapa alasan berikut.
-
instrumentasi yang tepat, baik pemilihan alat, posisi dan cara memegang instrumen, serta
keterampilan operator. Sickle , hoe, file dan alat ultrasonik digunakan untuk scaling
subgingiva tapi tidak diajnjurkan untuk root planing. Meskipun beberapa jenis file dapat
menghancurkan deposit yang keras tetapi file, hoe, dan alat ultrasonik yang besar sulit
diinsersikan ke dalam poket yang dalam. Hoe dan file tidak bisa digunakan untuk
mendapatkan permukaan yang halus seperti kuret, kuret sangat baik digfunakan untuk
menghilangkan sementum subgingiva. Scaling subgingiva dan root planing dilakukan baik
dengan kuret universal; maupun dengan kuret gracey. Cutting edge diadaptasikan dengan
ringan pada gigi diman shank bagian bawah dibuat sejajar dengan permukaan gigi . Shank
bagian bawah digerakkan menghadap kegigi sehingga dengan demikian bagian depan dari
blade berada dekat dengan permukaan gigi. Blade instrument kemudian diinsersikan di
bawah gingival sampai dasar poket dengan gerakan eksplorasi ringan. Bila cutting edge telah
mencapai dasar poket, angulasi 45o dan 90o harus dipertahankan dan kalkulus dihilangkan
dengan gerakan yang terkontrol, berulang, gerak pendek, dan pergelangan tangan yang cukup
bertenaga.
Ketika stroke scaling digunakan untuk menghilangkan kalkulus, kekuatan bisa
dimaksimalkan dengan memusatkan tekanan lateral ke sepertiga bagian bawah pisau.
Dibagian ini, beberapa milimeter dari terminal pisau, diposisikan sedikit apikal ke tepi lateral
kalkulus, dan stroke vertikal atau miring digunakan untuk membagi kalkulus dari permukaan
gigi. Tanpa menarik instrumen dari saku, pisau maju ke lateral untuk mengenai bagian
berikutnya dari kalkulus yang tersisa. Stroke vertikal atau miring lainnya dibuat, sedikit
tumpang tindih dengan stroke sebelumnya. Proses ini diulang sampai kalkulus hilang.
POLIP PULPA
A. Definisi
Polip pulpa (pulpitis hiperplastik kronis) adalah suatu inflamasi pulpa produktif yang
disebabkan oleh suatu pembukaan karies yang luas pada pulpa muda. Selain itu, juga
merupakan kondisi jaringan pulpa vital yang mengalami radang kronis sebagai pertahanan
jaringan pulpa terhadap infeksi bakteri. Respon pertahanan jaringan pulpa membentuk
jaringan granulasi. Kondisi yang memungkinkan pembentukan jaringan granulasi hanya pada
pulpa muda yang terinfeksi dengan kavitas yang besar karena vaskularisasinya yang masih
baik.
B. Etiologi
Terbukanya pulpa karena karies yang lambat dan progresif, suatu kavitas yang besar
dan terbuka, pulpa muda yang resisten, dan stimulus tingkat rendah yang kronis misalnya
iritasi mekanis yang disebabkan karena pengunyahan dan infeksi bakterial.
C. Gejala
Tidak mempunyai gejala, kecuali selama mastikasi, bila tekanan bolus makanan
menyebabkan rasa yang tdak menyenangkan.
D. Diagnosis
kemerahan dan seperti daging mengisi sebagian kamar pulpa atau kavitas
Karakteristik polip pulpa yaitu mudah berdarah, sakit, berwarna merah tua, kondisi
gigi masih vital
Polip pulpa juga dapat dipastikan melalui pemeriksaan radiologi untuk melihat
tangkai dari polip berasal dari ruang pulpa, perforasi bifurkasi, atau gingiva.
Pada pemeriksaan radiografi biasanya menunjukkan suatu kavitas besar yang terbuka
dengan pembukaan langsung ke kamar pulpa.
E. Diagnosis Banding
Penampilan polip pulpa adalah khusus dan seharusnya dikenal dengan mudah. Polip
pulpa harus dibedakan dari jaringan gingiva yang berkembang.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan polip pulpa adalah dengan cara melakukan perawatan saluran akar
seperti halnya pada diagnosis pulpitis hanya saja didahului dengan pengangkatan jaringan
polip. Pengangkatan jaringan polip dilakukan dengan cara:
POLIP GINGIVA
Polip gingiva terjadi dikarenakan adanya iritasi akibat gesekan dengan tepi
permukaan gigi yang tajam dan dengan ketinggian hampir sama atau di bawah crest gingiva
sehingga memungkinkan terbentuknya polip gingiva.
Polip Pulpa
Polip Gingiva
perforasi)
Warna merah tua
Permukaan licin
Mudah berdarah
Rasa sakit
pulpa
proksimal
terdapat dalam plak yang menempel pada gigi. Jika tidak dibersihkan secara teratur maka
bakteri dapat menyebar dalam jaringan lunak dalam gigi dan gusi sehingga menyebabkan
abses.
2. Macam-macam abses
Ada tiga jenis abses dental yaitu:
1. Abses Gingiva
Abses gingiva merupakan infeksi lokal purulen yang terletak pada margin
gingiva atau papila interdental dan merupakan lesi inflamasi akut yang mungkin
timbul dari berbagai faktor, termasuk infeksi plak mikroba, trauma, dan impaksi
benda asing. Gambaran klinis dari abses ini adalah merah, licin, kadang-kadang sakit,
dan pembengkakan sering berfluktuasi.
2. Abses Periodontal
Abses periodontal merupakan infeksi lokal purlen di dalam dinding gingiva
yang dapat menyebabkan elstrusi ligamen periodontal dan tulang alveolar. Abses
periodontal bisa terjadi ketika infeksi abses gingiva bergerak jauh ke dalam saku gusi
dan drainase nanah diblokir.
Gambaran klinis dari abses ini adalah terlihat licin, pembengkakan gingiva
mengkilat disertai rasa sakit, daerah pembengkakan gingivanya lunak karena adanya
eksudat purulen, meningkatnya kedalaman probing gigi menjadi sensitif apabila
diperkusi dan mungkin menjadi mobiliti, serta kehilangan perlekatan periodontal
dengan cepat terjadi.
3. Abses perikoronal
Abses perikoronal merupakan akibat dari inflamasi jaringan lunak operkulum
yang menutupi sebagian erupsi gigi. Keadaan ini paling sering terjadi pada M3 RA
dan RB. Sama halnya dengan abses gingiva, abses perikoronal dapat disebabkan oleh
retensi dari plak mikroba dan impaksi makanan atau trauma.
Gambaran klinis dari abses ini adalah berwarna merah terlokalisir, bengkak,
lesi yang sakit jika disentuh dan memungkinkan terbentuknya eksudat purulen,
trismus, limfadenopati, demam, malaise.
B. Fistule
Fistule terjadi karena adanya infeksi pada kamar pulpa akibat bakteri anaerob dan
berbentuk nanah di bawah akar gigi (abses periapikal). Nanah ini akan mencari jalan keluar,
sehingga terbentuklah suatu salurang (fistula) yang pada akhirnya membentuk suatu benjolan.
Fistula merupakan ciri khas dari abses apikalis kronis dan merupakan saluran abnormal yang
terbentuk akibat drainase abses.
Asal mula terjadinya abses periapikal kronis adalah terjadinya karies pada gigi yang
menahun sehingga menyebabkan peradangan pada daerah sekitar akar gigi, kerusakan tulang,
dan jaringan penyangga gigi yang lain. Peradangan yang menahun dan infeksi bakteri dapat
menyebabkan penanahan pada sekitar akar gigi yang karies tersebut. Pertahanan tubuh
manusia akan berusaha menyerap dan membuang jaringan yang telah rusak, nanah akibat
infeksi tersebut keluar tubuh melalui permukaan yang terdekat, misalnya menembus tulang
tipis dan gingiva melalui fistule. Jika saluran fistule ini buntu karena suatu sebab maka akan
terjadi pengumpulan nanah dan jaringan yang nekrosis sehingga akan terjadi pembengkakan
di daerah tersebut.
Abses Periapikal
Rasa Sakit
Akut
Pembengkakan
sakit gigi
Terjadi pada periapeks gigi,
Poket
Perkusi
Status Restorasi
kadang berkembang
Kadang ada
Sakit (perkusi aksial)
Kebanyakan pada gigi yang
Vitalitas Gigi
Radiografi
direstorasi
Gigi non vital
Hilang/terputusnya lamina
dura pada apeks gigi
PENATALAKSANAAN ABSES
Pada prinsipnya, penatalaksanaan abses adalah insisi dan drainase. Penatalaksanaan
abses apabila belum terjadi drainase spontan maka dilakukan insisi dan drainase pada puncak
fluktuasi dan drainase dipertahankan dengan pemasangan drain, pemberian antibiotik untuk
mencegah penyebaran infeksi, dan analgesik sebagai penghilang sakit. Pembentukan abses
melalui beberapa stadium dan gejala-gejala tersendiri yaitu:
1. Stadium subperiosteal dan periosteal
2. Stadium serosa
Abses sudah menembus periosteum dan masuk ke dalam tinika serosa dari tulang dan
Penatalaksanaan: dianjurkan untuk kumur-kumur air garam hangat kuku dan kompres
panas supaya abses masuk ke arah rongga mulut
3. Stadium submucous
4. Stadium subkutan
DRAINASE
Definisi
Drainase adalah saluran yang dibuat pada jaringan lunak untuk mengeluarkan
eksudat.
Macam-macam drainase yaitu:
a. Insisi
Hal-hal yang harus diperhatikan pada tindakan insisi yaitu:
Irigasi
dengan
menghilangkan
normal
debris
saline
dan
pada
mengubah
daerah
pembengkakan
lingkungan
yang
untuk
mendukung
akan
bertahan
cukup
lama,
drain
dimasukkan
dan
Dilakukan penggantian drain setiap hari sampai tidak ada lagi pengeluaran
pus.
Dilakukan perawatan pendukung dengan antibiotik dan analgesik.
Perlu ditekankan penderita harus makan dan minum cukup
Penderita harus memantau adanya gejala penyebaran infeksi berupa demam,
atau pencabutan.
Apabila keadaan tidak membaik maka dilakukan peningkatan dosis antibiotik
atau sebaiknya dilakukan konsultasi ke ahli bedah mulut.
positif.
4. Drainase diawali dengan hemostat dimasukkan ke dalam rongga abses dengan
ujung tertutup, lakukan eksplorasi kemudian dikeluarkan dengan ujung
terbuka. Bersamaan dengan eksplorasi, dilakukan pijatan lunak untuk
pengeluaran pus.
5. Penenpatan drain karet di dalam rongga abses dan difiksasi dengan jahitan
pada salah satu tepi insisi untuk menjaga insisi menutup dan kasa tidak
terlepas.
6. Persepan antibiotik (perawatan pendukung).: peresepan antibiotik penisilin
atau eritromisin serta obat analgesik dapat ditambah dengan kumur larutan
saline (1 sendok teh garam + 1 gelas air) yang dikumurkan setiap setelah
makan.
b. Open Bur
Rongga patologis yang berisi pus bisa terjadi di dalam daerah periapikal, yang
termasuk di dalam tulang. Untuk mencapai luar tubuh, maka abses ini harus menembus
jaringan keras tulang, dan mencapai jaringan lunak. Jika periosteum sudah tertembus oleh pus
yang berasal dari dalam tulang, maka dengan bebasnya proses infeksi ini akan menjalar
menuju facial space terdekat karena telah mencapai area jaringan lunak.
Terapi menggunakan drainase dengan cara insisi jaringan lunak di mana pus tersebut
ada pada jaringan keras, kemudian bur tulang hingga mencapai rongga berisi pus kemudian
masukkan hemostat hingga kedalaman rongga pus tersebut. Selanjutnya, rubber drain setelah
drainase.
c. Memakai Jarum Ekstirpasi
Abses periapikal adalah adanya suatu pengumpulan pus yang terlokalisir dalam tulang
alveolar pada apeks akar gigi setelah gigi nekrosis. Biasanya pembengkakan terjadi dengan
cepat, pus akan keluar dari saluran akar ketika kamar pulpa dibuka.
Perawatan abses periapikal yaitu:
dan nyeri, serta membuang iritan yang sangant poten yaitu pus.
Pada gigi yang drainasenya mudah, setelah pembukaan kamar pulpa, instrumentasi
harus dibatasi hanya di dalam sistem saluran akar. Pada pasien dengan abses
periapikal, tetapi tidak dapat dilakukan drainase melakukan saluran akar, maka
drainas dilakukan dengan menembus foramen apikal menggunakan file kecil sampai
no. 25
Selama dan setelah pembersihan dan pembentukan saluran akar, lakukan irigasi
Beberapa klinisi menyarankan jika drainase melalui saluran akar tidak dapat dihentikan,
kavitas akses dapat dibiarkan terbuka untuk drainase lebih lanjut. Nasihatkan pasien
berkumur dengan saline hangat selama tiga menit setiap jam. Bila perlu , beri resep antibiotik
dan anlgesik.
Penatalaksanaan kasus-kasus dengan pembengkakan paling baik ditangan dengan
drainase, saluran akar harus dibersihkan dengan baik. Jika drainase melalui saluran akar tidak
mencukupi, maka dilakukan insisi pada jaringan yang lunak dan berfluktuasi. Saluran akar
harus dibiarkan terbuka dan lakukan debridement, kemudian beri pasta kalsium hidroksida
dan tutup dengan tambalan sementara.
d. Antibiotik
1. Penisilin
-
2. Amoksisilin
-
Merupakan obat yang spektrumnya lebih luas daripada penisilin karena obat ini
efektif pula terhadap bakteri yang biasanya tidak terdapat pada infeksi endodonsia.
Dosis awal per oral adalah 1000mg dan diikuti dengan 500mg setiap 8 jam selama 7
hari.
3. Metronidazol
-
Merupakan bakterisid terhadap anaerob obligat, tetapi tidak efektif terhada anaerob
4. Klindamisin
Merupakan obat yang efektif terhadap banyak mikroorganisme gram positif dan
Merupakan
dibandingkan eritromisin.
Dapat diberikan pada pasien yang alergi terhadap penisilin dengan indikasi yang
makrolid
seperti
eritromisin
yang
memiliki
sedikit
kelebihan
dosis awal 500mg diikuti dengan 250mg setiap hari selama 5-7 hari.
NAMA
NIM
: 04074881417005