Oleh :
Ika Marutha
G0000092
G0000004
Aprilia Ermayanti
G0002035
Ummi Rinandari
G0002150
Pembimbing :
Dr. Loekmono Hadi, Sp.OG (K)
BAB I
PENDAHULUAN
Preeklamsi adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Gangguan hipertensi yang
menjadi penyulit kehamilan sering dijumpai dan termasuk dalam tiga trias
kematian, bersama perdarahan dan infeksi. Hipertensi dalam kehamilan
merupakan faktor resiko medis yang paling sering dijumpai. Penyakit ini dijumpai
pada 146.320 wanita atau 3,7% di antara semua kehamilan yang berakhir dengan
semua kelahiran hidup. Eklamsia didiagnosis pada 12.345 di antaranya, dan
kematian ibu akibat penyulit ini tetap merupakan ancaman. 1
Bagaimana kehamilan memicu atau memperparah hipertensi masih belum
dapat terpecahkan walaupun sudah dilakukan riset intensif selama beberapa
dekade. Ganguan hipertensi masih masih merupakan salah satu masalah yang
signifikan dalam ilmu kebidanan. 5
Mortalitas maternal pada preeklamsia disebabkan oleh karena akibat
komplikasi dari preeklamsia dan eklampsia seperti: perdarahan otak, gagal ginjal,
dekompensasi kordis dengan edema pulmo dan aspirasi. Mortalitas perinatal pada
preeklamsia dan eklampsia disebabkan asfiksia intrauterin dan prematuritas,
asfiksia terjadi karena adanya gangguan sirkulasi uteroplasenter akibat
vasospasme arteriole spiralis. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin
akan terganggu, dan pada hipertensi yang lebih singkat akan menyebabkan
kegawatan janin sampai terjadinya kematian janin.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PREEKLAMSIA BERAT (PEB)
1. Definisi
Preeklamsi
adalah
sindrom
spesifik
kehamilan
berupa
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Hemolisis mikroangiopatik.
j.
k.
Sindroma HELLP
Trombositopenia adalah ciri memburuknya
preeklamsia, dan
keparahan hipertensi
adalah
oligouria,
kejang,
peningkatan
kreatinin
serum,
trombositopenia,
3. Patofisiologi
Patogenesis terjadinya Preeklamsia dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Penurunan kadar angiotensin II dan peningkatan kepekaan vaskuler
Pada preeklamsia terjadi penurunan kadar angiotensin II yang
menyebabkan pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahanbahan vasoaktif (vasopresor), sehingga pemberian vasoaktif dalam
jumlah sedikit saja sudah dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh
darah yang menimbulkan hipertensi. Pada kehamilan normal kadar
angiotensin II cukup tinggi. Pada preeklamsia terjadi penurunan kadar
prostacyclin
dengan
akibat
meningkatnya
thromboxane
yang
kehamilan normal.
vasoaktif
dalam
tubuh
7
dengan
cepat
menimbulkan
4. Frekuensi
Hipertensi dalam kehamilan merupakan faktor resiko medis yang
paling sering dijumpai dalam. Penyakit ini dijumpai pada 146.320 wanita,
atau 3,7% di antara semua kehamilan yang berakhir dengan semua kelahiran
hidup. Eklamsia didiagnosis pada 12.345 di antaranya, dan kematian ibu
akibat penyulit ini tetap merupakan ancaman. Dalam kepustakaan frekuensi
di lapangan berkisar antara 3-10%.5
Insiden preeklamsi sering disebut sekitar 5 persen, walaupun
laporan yang ada sangat bervariasi. Insiden sangat dipengaruhi oleh paritas;
berkaitan dengan ras dan etnik- dan karenanya juga faktor predisposisi
genetik; sementara faktor lingkungan juga berperan.4
Pada primigravida frekuensi preeklamsia lebih tinggi bila
dibandingkan dengan multigravida terutama primigravida muda, DM, Mola
hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan
obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklamsia.1
5. Dasar Pengelolaan
Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan
pengelolaan dasar sebagai berikut :
a.
Pertama
adalah
rencana
terapi
pada
penyulitnya,
yaitu
terapi
6.
Desakan darah diturunkan mencapai < 160/105 atau MAP < 125
f. Diuretikum
Diuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin karena :
Memperberat hipovolemia
Meningkatkan hemokonsentrasi
g. Diet
Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori yang
berlebih.9
7. Sikap Terhadap Kehamilannya
a.
yang
memenuhi
syarat
janin
dapat
baru
lahir
tanpa
dilahirkan.
b) Meningkatkan
kesejahteraan
10
bayi
2) Indikasi :
Kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda dan gejala
impending eklampsia.
3) Terapi Medikamentosa
a)
b)
c)
d)
Pemeriksaan laboratorium.
f)
Pemeriksaan USG.
11
b.
Indikasi Ibu.
Setelah
jam
sejak
dimulai
pengobatan
Setelah
24
jam
sejak
dimulainya
pengobatan
b)
Indikasi Janin
Timbulnya oligohidramnion
12
c ) Indikasi Laboratorium
Trombositopenia progresif yang menjurus ke sindroma
HELLP
3) Terapi Medikamentosa
Sama seperti terapi medikamentosa diatas.
4) Cara Persalinan
Sedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam.
a) Penderita belum in partu
8.
Penyulit Ibu
a.
b.
c.
Perdarahan intrakranial
Hipertensi Ensefalopati.
Edema Cerebri.
Edema Retina.
Kebutaan korteks.
Gastrointestinal-Hepatik
-
Ginjal
- Gagal ginjal akut
- Necrosis tubular akut
d.
Hematologik
- DIC
- Trombositopenia
e.
Kardiopulmoner
- Edema Paru ; kardiogenik atau non kardiogenik.
- Depresi atau arrest pernafasan.
- Kardiac arrest
- Iskemia miokardium
f.
Lain-lain9
Ascites
9.
Penyulit Janin
a.
IUGR
b.
Solutio plasenta
c.
IUFD
d.
Kematian neonatal
e.
f.
Cerebral palsy.9
14
10. Diagnosis
Diagnosis gangguan hipertensi yang menjadi penyulit kehamilan.
Hipertensi gestasional
o TD > 140/90 mmHg untuk pertama kali selama kehamilan
o Tidak ada proteinuria
o TD kembali normal setelah <12 minggu postpartum.
o Diagnosis akhir hanya dapat dibuat postpartum
o Mungkin memperlihatkan tanda-tanda lain preeklamsi, misalnya
nyeri epigastrium atau trombositopenia
Preeklamsi
Kriteria minimum
Trombosit <100.000/mm3
Eklamsi
Kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita
dengan preklamsi
15
Proteinuria awitan baru > 300 mg/24 jam pada wanita pengidap
hipertensi tetapi tanpa proteinuria sebelum gestasi 20 minggu
Hipertensi kronik
maupun laboratorium.
Klinis :
-
Nyeri epigastrik
Gangguan penglihatan
Terdapat IUGR
Laboratorium :
-
Trombositopenia (<100.000/mm3)
16
peneliti
berupaya
mengidentifikasi
penanda-penanda
awal
Hipertensi gestasional
b.
Hipertensi kronik
13. Penanganan
Prinsip
penatalaksanaan
preeklamsia
berat
adalah
mencegah
17
Konservatif,
yang
berarti
kehamilan
tetap
dipertahankan
Indikasi
Kehamilan kurang bulan (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda
impending eklamsi dengan keadaan janin baik.
Medikamentosa
18
Klorpromazin 50 mg IM
Diazepam 20 mg IM.
Penggunaan obat hipotensif pada preeklamsia berat diperlukan
karena dengan menurunkan tekanan darah kemungkinan kejang
dan apopleksia serebri menjadi lebih kecil. Namun, dari
penggunaan
obat-obat
antihipertensi
jangan
sampai
2. Aterm
3. Post term : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih)
D. BELUM DALAM PERSALINAN
20
Definisi
Kelahiran fetus melalui incisi dinding perut pada usia kehamilan lebih
dari 28 minggu. Definisi ini tidak termasuk pengeluaran fetus dari rongga
abdomen dalam kasus ruptur uteri atau pada kasus kehamilan abdominal.2
Newnham and Hobel menyebutkan bahwa sektio caesaria sebagai kelahiran
janin melalui insisi pada dinding perut dan rahim anterior. Pembedahan
sektio caesaria dapat merupakan tindakan emergency ataupun tindakan
elektif (yang direncanakan). Seksio cecarea emergency, biasanya dilakukan
pada keadaan: fetal distress, distokia atau persalinan yang tak maju,
perdarahan plasenter. Seksio sesarea emergency selalu mempunyai resiko
yang lebih tinggi daripada yang direncanakan. 11
2.
Indikasi 1
I. Indikasi Maternal
a. Disporposi Kepala Panggul
b. Plasenta Previa
c. Abnormalitas Jalan Lahir (tumor jalan lahir)
d. Abnormalitas uterus
e. Pre Eklampsia Berat
f. Eklampsia
g. Riwayat SC (2x/lebih, SC Corporal,Incisi bentuk huruf T)
h. Ruptur Uteri Imminens
II. Indikasi Fetal
a. Fetal Distress
21
Komplikasi 1,10
I. Terhadap ibu
a. Infeksi puerperal, seperti infeksi rahim atau endometriosis
b. ISK
c. Perdarahan, Anemia
d. Komplikasi Obat Bius, misal: gangguan saluran pencernaan,
gangguan pernafasan
e. Tromboemboli
II. Resiko Janin
a. APGAR Score yang rendah
b. Gangguan pernafasan
b. Vertical (Latzko)
4. Post mortem
Incisi uterus pada fundus, yang dilakukan setelah ibu meninggal
BAB III
STATUS PENDERITA
A. ANAMNESIS
Tanggal 31 Desember 2007 Jam 23.00
1. IdentitasPenderita
Nama
: Ny.M
Umur
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Alamat
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Nama Suami
: Tn. D
Pekerjaan
: Wiraswasta
Tanggal Masuk
: 31 Desember 2007
No.CM
: 877120
Berat badan
: 55 Kg
Tinggi Badan
: 154 Cm
HMPT
: 20 April 2007
HPL
: 27 Januari 2008
Usia Kehamilan
: 37 +1 minggu
: Disangkal
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat Operasi
: Disangkal
Riwayat Mondok
: Disangkal
: (+) kakak
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
: Disangkal
6. Riwayat Fertilitas
: Baik
7. Riwayat Obstetri
Tidak teratur, dalam usia kehamilan 9 bulan ini pasien baru 4 kali periksa.
9. Riwayat Haid
Menarche
: 13 tahun
Lama
: 6 hari
Siklus
: 28 hari
: 180/120 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
: 36,0 0C
Suhu
Kepala
: Mesocephal
Mata
THT
Leher
Thorax
Cor :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor / sonor
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
gravidarum (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak membesar, lien tidak
membesar
Perkusi : Timpani pada daerah bawah processus xyphoideus,
redup pada daerah uterus
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Genital
Ekstremitas
: Edema
+
Akral dingin
-
2. Status Obstetri
Kepala : Mesocephal
Mata
Wajah
Leher
Palpasi
Pemeriksaan Leopold
I
II
III
IV
Perkusi
Edema
+
Akral dingin
-
Pemeriksaan Dalam :
VT
UPD
: 9,7 gr/dl
Hct
: 29,6 %
AE
: 3,60 106
AL
: 14,1 x 103/uL
AT
: 180 x 103/uL
Gol Darah
:B
PT
: 12,1 detik
APTT
: 29,7 detik
GDS
: 88 mg/dL
Ur
: 12 mg/dL
Cr
: 0,8 mg/dL
Protein total
: 6,8 g/dl
Albumin
: 3,0 g/dl
Bilirubin total
: 0,68 mg/dl
SGOT
: 28 u/L
SGPT
: 18 u/L
Natrium
: 139 mmol/L
: 4,1 mmol/L
Cl
: 104 mmol/L
LDH
: 375 u/L
HBsAg
: negatif
2. Urinalisa
Protein
: +2
3. Pemeriksaan USG
Tampak janin tunggal, intrauterin, memanjang, preskep, DJJ (+)
28
dengan biometri BPD 91, AC 310 ~ 31+5, FL 70, EFBW 2738 gram,
plasenta insersi di fundus grade II-III, air ketuban kesan cukup, tak
tampak jelas kelainan kongenital mayor
Kesimpulan : saat ini janin dalam keadaan baik
D. KESIMPULAN
Seorang G1P0A0, 30 tahun, umur kehamilan 37 +1 minggu, riwayat fertilitas
baik, riwayat obstetrik kehamilan pertama, janin tunggal, intrauterine,
letak memanjang, presentasi kepala, punggung kiri, kepala masuk panggul
< 1/3 bagian, his (-), DJJ (+) reguler, TBJ 2900 gr, pembukaan (-), kepala
turun di Hodge I-II, STLD (-).
E. DIAGNOSA
PEB pada primigravida, hamil aterm, belum dalam persalinan.
F. PROGNOSA
Dubia
G. TERAPI
1.
2.
O2 4-5 lt/menit
3.
IVFD RL 14 tpm
4.
5.
6.
7.
NST
8.
9.
: Hipertensi stage II
29
Terapi
Diagnosis
Terapi
H. OBSERVASI
Tanggal 1 Januari 2008
Jam 06.00
Keluhan : KU
VS
: T: 140/90 mmHg
RR: 20x/menit
S: 36,8o C
N: 88x/menit
Mata
Thorax
Abdomen
VT
Diagnosis
Terapi
:
30
Observasi 10
-
Jam 09.00
Induksi oksitosin 5 IU/D5% dimulai
Kel : KU : baik, CM, gizi cukup
VS : TD: 140/90mmHg
Rr: 20x/menit
S:36,80C
N: 88x/menit
Mata
Thorax
Abdomen
VT
Diagnosis
Terapi
:
-
Observasi 10
Jam 16.00
31
Kel : pusing (+) bagian depan, mual (+), pandangan kabur, nyeri pada ulu
hati
KU : baik, kompos mentis, gizi cukup
VS : TD: 180/110mmHg
Rr: 20x/menit
S:36,70C
N: 88x/menit
Mata
Thorax
Abdomen
VT
Diagnosis
Terapi
: 7,53
pCO2
: 39 mmHg
pO2
: 135 mmHg
HCO3
: 31,9 mmHg
TCO2
: 33,1 mmol/L
BE
: 8,6 mmol/L
Post operasi
Terapi
I.
FOLLOW UP
1.
:-
KU
VS
RR: 20x/menit
S: 36,5o C
N: 84x/menit
Mata
Thorax
Abdomen
Genital
Diagnosis
Terapi obstetri :
- SCTP emergensi DPH I
34
- Diet bertahap
- Mobilisasi miring
- Inj cefotaxim 1 gr/12 jam
- Inj metronidazole 500 mg/8 jam
- Inj tramadol 1 amp/8 jam
- Inj alinamin F 1 amp/8 jam
- Inj vit C 1 amp/12 jam
- Inj vit B compleks 2cc/ 24 jam
- Inj asam tranexamat 1 amp/8 jam
- Usul pindah bangsal
- Balance cairan -150 cc
Terapi jantung :
- Inj furosemid 1 amp/24 jam
- Spironolacton 1x100mg
- Aspar K 2xI
2.
:-
KU
VS
RR: 20x/menit
S: 36,5o C
N: 84x/menit
Mata
Thorax
Abdomen
Genital
Diagnosis
Terapi obstetri :
- SCTP emergensi DPH II
- Diet TKTP
35
- Mobilisasi duduk
- Inj cefotaxim 1 gr/12 jam
- Inj metronidazole 500 mg/8 jam
- Inj tramadol 1 amp/8 jam
- Inj alinamin F 1 amp/8 jam
- Inj vit C 1 amp/12 jam
- Inj vit B compleks 2cc/ 24 jam
- Inj asam tranexamat 1 amp/8 jam
- Usul ganti oral
- Balance cairan +75 cc
Terapi jantung :
- Inj Furosemid 1 amp/24 jam
- Spironolacton 1x100mg
- Aspar K 2xI
3.
:-
KU
VS
RR: 20x/menit
S: 36,5o C
N: 80x/menit
Mata
Thorax
Abdomen
Genital
Diagnosis
Terapi obstetri :
- SCTP emergensi DPH III
- Diet TKTP
- Mobilisasi jalan
36
- Cefadroxil 2x500mg
- Metronidazole 3x500 mg
- Ferobion 2xI
- Vit C 3x200 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- Nifedipin 3x10 mg bila TD 180/100 mmHg
- Medikasi luka operasi
Terapi jantung :
- Inj Furosemid 1 amp/24 jam
- Spironolacton 1x100mg
- Aspar K 2xI
Hasil Laboratorium Tanggal 4 Januari 2008
4.
Hb
: 9,3 gr/dl
Hct
: 29,5 %
AE
: 3,29 106
AL
: 17,1 x 103/uL
AT
: 249 x 103/uL
:-
KU
VS
S: 36,7o C
N: 90x/menit
Mata
Thorax
Abdomen
RR: 22x/menit
Genital
Diagnosis
Terapi obstetri:
- SCTP emergensi DPH IV
- Diet TKTP
- Mobilisasi jalan
- Cefadroxil 2x500mg
- Metronidazole 3x500 mg
- Ferobion 2xI
- Vit C 3x200 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- Nifedipin 3x10 mg bila TD 180/100 mmHg
- Medikasi luka operasi
Terapi jantung:
- Inj Furosemid 1 amp/24 jam
- Spironolacton 1x100mg
- Aspar K 2xI
5.
:-
KU
VS
RR: 20x/menit
S: 36,5o C
N: 84x/menit
Mata
Thorax
Abdomen
Genital
Diagnosis
Terapi obstetri :
- SCTP emergensi DPH V
38
- Diet TKTP
- Mobilisasi jalan
- Cefadroxil 2x500mg
- Metronidazole 3x500 mg
- Ferobion 2xI
- Vit C 3x200 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- Nifedipin 3x10 mg bila TD 180/100 mmHg
- Medikasi luka operasi
Terapi jantung :
- Inj Furosemid 1 amp/24 jam
- Spironolacton 1x100mg
- Aspar K 2xI
6.
:-
KU
VS
RR: 20x/menit
S: 36,5o C
N: 84x/menit
Mata
Thorax
Abdomen
Genital
Diagnosis
Terapi obstetri :
- SCTP emergensi DPH VI
- Diet TKTP
- Mobilisasi jalan
39
- Cefadroxil 2x500mg
- Metronidazole 3x500 mg
- Ferobion 2xI
- Vit C 3x200 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- Nifedipin 3x10 mg bila TD 180/100 mmHg
- Hecting aff 1/2
Terapi jantung:
- Inj Furosemid 1 amp/24 jam
- Spironolacton 1x100mg
- Aspar K 2xI
7.
:-
KU
VS
RR: 20x/menit
S: 36,5o C
N: 84x/menit
Mata
Thorax
Abdomen
Genital
Diagnosis
Terapi obstetri :
- SCTP emergensi DPH VII
- Diet TKTP
- Mobilisasi jalan
- Cefadroxil 2x500mg
- Metronidazole 3x500 mg
40
- Ferobion 2xI
- Vit C 3x200 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- Nifedipin 3x10 mg bila TD 180/100 mmHg
- Hecting aff sisa
Terapi jantung:
- Furosemid 1-0-0
- Spironolacton 1x100mg
- Aspar K 2xI
41
BAB IV
ANALISIS KASUS
A. Analisa Status
Pada pembuatan status dijumpai beberapa kekurangan diantaranya
perlunya anamnesis yang lebih lanjut mengenai keteraturan ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan (ANC) sehingga kelainan pada kehamilan dapat diatasi
sejak awal.
B. Analisa Kasus Diagnosis
1.
adalah
penyakit
dengan
tanda-tanda
hipertensi,
b.
c.
d.
e.
f.
Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen. Hal ini
disebabkan karena teregangnya kapsula Glisone. Nyeri dapat sebagai
gejala awal ruptur hepar.
g.
h.
i.
Hemolisis mikroangiopatik.
42
j.
k.
istirahat
b.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Proteinuria +2 pada pemeriksaan dipstick dari urine acak tengah
b. Hb dan Hct yang menurun.
Pada tanggal 31 Desember 2007 Hb: 9.7 g/dl dan Hct: 29.6%
Pada tanggal 4 Januari 2008 Hb: 9.3 g/dl dan Hct: 29.5%
Pada tanggal 31 Desember 2008 jam 23.00 pada pasien dilakukan
usaha untuk menurunkan tekanan darah dan observasi selama 6 jam, dimana
pada awal masuk pasien didapatkan T=180/120 mmHg, N=84x/menit,
RR=20x/menit, S=36,50C. Kemudian kondisi pasien mulai membaik,
T=140/90mmHg, N=88x/menit, RR=20x/menit, S=36,80C. Penderita respon
terapi jika dilihat dari penurunan tekanan darah dari ketika datang 180/120
dan 6 jam kemudian menjadi 140/90.
Pada kasus ini didapatkan adanya hipoalbuminemia (Albumin: 3.0
g/dl berdasarkan hasil lab tanggal 31 Desember 2007). Adanya
hipoalbuminemia pada pasien ini karena adanya proteinuri.
Tanggal 1 Januari 2008, pada jam 16.00 penderita mengeluhkan
pusing (+) bagian depan, mual (+), pandangan kabur, nyeri pada ulu hati
yang
merupakan
tanda-tanda
impending
eklamsia
dan
didapatkan
45
BAB V
SARAN
1. Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas diperlukan antenatal care sedini
mungkin dan secara teratur di unit pelayanan kesehatan khususnya mengenai
pemeriksaan tentang kondisi jantung pasien, tekanan darah dan kadar
hemoglobin serta keadaan janin intrauterin.
2. Edukasi kepada pasien mengenai pengetahuan tentang penyakit, gejala,
komplikasi dan penatalaksanaannya.
46
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono Prawirohardjo dan Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Kandungan. FK
UI, Jakarta. Hal: 281-294. 1999.
2. Rustam Mochtar. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Editor: Delfi Lutan, EGC, Jakarta. Hal: 198-208.1998.
3. Anonim. Understanding Sepsis. http//www.survivingsepsis.org.2003
4. William H. Clewell. Hypertensive Emergencies in pregnacy dalam
Obstetric intesive care. WB Saunders Company. Pensylvania. Hal:6375.1997.
5. Cunningham, Mac Donald, Gant, Levono, Gilstrap, Hanskin, Clark.
Williams Obtetrics20th prentice-Hall International,Inc. Page:773-818.1997.
6. William C Mabie, Baha M.Sibai. Hypertensive states of Pregnancy dalam
Current Obstetric & Gynecologic diagnosis & treatment. Appleton &
Lahge. Connecticut. Hal:380-8.1994.
7. Robert A.Knuppel, Joan E.Drukker. Hypertension in Pregnancy dalam
High-Risk Pregnancy. WB Saunders company. Pensylvania. Hal: 362-76.
1986.
8.
48