Anda di halaman 1dari 29

STATUS ILMU PENYAKIT DALAM

LAPORAN KASUS

HAEMATEMESIS MELENA ET CAUSE GASTRITIS EROSIF


DISERTAI ULKUS PEDIS

PENYUSUN
RIZA ERNALDY
030.10.237

PEMBIMBING
Dr. ELHAMIDA GUSTI, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD BUDHI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 5 JANUARI 14 MARET 2015

LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KASUS

Laporan Kasus dibawah ini :


Judul

: Haematemesis melena e.c gastritis erosif disertai ulkus pedis

Penyusun

: Riza Ernaldy, S.Ked

NIM

: 030.10.237

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih periode 5 Januari 14 Maret 2015.

Jakarta, Januari 2015

Pembimbing,

Penyususun,

Dr. Elhamida Gusti, Sp.PD

Riza Ernaldy, S.Ked

STATUS ILMU PENYAKIT DALAM


SMF PENYAKIT DALAM
1

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH


Nama Mahasiswa
NIM
Dokter Pembimbing

: Riza Ernaldy
: 030.10.237
: dr. Elhamida Gusti, Sp.PD

IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Status perkawinan
Pekerjaan
Alamat

: Tn. Y
: 67 tahun
: Menikah
: Buruh
: MTG PS. Rumput 5/2

Jenis Kelamin
Suku bangsa
Agama
Pendidikan
Tanggal Masuk RS

: Laki - laki
: Betawi
: Islam
: SMA
: 16 / 1 / 2015

A. ANAMNESIS
Informasi yang ada didapat secara Autoanamnesis dan Alloanamnesis melalui pasien dan
istri pasien pada hari Senin, 19 Januari 2015 pukul 06.00 WIB diruang 602.
Keluhan Utama
Nyeri perut sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan
Mual/muntah (+), badan lemas (+), demam (+), luka pada kaki (+), pusing (+)
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Budhi Asih dengan keluhan nyeri perut sejak 1 minggu
SMRS. Nyeri perut dirasakan pasien diseluruh bagian perut dan terus-menerus. Sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit pasien tidak dapat buang air besar. Saat buang air besar terakhir
kalinya sekitar 2 hari SMRS, istri pasien mengatakan bahwa BAB nya warna coklat
kehitaman. Pasien juga mengeluhkan adanya muntah, muntah berisi makanan dan air tetapi
tidak ada darah ataupun warna coklat gelap namun 3 hari sebelumnya sempat membuang
dahak yang bercampur warna coklat gelap, badan terasa lemas tidak ada kekuatan. Pasien
mengaku demam yang hilang timbul dan perut terasa kembung. Selain itu pasien juga
mengeluhkan adanya luka dikaki yang tidak sembuh-sembuh sekitar 1 bulan belakangan ini
dan terasa nyeri serta cekot-cekot. Pasien juga merasakan sesak yang dirasa sudah setahun
belakangan ini. Sesak muncul tiba-tiba terutama setelah bekerja dan mereda kalo sudah
dibawa istirahat. Batuk dirasa pasien kadang-kadang dan tidak terlalu berat. Batuk ada
dahaknya yang biasanya hilang setelah minum obat batuk yang dibeli diwarung. BAK normal
namun sering terutama malam hari setiap setengah jam ingin BAK.
Riwayat Penyakit Dahulu
2

Pasien sebelumnya pernah mengalami hal yang sama sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien
merasakan nyeri diseluruh bagian perut namun diobati dengan dikasih minyak kayu putih
serta obat sakit perut yang dibeli di apotek. Selain itu pasien juga merasakan nyeri dibagian
pinggang belakang sejak setahun terakhir dan diobati dengan obat yang dibeli di apotek serta
minum jamu gendong. Rasa kembung dan mual juga sudah lama dirasakan pasien sekitar 9
bulan yang lalu. Pasien sudah pernah berobat ke puskesmas terdekat namun setelah diberi
obat tidak ada perbaikan, keluhan yang dirasakan masih sama dan bertambah berat. Riwayat
penyakit kencing manis disangkal oleh pasien ataupun istri pasien, namun pasien
mengeluhkan sering buang air kecil setiap malam yang lebih dari 10 kali setiap malamnya
dan kadang-kadang setiap setengah jam. Pasien menyatakan adanya riwayat tekanan darah
tinggi yang sudah lama namun jarang minum obat dan jarang kontrol ke dokter.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang mengalami hal yang sama dalam keluarga. Riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, asma, dan alergi dalam keluarga tidak diketahui.
Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki riwayat merokok dari usia muda hingga 5 tahun terakhir. Pasien bisa
menghabiskan 1 bungkus rokok dalam sehari. Dalam 5 tahun terakhir pasien sudah berhenti
merokok. Saat muda pasien juga suka minum-minuman beralkohol. Dalam seminggu pasien
bisa menghabiskan 5 botol minuman beralkohol. Namun sejak menikah dengan istri kedua
pasien sudah berhenti minum-minuman beralkohol
Riwayat Pengobatan
Selama ini pasien jika sakit selalu membeli obat-obatan diwarung atas inisiatif sendiri
ataupun di apotek atas saran teman atau apoteker tempat membeli obat. Selain itu pasien juga
membeli obat-obatan diwarung jika merasakan pusing atau nyeri pinggang. Pasien juga suka
mengkonsumsi jamu-jamuan yang dibeli dari tukang jamu gendong.
B. ANAMNESIS SISTEM
Kulit
( - ) Bisul

( - ) Rambut

( + ) Keringat

( - ) Kuku

( - ) Kuning / Ikterus

( - ) Sianosis

( - ) Lain-lain

( - ) Petechiae

Kepala
( - ) Trauma

( + ) Sakit kepala

( + ) Demam
3

( - ) Sinkop

( - ) Nyeri pada sinus

Mata
( + ) Perih

( - ) Radang

( - ) Sekret

( - ) Gangguan penglihatan

( - ) Kuning / Ikterus

( + ) Ketajaman penglihatan

Telinga
( - ) Nyeri

( - ) Gangguan pendengaran

( - ) Sekret

( - ) Kehilangan pendengaran

( - ) Tinitus
Hidung
( - ) Trauma

( - ) Gejala penyumbatan

( - ) Nyeri

( - ) Gangguan penciuman

( - ) Sekret

( - ) Pilek

( - ) Epistaksis
Mulut
( - ) Bibir kering

( - ) Lidah kotor

( - ) Gusi sariawan

( - ) Gangguan pengecap

( - ) Selaput

( + ) Stomatitis

Tenggorok
( - ) Nyeri tenggorok

( - ) Perubahan suara

Leher
( - ) Benjolan

( - ) Nyeri leher

Dada (Jantung/Paru)
( + ) Nyeri dada/panas

( + ) Sesak nafas

( - ) Berdebar

( - ) Batuk darah

( - ) Ortopnoe

( + ) Batuk

Abdomen (Lambung/Usus)
( + ) Rasa Kembung

( - ) Wasir

( + ) Mual

( - ) Mencret

( - ) Muntah

( - ) Tinja darah

( + ) Muntah darah

( - ) Tinja berwarna dempul

( - ) Sukar menelan

( + ) Tinja berwarna hitam

( + ) Nyeri ulu hati

( - ) Benjolan
4

( - ) Perut membesar

( + ) Konstipasi

Saluran Kemih / Alat kelamin


( - ) Disuria

( - ) Kencing nanah

( - ) Stranguria

( - ) Kolik

( - ) Poliuria

( - ) Oliguria

( + ) Polakisuria

( - ) Anuria

( - ) Hematuria

( - ) Retensi urin

( - ) Kencing batu

( - ) Kencing menetes

( - ) Ngompol (tidak disadari)


Saraf dan Otot
( - ) Anestesi

( - ) Sukar mengingat

( - ) Parestesi

( - ) Ataksia

( - ) Myalgia

( - ) Hipo / hiperesthesi

( - ) Kejang

( - ) Pingsan

( - ) Afasia

( - ) Kedutan

( - ) Amnesia

( - ) Pusing (vertigo)

Ekstremitas
( + ) Bengkak

( - ) Deformitas

( - ) Nyeri sendi

( - ) Sianosis

C. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada hari Senin, 19 Januari 2015 pukul 15.10 WIB.
Pemeriksaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Keadaan umum
: Tampak sakit berat
Tinggi Badan
: 172 cm
Berat Badan
: 73 kg
BMI
: 24,68 (berat badan berlebih)
Sianosis
:Edema umum
:Cara berjalan
: tidak dinilai
Mobilitas ( aktif / pasif )
: Pasif
Umur menurut taksiran
: Sesuai
Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan

: 140 / 70 mmHg
: 80x /menit, regular, isi cukup, kuat, ekual
: 25x /menit, simetris
5

Suhu

: 36,2C

Status Generalis
Kulit
Warna

: putih tulang

Pigmentasi

: Merata

Effloresensi

: ada

Petekie

: Tidak ada

Jaringan Parut

: ada

Ikterus

: Tidak ada

Pertumbuhan rambut

: Merata

Lembab/Kering

: Kering

Suhu Raba

: Hangat

Pembuluh darah

: Tidak melebar

Keringat

: Tidak ada

Turgor

: Baik

Lapisan Lemak

: Cukup

Lain-lain

: Tidak ada

Simetri muka

: Simetris

Kelenjar Getah Bening


Retro Aurikula

: tidak teraba membesar

Pre Aurikula

: tidak teraba membesar

Submandibula

: tidak teraba membesar

Submental

: tidak teraba membesar

Anterior Cervical : tidak teraba membesar


Posterior Cervical : tidak teraba membesar
Supraklavikula

: tidak teraba membesar

Lipat paha

: tidak dilakukan

Ketiak

: tidak dilakukan

Kepala
Ekspresi wajah

: Kesakitan

Rambut

: Putih tidak merata

Mata
Exophthalamus

: tidak ada

Enopthalamus

: tidak ada

Kelopak

: oedem (-)

Lensa

: jernih

Konjungtiva

: anemis (+)

Visus

: mata minus

Sklera

: ikterik (-)

Gerakan Mata

: Segala arah

Lapangan penglihatan

: Normal

Tekanan bola mata

: normal/palpasi

Nistagmus

: tidak ada

Telinga
Tuli

: -/-

Nyeri tragus/anti

: -/-

Lubang

: lapang

Penyumbatan

: -/6

Serumen

: +/+

Cairan

: -/-

Perdarahan

: -/-

Hidung
Bentuk

: normal

Deformitas

: -/-

Nafas cuping hidung

: -/-

Septum

: simetris

Mukosa

: tidak hiperemis

Conca

: eutrofi

Cavum nasi

: tidak ada sekret/perdarahan

Mulut
Bibir

: kering

Tonsil

: T1 T1 tenang

Langit-langit

: tidak ada tonjolan

Bau pernapasan

: ada

Gigi geligi

: OH jelek

Trismus

: tidak ada

Faring

: hiperemis

Selaput lendir

: tidak ada

Lidah

: berbenjol-benjol

Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP)

: 5 + 2 cmH20

Kelenjar Tiroid

: tidak tampak membesar

Kelenjar Limfe kanan

: tidak tampak membesar

Dada
Bentuk

: datar, simetris

Pembuluh darah

: tidak tampak

Buah dada

: simetris

Paru Paru
Inspeksi

: simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal

Palpasi

: gerak simetris, vocal fremitus sulit dinilai pada hemithorax kanan dan kiri

Perkusi

: sonor pada kedua hemithorax


batas paru-hepar pada sela iga VI pada linea midklavikularis dextra
batas paru-lambung pada sela iga ke VIII pada linea axillaris anterior sinistra.

Auskultasi

: suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing +/+, ekspirasi memanjang

Jantung
Inspeksi

: tidak tampak pulsasi iktus cordis.

Palpasi

: Teraba iktus cordis pada sela iga V, 1 cm medial linea midklavikula kiri,

Perkusi

:
Batas kanan

: sela iga III V linea sternalis kanan.


7

Auskultasi

Batas kiri

: sela iga V, 1cm medial linea midklavikularis kiri.

Batas atas

: sela iga III linea parasternalis kiri

: BJ I II reguler, split ( - ), regular, murmur ( - ), gallop ( - ).

Perut
Inspeksi

: Buncit, Venektasi ( - ), Smilling Umbilikus ( - ), Hematoma ( - ), Tidak


tampak efloresensi yang bermakna.

Palpasi

: Dinding perut : sedikit tegang, Distensi ( - ), rigid ( + ), nyeri tekan


epigastrium.
Hati

: tidak teraba

Limpa

: tidak teraba

Ginjal

: Ballotement ( - ) Nyeri Ketuk CVA ( - )

Perkusi

: Timpani seluruh lapang abdomen, shifting dullness ( - )

Auskultasi

: Bising usus ( + ) frekuensi 2x/menit

Anggota Gerak
Lengan

Kanan

Kiri

Otot
Tonus

normotonus

normotonus

Massa

eutrofi

eutrofi

Sendi

normal

normal

Gerakan

aktif

aktif

Kekuatan

+5

+5

Oedem :

ada

ada

Akral hangat :
Lain-lain

: Palmar eritema (-), ptechie (-), clubbing finger (-), kontraktur (-)

Tungkai dan Kaki

Kanan

Kiri

Luka

ada

ada

Varises

tidak ada

tidak ada

normotonus

normotonus

Otot
Tonus

Massa

eutrofi

eutrofi

Sendi

normal

normal

Gerakan

aktif

aktif

Kekuatan

+4

+5

Oedem :

ada

ada

Akral hangat :

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium (16 Januari 2015)
Pemeriksaan
Pemeriksaan Darah
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Kimia Klinik: AGD
pH
pCO2
pO2
HCO3
Total CO2
Saturasi
BE
Hati
AST/SGOT
ALT/SGPT
Metabolisme Karbohidrat
Gula darah cito
Ginjal
Ureum
Creatinin
Elektrolit
Na
K
Cl

Hasil

Nilai Normal

Keterangan

17 ribu/uL
2,7 juta/uL
6,9 g/dl
21%
450 ribu/uL
79 fL
26,1 pg
32,8 g/dl
16,3%

3,8-10,6 ribu/uL
4,4-5,9 juta/uL
13,2-17,3 g/dl
40-52 %
150-440 ribu/uL
80-100 fL
26-34 pg
32-36 g/dl
<14 %

Meningkat
Menurun
Menurun
Menurun
Meningkat
Menurun
Normal
Normal
Meningkat

7,5
33 mmHg
166 mmHg
26 mmol/L
27 mmol/L
100%
3,7 mEq/L

7,35-7,45
35-45 mmHg
80-100 mmHg
21-28 mmol/L
23-27 mmol/L
95-100 %
-2,5-2,5 mEq/L

Meningkat
Menurun
Meningkat
Normal
Normal
Normal
Meningkat

37 mU/dl
17 mU/dl

<33 mU/dl
<50 mU/dl

Meningkat
Normal

127 mg/dl

<110 mg/dl

Meningkat

46 mg/dl
1,24 mg/dl

17-49 mg/dl
<1,2 mg/dl

Normal
Meningkat

138 mmol/L
3.6 mmol/L
107 mmol/dl

135-155 mmol/dl Normal


3,6-5,5 mmol/dl Normal
98-109 mmol/dl Normal
9

2. Foto Rontgen Thorax


16/1/2015

cord

tampak

normal, hilus baik dan paru dalam


batas normal.

3. EKG
16/1/2015 : dalam batas normal

E.

RESUME
Pasien

datang ke UGD

RSUD Budhi Asih dengan keluhan nyeri perut sejak 1 minggu SMRS. Nyeri dirasakan pada
seluruh bagian perut secara terus-menerus. Mual (+), muntah (+) berisis makanan dan air
yang berwarna coklat gelap serta kembung (+), badan lemas (+). Demam (+) hilang timbul
dalam beberapa hari. Terdapat luka dikaki kanan dan kiri yang tidak sembuh-sembuh. Sesak
nafas (+) ketika beraktivitas dan hilang timbul. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan keadaan
umum tampak sakit berat dengan kesadaran compos mentis, TD 140/70 mmHg,
HR=80x/menit, RR=25x/menit, T=36,2oC, conjungtiva anemis +/+, jantung dalam batas
normal, paru-paru didapatkan wheezing +/+ dengan ekspirasi memanjang, abdomen sedikit
tegang, nyeri tekan (+) regio epigastrium, pada ekstremitas bawah kanan dan kiri terdapat
luka dengan ukuran sekitar 4x4,5 cm. Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit
17.000/mL, Hb 6,9 g/dl, SGOT 37 mU/dl, creatinin 1,24 mg/dl, GDS 127 mg/dl.
F. DAFTAR MASALAH
10

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang dilakukan,
maka dapat ditentukan masalah pada pasien ini yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Haematemesis melena ec gastritis erosive


Anemia ec hematemesis melena
Dispnoe suspek PPOK
Ulkus diabetikum
Diabetes Melitus tipe II

G. KAJIAN MASALAH
1. Haematemesis melena ec gastritis erosive
Pasien mengatakan bahwa 2 hari SMRS BAB nya warna coklat kehitaman dan 3 hari
sebelumnya sempat membuang dahak yang bercampur warna coklat gelap. Pasien juga
sering merasa mual dan kembung yang dirasa sudah 9 bulan belakangan ini dan suka minum
obat-obatan warung penghilang rasa sakit ataupun minum jamu gendong. Pasien juga punya
kebiasaan merokok dari sejak muda dan suka minum minuman beralkohol. Pemeriksaan
fisik didapatkan nyeri tekan daerah epigastrium.
2. Anemia ec hematemesis melena
Pasien merasa badan terasa lemas tidak ada kekuatan. BAB berwarna hitam dan dahak
berwarna coklat kehitaman. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis (+).
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai Hb 6,9 g/dl.
3. Dispnoe suspek PPOK
Pasien yang berusia 67 tahun merasa sesak yang hilang timbul sudah sekitar 1 tahun. Sesak
dirasakan hilang timbul terutama setelah beraktivitas. Pasien kadang-kadang mengeluhkan
batuk yang tidak berat. Batuk ada dahak yang hilang dengan minum obat batuk Pasien
memiliki riwayat merokok dari sejak muda. Bisa menghabiskan 1 bungkus per hari.
4. Ulkus diabetikum
Adanya luka pada kaki yang tidak sembuh-sembuh sudah sekitar 1 bulan. Dari pemeriksaan
fisik ditemukan adanya luka yang berukuran 4x4,5 cm di pedis sinistra. Hasil laboratorium
didapatkan gula darah 127 g/dl.
5. Diabetes mellitus tipe II
Pasien menyatakan tidak memiliki riwayat kencing manis selama ini. Pasien mengeluhkan
adanya sering buang air kecil setiap malam yang lebih dari 10 kali dan kadang-kadang setiap
setengah jam. Pasien juga mengeluhkan ketajaman penglihatannya berkurang. Terdapat luka
pada kaki yang tidak sembuh-sembuh dalam 1 bulan terakhir. Hasil laboratorium didapatkan
gula darah 127 g/dl.
11

H. Penatalaksanaan
Terapi IGD
Pro rawat inap
Pasang NGT
Injeksi cefoperazon 2x1 gram
Injeksi pansoprazole 1x40 mg
Injeksi transamin 3x1 ampul
Injeksi vit. K 3x1 ampul
Injeksi cendantron 3x1 ampul
PO: episan syirup 4x1 cth
Follow up Sabtu, 17/1/2015
S: belum BAB sejak 3 hari yang lalu. Rasa mual (+), muntah (-), nafsu makan menurun, luka
yang belum sembuh dan terasa cekot-cekot sejak 1 bulan yang lalu, bengkak pada tangan dan
kaki. NGT masih terlihat warna cokelat kehitaman.
O: KU tampak sakit berat, kesadaran somnolen, TD 100/60 mmHg, HR 78x/menit, RR
22x/menit, T 37,5oC. Laboratorium: leukosit 17.000/mL, Hb 6,9 g/dl, Ht 21%, trombosit
450.000/mL, SGOT 37, SGPT 27, GD cito 127 mg/dl, ureum 46, kreatinin 1,24. Analisa gas
darah: pH 7,5 / pCO2 33 / pO2 166 / HCO3 26 / Total CO2 27 / BE 3,7, GD jam 06.00 = 87 /
jam 09.00 = 120 / jam 11.00 = 150 / jam 13.00 = 112, Fe 7, TiBC 159, albumin 2, darah tepi
didapatkan anemia mikrositik hipokrom dan neutrofilia.
A: hematemesis melena ec gastritis erosive / anemia ec hematemesis melena / ulkus DM /
Dispnoe suspek PPOK / DM tipe II / hipoalbumin / gangguan fungsi ginjal
P: IVFD kabiven perifer 1000cc/24 jam, Oksigen 3L/menit, Injeksi cefoperazon 2x1 gram,
Injeksi pansoprazole 1x40 mg, Injeksi transamin 3x1 ampul, Injeksi vit. K 3x1 ampul, Injeksi
cendantron 3x1 ampul, episan syirup 4x1 cth. Rencana transfusi 1000cc hingga Hb mencapai
minimal 11 g/dl, evaluasi NGT, diet DH1 4x50 cc, USG abdomen, cek GDS/8 jam
correction dose/8 jam, UMU/24 jam.
Follow up Senin, 19/1/2015
12

S: perut terasa sakit dan belum BAB sudah 5 hari. Kaki terasa kebas. Pasien merasa mual (+)
dan kaki masih bengkak disertai luka yang masih belum sembuh.
O: tampak sakit berat, kesadaran compos mentis, TD 120/70 mmHg, HR 84x/menit, RR
25x/menit, T 36,9oC. Mata CA +/+ SI -/-, thoraks: C: BJ I dan II reguler, Murmur (-), Gallop
(-), P: SNV, Rh -/-, Wh+/+, ekspirasi memanjang. Abdomen: sedikit tegang, buncit, timpani,
BU (+), NT (+) seluruh regio abdomen. Ekstremitas: akral hangat seluruh ekstremitas, oedem
pada ekstremitas bawah. Luka pada kedua kaki (+). Laboratorium: leukosit 9,1ribu/mL,
eritrosit 2,9juta/mL, Hb 7,8 g/dl, HT 23%, trombosit 231ribu/mL, PT 18,3 detik, APTT 43,7
detik, AGD: pH 7,54 / pCO2 25 mmHg / pO2 194 mmHg / HCO3 21 / Total CO2 22 /
saturasi 100% / BE 0,0 / Kreatinin 1,34 mg/dl, Ca 7 mg/dl, elektrolit: Na 138 mmol/L / K
5,0 / Cl 110 mmol/L. GD jam 08.00 119 mg/dl, GD jam 12.00 124 mg/dl, procalcitonin 2,19
ng/ml. Hasil USG ditemukkan gambaran fatty liver.
A: hematemesis melena ec gastritis erosive / anemia ec hematemesis melena / ulkus DM /
Dispnoe suspek PPOK / DM tipe II / hipoalbumin / gangguan fungsi ginjal / hipocalcemia /
suspek sepsis
P: infus kabiven/24 jam, infus D10%(1) : Assering(1) / 12 jam, O2 3L/menit, injeksi
pansoprazole 2x40mg, cefoperazone 2x2gram, cendantron 3x8mg, injeksi transamin 3x1
ampul, injeksi vit K 3x1 ampul, injeksi Ce albumin 20% 100cc, metronidazole 3x500mg,
PCT drip k/p, episan syirup 4x3cth, kaltrofen supp 3x1, dulcolax supp 3x1. Rencana:
transfusi PRC 500 cc sampai Hb minimal 11 g/dl, cek GD/8 jam, inhalasi
combivent:bisolvon:NS / 8 jam. Correction dose/ 8 jam. Konsul ke bagian paru.
Follow up Selasa, 20/1/2015
S: BAB sudah 6x dengan warna kehitaman konsistensi padat, nafas masih terasa sesak, kaki
terasa kebas, luka pada kaki terasa cekot-cekot, NGT sudah mulai bening
O: tampak sakit berat, kesadaran compos mentis, TD 120/70 mmHg, T 36,7 oC, HR
85x/menit, RR 26x/menit, mata: CA +/+, SI -/-, thoraks: C: BJ I dan II reguler, M (-), G(-), P:
SNV, Rh -/-, Wh +/+, ekspirasi memanjang. Abdomen: supel, BU (+), NT (+) di epigastrium.
Ekstremitas: akral hangat seluruh ekstremitas, oedem pada ekstremitas bawah. Luka pada
kedua kaki (+). Laboratorium: AGD: pH 7,47 / pCO2 34 mmHg, pO2 144 mmHg / HCO3 24
mmol/L / total CO2 25 mmol/L, saturasi 99% / BE 1,3. GD 00.00= 208 mg/dl, GD jam
08.00= 179 mg/dl, GD jam 16.00= 134 mg/dl.

13

A: hematemesis melena ec gastritis erosive / anemia ec hematemesis melena / ulkus DM /


Dispnoe suspek PPOK / DM tipe II / hipoalbumin / gangguan fungsi ginjal / hipocalcemia /
suspek sepsis
P: infus kabiven/24 jam, infus D10%(1):Assering (1) / 12jam. O2 nasal 3L/menit, Injeksi Ca
gluconas 1x1, injeksi cefoperazon 2x2gram, injeksi pansoprazole 2x40mg, injeksi transamin
3x1 ampul, injeksi vit K 3x1 ampul, injeksi ondancentron 3x8mg, injeksi metronidazole
3x500mg, injeksi PCT drip k/p, episan syirup 4x3 cth.
Follow up Rabu, 21/1/2015
S: BAB masih warna kehitaman, nafas masih terasa sesak, kaki terasa kebas, luka pada kaki
terasa cekot-cekot, NGT keruh
O: tampak sakit berat, kesadaran compos mentis, TD 130/80 mmHg, T 36,6 oC, HR
84x/menit, RR 25x/menit, mata: CA -/-, SI -/-, thoraks: C: BJ I dan II reguler, M (-), G(-), P:
SNV, Rh -/-, Wh -/-, ekspirasi memanjang. Abdomen: supel, BU (+), NT (+) di epigastrium.
Ekstremitas: akral hangat seluruh ekstremitas, oedem pada ekstremitas bawah. Luka pada
kedua kaki (+). Laboratorium: leukosit 7,4ribu/mL, eritrosit 1,8juta/mL, Hb 4,9 g/dl, HT
15%, trombosit 193ribu/mL, albumin 1,7 g/dl, Ca 6,9 mg/dl, GD jam 7.00= 138 mg/dl, APTT
28,1 detik.
A: hematemesis melena ec gastritis erosive / anemia ec hematemesis melena / ulkus DM /
Dispnoe suspek PPOK / DM tipe II / hipoalbumin / gangguan fungsi ginjal / hipocalcemia /
suspek sepsis
P: infus kabiven/24 jam, infus D10%(1)+lasal 1 ampul:Assering (1)+lasal 1 ampul / 12jam.
O2 nasal 3L/menit, Injeksi Ca gluconas 1x1, injeksi meropenem 3x1 gram, injeksi
levofloxacine 1x1, injeksi pansoprazole 2x40mg, injeksi transamin 3x1 ampul, injeksi vit K
3x1 ampul, injeksi ondancentron 3x8mg, injeksi metronidazole 3x500mg, injeksi PCT drip
k/p, episan syirup 4x3 cth. Rencana: cek GDSM/2hari, APTT, albumin.
Ad vitam

: Dubia ad malam

Ad functionam

: Dubia ad malam

Ad sanationam

: Dubia ad malam

14

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah
darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) bercampur darah dan berwarna hitam.
Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna
bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap
rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi karena
pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum.
2.2 Etiologi
Beberapa penyebab timbulnya hematemesis melena :
1. Kelainan di esophagus
a. Pecahnya varises esophagus
Perdarahan varises secara khas terjadi mendadak dan masif, kehilangan
darah gastrointestinal kronik jarang ditemukan. Perdarahan varises esofagus atau
lambung biasanya disebabkan oleh hipertensi portal yang terjadi sekunder akibat
sirosis hepatis. Meskipun sirosis alkoholik merupakan penyebab varises esofagus
yang paling prevalen di Amerika Serikat, setiap keadaan yang menimbulkan
hipertensi portal dapat mengakibatkan perdarahan varises. Lebih lanjut, meskipun
adanya varises berarti adanya hipertensi portal yang sudah berlangsung lama,
penyakit hepatitis akut atau infiltrasi lemak yang hebat pada hepar kadang-kadang
menimbulkan varises yang akan menghilang begitu abnormalitas hepar
disembuhkan. Meskipun perdarahan SMBA pada pasien sirosis umumnya berasal
dari varises sebagai sumber perdarahan, kurang lebih separuh dari pasien ini dapat
mengalami perdarahan yang berasal dari ulkus peptikum atau gastropati hipertensi
portal. Keadaan yang disebut terakhir ini terjadi akibat penggembungan vena-vena
mukosa lambung. Sebagai konsekuensinya, sangat penting menentukan penyebab
perdarahan agar penanganan yang tepat dapat dikerjakan(2).
15

Angka kejadian pecahnya varises esophagus yang menyebabkan perdarahan


cukup tinggi yaitu 54,8%. Sifat perdarahan hematemesisnya mendadak dan masif,
tanpa didahului nyeri epigastrium. Darah berwarna kehitaman dan tidak akan
membeku karena sudah tercampur asam lambung. Setelah hematemesis selalu
disusul dengan melena(5).
b. Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus lebih sering menunjukkan keluhan melena daripada
hematemesis. Pasien juga mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis. Hanya
sesekali penderita muntah darah tidak masif. Pada panendoskopi jelas terlihat
gambaran karsinoma yang hampir menutup esophagus dan mudah berdarah terletak
di sepertiga bawah esophagus(5).
c. Sindrom Mallory-Weiss
Riwayat medis ditandai oleh gejala muntah tanpa isi (vomitus tanpa darah).
Muntah hebat mengakibatkan ruptur mukosa dan submukosa daerah kardia atau
esophagus bawah sehingga muncul perdarahan. Karena laserasi aktif disertai
ulserasi, maka timbul perdarahan. Laserasi muncul akibat terlalu sering muntah
sehingga tekanan intraabdominal naik menyebabkan pecahnya arteri di submukosa
esophagus/ kardia. Sifat perdarahan hematemesis tidak masif, timbul setelah pasien
berulangkali muntah hebat, lalu disusul rasa nyeri di epigastrium. Misalnya pada
hiperemesis gravidarum(5).
d. Esofagogastritis korosiva
Pernah ditemukan penderita wanita dan pria yang muntah darah setelah
tidak sengaja meminum air keras untuk patri. Air keras tersebut mengandung asam
sitrat dan asam HCl yang bersifat korosif untuk mukosa mulut, esophagus dan
lambung. Penderita juga mengeluh nyeri dan panas seperti terbakar di mulut, dada
dan epigastrium(5).
e. Esofagitis dan tukak esophagus
Esofagitis yang menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat intermiten
atau kronis, biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena daripada
hemetemesis. Tukak esophagus jarang menimbulkan perdarahan jika dibandingkan
dengan tukak lambung dan duodenum(5).
2. Kelainan di lambung
a. Gastritis erosiva hemoragika
Penyebab terbanyak adalah akibat obat-obatan yang mengiritasi mukosa
lambung atau obat yang merangsang timbulnya tukak (ulcerogenic drugs).
Misalnya obat-obat golongan salisilat seperti Aspirin, Ibuprofen, obat bintang tujuh
16

dan lainnya. Obat-obatan lain yang juga dapat menimbulkan hematemesis yaitu :
golongan kortikosteroid, butazolidin, reserpin, spironolakton dan lain-lain.
Golongan obat-obat tersebut menimbulkan hiperasiditas(2)(6).
Gastritis erosiva hemoragika merupakan urutan kedua penyebab perdarahan
saluran cerna atas. Pada endokopi tampak erosi di angulus, antrum yang multipel,
sebagian tampak bekas perdarahan atau masih terlihat perdarahan aktif di tempat
erosi. Di sekitar erosi umumnya hiperemis, tidak terlihat varises di esophagus dan
fundus lambung. Sifat hematemesis tidak masif dan timbul setelah berulang kali
minum obat-obatan tersebut, disertai nyeri dan pedih di ulu hati(5).
b. Tukak lambung
Tukak lambung lebih sering menimbulkan perdarahan terutama di angulus
dan prepilorus bila dibandingkan dengan tukak duodeni. Tukak lambung akut
biasanya bersifat dangkal dan multipel yang dapat digolongkan sebagai erosi(5).
Biasanya sebelum hematemesis dan melena, pasien mengeluh nyeri dan
pedih di ulu hati selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Sesaat sebelum
hematemesis rasa nyeri dan pedih dirasakan bertambah hebat, namun setelah
muntah darah rasa nyeri dan pedih tersebut berkurang. Sifat hematemesis tidak
begitu masif, lalu disusul melena(5).
c. Karsinoma lambung
Insidensinya jarang, pasien umumnya berobat dalam fase lanjut dengan
keluhan rasa pedih dan nyeri di ulu hati, rasa cepat kenyang, badan lemah. Jarang
mengalami hematemesis, tetapi sering melena(5).
3. Kelainan di duodenum
a. Tukak duodeni
Tukak duodeni yang menyebabkan perdarahan panendoskopi terletak di
bulbus. Sebagian pasien mengeluhkan hematemesis dan melena, sedangkan
sebagian kecil mengeluh melena saja. Sebelum perdarahan, pasien mengeluh nyeri
dan pedih di perut atas agak ke kanan. Keluhan ini juga dirasakan waktu tengah
malam saat sedang tidur pulas sehingga terbangun. Untuk mengurangi rasa nyeri
dan pedih, pasien biasanya mengkonsumsi roti atau susu(5).
b. Karsinoma papilla Vateri
Karsinoma papilla Vateri merupakan penyebaran karsinoma di ampula
menyebabkan penyumbatan saluran empedu dan saluran pancreas yang umumnya
sudah dalam fase lanjut. Gejala yang timbul selain kolestatik ekstrahepatal, juga
dapat menimbulkan perdarahan tersembunyi (occult bleeding), sangat jarang

17

timbul hematemesis. Selain itu pasien juga mengeluh badan lemah, mual dan
muntah(5).
2.3 Patofisiologi
Untuk mencari penyebab perdarahan saluran cerna dapat dikembalikan pada
faktor-faktor penyebab perdarahan, yaitu (1):
1. Faktor pembuluh darah (vasculopathy) seperti pada tukak peptik, pecahnya varises
esophagus
2. Faktor trombosit (trombopathy) seperti pada Idiopathic Thrombocytopenia Purpura
(ITP)
3. Faktor kekurangan zat pembekuan darah (coagulopathy) seperti pada hemophilia,
sirosis hati, dan lain-lain
Pada sirosis kemungkinan terjadi ketiga hal di atas : vasculopathy (pecahnya
varises esophagus); trombopathy (pengurangan trombosit di tekanan perifer akibat
hipersplenisme); coagulopathy (kegagalan sel-sel hati)(1).
Khusus pada pecahnya varises esophagus ada 2 teori(1) :
1. Teori erosi
:
pecahnya pembuluh darah karena erosi dari
makanan kasar (berserat tinggi dan kasar) atau konsumsi NSAID
2. Teori erupsi :
karena tekanan vena porta terlalu tinggi, atau
peningkatan tekanan intraabdomen yang tiba-tiba karena mengedan,
mengangkat barang berat, dan lain-lain.
2.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat di temukan pada pasien hematemesis melena
adalah muntah darah (hematemesis), mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena),
mengeluarkan darah dari rectum (hematoskezia), syok (frekuensi denyut jantung
meningkat, tekanan darah rendah), akral teraba dingin dan basah, penyakit hati kronis
(sirosis hepatis), dan koagulopati purpura serta memar, demam ringan antara 38 -39
C, nyeri pada lambung / perut, nafsu makan menurun, hiperperistaltik, jika terjadi
perdarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya penurunan Hb dan Ht
(anemia) dengan gejala mudah lelah, pucat nyeri dada, dan pusing yang tampak
setelah beberapa jam, leukositosis dan trombositosis pada 2-5 jam setelah perdarahan,
dan peningkatan kadar ureum darah setelah 24-48 jam akibat pemecahan protein
darah oleh bakteri usus (7)
Gejala yang ada yaitu :
a. Muntah darah (hematemesis)
b. Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)
c. Mengeluarkan darah dari rectum (hematoskezia)
18

d.
e.
f.
g.
h.

Denyut nadi yang cepat, TD rendah


Akral teraba dingin dan basah
Nyeri perut
Nafsu makan menurun
Jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya
anemia, seperti mudah lelah, pucat, nyeri dada dan pusing.
Kehilangan darah 500 ml jarang memberikan tanda sistemik kecuali perdarahan

pada manula atau pasien anemia dengan jumlah kehilangan darah yang sedikit sudah
menimbulkan

perubahan

hemodinamika.

Perdarahan

yang

banyak

dan

cepat

mengakibatkan penurunan venous return ke jantung, penurunan curah jantung (cardiac


output) dan peningkatan tahanan perifer akibat refleks vasokonstriksi. Hipotensi
ortostatik 10 mmHg (Tilt test) menandakan perdarahan minimal 20% dari volume total
darah. Gejala yang sering menyertai : sinkop, kepala terasa ringan, mual, perspirasi
(berkeringat), dan haus. Jika darah keluar 40 % terjadi renjatan (syok) disertai takikardi
dan hipotensi. Gejala pucat menonjol dan kulit penderita teraba dingin(2).
Pasien muda dengan riwayat perdarahan saluran cerna atas singkat dan berulang
disertai kolaps hemodinamik dan endoskopi normal, dipertimbangkan lesi Dieulafoy
(adanya arteri submukosa dekat cardia yang menyebabkan perdarahan saluran cerna
intermiten yang banyak)(3).
2.5 Diagnosis
1. Anamnesis(9)
a. Sejak kapan terjadi perdarahan, perkiraan jumlah, durasi dan frekuensi perdarahan
b. Riwayat perdarahan sebelumnya dan riwayat perdarahan dalam keluarga
c. Ada tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain
d. Riwayat muntah berulang yang awalnya tidak berdarah (Sindrom Mallory-Weiss)
e. Konsumsi jamu dan obat (NSAID dan antikoagulan yang menyebabkan nyeri atau
pedih di epigastrium yang berhubungan dengan makanan)
f. Kebiasaan minum alkohol (gastritis, ulkus peptic, kadang varises)
g. Kemungkinan penyakit hati kronis, demam dengue, tifoid, gagal ginjal kronik,
diabetes mellitus, hipertensi, alergi obat
h. Riwayat tranfusi sebelumnya
2. Pemeriksaan fisik
Langkah awal adalah menentukan berat perdarahan dengan fokus pada status
hemodinamik, pemeriksaannya meliputi(9) :
a. Tekanan darah dan nadi posisi baring
b. Perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi
c. Ada tidaknya vasokonstriksi perifer (akral dingin)
19

d. Kelayakan napas dan tingkat kesadaran


e. Produksi urin
Perdarahan akut dalam jumlah besar (> 20% volume intravaskuler)
mengakibatkan kondisi hemodinamik tidak stabil, dengan tanda(9) :
a. Hipotensi (<90/60 mmHg atau MAP <70 mmHg) dengan frekuensi nadi > 100
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.

x/menit
Tekanan diastole ortostatik turun >10 mmHg, sistole turun >20 mmHg.
Frekuensi nadi ortostatik meningkat >15 x/menit
Akral dingin
Kesadaran turun
Anuria atau oligouria (produksi urin <30 ml/jam)
Selain itu pada perdarahan akut jumlah besar ditemukan hal-hal berikut(9):
Hematemesis
Hematokezia
Darah segar pada aspirasi nasogastrik, dengan lavase tidak segera jernih
Hipotensi persisten
Tranfusi darah > 800 1000 ml dalam 24 jam

Khusus untuk penilaian hemodinamik (keadaan sirkulasi) perlu dilakukan


evaluasi jumlah perdarahan, dengan criteria(10) :
Perdarahan (%)
Keadaan hemodinamik
<8
Hemodinamik stabil
8 15
Hipotensi ortostatik
15 25
Renjatan (syok)
25 40
Renjatan + penurunan kesadaran
>40
Moribund (physiology futility)
Selanjutnya pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan adalah(10) :
a. Stigmata penyakit hati kronis (ikterus, spider naevi, ascites, splenomegali, eritema
palmaris, edema tungkai)
b. Colok dubur karena warna feses memiliki nilai prognostik
c. Aspirat dari nasogastric tube (NGT) memiliki nilai prognostik mortalitas dengan
interpretasi :
1) Aspirat putih keruh : perdarahan tidak aktif
2) Aspirat merah marun : perdarahan masif (mungkin perdarahan arteri)
d. Suhu badan dan perdarahan di tempat lain
e. Tanda kulit dan mukosa penyakit sistemik yang bisa disertai perdarahan saluran
cerna (pigmentasi mukokutaneus pada sindrom Peutz-Jeghers)
3. Pemeriksaan Penunjang(8)
a. Tes darah : darah perifer lengkap, cross-match jika diperlukan tranfusi
b. Hemostasis lengkap untuk menyingkirkan kelainan faktor pembekuan primer atau
sekunder : CTBT, PT/PPT, APTT
20

c.
d.
e.
f.

Elektrolit : Na, K, Cl
Faal hati : cholinesterase, albumin/ globulin, SGOT/SGPT
EKG& foto thoraks: identifikasi penyakit jantung (iskemik), paru kronis
Endoskopi : gold standart untuk menegakkan diagnosis dan sebagai pengobatan
endoskopik awal. Selain itu juga memberikan informasi prognostik

dengan

mengidentifikasi stigmata perdarahan(3)

2.6 Penatalaksanaan
1. Tatalaksana Umum
Tindakan umum terhadap pasien diutamakan airway-breathing-circulation
(ABC). Terhadap pasien yang stabil setelah pemeriksaan memadai, segera dirawat
untuk terapi lanjutan atau persiapan endoskopi(10).
Pengobatan penderita perdarahan saluran cerna bagian atas harus sedini mungkin dan
sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang diteliti dan
pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian
atas meliputi :
a. Pengawasan dan pengobatan umum.
1) Tirah baring.
2) Diet makanan lunak
3) Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
4) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas (hematemesis
melena)
5) Infus cairan lagsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
6) Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu
CVP monitor.
7) Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan
perdarahan.
8) Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan
mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal.
9) Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin

K,

4x10mg/hari,

karbosokrom (adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis


berguna untuk menanggulangi perdarahan.
10) Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak
diserap oleh usus, sebagai timdakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus,
dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatic.
11) Pemasangan pipa naso-gastrik
21

Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan


lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan.
Pemberian air pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal
sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung,
dengan demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan
dilakukan berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan
aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2
jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi
lambung sudah jernih.
12) Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokonstriksi, pada pemberian pitresin per
infus akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga
menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan
varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot
polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhatihati dengan pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung
iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis
terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.
Untuk pasien risiko tinggi perlu tindakan lebih agresif seperti(10):
a. Pemasangan iv-line minimal 2 dengan jarum (kateter) besar minimal no 18. Ini
b.
c.
d.
e.

penting untuk transfuse, dianjurkan pemasangan CVP


Oksigen sungkup/ kanula. Bila gangguan airway-breathing perlu ETT
Mencatat intake- output, harus dipasang kateter urine
Monitor tekanan darah, nadi, saturasi O2, keadaan lain sesuai komorbid
Melakukan bilas lambung agar mempermudah tindakan endoskopi
Dalam melaksanakan tindakan umum ini, pasien dapat diberikan terapi(10) :

a.

a. Transfusi untuk mempertahankan hematokrit > 25%


b. Pemberian vitamin K 3x1 amp
c. Obat penekan sintesa asam lambung (PPI)
d. Terapi lainnya sesuai dengan komorbid
2. Tatalaksana Khusus
Varises gastroesofageal(10)
1) Terapi medikamentosa dengan obat vasoaktif(9)
a) Glipressin (Vasopressin) : Menghentikan

perdarahan

lewat

efek

vasokonstriksi pembuluh darah splanknik, menyebabkan aliran darah dan


tekanan vena porta menurun. Pemberian dengan mengencerkan vasopressin
50 unit dalam 100 ml Dextrose 5%, diberikan 0,51 mg/menit/iv selama 20
22

60 menit dan dapat diulang tiap 36 jam; atau setelah pemberian pertama
dilanjutkan per infuse 0,10,5 U/menit
b) Somatostatin : Menurunkan aliran darah splanknik, lebih selektif daripada
vasopressin. Untuk perdarahan varises atau nonvarises. Dosis pemberian
awal dengan bolus 250 mcg/iv, lanjut per infus 250 mcg/jam selama 1224
jam atau sampai perdarahan berhenti.
2) Terapi mekanik dengan balon Sengstaken Blackmore atau Minesota
3) Terapi endoskopi(9)
a) Ligasi : Mulai distal mendekati cardia bergerak spiral setiap 12 cm.
Dilakukan pada varises yang sedang berdarah atau ditemukan tanda baru saja
mengalami perdarahan (bekuan darah melekat, bilur merah, noda
hematokistik). Efek samping sklerosan dapat dihindari, mengurangi frekuensi
ulserasi dan striktur.
b) Skleroterapi : alternatif bila ligasi sulit dilakukan karena perdarahan masif,
terus berlangsung atau teknik tidak memungkinkan. Yang digunakan
campuran yang sama banyak antara polidokanol 3%, NaCl 0,9% dan alcohol
absolute; dibuat sesaat sebelum skleroterapi. Penyuntikan dari bagian paling
distal mendekati cardia, lanjut ke proksimal bergerak spiral sejauh 5cm.
4) Terapi radiologi(9) : pemasangan transjugular intrahepatic portosystemic
shunting (TIPS) & perkutaneus obliterasi spleno-porta.
5) Terapi pembedahan(10)
a) Shunting
b) Transeksi esofagus + devaskularisasi + splenektomi
c) Devaskularisasi + splenektomi
b.

Tukak peptic(10)
1) Terapi medikamentosa
a) PPI (proton pump inhibitor)(9) : obat anti sekresi asam untuk mencegah
perdarahan ulang. Diawali dosis bolus Omeprazol 80 mg/iv lalu per infuse
8 mg/kgBB/jam selama 72 jam
Antasida, sukralfat, dan antagonis reseptor H2 masih boleh diberikan untuk
tujuan penyembuhan lesi mukosa perdarahan.
b) Obat vasoaktif
2) Terapi endoskopi(10)
a) Injeksi(9) : penyuntikan submukosa sekitar titik perdarahan dengan adrenalin
(1:10000) sebanyak 0,51 ml/suntik dengan batas 10 ml atau alcohol
absolute (98%) tidak melebihi 1 ml
b) Termal : koagulasi, heatprobe, laser
c) Mekanik : hemoklip, stapler
3) Terapi bedah
23

Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan


perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi .
Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi
esofagus, pintasan porto-kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu
perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik.

Algoritma Penatalaksanaan Penderita Perdarahan SCBA

24

2.7

25

2.7. Prognosis
Keadaan memperburuk prognosis : gagal jantung kongestif/ infark miokard, PPOK,
sirosis, gagal ginjal, keganasan, >60 tahun, gangguan pembekuan.
2.8. Komplikasi
1. Syok hipovolemik
Disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya volume
intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh
yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume
intraventrikel. Pada klien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang
sampai lebih dari 30% dan berlangsung selama 24-28 jam.
2. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah
gagal ginjal maka setelah syock, diobati dengan menggantikan volume
intravaskuler.
3. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran.
4. Ensefalopati
Terjadi akibat kerusakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam darah.
Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu kelainan
dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di dalam darah,
yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati.

26

KESIMPULAN
1. Perdarahan saluran cerna atas (SCBA) yaitu perdarahan dari lumen saluran cerna di atas
ligamentum Treitz mengakibatkan hematemesis dan melena.
2. Hematemesis adalah muntah darah dalam bentuk segar atau berubah karena enzim dan
asam lambung menjadi kecoklatan berbentuk butiran kopi.
3. Melena adalah tinja yang lengket dan hitam seperti aspal dengan bau khas.
4. Etiologi perdarahan SCBA antara lain :
a. Kelainan esophagus : pecah varises esophagus, Ca esophagus, sindrom MalloryWeiss, esofagogastritis korosiva, esofagitis & tukak esofagus
b. Kelainan lambung : gastritis erosif hemoragika, tukak lambung, Ca lambung
c. Kelainan di duodenum : tukak duodeni, Ca papilla vaterii
5. Manifestasi klinis perdarahan SCBA tergantung dari : a) letak sumber perdarahan &
kecepatan gerak usus; b) kecepatan perdarahan; c) penyakit penyebab perdarahan; d)
keadaan sebelum perdarahan.
6. Diagnosis perdarahan SCBA yaitu :
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik : penentuan status hemodinamik, evaluasi jumlah perdarahan, tanda
fisik lain
c. Pemeriksaan penunjang : tes darah, faal hemostasis, elektrolit, faal hati, EKG & foto
thorax, endoskopi (gold standar)
7. Penatalaksaan secara umum dan khusus.
8. Keadaan memperburuk prognosis : gagal jantung kongestif/ infark miokard, PPOK,
sirosis, gagal ginjal, keganasan, >60 tahun, gangguan pembekuan.
9. Komplikasinya yaitu : Syok hipovolemik, Gagal Ginjal Akut, Penurunan kesadaran,
Ensefalopati.
DAFTAR PUSTAKA
1. Astera, I W.M. & I D.N. Wibawa. Tata Laksana Perdarahan Saluran Makan Bagian
Atas : dalam Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC. 2001 : 53 62.
2. Richter, J.M. & K.J. Isselbacher. Perdarahan Saluran Makanan : dalam Harrison
(Prinsip Ilmu Penyakit Dalam) Jilid I. Jakarta : EGC. 2005 : 259 62.
3. Davey, P. Hematemesis & Melena : dalam At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
2006 : 36 7.
4. Hastings, G.E. Hematemesis & Melena : wichita.kumc.edu/hastings/hematemesis.pdf .
2005.

27

5. Hadi, S. Perdarahan Saluran Makan : dalam Gastroenterologi. Bandung : PT Alumni.


2002 : 281 305.
6. Ponijan,

A.P.

Perdarahan

Saluran

Cerna

Bagian

Atas

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31735/4/Chapter%20II.pdf . 2012.
7. Purwadianto, A. & Budi S. Hematemesis & Melena : dalam Kedaruratan Medik.
Jakarta : Binarupa Aksara. 2012 : 105 10.
8. PB PAPDI. Standar Pelayanan Medik. Jakarta : PB PAPDI. 2005: 272 3.
9. Adi, P. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas : Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I. Jakarta : FKUI. 2006 : 289 97
10. Djumhana, A. Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas : pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/03/pendarahan_akut_saluran_cerna_bagian_atas.pdf . 2011.

28

Anda mungkin juga menyukai