Anda di halaman 1dari 3

BAB VI

PEMBAHASAN
Hasil uji pearson dalam penelitian ini menyatakan bahwa korelasi antara nilai
berat badan berlebih dan nilai eGFR (r=0,219 dan p=0,139) sangat lemah dan tidak
bermakna. Hal ini berbeda dengan penelitian oleh Iseki K, et all;2004, dan Shankar
A, et all;2007 sebelumnya yang meyatakan bahwa terdapat korelasi antara nilai berat
badan berlebih dengan fungsi ginjal seseorang yang dilihat dari nilai eGFR pada lakilaki melayu di Singapura dan juga laki-laki didaerah Okinawa-Jepang. Dalam
penelitian ini, 47 responden terpilih yang sudah memenuhi kriteria penelitian yaitu;
tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit ginjal,
hipertensi selama 1 tahun atau derajat 2 menururt JNC7, riwayat merokok selama 32
minggu atau lebih dengan jumlah minimal 10 batang per hari, dan perempuan yang
sedang hamil. Subjek penelitian yang berpartisipasi terdiri dari 93,6% perempuan dan
6,4% laki-laki. Rentang usia subjek penelitian antara 30 tahun-74 tahun. Hasil
analisis pearson didapatkan tidak ada korelasi antara berat badan berlebih dan nilai
eGFR yang berbanding lurus.33
Perbedaan hasil pada penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Iseki K, et
all;2004, dan Shankar A, et all;2007 yang dilakukan di Singapura dan di OkinawaJepang disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah; pertama, jumlah sampel
yang berpartisipasi dalam penelitian ini sangat sedikit, berbeda dengan penelitian
sebelumnya yang menggunakan jumlah sampel yang besar hingga ribuan subjek
dengan cakupan luas wilayah yang cukup besar. Kedua, perbandingan antara jumlah
laki-laki dan perempuan terlalu berbeda jauh sedangkan penelitian sebelumnya tidak
terlalu berbeda jauh. Ketiga, perhitungan nilai eGFR menggunakan rumus yang
berbeda dimana penelitian ini menggunakan rumus CKD-EPI; yang merupakan
rumus yang paling disarankan dalam mengkalkulasikan nilai kreatinin untuk
menentukan fungsi ginjal seseorang34; sedangkan penelitian yang di Singapura
menggunakan rumus MDRD.
31

Didalam penelitian ini terdapat variabel usia yang memiliki hubungan dengan
nilai eGFR. Analisis pearson tersebut menyatakan bahwa terdapat korelasi kuat
antara keduanya (r=-0,816 ; p=0,000 ; CI=99% ; =0,01) dengan nilai negatif yang
artinya korelasi tersebut berbanding terbalik dimana semakin bertambah usia maka
nilai eGFR semakin menurun.35 Penurunan nilai eGFR tersebut tanpa adanya
kerusakan ginjal dapat diklasifikasikan sebagai penurunan laju filtrasi glomerulus
yang berkaitan dengan pertambahan usia dimana pemeriksaan secara patologi
anatomi ditemukan bahwa telah terjadi sklerosis pada bagian glomerulus dan atropi
pada bagian korteks.36
Hasil analisis jenis kelamin terhadap nilai eGFR menyatakan bahwa korelasi
keduanya lemah dan tidak bermakna dilihat dari nilai korelasi r=0,113 dan nilai
p=0,448 dengan koefisien korelasi =0,05. Dilihat dari analisis yang telah didapatkan
dimana dari 47 subjek penelitian terdapat 8 subjek penelitian dengan nilai eGFR yang
abnormal sebagai indikasi dari gangguan fungsi ginjal. Delapan subjek penelitian
tersebut berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 7 perempuan dari total perempuan
seluruhnya sebanyak 44 orang yang artinya terdapat 15,91% subjek penelitian yang
memiliki nilai eGFR abnormal dan 1 laki-laki dari total laki-laki seluruhnya sebanyak
3 orang yang artinya terdapat 33,33% subjek penelitian yang memiliki nilai eGFR
abnormal. Mungkin saja ada resiko pada kelompok laki-laki terhadap penurunan
fungsi ginjal yang dilihat dari nilai eGFR sebagaimana yang telah disebutkan dalam
penelitian-penelitian sebelumnya namun karena jumlah laki-lakinya yang kurang
sehingga dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara variabel jenis kelamin pada
kelompok orang dengan berat badan berlebih terhadap nilai eGFR.
Kendala dalam penelitian ini antara lain adalah sulitnya mendapatkan sampel
yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dimana sampel yang dibutuhkan
yaitu orang dewasa dengan usia > 18tahun yang tidak memiliki riwayat penyakit
jantung, diabetes mellitus, ginjal, tidak merokok selama 32 minggu atau lebih dengan
jumlah minimal 10 batang per hari, tidak hipertensi dalam waktu 1 tahun terakhir atau
hipertensi derajat 2 menurut JNC7, dan tidak hamil bagi wanita. Namun kebanyakan
32

subjek peneliti yang ditemui dengan berat badan berlebih memiliki riwayat penyakit
diabetes mellitus ataupun penyakit jantung dan hipertensi derajat 2. Selain itu,
dibutuhkan biaya yang besar untuk melakukan pemeriksaan penunjang diagnostic,
yaitu pemeriksaan laboratorium. Tujuannya adalah untuk mengetahui nilai kreatinin
subjek penelitian. Kendala lain yang ditemukan adalah masalah waktu penelitian
yang singkat dimana mulai dari penentuan judul, pembuatan proposal, pembuatan
skripsi hingga ujian skripsi disamping peneliti harus menyelesaikan kegiatan lainnya.

33

Anda mungkin juga menyukai