Obat Anastesi
Obat Anastesi
Page 1
Page 2
diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah, misalnya:
halotan, tiopental, propofol.
Morfin adalah obat pilihan jika rasa nyeri telah ada sebelum pembedahan
depresan SSP
penyempitan bronkus
Golongan ini berfungsi sebagai obat penenang dan membuat pasien menjadi mengantuk.
Contoh : luminal dan nembufal untuk golongan sedative; diazepam dan DHBF
(Dihidrobensferidol) untuk golongan transquilizer.
diberikan apabila pasien memiliki rasa sakit/nyeri sebelum dianestesi, pasien tampak lebih
gelisah
Barbiturat
Tugas mandiri Akbar sidiq
Page 3
Midazolam
-
Midazolam sering digunakan sebagai premedikasi pada pasien pediatrik sebagai sedasi dan
induksi anestesia.
Memiliki efek antikonvulsan sehingga dapat digunakan untuk mengatasi kejang grand mal
Dianjurkan sebelum pemberian ketamin karena pasca anestesi ketamin dosis 1-2mg/kgBB
menimbulkan halusinasi.
Diazepam
-
mengendalikan kejang
bertujuan menurunkan sekresi kelenjar saliva, keringat, dan lendir di mulut serta menurunkan
efek parasimpatolitik / paravasopagolitik sehingga menurunkan risiko timbulnya refleks
vagal.
Efek samping: proses pembuangan panas akan terganggu, terutama pada anak-anak sehingga
terjadi febris dan dehidrasi
diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan efek hipersekresi, mis: dietileter
atau ketamin
OBAT-OBATAN ANESTESI
Obat
Pethidin
Dalam
sediaan
Jumlah di
sediaan
pengenceran
ampul
100mg/2cc
2cc +
aquadest 8cc
Fentanyl
Recofol
Dalam
spuit
10 cc
Dosis
(mg/kgBB)
0,5-1
0,05 mg/cc
ampul
200mg/
1 cc
spuit =
10 mg
0,05mg
10cc +
10 cc
2-2,5
10 mg
Page 4
(Propofol)
20cc
lidocain 1
ampul
Ketamin
vial
100mg/cc
1cc +
aquadest 9cc
10 cc
1-2
10 mg
Succinilcholin
vial
200mg/
Tanpa
pengenceran
5 cc
1-2
20 mg
10cc
Atrakurium
Besilat
(Tramus/
Tracrium)
ampul
10mg/cc
Tanpa
pengenceran
5 cc
10 mg
Efedrin HCl
ampul
50mg/cc
1cc +
aquadest 9cc
10 cc
0,2
5 mg
Sulfas Atropin
ampul
0,25mg/cc
Tanpa
pengenceran
3 cc
0,005
0,25 mg
Ondansentron
HCl (Narfoz)
ampul
4mg/2cc
Tanpa
pengenceran
3 cc
8 mg
(dewasa)
2 mg
5 mg (anak)
Aminofilin
ampul
24mg/cc
Tanpa
pengenceran
Dexamethason
ampul
5 mg/cc
Tanpa
pengenceran
Adrenalin
ampul
1 mg/cc
Neostigmin
(prostigmin)
ampul
0,5mg/cc
Tanpa
pengenceran
Masukkan 2
ampul
prostigmin +
1 ampul SA
0,5 mg
Midazolam
(Sedacum)
ampul
5mg/5cc
Tanpa
pengenceran
0,07-0,1
1 mg
Ketorolac
ampul
60 mg/2cc
Tanpa
pengenceran
30 mg
Difenhidramin
HCl
ampul
5mg/cc
Tanpa
pengenceran
5 mg
10 cc
24 mg
5 mg
0,25-0,3
Page 5
ONSET
DURASI
Succinil Cholin
1-2 mnt
3-5 mnt
Tracrium (tramus)
2-3 mnt
15-35 mnt
Sulfas Atropin
1-2 mnt
Ketamin
30 dtk
15-20 mnt
Pethidin
10-15 mnt
90-120 mnt
Pentotal
30 dtk
4-7 mnt
Keterangan
A. Obat Induksi intravena
1. Ketamin/ketalar
-
efek analgesia kuat sekali. Terutama utk nyeri somatik, tp tidak utk nyeri visceral
Efek hipnotik kurang
Efek relaksasi tidak ada
Refleks pharynx & larynx masih ckp baik batuk saat anestesi refleks vagal
disosiasi mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi, gaduh gelisah,
tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt timbul eksitasi
Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat diperkecil
dengan pemberian thiopental sebelumnya)
TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat. (akibat peningkatan
aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor). Cegah dengan premedikasi opiat, hiosin.
dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamine. Baik untuk penderitapenderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anesthesia umum yang masih
ringan.
Dosis berlebihan scr iv depresi napas
Pd anak dpt timbulkan kejang, nistagmus
Meningkatkan kdr glukosa darah + 15%
Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit
Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya utuh melalui urin
Ketamin bekerja pd daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain bekerja pd pusat retikular
otak
Indikasi:
Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada koreksi jaringan sikatrik
pada daerah leher, disini untuk melakukan intubasi kadang sukar.
Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).
Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)
Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi vital. Dapat dipakai untuk
induksi pada pasien syok.
Untuk tindakan operasi kecil.
Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada.
Pasien asma
Page 6
Kontra Indikasi
bradikardi.
nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.
Ekstasi, nyeri lokal pd daerah suntikan
Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung & pernapasan
Sebaiknya obat ini tidak diberikan pd penderita dengan ggn jalan napas, ginjal, liver, syok
hipovolemik.
3. Thiopental
4. Pentotal
Zat dr sodium thiopental. Btk bubuk kuning dlm amp 0,5 gr(biru), 1 gr(merah) & 5 gr.
Dipakai dilarutkan dgn aquades
Lrt pentotal bersifat alkalis, ph 10,8
Lrt tdk begitu stabil, hanya bs dismp 1-2 hr (dlm kulkas lebih lama, efek menurun)
Pemakaian dibuat lrt 2,5%-5%, tp dipakai 2,5% u/ menghindari overdosis, komplikasi > kecil,
hitungan pemberian lebih mudah
Obat mengalir dlm aliran darah (aliran ke otak ) efek sedasi&hipnosis cepat tjd, tp sifat
analgesik sangat kurang
Page 7
TIK
Mendepresi pusat pernapasan
Membuat saluran napas lebih sensitif thd rangsangan
depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah hipotensi. Dpt
menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal
tak berefek pd kontraksi uterus, dpt melewati barier plasenta
Dpt melewati ASI
menyebabkan relaksasi otot ringan
reaksi. anafilaktik syok
gula darah sedikit meningkat.
Metabolisme di hepar
cepat tidur, waktu tidur relatif pendek
Dosis iv: 3-5 mg/kgBB
Kontraindikasi
syok berat
Anemia berat
Asma bronkiale menyebabkan konstriksi bronkus
Obstruksi sal napas atas
Penyakit jantung & liver
kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)
Page 8
Keuntungan
cepat tidur
Tidak merangsang saluran napas
Salivasi tidak banyak
Bronkhodilator obat pilihan untuk asma bronkhiale
Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)
Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi yang enak
Kerugian
overdosis
Perlu obat tambahan selama anestesi
Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi
aritmia jantung
Sifat analgetik ringan
Cukup mahal
Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan
2. Nitrogen Oksida (N2O)
gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan relatif tidak larut
dalam darah.
Efek:
3. Eter
- tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat merangsang
- iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus
- margin safety sangat luas
- murah
- analgesi sangat kuat
- sedatif dan relaksasi baik
- memenuhi trias anestesi
- teknik sederhana
4. Enfluran
isomer isofluran
tidak mudah terbakar, namun berbau.
Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti kejang (pada
EEG).
Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih
iritatif dibanding halotan.
5. Isofluran
Page 9
cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar
menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap penyimpanan sampai
dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.
Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran
6. Sevofluran
tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak dipilih untuk
induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa.
tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis
Dosis awal
(mg/kgBB)
Dosis
rumatan
(mg/kgBB)
Durasi
(menit
)
Efek samping
0.40-0.60
0.08-0.12
0.20-0.40
0.05-0.12
0.02-0.08
0.15-0.30
0.10
0.15-0.020
0.05
0.01-0.015
0.005-0.010
0.5
30-60
30-60
40-60
40-60
45-60
40-60
Hipotensi
Takikardi
Hipotensi
KV stabil
KV stabil
Takikardi
4-6
0.5-0.6
0.1-0.2
0.6-1.0
0.15-0.20
0.5
0.1
0.015-0.02
0.10-0.15
0.02
30-60
20-45
25-45
30-60
30-45
Hipotensi
Amanhepar&ginja
l
Isomer atrakurium
Non depol short acting
1. mivakurium (mivacron)
0.20-0.25
0.05
10-15
Hipotensi &
2. ropacuronium
1.5-2.0
0.3-0.5
15-30
histamin +
Depol short acting
1. suksinilkolin (scolin)
1.0
3-10
2. dekametonium
1.0
3-10
Durasi
Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin
Short (10-15 menit) : mivakurium
Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium
Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium, pipekuronium,
doksakurium, galamin
Efek terhadap kardiovaskuler
Tugas mandiri Akbar sidiq
Page 10
: 1,92%
Enfluran
: 1,68%
Isofluran
: 1,15%
Sevofluran
: 1,8%
Obat Darurat
Nama
Berikan bila
Efedrin
2 cc spuit
Sulfas atropin
Bradikardi (<60)
2 cc spuit
Aminofilin
bronkokonstriksi
5 mg/kgBB
Spuit 24mg/ml
Dexamethason
Reaksi anafilaksis
1 mg/kgBB
Spuit 5 mg/cc
Adrenalin
Cardiac arrest
Succinil cholin
Spasme laring
Cara Pemberian
Anestesi Lokal
Topical
Regional iv
infiltrasi
ganglion
Blok nerv
pleksus
spinal
Blok Saraf Sentral
epidural
servikal
torakal
lumbal
Short Acting
Potensi Obat
Sacral/
kaudal
Medium Acting
Long acting
Potensi Obat
SHORT act
MEDIUM act
LONG act
Prototipe
Prokain
Lidokain
Bupirokain
Gol
Ester
Amida
Amida
Onset
15
Durasi
30-45
60-90
2-4jam
Potensi
15
Page 12
Toksisitas
10
Dosis max
12 Mg/KgBB
6 mg/KgBB
2 Mg/KgBB
Metabolisme
Plasma
Liver
Liver
Keterangan:
Bupivacaine
-
Konsentrasi 0,5% tanpa adrenalin, analgesianya sampai 8 jam. Volume yang digunakan
<20ml.
Umumnya digunakan 1-2%, dengan mula kerja 10 menit dan relasasi otot baik.
0,8% blokade sensorik baik tanpa blokade motorik.
1,5% lazim digunakan untuk pembedahan.
2% untuk relaksasi pasien berotot.
1.
2.
3.
A. Klasifikasi Opioid
Penggolongan opioid antara lain:
opioid natural (morfin, kodein, pavaperin, dan tebain)
semisintetik (heroin, dihidro morfin/morfinon, derivate tebain)
sintetik (petidin, fentanil, alfentanil, sufentanil dan remifentanil).
B. Obat-obat opioid yang biasa digunakan dalam anastesi antara lain:
1. MORFIN
a. Farmakodinamik
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos.
Efek morfin pada sistem syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi.
Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar.
Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal,
konvulsi dan sekresi hormon anti diuretika (ADH).
b. Farmakokinetik
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin
juga dapat menembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah
Tugas mandiri Akbar sidiq
Page 13
pemberian oral jauh lebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian
parenteral dengan dosis yang sama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaharui
janin. Eksresi morfin terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan
dalam tinja dan keringat.
c. Indikasi
Morfin dan opioid lain terutama diindikasikan untuk meredakan atau menghilangkan
nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Apabila nyerinya
makin besar dosis yang diperlukan juga semakin besar. Morfin sering digunakan untuk
meredakan nyeri yang timbul pada infark miokard, neoplasma, kolik renal atau kolik
empedu, oklusi akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau koroner, perikarditis akut,
pleuritis dan pneumotorak spontan, nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan
nyeri pasca bedah.
d. Efek samping
Efek samping morfin (dan derivat opioid pada umumnya) meliputi depresi pernafasan,
nausea, vomitus, dizzines, mental berkabut, disforia, pruritus, konstipasi kenaikkan
tekanan pada traktus bilier, retensi urin, dan hipotensi.
e. Dosis dan sediaan
Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan
diberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengurangi
nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena
dan dapat diulang sesuai yang diperlukan.
2. PETIDIN
a. Farmakodinamik
Meperidin (petidin) secara farmakologik bekerja sebagai agonis reseptor . Seperti halnya
morfin, meperidin (petidin) menimbulkan efek analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas
dan efek sentral lainnya. Waktu paruh petidin adalah 5 jam. Efektivitasnya lebih rendah
dibanding morfin, tetapi lebih tinggi dari kodein. Durasi analgesinya pada penggunaan
klinis 3-5 jam. Dibandingkan dengan morfin, meperidin lebih efektif terhadap nyeri
neuropatik.
b. Perbedaan antara petidin (meperidin) dengan morfin sebagai berikut :
1) Petidin lebih larut dalam lemak dibandingkan dengan morfin yang larut dalam air.
2) Metabolisme oleh hepar lebih cepat dan menghasilkan normeperidin, asam
meperidinat dan asam normeperidinat. Normeperidin adalah metabolit yang masih
aktif memiliki sifat konvulsi dua kali lipat petidin, tetapi efek analgesinya sudah
berkurang 50%. Kurang dari 10% petidin bentuk asli ditemukan dalam urin.
3) Petidin bersifat atropin menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan pandangan dan
takikardia.
4) Petidin menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter oddi lebih ringan.
5) Petidin cukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pasca bedah yang tidak ada
hubungannya dengan hipotermi dengan dosis 20-25 mg i.v pada dewasa.
6) Lama kerja petidin lebih pendek dibandingkan morfin.
c. Farmakokinetik
Absorbsi meperidin dengan cara pemberian apapun berlangsung baik. Akan tetapi
kecepatan absorbsi mungkin tidak teratur setelah suntikan IM. Kadar puncak dalam
plasma biasanya dicapai dalam 45 menit dan kadar yang dicapai antar individu sangat
Tugas mandiri Akbar sidiq
Page 14
bervariasi. Setelah pemberian meperidin IV, kadarnya dalam plasma menurun secara
cepat dalam 1-2 jam pertama, kemudian penurunan berlangsung lebih lambat. Kurang
lebih 60% meperidin dalam plasma terikat protein. Metabolisme meperidin terutama
dalam hati. Pada manusia meperidin mengalami hidrolisis menjadi asam meperidinat
yang kemudian sebagian mengalami konjugasi. Meperidin dalam bentuk utuh sangat
sedikit ditemukan dalam urin. Sebanyak 1/3 dari satu dosis meperidin ditemukan dalam
urin dalam bentuk derivat N-demitilasi.
Meperidin dapat menurunkan aliran darah otak, kecepatan metabolik otak, dan tekanan
intra kranial. Berbeda dengan morfin, petidin tidak menunda persalinan, akan tetapi dapat
masuk ke fetus dan menimbulkan depresi respirasi pada kelahiran.
d. Indikasi
Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan klinis,
meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih pendek daripada morfin.
Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetrik dan sebagai obat
preanestetik.
e. Dosis dan sediaan
Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50
mg/ml, 75 mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien tertolong
dengan dosis parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-1,8 mg/kg BB.
f. Efek samping
Efek samping meperidin dan derivat fenilpiperidin yang ringan berupa pusing,
berkeringat, euforia, mulut kering, mual-muntah, perasaan lemah, gangguan penglihatan,
palpitasi, disforia, sinkop dan sedasi.
3. FENTANIL
a. Farmakodinamik
Turunan fenilpiperidin ini merupakan agonis opioid poten. Sebagai suatu analgesik,
fentanil 75-125 kali lebih poten dibandingkan dengan morfin. Awitan yang cepat dan
lama aksi yang singkat mencerminkan kelarutan lipid yang lebih besar dari fentanil
dibandingkan dengan morfin. Fentanil (dan opioid lain) meningkatkan aksi anestetik lokal
pada blok saraf tepi. Keadaan itu sebagian disebabkan oleh sifat anestetsi lokal yamg
lemah (dosis yang tinggi menekan hantara saraf) dan efeknya terhadap reseptor opioid
pada terminal saraf tepi. Fentanil dikombinasikan dengan droperidol untuk menimbulkan
neureptanalgesia.
b. Farmakokinetik
Setelah suntikan intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif hampir sama
dengan dengan morfin, tetapi fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama kali
melewatinya. Fentanil dimetabolisir oleh hati dengan N-dealkilase dan hidrosilasidan,
sedangkan sisa metabolismenya dikeluarkan lewat urin.
c. Indikasi
Efek depresinya lebih lama dibandingkan efek analgesinya. Dosis 1-3 mg /kg BB
analgesianya hanya berlangsung 30 menit, karena itu hanya dipergunakan untuk anastesia
pembedahan dan tidak untuk pasca bedah. Dosis besar 50-150 mg/kg BB digunakan
untuk induksi anastesia dan pemeliharaan anastesia dengan kombinasi bensodioazepam
dan inhalasi dosis rendah, pada bedah jantung. Sediaan yang tersedia adalah suntikan 50
mg/ml.
d. Efek samping
Tugas mandiri Akbar sidiq
Page 15
Efek yang tidak disukai ialah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat dicegah
dengan pelumpuh otot. Dosis besar dapat mencegah peningkatan kadar gula, katekolamin
plasma, ADH, renin, aldosteron dan kortisol.
As. Karboksilat
Dipiron
Oksikam
Piroksikam
Salisilat
As. propionat
As. Asetil
salisilat,D
flunisal
Ibuprofen,
Naproksen,
Ketoprofen
As. asetat
As. antranilat
As.
Mefenamat,
Floktafenin
As. indolasetat
As. pirolasetat
As. fenilasetat
Indometasin
Ketorolac
Diklofenak
Keterangan
Ketorolak
-
Dosis awal 10-30mg/hari dosis maks. 90mg/hari, pada manula, gangguan faal ginjal, dan BB
<50kg dibatasi maks. 60mg/hari.
Cara kerja menghambat sintesis prostaglandin di perifer tanpa mengganggu reseptor opioid di
sistem saraf pusat.
Tidak untuk wanita hamil, menghilangkan nyeri persalinan, wanita menyusui, usia lanjut,
anak usia <4th, gangguan perdarahan, tonsilektomi.
Ketoprofen
-
Page 16
Piroksikam
-
Tenoksikam
-
Meloksikam
-
Inhibitor selektif Cox-2 dengan efektifitas=diklofenak atau piroksikam tetapi efek samping
lebih minimal.
Asetaminofen
-
Tak punya sifat anti inflamasi dan sifat inhibitor terhadap sintesis prostaglandin sangat lemah,
karena itu tak digolongkan NSAID.
Dosis toksis dapat menyebabkan nekrosis hati karena dirusak oleh enzim mikrosomal hati.
Lebih disukai dari aspirin karena efek samping terhadap lambung dan gangguan pembekuan
minimal.
Gangguan saluran cerna: nyeri lambung, panas, kembung, mual-muntah, konstipasi, diare,
dispepsia, perdarahan tukak lambung, ulserasi mukosa lambung.
Gangguan fungsi ginjal: penurunan aliran darah ginjal, penurunan laju filtrasi glomerulus,
retensi natrium, hiperkalemia, peningkatan ureum-kreatinin, pererenal azotemia, nekrosis
papil ginjal, nefritis, sindroma nefrotik.
Gangguan fungsi hepar: peningkatan SGOT, SGPT, gamma globulin, bilirubin, ikterus
hepatoseluler.
Page 17
Gangguan kardiovaskuler: akibat retensi air menyebabkan edema, hipertensi, gagal jantung.
Keamanan belum terbukti pada wanita hamil, menyusui, proses persalinan, anak kecil,
manula.
Alergi obat dapat terjadi melalui semua 4 mekanisme hipersensitifitas Gell dan Coomb, yaitu:
Reaksi hipersensitivitas segera (tipe I), terjadi bila obat atau metabolitnya berinteraksi
membentuk antibodi IgE yang spesifik dan berikatan dengan sel mast di jaringan atau sel basofil di
sirkulasi.
-
Reaksi antibody sitotoksik (tipe II), melibatkan antibodi IgG dan IgM yang mengenali
antigen obat di membran sel. Dengan adanya komplemen serum, maka sel yang dilapisi
antibodi akan dibersihkan atau dihancurkan oleh sistem monosit-makrofag.
-
Reaksi kompleks imun (tipe III), disebabkan oleh kompleks soluble dari obat atau
Bisa terjadi alergi obat melalui keempat mekanisme tersebut terhadap satu obat, namun yang
tersering melalui tipe I dan IV. Jenis obat penyebab alergi sangat bervariasi dan berbeda
menurut waktu, tempat dan jenis penelitian yang dilakukan. Pada umumnya laporan tentang
obat tersering penyebab alergi adalah golongan penisilin, sulfa, salisilat, dan pirazolon. Obat
lainnya yaitu asam mefenamat, luminal, fenotiazin, fenergan, dilantin, tridion. Namun
demikian yang paling sering dihubungkan dengan alergi adalah penisilin dan sulfa. Alergi
obat biasanya tidak terjadi pada paparan pertama. Sensitisasi imunologik memerlukan
paparan awal dan tenggang waktu beberapa lama (masa laten) sebelum terjadi reaksi alergi.
Obat-obatan : antihistamin, steroid, bila terjadi reaksi anafilaksis beri adrenalin 1/1000 sc dan
pengobatan sesuai seperti reaksi anafilaksis karena sebab lain.
Menghindari alergen penyebab.
Pengobatan lain dengan cara desensitisasi
Tugas mandiri Akbar sidiq
Page 18
Monitoring
Pemantauan atau monitoring berasal dari bahasa latin monere yang artinya memperingatkan
atau memberi peringatan. Dalam tindakan anestesi harus dilakukan monitoring terus menerus tentang
keadaan pasien yaitu reaksi terhadap pemberian obat anestesi khusus terhadap fungsi pernafasan dan
jantung. Hal ini dapat dilakukan dengan panca indera kita yaitu dengan meraba, melihat atau
mendengar dan yang lebih penting serta obyektif dengan alat.
Morbiditas dan mortalitas pada tindakan anestesi sebagian besar disebabkan oleh kelalaian
atau kurang cermat waktu melakukan pementauan. Untuk dapat melakukan pemantauan dengan baik
selain faktor manusia diperlukan juga alat-alat pantau agar lebih akurat. Alat pantau berfungsi sebagai
pengukur, menayangkan dan mencatat perubahan-perubahan fisiologis pasien. Walaupun terdapat
banyak alat pantau yang canggih tetapi faktor manusia sangat menentukan sekali karena sampai saat
ini belum ada alat pantau yang dapat menggantikan fungsi manusia untuk memonitor pasien. Alat
pantau perlu dipelihara dengan baik sehingga informasi-informasi yang didapat dari alat pantau
tersebut
dapat
dipercaya.
Sapai saat ini masih terdapat perbedaan-perbedaan di beberapa negara mengenai standar alat pantau.
Di negara-negara maju secara rutin dilakukan pemantauan terhadap ventilasi airway pressure,
tekanan darah, konsentrasi O2 inspirasi, saturasi O2 arteri dan EKG. Sedangkan untuk kasus khusus
ditambah dengan pemantauan tekanan darah invasif, tekanan vena sentral.
Monitoring adalah segala usaha untuk memperhatikan, mengawasi dan memeriksa pasien
dalam anestesi untuk mengetahui keadaan dan reaksi fisikologis pasien terhadap tindakan anestesi dan
pembedahan. Tujuan utama monitoring anestesi adalah diagnosa adanya permasalahan, perkiraan
kemungkinan terjadinya kegawatan, dan evaluasi hasil suatu tindakan, termasuk efektivitas dan
adanya efek tambahan. Monitoring selama anestesi dibagi menjadi tahap yaitu : monitoring sebelum,
selama dan sesudah operasi.
Page 19
Page 20
teratur.
4. Berkurangnya rangsangan terhadap kardiovaskuler, misalnya tidak terjadi takikardi dan hipertensi.
Bila anestesi kurang dalam, nafas akan bertambah dalam dan cepat, atau sebagian anggota badan
bergerak. Pada keadaan tersebut konsentrasi obat anestesi intravena ditambah. Cara lain yang dapat
membantu menentukan kedalaman anetesi adalah nilai MAC (Minimal Alveolar Concentration) dan
pemeriksaan elektroensefalografi.
Kardiovaskuler
Fungsi jantung dapat diperkirakan dari observasi nadi, bunyi jantung, pemeriksaan EKG, tekanan
darah dan produksi urin.
1. Nadi
Monitoring frekuensi dan ritme nadi dapat dilakukan dengan meraba arteri temporalis, arteri radialis,
arteri femoralis, arteri karotis. Anestesi yang terlalu dalam dapat bermanifestasi dengan nadi yang
bertambah lambat dan melemahkan denyut jantung. Pemeriksan juga dapat dilakukan dengan monitor
nadi yang bermanfaat pada kasus-kasus anak dan bayi dimana pulsasi nadi lemah, observasi ritme
ektopik selama anestesi, indeks penurunan tekanan darah selama anestesi halotan, dan selama
pernafasan kontrol dimana monitoring nafas tidak dapat dikerjakan. Monitoring nadi akan berfungsi
baik bila pembuluh darah dalam keadaan vasodilatasi dan tidak efektif pada keadaan vasokonstriksi.
2. Elektrokardiogram
EKG selama anestesi dilakukan untuk memonitor perubahan frekuensi ritme jantung serta sistim
konduksi jantung.
Indikasi monitoring EKG selama anestesi :
- Mendiagnosa adanya cardiac arrest.
- Mencari adanya aritmia.
- Diagnosis isckemik miokard.
- Memberi gambaran perubahan elektrolit.
- Observasi fungsi pacemaker.
3. Tekanan Darah
Dapat diukur secara langsung maupun tak langsung. Cara tak langsung bisa dengan palpasi,
auskultasi,oscilotonometri, Doppler Ultrasound.
Cara langsung atau invasif : pada cara ini kanul dimasukkan kedalam arteri, misalnya arteri radialis
atau brachialis kemudian dihubungkan dengan manometer melalui transduser. Dengan cara ini kita
dapat mengukur tekanan darah secara langsung dan terus menerus. Pengukuran tekanan darah
merupakan suatu hal yang mutlak dilaksanakan pada setiap pasien selama anestesi. Selama operasi,
peningkatan tekanan darah bisa disebabkan karena overload cairan atau anestesi yang kurang dalam,
sebaliknya tekanan darah dapat turun bila terjadi perdarahan atau anestesi yang kurang dalam.
Tugas mandiri Akbar sidiq
Page 21
4. Produksi Urin
Dalam anestesi, urin dipengaruhi oleh obat anestesi, tekanan darah, volume darah, dan faal ginjal.
Jumlah urin normal kira-kira 0,5-1 ml/KgBB/jam. Bila urin ditampung dengan kateter perlu dijaga
sterilitas agar tidak terinfeksi.
5. Perdarahan selama pembedahan
Jumlah perdarahan harus dihitung dari botol penghisap. Perdarahan akut dapat diatasi dengan
kristaloid, koloid, plasma ekspander, atau darah. Selain jumlah perdarahan, perlu diawasi juga warna
perdarahan merah tua atau merah muda.
Respirasi
Respirasi harus dimonitor dengan teliti, mulai dengan cara-cara sederhana sampai monitor yang
menggunakan alat-alat. Pernafasan dinilai dari jenis nafasnya, apakah thorakal atau abdominal,
apakah ada nafas paradoksal retraksi intercostal atau supraclavicula.
Pemantauan terhadap tekanan jalan nafas, tekanan naik bila pipa endotrakhea tertekuk, sekresi
berlebihan, pneumothorak, bronkospasme, dan obat-obat relaksan habis.
Pemantauan terhadap Oxygen Delivery dan end tidal CO2.
- Oxygen Delivery, pada mesin anetesi sebaiknya dilengkapi dengan suatu alat pemantau (oxygen
analyzer) sehingga oksigen yang diberikan ke pasien dapat dipantau dengan baik. Bila ada kebocoran
pada sirkuit maka alarm akan berbunyi, sedangkan untuk oksigen jaringan dapat dipantau dengan alat
transkutaneus PO2, pemantauan non invasif dan kontinyu. Pada bayi korelasi antara PO2 dan PCO2
cukup baik.
- End tidal CO2, korelasi antara Pa O2 dan Pa CO2 cukup baik pada pasien dengan paru normal. Alat
pemantaunya adalah kapnometer yang biasa digunakan untuk memantau emboli udara pada paru,
malignan hiperthermi, pasien manula, operasi arteri karotis.
Stetoskop esofagus, merupakan alat sederhana, murah, non invasif, dan cukup aman. Dapat secara
rutin digunakan untuk memantau suara nafas dan bunyi jantung.
Suhu
Obat anestesi dapat memprediksi pusat pengatur suhu (SSP) sehingga mudah dipengaruhi oleh suhu
lingkungan dan tehnik anestesi. Monitoring suhu jarang dilakukan, kecuali pada bayi/anak-anak,
pasien demam, dan tehnik anestesi dengan hipothermi buatan. Pemantauan suhu tubuh terutama suhu
pusat, dan usaha untuk mengurangi penurunan suhu dengan cara mengatur suhu ruang operasi,
meletakkan bantal pemanas, menghangatkan cairan yang akan diberikan, menghangatkan dan
melembabkan gas-gas anestetika.
Cairan
Pemantauan terhadap status cairan dan elektrolit selama operasi dapat dilakukan dengan menghitung
Tugas mandiri Akbar sidiq
Page 22
jumlah cairan atau darah yang hilang dan jumlah cairan atau darah yang diberikan. Pengukuran ini
harus benar-benar cermat terutama pada pasien bayi. Kebutuhan cairan selama operasi meliputi
kebutuhan standar ditambah dengan kebutuhan sesuai dengan trauma dan stress akibat operasi.
Kebutuhan standar :
1. Untuk anak
BB : 0-10 Kg : 1000 ml/KgBB/24 jam
10-20 Kg : 1000 ml + 50 ml/KgBB/24 jam tiap Kg diatas 10 Kg.
>20 Kg : 1500 ml + 20 ml/KgBB/24 jam tiap Kg diatas 20 Kg.
2. Untuk dewasa
40-50 ml/KgBB/24 jam
Kebutuhan karena trauma/stress operasi:
Jenis Operasi Pediatri/Anak Dewasa
Ringan
Sedang
Berat 2 ml/KgBB/jam
4 ml/KgBB/jam
6 ml/KgBB/jam 4 ml/KgBB/jam
6 ml/KgBB/jam
8 ml/KgBB/jam
Bila terjadi perdarahan dapat diganti dengan cairan kristaloid (3 X jumlah perdarahan), koloid (1 X
jumlah perdarahan), dan darah (1 X jumlah perdarahan).
Analisa Gas Darah
Pemantauan oxygen delivery ke jaringan dan eliminasi CO2 dapat dipantau dengan memeriksa analisa
gas darah. Indikasi pemeriksaan analisa gas darah antara lain: operasi besar vaskular, operasi lung
anestesi, anestesi dengan hipotensi kendali, operasi otak, dan sebagainya.
c. Monitoring Setelah Operasi
Monitoring setelah operasi perlu dilakukan setelah pasien menjalani operasi pembedahan. Pada saat
penderita berada diruang pemulihan perlu dicegah dan ditanggulangi keadaan-keadaan yang ada
sehubungan dengan tindakan anestesi, antara lain :
1. Hipoksia
Disebabkan tersumbatnya jalan nafas.
Tx dengan O2 3-4 L/menit, bebaskan jalan nafas, bila perlu pernafasan buatan.
2. Irama jantung dan nadi cepat, hipertensi
Tugas mandiri Akbar sidiq
Page 23
Sering disebabkan karena kesakitan, permulaan hipoksia atau memang penyakit dasarnya.
Tx dengan O2, analgetik, posisi fowler.
3. Hipotensi
Biasanya karena perdarahan, kurang cairan, spesial anestesi.
Tx dengan posisi datar, infus RL dipercepat sampai tensi normal.
4. Gaduh gelisah
Biasanya karena kesakitan atau sehabis pembiusan dengan ketamin, pasien telah sadar tapi masih
terpasang ganjal lidah/airway.
Tx dengan O2, analgetik, ganjal dilepas, atau kadang perlu bantal.
5. Muntah
Bahaya berupa aspirasi paru.
Tx miringkan kepala dan badan sampai setengah tengkurap, posisi trendelenberg, hisap muntah
sampai bersih.
6. Menggigil
Karena kedinginan, kesakitan atau alergi.
Tx O2, selimuti, bila perlu beri analgetika.
7. Alergi sampai syok
Oleh karena kesalahan tranfusi atau obat-obatan.
Tx stop tranfusi, ganti Na Cl.
Perawatan diruang pemulihan tidak kalah penting dibanding dengan pengelolaan anestesi dikamar
operasi, karena hampir semua dari penyakit serta kematian dapat terjadi pasca bedah.
Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain :
1. Posisi penderita disesuaikan dengan jenis operasi, misal : abduksi untuk post injection Moore
prothese, fleksi untuk post supracondilair humeri.
2. Pengawasan bagian yang telah dioperasi, meliputi tekanan gips,balutan,drainase, sirkulasi dan
perdarahan.
3. Observasi adanya perdarahan, dapat diketahui dari perembesan, produksi drain, hematom,cek Hb
bila turun usahakan tranfusi, Lab dan Ro foto.
4. Pengobatan luka atau medikasi, bisanya dikerjakan sehari setelah operasi kecuali ada pesan khusus
dari operator, misal pada operasi skin graft.
Page 24