UJIAN ANESTESIOLOGI
Pembimbing :
Dr. Uus Rustandi, Sp.An-KIC
Dr. Ruby Satria Nugraha, Sp.An. M.kes
Disusun oleh :
NIDYA FEBRINA
1102010206
gagal napas .
3. FEEL
Aliran udara dari mulut/ hidung.
Posisi trakea terutama pada pasien trauma, adanya krepitasi.
2. Alat-Alat yang Digunakan Untuk Intubasi Endotrakea
1. Bag and mask , selang O2 dan O2
2. Laryngoscope
3. Endotrakeal tube
4. Syringes / spuit
5. Stylet
6. Xylocain jelly
7. Suction canule
8. Magil forceps
9. Oropharingeal tube
10. Plester
11. Stetoscope
3. Obat-Obatan Untuk Intubasi Endotrakea
1. Sedasi
a). Pentothal 25 mg / cc dosis 4-5 mg/kgbb
b). Dormicum 1 mg / cc dosis 0,6 mg/kgbb
c). Diprivan 10 mg/cc 1-2 mg/kgbb
2. Muscle relaxan
a). Succynilcholin 20 mg / cc dosis 1-2 mg/kgbb
b). Pavulon 0,15 mg/kgbb
c). Tracrium 0,5-0,6 mg/kgbb
d). Norcuron 0,1 mg/kgbb
3. Obat-obatan emergency (troley emergency)
a). Sulfas Atropine
b). Epedrine
c). Adrenalin / Epinephrin
d). Lidocain 2%
a. Induksi intravena
Paling banyak dikerjakan dan digemari. Indksi intravena dikerjakan
dengan hati-hati, perlahan-lahan, lembut dan terkendali. Obat induksi
bolus disuntikan dalam kecepatan antara 30-60 detik. Selama induksi
anestesi, pernapasan pasien, nadi dan tekanan darah harsu diawasi
anti-analgesi.
Propofol (diprivan, recofol)
Dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
bersifat isotonic dengan kepekatan 1% (1ml = 1o mg). suntikan
intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik
sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena.
Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan
untuk anestesia intravena total 4-12 mg/kg/jam dan dosis sedasi
untuk perawatan intensif 0.2 mg/kg. pengenceran hanya boleh
dengan dekstrosa 5%. Tidak dianjurkan untuk anak < 3 tahun
darah
aliran
darah
otak
otak
dan
dan
tekanan
tekanan
5
intracranial
dapat
dikurangi
dengan
teknik
anestesi
simpatomimetik
hipertensi.Efek
depresi
menyebabkan
napasnya
seperti
takikardi
isofluran
dan
dan
depolarisasi,
hanya
menghalangi
asetilkolin
Pasien
dengan
penyakit
paru
memerlukan
3-5
menit
preoksigenasi.
2) Prekurarisasi dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi mungkin
mencegah peningkatan tekanan intraabdomen yang berhubungan dengan
fasikulasi yang disebabkan oleh suksinilkolin. Tahap ini sering
ditinggalkan, meski tahap ini dapat menurunkan tonus spingter
oesophagus bagian bawah. Jika recorunium dipilih untuk relaksasi, dosis
p[riming kecil (0,1 mg/kgbb) diberikan 2-3 menit sebelum induksi
mungkin mempercepat onset dari aksi.
3) Blade yang besar dan tube endotracheal disiapkan sebelumnya. Sebaiknya
dimulai dengan memakai stilet dan nomor tube endotracheal satu sampai
setengah nomor dibawah biasanya, untuk memeaksimalkan kemudahan
melakukan intubasi.
4) Asisten melakukan penekanan ringan diatas kartilago krikoid sesaat
setelah induksi (Sellicks Manuver). Karena kartilago krikoid terbentuk
cincin yang tidak putus dan tidak kempes, tekanan diatas menekan
jaringan dibawahnya. Oesophagus lalu kolaps, dan secra pasif regurgitasi
cairan lambung tidak dapat mencapai hipofaring. Tekanan pada krikoid
terkait
genetik
yang
menyebabkan kenaikan cepat pada suhu tubuh dan kontraksi otot yang
berlebih yang disebabkan oleh anestesia umum. Hipertermia maligna
merupakan
suatu
komplikasi
anestesia
yang
jarang
namun
cara menghirup.
Succinylcholine (neuromuscular blocker)
Phenothiazine
Haloperidol
3. Angka Kejadian
Insiden terjadinya malihnan hipertermi berkisar antara 1:5000 hingga 1:
50.000 100.000 kasus dewasa dan 1:3000 _ 1:5000 pada kasus pediatrik.
Prevalensi kelainan ini mungkin 1 dalam 3000-4000 individu, dapat
mengenai seluruh kelompok etnik dan golongan umur, dengan insidensi
terbanyak dewasa muda, dimana perbandingan pria : wanita adalah 2:1.
Semua Ras dapat terkena, dan insiden tertinggi terjadi pada
individu usia muda dengan rata-rata usia 18.3 tahun. Telah
diketahui , bahwa anak anak dibawah usia dibawah 15 tahun
didapatkan terjadinya kemungkinan hipertermi maligna sebesar 52.1
%. Usia termuda yang pernah dilaporkan dan telah dikonfirmasi
dengan uji lab adalah terjadi pada usia 6 bulan dan yang tertua
terjadi pada usia 78 tahun
10
11
Jelaskan Mengenai :
1. Skor Mallampati
Dalam anestesi, skor Mallampati, juga Mallampati klasifikasi, digunakan
untuk memprediksi kemudahan intubasi. Hal ini ditentukan dengan melihat
anatomi rongga mulut, khusus, itu didasarkan pada visibilitas dasar uvula, pilar
faucial.
Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah
dijulurkan maksimal menurut Mallampati dibagi menjadi 4 grade, yaitu :
Grade I
: Pilar faring, uvula, dan palatum mole terlihat jelas
Grade II : Uvula dan palatum mole terlihat sedangkan pilar faring
2.
tidak terlihat
Grade III : Hanya palatum mole yang terlihat
Grade IV
: Pilar faring, palatum molr, dan uvula tidak terlihat.
12
Berikut dibawah ini adalah hal yang dinilai dalam skor Aldrete beserta
nilainya :
4. Bromage Score
Skoring ini digunakan untuk menilai pemulihan pasien paska anestesi spinal.
Dengan kata lain, skor ini fapat melihat lama kerja blokade motorik dimana
waktu yang diperlukan untuk pemulihan pergerakan tungkai, yaitu tungkai
dapat mengangkat lutut dan telapak kaki ( Bromage 0 )
Kriteria Nilai sebagai berikut :
13
Tes Sensorik
a. Raba Halus
Dengan menggunakan sepotong kapas dan sentuhkan kapas tersebut
diatas kulit. Cobalah untuk mengulangi rangsangannya.
Peragakan dengan kedua mata pasien terbuka, tunjukkan padanya
bahwa anda akan meraba kulitnya. Mintalah pasien mangatakan ya
setiap kali dia merasakan sentuhan.
TES perintahkan pasien untuk menutup matanya, lakukan tes pada
daerah kulit yang bermasalah.
b. Rasa Nyeri
Dengan menggunakan peniti atau jarum tajam dan tumpul.
Peragakan Tunjukkan kepada pasien apa yg anda kerjakan, Jelaskan
bahwa anda ingin agar pasien memberitahukan apakah jarum yang
dirasakan tajam atau tumpul. Sentuh area yang terganggu dengan jarum
dan kemudian sentuh dengan jarum tumpul pada area yg sehat.
TES mintalah pasien menutup kedua matanya kemudian beri
rangsangan tajam dan tumpul secara acak, dan perhatikan respon pasien.
Dermatom Pada lesi radiks saraf, timbul area penurunan sensasi yang
terbatas pada distribusi segmental. Area kulit yang dipersarafi oleh radiks
spesifik dinamai dermatom.
Baal - Sering pasien mengeluh area baal. Pasien harus diinstruksikan
untuk melukiskan area ini dengan satu jari tangan. Kemudian pemeriksa
harus menempatkan peniti di pusat area baal merangsang ke arah luar
sampai pasien memperhatikan rasa nyeri, dengan cara ini batas
kehilangan sensorik dapat ditentukan.
c. Sensasi Suhu
Dengan menggunakan tabung berisi air hangat dan dingin.
Peragakan saya mau anda mengatakan sesuatu jika saya sentuh
anda dengan tabung yang panas atau dingin. Sentuhkan secara acak
tabung air panas dan dingin pada tangan, kaki atau daerah kulit yang
terganggu.
d. Tes Propioseptif
Propriosepsi harus dites pada jari tangan dan kaki bilateral dengan
memegang sisi lateral phalanx distal, sementara bagian proksimal
phalanx dipertahankan tetap. Mula-mula tes ini dijelaskan kepada pasien
dengan matanya terbuka pemeriksa memperlihtakan apa artinya keatas
dan kebawah. Kemudian pasien menutup mata & pemeriksa
15
16
pergerakan
ekstremitas,
dan
komplians
dengan
mesin
Sebutkan :
1. Efek Samping Anestesi Spinal
17
2.
Hipotensi
Bradikardi
Hipoventilasi
Trauma Saraf
Mual Muntah
Gangguan pendengaran
Post Operatif:
Nyeri di punggung
Retensio Urin
Meningitis
3.
Lebih murah
18
Caranya Sederhana
4.
Terkadang akan sangat sulit untuk menetukan lokasi dural space dan menda
patkan cerebrospinal fluid.
Anestesi spinal tidak baik jika digunakan untuk pembedahan dengan jangka
1aktu lebihdari % jam. <ika operasi atau pembedahan lebih lama dari % jam
maka disarankan.
19
1.
20
2.
Obat-obatan Inotropik
Inotropik dibagi dalam dalam dua agen yaitu :
a. Agen inotropik positif
Adalah agen yang meningkatkan kontraktilitas miokard, dan
digunakan untuk mendukung fungsi jantung dalam kondisi seperti gagal
jantung, syok kardiogenik, syok septic, kardiomiopati.
Contoh: Berberine, Omecamtiv, dopamine, epinefrin
(adrenalin),
21
22
3. Opioid Sintetik
Yang termasuk ke dalam obat golongan opioid sintetik adalah :
a. Petidin
b. Fentanil
c. Alfentanil
d. Sulfentanil
e. Remifentanil
23