Obat-obatan anestesi terdiri dari obat-obatan pre-medikasi, obat induksi anestesi, obat
anestesi inhalasi, obat anestesi intravena, obat pelumpuh otot (muslce relaxant), obat anestesi
lokal/regional, dan analgesia (opioid dan non-opioid).
Macam- macam obat pre medikasi :
1. Golongan Narkotika
-
Biasanya diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah,
misalnya: halotan, tiopental, propofol.
Pethidin :
Morfin :
Fentanyl :
Mempunyai mula kerja yang cepat dan mempunyai waktu eliminasi yang cepat juga dalam
tubuh
Efek terhadap jantung sangat minimal tetapi dapat terjadi bradi yang dapat di tanggulangi
dengan pemberian sufas atropin
Mempunyai efek samping ketergantungan, euforia, perlambatan EKG, mual dan muntah
2. golongan benzodiazepin
Dapat digunakan untuk pasien dengan gangguan respirasi walapun harus terus dipantau
penggunaannya
Obat yang biasanya digunakan adalah diazepam 5-20mg yang dapat diberikan peroral
ataupun iv
3. antikolinergik
Obat-obatan itu berfungsi untuk mencegah terjadinya efek bradikardi dari obat-obatan
premedikasi lain ataupun obat-obatan anastetik yang akan digunakan nantinya
Efek samping yang ditimbulkan seperti toksisitas SSP, takikardi (bahaya pada penderita
penyakit jantung), pireksia, midriasis
Obat yang biasanya digunakan adalah ondansetron untuk mengurangi efek mual muntah dari
obat-obatan anestesi lainnya.
Obat
Dalam
Jumlah
sediaan
di
pengenceran
Dalam
Dosis
1 cc
spuit
(mg/kgBB)
spuit =
0,5-1
10 mg
sediaan
Pethidin
ampul
Fentanyl
Recofol
ampul
(Propofol)
100mg/2
2cc +
cc
aquadest 8cc
10 cc
0,05
0,05m
mg/cc
200mg/
10cc +
20cc
lidocain 1
10 cc
2-2,5
10 mg
10 cc
1-2
10 mg
10 cc
0,2
5 mg
ampul
Ketamin
vial
100mg/cc 1cc +
aquadest 9cc
Efedrin
ampul
50mg/cc
1cc +
HCl
aquadest 9cc
Sulfas
ampul
Atropin
Ondansentr
ampul
0,25mg/c
Tanpa
pengenceran
4mg/2cc
Tanpa
on HCl
3 cc
0,25
mg
3 cc
pengenceran
8 mg
2 mg
(dewasa)
(Narfoz)
Aminofilin
0,005
5 mg (anak)
ampul
24mg/cc
Tanpa
10 cc
24 mg
5 mg
pengenceran
Dexametha
ampul
5 mg/cc
son
Tanpa
pengenceran
Adrenalin
ampul
1 mg/cc
Midazolam
ampul
5mg/5cc
(Sedacum)
Ketorolac
Difenhidra
0,25-0,3
Tanpa
0,07-0,1
1 mg
pengenceran
ampul
ampul
60
Tanpa
mg/2cc
pengenceran
5mg/cc
Tanpa
min HCl
30 mg
5 mg
pengenceran
Efek analgesia kuat sekali. Terutama untuk nyeri somatik tetapi tidak untuk nyeri viseral
Refleks pharynx dan larynx masih cukup baik batuk saat anestesi refleks vagal
Disosiasi mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi, gaduh
gelisah, tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt timbul eksitasi
Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat diperkecil
dengan pemberian thiopental sebelumnya)
TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat. (akibat peningkatan
aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor). Cegah dengan premedikasi opiat, hiosin.
Dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamin. Baik untuk penderitapenderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anesthesia umum yang masih
ringan.
Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya utuh melalui urin
Ketamin bekerja pada daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain bekerja pada pusat
retikular otak
Indikasi:
Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada koreksi jaringan sikatrik
pada daerah leher, disini untuk melakukan intubasi kadang sukar
Untuk prosedur diagnostik pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).
Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)
Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi vital. Dapat dipakai untuk
induksi pada pasien syok.
Untuk tindakan operasi kecil
Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada
Pasien asma
Kontra Indikasi
hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg
riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)
Dekompensasi kordis
2. Propofol
-
Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih seperti susu dengan bahan pelarut minyak
kedelai & postasida telur yang dimurnikan.
Terasa nyeri saat penyuntikan dicampur lidokain 2% +0,5cc dlm 10cc propolol jarang
pada anak karena sakit & iritasi pd saat pemberian
Saat dipakai untuk induksi juga dapat terjadi hipotensi karena vasodilatasi dan apnea sejenak
Efek Samping
Bradikardi
Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada penderita dengan gangguan jalan napas,
ginjal, liver, syok hipovolemik
Halothan/fluothan
Efek:
-
Menghambat salivasi
Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh
Keuntungan
cepat tidur
Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi yang enak
Kerugian
overdosis
aritmia jantung
Cukup mahal
2.
gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan relatif tidak
larut dalam darah
Efek:
Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Bila murni N2O
= depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP
jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain
seperti halotan dan sebagainya.
3. Isofluran
-
Merupakan cairan tak berwarna, berbau tajam, tidak mudah terbakar, tidak terpengaruh
cahaya dan tidak merusak logam
Dalam waktu 7-10 menit biasanya sudah mencapai stadium pembedahan anastesi
Mempunyai bau yang tajam sehingga pasien tidak nyaman, dapat membuat iritasi jalan
nafas, menimbulkan depresi ringan pada jantung dan curah jantungn menurunkan tekanan
darah sistemik
4. Sevofluran
-
Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, tidak korosif, tidak
mudah terbakar dan stabil terkena cahaya
Mengurangi aliran darah ke ginjal sehingga dihubungkan dengan gangguan fungsi ginjal
Bekerja pada otot bergaris terjadi kelumpuhan otot napas dan otot-otot mandibula, otot
intercostalis, otot-otot abdominalis & relaksasi otot-otot ekstremitas.
Obat ini membantu pada operasi khusus seperti operasi perut agar organ abdominal tidak
keluar dan terjadi relaksasi
Dosis awal
Dosis
(mg/kgBB) rumatan
(mg/kgBB)
Durasi
(menit)
Efek samping
0.40-0.60
0.10
30-60
Hipotensi
2. Pankuronium
0.08-0.12
0.15-0.020
30-60
Takikardi
3. Metakurin
0.20-0.40
0.05
40-60
Hipotensi
4. Pipekuronium
0.05-0.12
0.01-0.015
40-60
KV stabil
5. Doksakurium
0.02-0.08
0.005-0.010 45-60
KV stabil
6. Alkurium (alloferin)
0.15-0.30
0.5
40-60
Takikardi
1. Gallamin (flaxedil)
4-6
0.5
30-60
Hipotensi
2. Atrakurium (tracrium/notrixum)
0.5-0.6
0.1
20-45
Amanhepar&ginjal
3. Vekuronium (norcuron)
0.1-0.2
0.015-0.02
25-45
4. Rokuronium
0.6-1.0
0.10-0.15
30-60
0.15-0.20
0.02
30-45
Isomer atrakurium
1. mivakurium (mivacron)
0.20-0.25
0.05
10-15
Hipotensi &
2. ropacuronium
1.5-2.0
0.3-0.5
15-30
histamin +
(roculax/esmeron/noveron)
5. Cistacuronium
Non depol short acting
1.0
3-10
2. dekametonium
1.0
3-10
Durasi
Potensi Obat
SHORT act
MEDIUM act
LONG act
Prototipe
Prokain
Lidokain
Bupirokain
Gol
Ester
Amida
Amida
Onset
15
Durasi
30-45
60-90
2-4jam
Potensi
15
Toksisitas
10
Dosis max
12 Mg/KgBB
6 mg/KgBB
2 Mg/KgBB
Metabolisme
Plasma
Liver
Liver
Keterangan:
Bupivacaine
-
Konsentrasi 0,5% tanpa adrenalin, analgesianya sampai 8 jam. Volume yang digunakan
<20ml .="" b="">
Lidokain (Xylocaine, Lidonest)
Umumnya digunakan 1-2%, dengan mula kerja 10 menit dan relasasi otot baik.
Opioid yang sering digunakan dalam anastesi antara lain adalah morfin, petidin, fentanil.
-
Opioid adalah semua zat baik sintetik atau natural yang dapat berikatan dengan reseptor
morfin. Opioid disebut juga sebagai analgesia narkotik yang sering digunakan dalam
anastesia untuk mengendalikan nyeri saat pembedahan dan nyeri pasca pembedahan.
A.
Klasifikasi Opioid
Penggolongan opioid antara lain:
1.
2.
3.
B.
a.
Farmakodinamik
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek
morfin pada sistem syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi.
Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar.
Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal,
konvulsi dan sekresi hormon anti diuretika (ADH).
b. Farmakokinetik
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin juga
dapat menembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah
pemberian oral jauh lebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian
parenteral dengan dosis yang sama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaharui
janin. Eksresi morfin terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam
tinja dan keringat.
c.
Indikasi
Morfin dan opioid lain terutama diindikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri
hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Apabila nyerinya makin besar
dosis yang diperlukan juga semakin besar. Morfin sering digunakan untuk meredakan nyeri
yang timbul pada infark miokard, neoplasma, kolik renal atau kolik empedu, oklusi akut
pembuluh darah perifer, pulmonal atau koroner, perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak
spontan, nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah.
d. Efek samping
Efek samping morfin (dan derivat opioid pada umumnya) meliputi depresi pernafasan,
nausea, vomitus, dizzines, mental berkabut, disforia, pruritus, konstipasi kenaikkan tekanan
pada traktus bilier, retensi urin, dan hipotensi.
e.
Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan diberikan
teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri sedang
adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat
diulang sesuai yang diperlukan.
2. PETIDIN
a.
Farmakodinamik
Meperidin (petidin) secara farmakologik bekerja sebagai agonis reseptor . Seperti halnya
morfin, meperidin (petidin) menimbulkan efek analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas dan
efek sentral lainnya. Waktu paruh petidin adalah 5 jam. Efektivitasnya lebih rendah
dibanding morfin, tetapi lebih tinggi dari kodein. Durasi analgesinya pada penggunaan klinis
3-5 jam. Dibandingkan dengan morfin, meperidin lebih efektif terhadap nyeri neuropatik.
4) Petidin menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter oddi lebih ringan.
5)
Petidin cukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pasca bedah yang tidak ada
hubungannya dengan hipotermi dengan dosis 20-25 mg i.v pada dewasa.
c.
Farmakokinetik
Absorbsi meperidin dengan cara pemberian apapun berlangsung baik. Akan tetapi kecepatan
absorbsi mungkin tidak teratur setelah suntikan IM. Kadar puncak dalam plasma biasanya
dicapai dalam 45 menit dan kadar yang dicapai antar individu sangat bervariasi. Setelah
pemberian meperidin IV, kadarnya dalam plasma menurun secara cepat dalam 1-2 jam
pertama, kemudian penurunan berlangsung lebih lambat. Kurang lebih 60% meperidin dalam
plasma terikat protein. Metabolisme meperidin terutama dalam hati. Pada manusia meperidin
mengalami hidrolisis menjadi asam meperidinat yang kemudian sebagian mengalami
konjugasi. Meperidin dalam bentuk utuh sangat sedikit ditemukan dalam urin. Sebanyak 1/3
dari satu dosis meperidin ditemukan dalam urin dalam bentuk derivat N-demitilasi.
Meperidin dapat menurunkan aliran darah otak, kecepatan metabolik otak, dan tekanan intra
kranial. Berbeda dengan morfin, petidin tidak menunda persalinan, akan tetapi dapat masuk
ke fetus dan menimbulkan depresi respirasi pada kelahiran.
d. Indikasi
Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan klinis,
meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih pendek daripada morfin.
Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetrik dan sebagai obat
preanestetik.
e.
f.
Efek samping
Efek samping meperidin dan derivat fenilpiperidin yang ringan berupa pusing, berkeringat,
euforia, mulut kering, mual-muntah, perasaan lemah, gangguan penglihatan, palpitasi,
disforia, sinkop dan sedasi.
3. FENTANIL
a.
Farmakodinamik
Turunan fenilpiperidin ini merupakan agonis opioid poten. Sebagai suatu analgesik, fentanil
75-125 kali lebih poten dibandingkan dengan morfin. Awitan yang cepat dan lama aksi yang
singkat mencerminkan kelarutan lipid yang lebih besar dari fentanil dibandingkan dengan
morfin. Fentanil (dan opioid lain) meningkatkan aksi anestetik lokal pada blok saraf tepi.
Keadaan itu sebagian disebabkan oleh sifat anestetsi lokal yamg lemah (dosis yang tinggi
menekan hantara saraf) dan efeknya terhadap reseptor opioid pada terminal saraf tepi.
Fentanil dikombinasikan dengan droperidol untuk menimbulkan neureptanalgesia.
b. Farmakokinetik
Setelah suntikan intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif hampir sama dengan
dengan morfin, tetapi fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama kali melewatinya. Fentanil
dimetabolisir
oleh
hati
dengan
N-dealkilase
Indikasi
dan
hidrosilasidan,
sedangkan
sisa
Efek depresinya lebih lama dibandingkan efek analgesinya. Dosis 1-3 mg /kg BB
analgesianya hanya berlangsung 30 menit, karena itu hanya dipergunakan untuk anastesia
pembedahan dan tidak untuk pasca bedah. Dosis besar 50-150 mg/kg BB digunakan untuk
induksi anastesia dan pemeliharaan anastesia dengan kombinasi bensodioazepam dan inhalasi
dosis rendah, pada bedah jantung. Sediaan yang tersedia adalah suntikan 50 mg/ml.
d. Efek samping
Efek yang tidak disukai ialah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat dicegah
dengan pelumpuh otot. Dosis besar dapat mencegah peningkatan kadar gula, katekolamin
plasma, ADH, renin, aldosteron dan kortisol.
Pirazolon
As.Karboksilat
Dipiron
As.Asetil
salisilat,Dflunis
al
Oksikam
Piroksikam
Ibuprofen,Naprok
sen, Ketoprofen
As.
Mefenamat,Floktaf
enin
Diklofenak
Keterangan
1. Ketorolak
-
Dosis awal 10-30mg/hari dosis maks. 90mg/hari, pada manula, gangguan faal ginjal, dan BB
<50kg 60mg="" dibatasi="" hari.="" maks.="" o:p="">
Cara kerja menghambat sintesis prostaglandin di perifer tanpa mengganggu reseptor opioid
di sistem saraf pusat.
Tidak untuk wanita hamil, menghilangkan nyeri persalinan, wanita menyusui, usia lanjut,
anak usia <4th gangguan="" o:p="" perdarahan="" tonsilektomi.="">
2. Ketoprofen
-
Gangguan saluran cerna: nyeri lambung, panas, kembung, mual-muntah, konstipasi, diare,
dispepsia, perdarahan tukak lambung, ulserasi mukosa lambung.
Gangguan fungsi ginjal: penurunan aliran darah ginjal, penurunan laju filtrasi glomerulus,
retensi natrium, hiperkalemia, peningkatan ureum-kreatinin, pererenal azotemia, nekrosis
papil ginjal, nefritis, sindroma nefrotik.
Gangguan fungsi hepar: peningkatan SGOT, SGPT, gamma globulin, bilirubin, ikterus
hepatoseluler.
Gangguan kardiovaskuler: akibat retensi air menyebabkan edema, hipertensi, gagal jantung.
Keamanan belum terbukti pada wanita hamil, menyusui, proses persalinan, anak kecil,
manula.
STADIUM ANESTESI
Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter dalam 4 stadium (stadium III dibagi
menjadi 4 plana), yaitu:
Stadium I
Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran.
Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa
sakit). Tindakan pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar, dapat
dilakukan pada stadium ini.
Stadium II
Stadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran dan refleks
bulu mata sampai pernapasan kembali teratur. Pada stadium ini terlihat adanya eksitasi dan
gerakan yang tidak menurut kehendak, pasien tertawa, berteriak, menangis, menyanyi,
pernapasan tidak teratur, kadang-kadang apne dan hiperpnu, tonus otot rangka meningkat,
inkontinensia urin dan alvi, muntah, midriasis, hipertensi serta takikardia. stadium ini harus
cepat dilewati karena dapat menyebabkan kematian.
StadiumIII
Stadium III (pembedahan) dimulai dengan teraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan
hilang. StadiumIII dibagi menjadi 4 plana yaitu:
Plana 1: Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola mata
yang tidak menurut kehendak pupil miosis, refleks cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks
faring dan muntah tidak ada dan belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna (tonus
otot mulai menurun).
Plana 2: Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume tidak menurun, frekuensi
meningkat, bola mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks cahaya
mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks laring hilang sehingga dapat dikerjakan
intubasi.
Plana 3: Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak
ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik
hampir sempurna (tonus otot semakin menurun).
Plana 4: Pernapasan tidat teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil sangat
midriasis; refleks cahaya hilang, refleks sfingterani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi
otot lurik sempurna (tonus otot sangat menurun).
Stadium lV
Stadium IV (paralisis medula oblongata) dimulai dengan melemahnya pernapasan perut
dibanding stadium III plana 4. Pada stadium ini tekanan darah tak dapat diukur, denyut
jantung berhenti, dan akhimya terjadi kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini
tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan.
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (< 285 mOsmol/L), cairan ditarik dari
dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya
Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis)
dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik.
osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen
darah) = 285 mOsmol/L, sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal
jantung kongestif dan hipertensi.
Contoh: Ringer-Laktat (RL), dan normal saline / larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%)
C. Cairan Hipertonik
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum (> 285 mOsmol/L), sehingga menarik
cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema
(bengkak).
II. KOLOID
Mempunyai partikel besar, yg agak sulit menembus membran semipermeabel/ dinding
pembuluh darah. dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan
dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contohnya adalah dextran, albumin dan steroid, HES (Hydroxy Etil Starch)
Berdasar tekanan Onkotiknya ada 2 macam :
-