OLEH :
KELOMPOK I
Oleh :
Kelompok 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan, karena atas berkat dan rahmat-Nya
laporan tetap Mikrobiologi Umum ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat mata kuliah
Mikrobiologi Umum di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas
Mataram.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami haturkan terima kasih kepada dosen,
koordinator praktikum, dan para Co. Assisten yang telah banyak membantu serta
membimbing kami baik dalam praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya baik
dari segi isi, penampilan maupun teknik pengetikannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran-saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan laporan ini selanjutnya.
Akhirnya kami mengharap agar laporan ini dapat menjadi sumbangan ilmu
pengetahuan bagi rekan-rekan yang lain dan juga dapat menambah pengetahuan kita.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ........................................................................................... 1
Halaman Pengesahan ................................................................................. 2
Kata Pengantar .......................................................................................... 3
Daftar Isi
............................................................................................... 4
Daftar Gambar ........................................................................................... 6
Daftar Tabel ............................................................................................... 7
Acara 1. Pengenalam Alat-Alat Praktikum
Pendahuluan ...............................................................................................
12
13
Pembahasan ...............................................................................................
17
Kesimpulan
21
...............................................................................................
22
23
26
28
Pembahasan ...............................................................................................
30
Kesimpulan
32
...............................................................................................
33
35
37
39
Pembahasan ...............................................................................................
40
Kesimpulan
43
...............................................................................................
44
46
48
50
Pembahasan ...............................................................................................
53
Kesimpulan
55
...............................................................................................
56
57
58
61
Pembahasan ...............................................................................................
63
Kesimpulan
65
...............................................................................................
66
67
70
72
Pembahasan ...............................................................................................
74
Kesimpulan
76
...............................................................................................
77
78
80
81
Pembahasan ...............................................................................................
83
Kesimpulan
85
...............................................................................................
86
88
90
92
Pembahasan ...............................................................................................
93
Kesimpulan
95
...............................................................................................
Daftar Pustaka
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alat-Alat Praktikum ...................................................................
13
28
61
81
DAFTAR TABEL
Halaman
39
50
72
82
92
ACARA I
PENGENALAN ALAT- ALAT PRAKTIKUM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk keselamatan
kerja saat melakukan penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau
bahkan berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur. Sebab
pentngnya dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium agar dapat diketahui caracara penggunaan alat tersebut dengan baik dan benar. Sehingga kesalahan
prosedur pemakaian alat dapat diminimalisir sedikit mungkin. Hal ini penting
supaya saat melakukan penelitian, data yang diperoleh akan benar pula. Data-data
yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian seseorang.
Tujuan Praktikum
Tujuan
praktikum
pengenalan
alat-alat
praktikum
adalah
untuk
10
TINJAUAN PUSTAKA
11
Autoklaf adalah berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam
mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan
umumnya 15 psi atau sekitar 2 atm. Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15
menit untuk 12C (Dwidjoseputro, 2010).
Inkubator adalah alat untuk menginkubasi mikroba pada suhu yang
terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu ( Imam
K, 2010 ).
Oven adalah alat untuk sterilisasi alat-alat yang tahan terhadap panas
tinggi misalnya, cawan petri, tabung reaksi, labu erlenmeyer, dan lain-lain. Alat
ini umumnya dilengkapi dengan thermometer. Temperatur yang digunakan untuk
alat ini umumnya 180C selama 2 jam. Tabung reaksi berfungsi sebagai tempat
media pertumbuhan mikrobia dalam bentuk media tegak atau miring yang
disumbat dengan kapas, dibulatkan lalu disterilkan dengan kapas berada tetap
diatasnya dan diikat. Cawan petri merupakan alat sejenis dengan gelas kimia yang
berfungsi untuk pembuatan kultur media (Irianto, 2007).
Bunsen merupakan alat yang digunakan untuk pemijaran serta untuk
mensterilisasikan mikroba. Bunsen juga mempunyai fungsi lain, yakni
mengamankan praktikan pada saat melakukan penanaman medium. Drigalski
(batang penyebar) berbentuk segi tiga
12
13
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
dish/cawan.
b. Bahan-bahan praktikum
Adapun dalam praktikum tidak menggunakan ini tidak menggunakan
bahan apapun karena hanya pengenalan alat-alat praktikum.
Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat-alat praktikum yang akan diperkenalkan
2. Diamati alat-alat praktikum
3. Diambar dan ditulis fungsi masing-masing alat
14
HASIL PENGAMATAN
Gambar
Nama
Fungsi
Autoklaf
Mensterilkan
berbagai macam alat
dan bahan
Cawan Petri
Untuk membiakkan
sel
Oven
Untuk mengeringkan
alat-alat sebelum
digunakan dan
digunakan untuk
mengeringkan bahan
yang dalam keadaan
basah.
15
Coloni Counter
Untuk menghitung
jumlah mikroba
Centrifuge
Untuk memisahkan
senyawa dengan berat
molekul yang
beberbeda dengan
memanfaatkan gaya
centrifuge
16
Mikroskop
Mikro pipet
Untuk memindahkan
cairan yang
bervolume cukup
kecil
Shakers
Untuk
menghomogenkan
larutan dengan
menggunakan tabung
reaksi
17
Enkas
Sebagai tempat
penanaman mikroba
Jarum Ose
Memindahkan atau
mengambil koloni
suatu mikrobia
Jarum Preparat
Untuk menipiskan
dan melepaskan
gumpalan-gumpalan
obyek diatas gelas
benda
Jarum Enten
18
PEMBAHASAN
19
laminar disaring dengan filter yang khusus sehingga udara dari luar tidak dapat
mengkontaminasi ruang kerja yang ada di Laminar Air Flow (Walto,2008). Ada
dua system pengolahan di Laminar Air Flow yaitu, sistem pengolahan udara
vertical dan horizontal, yang masing-masing punya kelebihan dan kekurangan.
Pemilihan penggunaan Laminar Air Flow ini dapat disesuaikan dengan pola kerja
dan kebutuhan laboratorium. Laminar Air Flow adalah alat sterilisasi yang
menggunakan prinsip filtrasi udara dan penggunaan radiasi ultraviolet. Laminar
Air Flow digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan laboatorium yang
membutuhkan kondisi steril, seperti membuka alat yang telah disterilkan dan
menyiapkan sampul mikroba. Lingkungan dalam Laminar Air Flow disterilkan
dengan 2 cara sebelum digunakan, Laminar Air Flow ditutup dan lampu UUR
dinyalakan sehingga mikrobia diudara dan permukaan ruang mati, lalu saat
bekerja, kondisi udara dijaga stabil dengan fitrasi udara. Komponen Laminar Air
Flow antara lain ruang kaca steril yang dilengkapi tutup, filter udara di bagian
belakang, lampu UUR di langit langit ruang, lampu biasa untuk menyiapkan
sampel membantu proses kerja, serta panel tombol untuk menyalakan lampu
UUR, filter dan lampu biasa.
Pipet mikro adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup
kecil. Biasanya kurang dari 1000 N1 (Ali,2009). Banyak pilihan kapasitas dalam
pipet mikro yang dapat diatur volume pengambilannya (Adjustable volume
pipette) antara 1 NI sampai 20 NI atau mikropipet yang tidak bisa diatur
volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (Fixed volume pipette) misalnya 5
20
21
22
KESIMPULAN
23
ACARA II
MORFOLOGI JAMUR BENANG
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jamur benang dapat membentuk miselium dan berbagai bentuk spora. Hal ini
dipisahkan
berdasarkan spora
seksualnya,
sebagai
contoh Ascomycetes
membentuk spora seksual dalam struktur tertentu yang disebut askus, sedangkan
basidiomycetes membentuk spora seksual dalam basidium. Selain bentuk spora
seksual, morfologi dan penataan spora aseksual juga membantu dalam identifikasi
kapang atau jamur benang. Morfologi dan penataan spora aseksual berperan
dalam identifikasi jamur karena keragamannya.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui morfologi
beberapa jamur benang baik secara makroskopis maupun secara mikroskop dan
membedakan jenis jamur benang satu dengan lainnya.
24
TINJAUAN PUSTAKA
25
memiliki
ciri-ciri
hifanya
26
di atas atau ke dalam substrat nutrient. Benang atau hifa ini terdiri dari dinding sel
dan sitoplasma dengan benda-benda inklusi. Keseluruhan massa hifa talus fungi
disebut miselium. Pada fungi derajat tinggi miselium membentuk utas-utas tali
tebal, rizomorf yang berfungsi sebagai pengangkut zat (Schlegel, 1994).
Jamur ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Contoh jamur
yang menguntungkan adalah Rhizopus oligosporus dan Rhizopus stoloniferus
yang berperan dalam pembuatan tempe, Aspergillus wentii untuk pembuatan
kecap, Penicillium chrysogenum dan Penicilliun rotatum sebagai penghasil
penisilin, Penicillium requeorti dan Penicillium cemmemberti untuk pembuatan
keju. Sedangkan contoh jamur yang merugikan adalah Mucor Parasiticus sebagai
penyebab penyakit kulit dan Aspergillus fumigatus sebagai penyebab penyakit
TBC-semu (Suriawiria, 1993).
27
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
28
29
HASIL PENGAMATAN
Keterangan :
1. Konidia
2. Sterigmata
3. Metula
4. Brancia
5. Konidiofor
6. Sel kaki
Keterangan :
1. Konidia
2. Konidiofor
3. Sterigmata
30
Keterangan :
1. Konidia
2. Sterigmata
3. Vesikula
4. Konidiofor
5. Sel kaki
6.Miselium
Keterangan :
1. Konidia
2. Sterigmata
3. Vesikula
4. Konidiofor
5. Sel kaki
6. Miselium
31
PEMBAHASAN
yaitu
Trichoderma
sp,
Fusarium
sp,
Aspergillus
sp.
dan
terletak
dibagian
luar
ujung
hifa
yang
menggelembung.
32
33
KESIMPULAN
34
ACARA III
PEMBUATAN MEDIUM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk pembuatan mikroba, medium
dapat pula digunakan untuk melakukan isolasi, memperbanyak, pengujian sifatsifat fisiologi dan perhitungan mikroba. Sehingga pembuatan medium itu harus
sesuai komposisi dan tujuan penanamannya, serta cara pembuatan medium iru
harus dengan baik agar medium yang dihasilkan sesuai dengan yang diingikan.
Semua
makhluk
hidup
reproduksinya. Nutrien
membutuhkan
nutrien untuk
pertumbuhan dan
dalam
proses
kehidupan
sel.
Untuk
menumbuhkan
dan
35
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuat medium dasar
jamur, untuk membuat medium dasar bakteri dan untuk medium dasar khamir
36
TINJAUAN PUSTAKA
37
lingkungan
fisik
yang
menyediakan
kondisi
optimum
bagi
38
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Prosedur Kerja
a. Pembuatan Medium Nutrien Agar (NA)
1.
2.
Dituangkan ekstrak daging kedalam air yang sudah mendidih, lalu diaduk
rata dan direbus beberapa menit.
3.
Ditambahkan pepton, lalu diaduk rata dan direbus kembali beberapa menit.
4.
5.
6.
39
7.
Diamati.
40
HASIL PENGAMATAN
Tauge 10 gram
Sukrosa 6 gram
Keterangan
Berwarna putih keruh
Warna tetap, larutan
menjadi lebih kental
Warna lebih jernih,
larutan semakin kental
Berwarna orange
Warna tetap, larutan
menjadi lebih kental
Warna tetap, larutan
sekamin kental
Berwarna putih keruh
Warna lebih jernih,
larutan menjadi lebih
kental
41
PEMBAHASAN
42
mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak daging dan pepton
digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen,
vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
tumbuh dan berkembang. Aquades berfungsi sebagai pelarut dan untuk
menghomogenkan larutan. Nutrien Agar (NA) merupakan medium untuk
menumbuhkan bakteri (Waluyo, 2007).
Medium Potato Dekstrose Agar (PDA) menurut konsistensinya termasuk
medium padat, berdasarkan susunan kimianya termasuk non-sintetik/semi
alamiah. Berdasarkan fungsinya, medium PDA ini termasuk medium umum
karena dapat digunakan untuk menumbuhkan satu atau lebih kelompok jamur.
Medium PDA digunakan untuk menumbuhkan jamur (kapang). Komposisinya
terdiri dari dekstrose yang berfungsi sebagai sumber karbon, kentang sebagai
sumber karbohidrat, agar berfungsi memadatkan medium dan aquades berfungsi
sebagai pelarut dan sumbert oksigen.
Medium Tauge Cair (TC) merupakan medium yang bersifat non-sintetik.
Sedangkan berdasarkan konsistensinya, termasuk medium cair. Medium ini
digunakan untuk pertumbuhan dan pembiakan khamir. Komposisi medium tauge
cair terdiri dari tauge yang berfungsi sebagai sumber-sumber zat organik yang
dibutuhkan oleh khamir, sukrosa merupakan sumber karbohidrat bagi khamir,
dimana setelah mengalami fermentasi, sukrosa akan berubah menjadi glukosa dan
fruktosa yang juga dibutuhkan oleh khamir, aquades digunakan untuk melarutkan
bahan pada medium tersebu. Pada medium ini tidak ada penambahan agar untuk
43
44
KESIMPULAN
45
ACARA IV
MORFOLOGI KHAMIR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Khamir atau yeast adalah katagori non takson yang mencangkup semua
fungsi uniseluler yang berasal dari kingdom zygomkota, askomykota,dan
basidiomykota. Khamir umumnya berkembang biak baik secara seksual maupun
aseksual (Waluyo, 2007). Pada umumnya khamir terdapat di permukaan buah
buahan, pada debu, ditanah tanah, pada makanan, minuman, dan lain lain.
Khamir sering kali hampir tidak kelihatan karena tidak kontras dengan medium
dimana mereka hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan pewarnaan agar khamir
tampak jelas bila diamati dengan mikroskop. Pewarnaan ini ada yang bersifat non
differensial dan diferensial. Pewarnaan non diferensial hanya bertujuan agar
khamir yang diamati tanpak jelas atau kontras dengan latar belakangnya.
Pewarnaan differensial bertujuan agar dapat membedakan antara jenis bakteri
yang berbeda. Contoh pewarna differensial adalah pewarnaan khamir dengan
methylene blue. Sehingga sel mati dan sel hidup memiliki warna yang berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas maka perlu dilakukan suatu pengamatan untuk
mengetahui morfologi khamir dan membedakan sel khamir yang mati dan hidup.
46
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal bermacam
macam bentuk sel, membedakan sel yang mati dan yang hidup dan menghitung
persentase kematian khamir.
47
TINJAUAN PUSTAKA
Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang 1,5
mm sampai 20,50 mm dan lebar 1 sampai 10 m. Bentuk khamir bermacam
macam, yaitu bulat, oval, silinder, ogival yaitu bulan panjang dengan salah satu
ujung runcing, segitiga melengkung (tringuler), berbentuk botol, bentuk apikulat
atau lemon, membentuk spedomiselium, dan sebagai ukuran dan bentuk sel
khamir dalam kultur yang sama mungkin berbedabeda karena pengaruh
perbedaan dan kondisi lingkungan selama pertumbuhan (Waluyo, 2007).
Pengamatan sel khamir dapat dilakukan dengan cara pengecetan sederhana
yaitu pemberian warna pada khamir dengan menggunakan larutan tunggal suatu
warna pada lapisan tipis atau olesan yang sudah difiksasi. Pewarnaan sederhana
yaitu pewarnaan dengan menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan
hanya untuk melihat bentuk sel khamir dan untuk mengetahui morfologi dan
susunan selnya serta membedakan sel yang mati dan yang hidup (Balley, 2007).
Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran 5 dan 20
mikron. Biasanya berukuran 510 kali lebih besar dari bakteri. Terdapat berbagai
macam bentuk ragi tergantung dari cara pembelahan selnya. Sel khamir dapat
berbebtuk lonjong, bentuk batang atau bulat. Selsel khamir sering di jumpai
secara tunggal, tetapi apabila anakanak sel tidak dilepas kan dari induknya
setelah pembelahan maka akan terjadi bentuk yang disebut pseudemisellium.
Khamir tidak bergerak karena tidak mempunyai flagela. Beberapa jenis khamir
membentuk kapsul disebelah luar (Buckle,2008).
48
Dinding sel khamir terdiri atas khitin. Sel yang masih muda dinding selnya
tipis dan lentur, sedangkan yang tua dinding selnya tebal dan kaku. Dibawah
dinding sel terdapat membran sitoplasma yang bersifat permiabel selektif. Tipe sel
khamir adalah Eukariotik. Untuk identifikasi dan determinasi khamir, perlu
dipelajari sifat-sifat morfologi dan fisiologinya. Sifat-sifat morfologi yang perlu
dipelajari
meliputi
perkembangbiakan,
bentuk,
ukuran
pembentukan
sel,
dan
jumlah
pseudemycellium,
spora,
ordian,
caracara
giant
cdony,
49
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alatalat Praktikum
Adapun alatalat praktikum yang digunakan dalam praktikum ini adalah
jarum, ose, gelas benda, gelas penutup, tisu, mikroskop, dan lampu spiritus.
b.
Bahanbahan Praktikum
Adapun bahanbahan yang digunakan pada praktikum ini adalah khamir
24 jam, khamir 48 jam dan larutan methylen blue.
Prosedur Kerja
1. Dibersihkan gelas benda dan gelas penutup sehingga bebas dari lemak dan
debu.
2. Diambil dua ose khamir secara aseptik yang berumur 24 jam, diletakkan
diatas gelas benda.
3. Diambil satu tetes larutan methylen blue dan diletakkan diatas gelas benda
yang telah diberi khamir 24 jam, lalu campur sebaikbaiknya.
50
4. Diletakkan gelas penutup diatas bahan tersebut, juga agar pada waktu
meletakkan gelas penutup jangan sampai terbentuk gelembung udara
didalam preparat.
5. Diamati dengan mikroskop, mulamula dengan perbesaran sedang
dibedakan antara sel khamir yang hidup dan yang mati.
6. Dihitung jumlah khamir yang hidup dan yang mati pada lima bidang
pandang.
7. Dihitung persentase kematian dengan rumus :
% kematian =
8. Diulangi pekerjaan 1 sampai 6 dengan menggunakan khamir yang
berumur 48 jam.
51
Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil pengamatan persentase kematian Khamir 24 jam
Bidang pandang
Sel hidup
Sel mati
1
1
18
2
3
11
3
3
6
4
2
4
5
2
6
Jumlah
11
45
%
80%
Perhitungan
Misal : sel hidup = x, sel mati = y
% kematian1 =
x 100 %
x 100 %
= 95 %
% kematian2 =
x 100 %
x 100 %
= 78 %
% kematian3 =
=
x 100 %
x 100 %
= 67 %
% kematian4 =
x 100 %
20%
52
x 100 %
= 67 %
% kematian5 =
=
x 100 %
x 100 %
= 75 %
% kematianrata - rata =
x 100 %
x 100 %
= 80 %
Tabel 5.2. Hasil pengamatan persentase kematian Khamir 48 jam
Bidang pandang
Sel hidup
Sel mati
1
4
10
2
2
12
3
3
46
4
2
15
5
5
41
Jumlah
16
124
%
88%
% kematian1 =
=
x 100 %
x 100 %
= 71 %
% kematian2 =
=
x 100 %
x 100 %
= 86 %
% kematian3 =
x 100 %
12%
53
x 100 %
= 94 %
% kematian4 =
=
x 100 %
x 100 %
= 88 %
% kematian5 =
=
x 100 %
x 100 %
= 89 %
% kematianrata - rata =
x 100 %
x 100 %
= 88 %
54
PEMBAHASAN
55
sebanyak 88 %. Jumlah sel khamir yang mati, pada khamir yang berumur 24 jam
lebih sedikit dari pada khamir yang berumur 48 jam. Hal ini dikarenakan oleh
beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya, di antaranya seperti
kandungan nutrisi substrak, pH, suhu, tersedianya oksigen dan ada tidaknya
senyawa penghambat, penyinaran lampu mikroskop dan lainlain. Pada khamir
yang berumur 48 jam sel yang mati lebih banyak dibandingkan sel khamir yang
berumur 24 jam juga disebabkan karena pada sel khamir yang berumur 48 jam sel
yang mati lebih banyak dibandingkan sel khamir yang berumur 48 jam sudah
berada pada fase menuju kematian dimana pada fase ini nutrisi dalam substrak
sudah habis dan energi cadangan didalam sel habis. Kecepatan kematian juga
bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan dan jenis dari khamir tersebut.
Kandungan nutrisi substrat, sel khamir yang saling berkompetisi untuk
mendapatkan nutrisi yang saling memakan satu sama lainnya. Kebanyakan khamir
lebih cepat tumbuh pada pH 4,04,5, suhu optimum khamir yaitu 2530C dan
suhu maksimum 3547C, tetapi beberapa khamir dapat tumbuh pada suhu 0C.
Tersedianya oksigen, khamir tumbuh baik pada kondisi aerobik, meskipun lambat.
Akibat penyinaran lampu mikroskop yang terlalu lama, suhu untuk pertumbuhan
khamir menjadi lebih dari batas maksimumnya, sehingga khamir yang diamati
lebih banyak mati.
56
KESIMPULAN
2.
3.
4.
5.
Perbedaan sel khamir yang berumur 24 jam dan 48 jam disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu kandungan nutrisi substrak, pH, suhu, tersedianya
oksigen dan ada tindaknya senyawa penghambat, lampu mikroskop dan
lainlain.
57
ACARA V
PENGECATAN DAN MORFOLOGI BAKTERI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bakteri atau mikroba lainnya dapat dilihat dengan mikroskop biasa tanpa
pengecatan, yaitu dengan cara-cara khusus. Tetapi pengamatan dengan tanpa
pengecatan akan lebih sulit dan tidak dapat dipakai untuk melihat bagian-bagian
sel yang diteliti, karena umumnya sel bakteri bersifat tembus cahaya (transparan)
atau semi transparan. Oleh karena itu perlu dilakukannya praktikum ini untuk
mengetahui cara pengecatan dan morfologi bakteri.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari cara
pembuatan preparat bakteri dengan latar belakang gelap dan mengamati bentuk
serta besar sel sesungguhnya. Selain itu juga, untuk mempelajari cara pengecatan
gram dan mengamati bentuk serta sifat bakteri terhadap pengecatan gram.
58
TINJAUAN PUSTAKA
59
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu antara lain
mikroskop, gelas benda, ose,dan lampu spirtus.
b.
Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
biakan murni Bacillus Sp. , Ralstonia Sp. , larutan nigrosin, larutan
alkohol, larutan cat gram A,B,C dan D.
Prosedur Kerja
a.
Pengecatan Negatif
1.
Dibersihkan terlebih dahulu gelas benda dan gelas penutup agar bebas
lemak dan debu , dilewatkan diatas lampu spiritus hingga kering dan
didinginkan.
2.
60
3.
4.
5.
b. Pengecatan Gram
1.
2.
Diambil secara diseptik satu ose suspense bakteri dan diratakan diatas
permukaan gelas benda sehingga membentuk bidang seluas 1 cm2.
3.
4.
5.
61
6.
7.
8.
Diberi cat penutup (gram D), didiamkan selam 1 menit dan kemudian
dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan.
9.
10. Digambar dan diberi keterangan bakteri yang tampak serta diperhatikan
bentuk sel, warna dan reaksi pengecatan.
62
HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
Pengecatan Nefatif
Keterangan :
1. Latarnya berwarna
Ungu.
2. Bakterinya
berbentuk basil
dan terlihat
transparan.
63
Pengecatan Gram
Keterangan :
1. Latarnya berwarna
putih
2. Bakterinya
berwarna merah
64
PEMBAHASAN
Bakteri atau mikroba lainnya dapat dilihat dengan mikroskop biasa tanpa
pengecatan yaitu dengan cara yang khusus. Pewarnaan negatif, metode ini bukan
untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap.
Pada pewarnaan ini, mikroorganisme kelihatan transparan. Tekhnik ini berguna
untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pewarnaan olesan tidak mengalami
penangai mordant atau penguat warna.
Pada pengamatan pengecatan negatif, nampak Bacillus sp. Berbentuk basil
atau batang dan merupakan bakteri gram positif. Ini bisa diketahui pada tahap
dekoldrisasi. Pada tahap tersebut warna yang dihasilkan sama dengan warna
utama yaitu warna ungu. Ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut memiliki
dinding yang tebal sehingga pada saat bakteri mengalami dehidrasi, pori-porinya
menciut yang akhirnya menyebabkan warna utama tidak bisa keluar.
Pada pengamatan pengecatan gram, bakteri Ralstonia sp. Memiliki warna
bakteri merah muda dan warna latar belakangnya adalah warna putih. Bakteri ini
termasuk dalam gram negatif sedangkan bakteri Bacillus sp. Memiliki warna
merah dan latar belakangnya berwarna putih. Kedua bakteri ini termasuk dalam
Gram negatif.
Perbedaan antara pengecatan Negatif dan pengecatan Gram, pertama
pengecatan negatif merupakan pengecatan yang dilakukan secara tidak langsung.
Dikatakan demikian karena yang dicat adalah latar belakangnya bukan bakterinya,
sedangkan bakterinya sendiri tidak mengalami pengecatan. Pada pengecatan gram
termasuk pengecatan diferensial, artinya pengecatan ini dilakukan untuk
65
66
KESIMPULAN
2.
Pada pengecatan negatif, Bacillus sp. berbentuk batang dan latar belakangnya
ungu.
3.
Pada pengecatan gram Ralstonia sp. dan Bacillus sp. membentuk warna
merah muda dan merah saja dengan latar belakang keduanya sama-sama
putih,termasuk dalam gram negatif.
4.
5.
Pada bakteri Ralstonia sp. dan Bacillus sp. sama-sama termasuk gram negatif
karena bakteri yang daya ikatnya terhadap cat utama tidak kuat sehingga
dapat dilunturkan oleh peluntur dan dapat diwarnai oleh cat penutup.
67
ACARA VI
ISOLASI MIKROBA DAN MORFOLOGI MIKROBA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suatu mikroba yang hidup dialam terbuka jarang dijumpai tumbuh sebagai
biakan murni. Tetapi pada umumnya dalam populasi campuran dengan mikrobia
lainnya. Untuk mengidentifikasi mikrobia, termasuk pengujian morfologi,
fisiologi, dan serologi, sebelumnya perlu dilakukan isolasi dari habitatnya. Jadi
isolasi suatu mikrobia adalah memindahkan mikrobia tersebut dari lingkungannya
di alam dan dapat menjadi suatu biakan murni.
Di dalam bidang mikrobiologi, untuk dapat menelaah mikrobia, khususnya
skala laboratorium, maka terlebih dahulu mikroba tersebut dapat ditumbuhkan
dalam suatu biakan yang mana didalamnya hanya terdapat mikroba yang
dibutuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lainnya. Oleh karena
itu, perlu dilakukannya praktikum ini, agar kita dapat mengetahui tekhnik-tekhnik
isolasi dan morfologi dari mikroba tersebut.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan dapat
melakukan beberapa cara dalam mengisolasi mikroba, dan untuk mengetahui
pertumbuhan mikroba, mengamati bentuk-bentuk dan sifat karakteristiknya jika
ditumbuhkan
dengan
tekhnik-tekhnik
isolasi.
68
TINJAUAN PUSTAKA
banyak
faktor,
salah
satu
diantaranya
ialah macam
69
pada pekerjaan inokulasi dan isolasi mikroba adalah sebagai berikut, menyiapkan
ruangan, pemindahaan dengan kawat inokulasi, dan pemindahan dengan pipet.
Menyiapkan ruang; ruang tempat inokulasi harus bersih, dan bebas angin. Pada
waktu mengadakan inokulasi, baik sekali bila meja tempat inokulasi didasari
dengan kain basah. Dinding ruang yang basah menyebabkan butir-butir debu
menempel. Pekerjaan inokulasi dapat dilakukan di dalam suatu kotak berkaca
(enkas). Dialam bebas tidak ada mikroba yang hidup sendiri atau terlepas dari
spesies yang lain. Sering kali mikroba patogen kedapatan secara bersama-sama
dengan mikroba saprobe (saprobakteri). Dalam teknik biakan murni tidak saja
diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan murni, tetapi juga bagaimana
memelihara serta mencegah pencemaran dari luar. Medium untuk membiakan
mikroba haruslah steril sebelum digunakan. Pencemaran (kontaminasi) dari luar
terutama berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme. Teknik
biakan murni untuk suatu spesies dikenal dengan beberapa cara, yaitu, cara
pengenceran, cara penuangan, cara penggoresan. Cara pengenceran, cara ini
pertama dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Lister berhasil memelihara murni
Streptococcus lactis yang diisolasi dari susu yang sudah masam. Caranya adalah
dengan mengencerkan suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam
spesies kemudian diencerkan dalam suatu tabung tersindiri. Dari pengenceran ini
kemudian diambil 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut (Waluyo, 2007).
Cara penuangan yaitu, terdiri atas penginokulasian biakan campuran
kedalam tabung uji yang mengandung agar mencair yang telah didinginkan pada
suhu 45o C. Isinya diaduk untuk memencarkan bakteri keseluruhan medium.
70
Campuran itu kemudian dituangkan kedalam cawan petri steril dan dibiarkan
menjadi padat. Secara alternatif, inokulum ditempatkan pada cawan petri kosong
dan medium yang mencair dituangan diatasnya. Cawan ini diputar untuk
mencampur isinya sebelum medium menjadi padat (Volk dan Wheeler, 1988).
Cara penggoresan, cara ini dilakukan pada medium pembiakan padat
bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik cara ini adalah cara yang paling
praktis. Setiap laboratorium memiliki cara atau metode pengerjaan yang berbedabeda, tetapi tujuannya adalah sama, yaitu untuk membuat garis sebanyak mungkin
pada permukaan lempeng medium pembiakan dengan ose atau jarum bahan
pemeriksaan yang terlepas pada garis-garis terakhir koloni-koloni bakteri yang
terbentuk akan terpisah agak jauh (Irianto, 2006).
71
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri,
lampu spiritus, pipet mikro, jarum enten, jarum ose, dan driglaski.
b.
Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol,
Bacillus sp, Ralstonia sp, Trichoderma sp, dan Fusarium sp.
Prosedur Kerja
a. Metode Goresan
1. Diambil satu ose suspensi biakan bakteri secara aseptis, kemudian
digoreskan ujung ose sehalus mungkin diatas permukaan medium.
2. Diberi label pada masing-masing cawan petri.
3. Diinkubasi selama 3 hari.
4. Diamati bantuk-bentuk pertumbuhan koloni bakteri hasil inkubasi.
b. Metode Sebaran
72
1. Diambil 0,1 ml suspensi biakan bakteri dengan mikro pipet steril dan
diletakkan diatas permukaan medium.
2. Diratakan biakan dipermukaan dengan driglaski.
3. Diberi label pada masing-masing cawan petri.
4. Diinkubasi selama 3 hari.
5. Diamati bentuk-bentuk pertumbuhan koloni bakteri hasil inkubasi.
c. Metode Taburan
1. Diambil 1 ml suspensi bakteri dengan pipet mikro steril dan diletakkan
dalam cawan petri.
2. Dituangkan secara aseptis medium NA yang sudah disiapkan kedalam
cawan petri steril dan digoyangkan cawan petri dengan arah memutar di
atas permukaan meja untuk meratakan penyebaran biakan.
3. Diinkubasi selama 3 hari.
4. Diamati bentuk perubahan koloni bakteri.
d. Isolasi Jamur
1. Diambil suspensi jamur dengan jarum enten secara aseptis.
2. Diletakkan pada media PDA yang steril.
3. Diinkubasi selama 3 hari.
4. Diamati bentuk perubahan jamur.
73
HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
Tabel. 6.1. Hasil Pengamatan Perubahan Bentuk Jamur.
Hari
Trichoderma Sp.
Fusarium Sp.
ke Diameter (cm)
Warna
Diameter (cm)
Warna
Pertama
2,55
Putih
1,45
Putih
Kedua
Putih
Kehijauan
2,8
Putih
Ketiga
8,95
Hijau
4,45
Putih
Gores
Bentuk (dari
atas)
Bulat-bulat
Titik-titik
Bulat-bulat
Tepi Koloni
(dari samping)
Utuh
Utuh
Berkelompok
Permukaan
Koloni (dari
samping)
Datar
Melengkung
Wajah
Permukaan
Suram
Mengkilap
Kepekatan
Lunak
Warna
Putih
Bening
Putih Kekuningan
74
Berkelompok
Utuh
Rata
Permukaan
Koloni (dari
samping)
Wajah Permukaan
Timbul datar
Timbul datar
Mencembung
Suram
Suram
Suram
Kepekatan
Lunak
Lunak seperti
mentega
Lunak
Warna
Putih Kekuningan
Putih Kekuningan
Putih Kekuningan
75
PEMBAHASAN
terdapat
76
agar miring) dan alat yang digunakan untuk teknik goresan adalah ose. Pada
pengamatan ini didapatkan hasil bakteri Bacillus sp. bentuknya bulat sedangkan
Ralstonia sp. titik-titik. Di lihat dari tepi koloninya Bacillus sp. berkelompok
sedangkan
Ralstonia
sp.
rata.
Permukaan
koloninya
melengkung
dan
77
KESIMPULAN
78
ACARA VII
PERHITUNGAN JUMLAH DAN PENENTUAN UKURAN MIKROBIA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat banyak, baik
ditanah, air, maupun udara. Penyebaran mikroorganisme yang tumbuh pada bahan
hasil pertanian atau pada hasil olahannya. Umumnya terdiri dari bakteri,
jamur/kapang, virus dan disamping itu terdapat juga binatang satu sel.
Pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme dalam bahan atau makanan,
akan menyebabkan perubahan-perubahan tertentu yaitu, perubahan yang bersifat
fisik dan kimiawi, sebagai contoh yaitu, konsistensi bahan menjadi lunak, timbul
gas atau aroma tertentu dan zat racun yang membahayakan. Jumlah penyebaran
bakteri/mikroorganisme pada bahan atau makanan yang sedang mengalami
pembusukan sangat bervariasi jumlahnya dan tidak sama jenis (spesies)nya serta
tegantung pada varietas, habitat, susunan kimia, cara penanganan, suhu
penyimpanan dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamatan dan
perhitungan mikroba, sehingga penyebaran mikroba dapat diketahui dan ukuran
dari mikroba tersebut juga dapat diketahui.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jumlah dan
menentukan ukuran mikroba
79
TINJAUAN PUSTAKA
80
membedakan sel-sel yang hidup dan yang mati. Dengan perkataan lain hasil yang
diperoleh ialah jumlah total sel yang didalam populasi (Campbell, 2009).
Perhitungan jumlah koloni atau mikroorganisme dengan cara Reable
Count atau disebut juga sebagai standar plate count didasarkan asumsi, bahwa
setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni
setelah diinkubasi dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa
inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau
dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut (Bibiana, 2010).
81
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop,
Haemocytometer, pipet tetes dan gelas penutup.
b.
Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah suspensi
biakan Trichoderma sp. dan Fusarium sp..
Prosedur Kerja
1.
82
Hasil Pengamatan
Perhitungan
83
= 163 X 5
= 815/0,1 mm2
= 8.150 mm2
= 8.150 X 1000
= 8.150.000 ml
= 8,2 X 10 6 sel/ml
= 67 X 5
= 335/0,1 mm2
= 3.350 mm2
= 3.350 X 1000
= 3.350.000 ml
= 3,4 X 10 6 sel/ml
84
PEMBAHASAN
tersebut
adalah
perhitungan
langsung
(Direct
Count)
(Bibiana,2010).
Perhitungan langsung (direct count) digunakan untuk jumlah sel
atau biomassa mikroorganisme dan sel dihitung langsung dibawah
mikroskop atau perhitungan partikel elektronik (electronik particle
counter). Metode perhitungan langsung dapat menggunakan Counting
Chamber.
Perhitungan
ini
dapat
menggunakan
Haemocytometer,
jumlah
Haemocytometer
sel
memiliki
serta
partikel
kelemahan
mikroskopis
dan
kelebihan
lainnya.
dalam
85
biaya.
Sedangkan
kelemahannya
ialah
tidak
dapat
membedakan sel yang hidup dan yang mati karena perhitungan secara
keseluruhan dan data yang dihasilkan tidak akurat karena setiap pengamat
memiliki mata yang berbeda-beda dan terdapat keterbatasan dalam melihat
serta menghitung sel yang ada dalam kamar Haemocytometer (Waluyo,
2009). Dalam pengamatan ini digunakan dua bakteri yaitu Fusarium sp.
dan Trichoderma sp.. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa
jumlah sel yang terdapat dalam kamar Haemocytometer untuk Fusarium
sp. adalah 3,4 X 106 sel/ml dan untuk Trichoderma sp. adalah 8,2 X 106
sel/ml. Terjadinya perbedaan jumlah dalam perhitungan pada kamar
Haemocytometer disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
pada saat pengambilan mikroba menggunakan mkropipet untuk diletakkan
pada Haemocytometer.
86
KESIMPULAN
2.
3.
4.
5.
adalah
pada
saat
pengambilan
mikroba
87
ACARA VIII
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN
TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat banyak, mereka berasal dari
air, tanah dan atmosfer. Masing-masing mikroorganisme memiliki cara tersendiri
utnuk hidup mulai dari lingkungan maupun cara untuk hidup.Kehidupan
mikroorganisme pada umumnya sangat tergantung pada faktor lingkungan. Faktor
lingkungan ini meliputi faktor biotik dan faktor abiotik.Faktor abiotik adalah
faktor luar seperti pada pengaruh suhu, pengaruh pH, pengaruh tekanan osmose
dan lain-lain. Sedangkan pengaruh faktor biotik adalah dari mikrooganisme itu
sendiri.
Faktor-faktor biotik tersebut meliputi faktor fisik (suhu, pH, tekanan
osmose) faktor kimia (senyawa racun), dan faktor biologi (interaksi dengan
mikroorganisme lainnya). Faktor inilah yang sering terjadi dan dialami di dalam
pertumbuhan suatu mikroorganisme yang banyak dari organisme tersebut suatu
senyawaan dapat berlaku sebagai sumber energi.Oleh karena itu dilakukan
percobaan ini, untuk mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan sehingga
mikroorganisme tersebut dapat hidup dan berkembangbiak untuk melangsungkan
kehidupannya.
88
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah Untuk mengetahui temperatur
minimum, optimum dan maksimum terhadap pertumbuhan mikroba.
89
TINJAUAN PUSTAKA
Dari pengaruh suhu pada kecepatan reaksi kimia, dapat diramalkan
bahwa semua bakteri dapat melanjutkan tumbuhnya (meskipun dengan
kecepatan yang semakin lama semakin lebih rendah). Selama suhu
diturunkan sampai sistem itu membeku akan tetapi kebanyakan bakteri
berhenti tumbuh pada suhu (suhu minimum untuk tumbuh). Jauh diatas
titik beku air setiap mikroorganisme mempunyai suhu yang tepat untuk
pertumbuhan, tetapi dibawah suhu ini pertumbuhan tidak terjadi
berapapun lamanya masa inkubasi (Stanier, 1984).
Nilai suhu kardinal menurut angka (minimum, optimum dan
maksimum) dan kisaran suhu yang memungkinkan pertumbuhan sangat
beragam pada bakteri. Beberapa bakteri yag diisolasi dari air sumber air
panas dapat tumbuh pada suhu setinggi 95C yang diisolasi dari
lingkungan dingin dapat tumbuh pada suhu rendah -10C, jika konsentrasi
solut yang tinggi mencegah mediumnya jadi beku. Berdasarkan kisaran
suhu tumbuh bakteri sering kali dibagi atas tiga golongasn besar
diantaranya Termofil yang tumbuh pada suhu tinggi (diatas 55C), Mesofil
yang tumbuh baik antara 20C sampai 45C dan Psikrofil yang tumbuh
baik pada suhu 0C (Volk & Wheeler, 1984).
Bakteri memerlukan tekanan osmotik yang sangat berbeda-beda.
Beberapa dapat tumbuh dalam larutan encer sekali dan beberapa dalam
larutan jenuh dengan larutan klorida. Mikroorganisme yang dapat tumbuh
dalam larutan osmolaritas yang tinggi dinamakan osmofil. Kebanyakan
90
penggunaan
bahan
kimia
yang
mematikan/mengurangi
91
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
92
5. Diinkubasi selama 24-48 jam masing-masing pada suhu ruang dan suhu
rendah.
6. Diamati pertumbuhan bakteri pada masing-masing cawan petri.
b. Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Mete Terhadap Pertumbuhan Mikroba
1. Dimasukkan secara aseptis suspensi bakteri sebanyak 1 ml ke dalam cawan
petri.
2. Diratakan menggunakan drigalski.
3. Dimasukkan dua paper disk yang telah dicelupkan ke dalam ekstrak daun
jambu mete dan diletakkan di media yang telah berisi bakteri.
4. Dimasukkan dua paper disk yang telah dicelupkan ke dalam kambucha dan
diletakkan pada media yang telah berisi bakteri dalam cawan petri yang lain.
5. Diinkubasi pada suhu ruang selama 24-48 jam.
6. Diamati perubahan yang terjadi di sekeliling paper disk.
93
HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
Tabel 9.1. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Mikroba
Perlakuan
Mikroba
Suhu Ruang
Suhu Rendah
Bacillus Sp.
Ada
Tidak ada
Ralstonia Sp.
Ada
Tidak ada
Fusarium
1,38 cm
2,3 cm
Trichoderma
2,95 cm
8,75 cm
Tabel 9.2. Hasil pengamatan Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Mete dan
Kombucha
Paper Disk
Kombucha
Ekstrak Daun Jambu Mete
Bacillus Sp.
Diameter
1,05
Ralstonia Sp.
Diameter
-
94
PEMBAHASAN
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat banyak, mereka berasal dari
air, tanah dan atmosfer. Masing-masing mikroorganisme memiliki cara tersendiri
utnuk hidup mulai dari lingkungan maupun cara untuk hidup. Kehidupan
mikroorganisme pada umumnya sangat tergantung pada faktor lingkungan. Faktor
lingkungan ini meliputi faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor abiotik adalah
faktor luar seperti pada pengaruh suhu, pengaruh pH, pengaruh tekanan osmose
dan lain-lain. Sedangkan pengaruh faktor biotik adalah dari mikrooganisme itu
sendiri.
Faktor-faktor biotik tersebut meliputi faktor fisik (suhu, pH, tekanan
osmose) faktor kimia (senyawa racun), dan faktor biologi (interaksi dengan
mikroorganisme lainnya). Faktor inilah yang sering terjadi dan dialami didalam
pertumbuhan suatu mikroorganisme yang banyak dari organisme tersebut suatu
senyawaan dapat berlaku sebagai sumber energi. Oleh karena itu dilakukan
percobaan ini, untuk mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan sehingga
mikroorganisme tersebut dapat hidup dan berkembang biak untuk melangsungkan
kehidupannya.
Nilai suhu kardinal menurut angka (minimum, optimum dan maksimum)
dan kisaran suhu yang memungkinkan pertumbuhan sangat beragam pada bakteri.
Beberapa bakteri yag diisolasi dari air sumber air panas dapat tumbuh pada suhu
setinggi 95C, yang diisolasi dari lingkungan dingin dapat tumbuh pada suhu
rendah -10C, jika konsentrasi solut yang tinggi mencegah mediumnya jadi beku.
95
Pada praktikum kali ini dikembang gunakan beberapa mikroba antara lain
Trichoderma sp., Fusarium sp., Bacillus sp. dan Rastolnia sp. dalam suatu wadah
(cawan petri). Perkembangan dan pertumbuhan mikroba ini sangat dipengaruhi
sekali oleh faktor lingkungan, dimana perubahan faktor lingkungan dapat
mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikrobia.
Aktifitas mikrobia dapat dikendalikan dengan mengatur faktor lingkungan
tempat hidupnya. Faktor lingkungan penting artinya dalam usaha mengendalikan
kegiatan mikroba, Faktor-faktor lingkungan tersebut meliputi faktor biotik dan
abiotik. Faktor abiotik meliputi pengaruh dari ekstrak daun jambu mente dan
kombucha.
Pada pengamatan hasil sudah dapat dilihat pertumbuhan dan perkembangan
mikroba untuk Bacillus sp. pada suhu rendah tidak didapatkan koloni bakteri,
sedangkan suhu ruang terdapat pertumbuhan koloni, Ralstonia sp., pada suhu
rendah tidak terdapat koloni bakteri, sedangkan pada suhu ruang terdapat koloni
bakteri, ini dikarenakan bakteri tidak dapat tumbuh pada suhu rendah, sedangkan
pada suhu ruang bakteri sangat cepat tumbuh.
Pada pengujian pengaruh ekstrak daun jambu mete dan kumbucha
didapatkan hasil paper disk pada paper disk pertama maupun kedua untuk
kombucha tidak dapat tumbuh sama sekali. Sedangkan untuk ekstrak daun jambu
mete didapatkan diameter untuk paper disk pertama yaitu 1,05 cm, sedangkan
paper disk yang kedua tidak ada. Ini disebabkan daun jambu mete dan dan
kombuca
dapat
menghambat
pertumbuhan
mikroba.
96
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat diterik kesimpulan
sebagai berikut
1.
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat banyak, mereka berasal dari air,
tanah dan atmosfer.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
98