LAPORAN KASUS
: Ny.SR
Usia
: 47 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
No. RM
: 065211
Tanggal masuk RS
: 11 September 2014
I.2. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 11 September 2014 WIB di
Poli mata RSUD Ambarawa.
Keluhan Utama : Bola mata kiri menonjol
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri
terasa ada benjolan yang semakin besar di belakang rongga mata sehingga, bola mata
tampak menonjol keluar, serta menganggu penglihatannya. Mata kiri terasa kabur
dalam melihat (+), kemeng (+), dan berair (+). Benjolan yang di rasakan di mata kiri,
awalnya kecil, namun makin lama makin membesar, bejolan di mata kiri sudah 4
bulan yang lalu. Pasien segera datang ke poli mata RSUD Ambarawa, setelah
benjolan di mata kirinya sudah mengganggu proses penglihatannya.
Riwayat Penyakit Dahulu : pasien tidak pernah merasakan keluhan yang sama
sebelumnya. Riwayat darah tinggi (-), riwayat DM (-), riwayat alergi (-), riwayat
trauma mata (-), dan riwayat operasi mata (-).
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
yang sama. Riwayat darah tinggi (-), riwayat DM (-).
I.3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
STATUS OFTALMOLOGI
Oculi Dekstra
Pemeriksaan
6/15
Visus
Tidak dilakukan
Koreksi
Sensus Coloris
warna
1/60
Tidak dilakukan
Kesan normal, tidak buta
warna
Oculi Sinistra
arah,
Parese/ Paralysis
ortophori,
eksoftalmos (-)
Trikiasis (-), distikiasis (-),
Supercilia
Gerak
bola
bebas
di
mata
tidak
segala
arah,
Palpebra Superior
(-)
Hiperemis (-), spasme (-),
massa
massa
(-),
udem
(-),
(-),
udem
(-),
chemosis (+)
Hiperemis (-), spasme (-),
Chemosis (+)
Hiperemis (-), spasme (-),
Palpebra Inferior
massa
massa
(-),
udem
(-),
(-),
udem
(-),
chemosis (+)
Hiperemis (-), corpal (-),
Chemosis (+)
Hiperemis (-), corpal (-),
Conjunctiva Palpebra
cobelstone (-)
Conjunctiva Fornices
Conjunctiva Bulbi
chemosis (-)
Ikterik (-), hiperemis (+)
Sclera
chemosis (+)
Ikterik (-), hiperemis (+)
Cornea
Jernih
Jernih
(+),
defek
(-),
(+),
defek
(-),
efek
(-),
efek
(-),
dangkal,
hipopion (-)
Coklat, kripte (+), sinekia
Iris
central,
3
mm,
cahaya (N +)
Jernih
regular,
hifema
reflek
Bulat,
diameter
Lensa
central,
3
mm,
cahaya (N +)
Keruh
Tidak dilakukan
Fundus Reflek
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Corpus Vitreum
Tidak dilakukan
7/5,5
Tidak dilakukan
(-),
Tensio Oculi
7/5,5
regular,
reflek
Tidak dilakukan
Tes Fluorescein
Media : dbn
Funduscopi
Tidak dilakukan
Media : keruh
Retina :
Retina :
Pemeriksaan Penunjang:
Dilakukan pemeriksaan x-foto lateral cranium
Dengan hasil :
Suspct. Fraktur dinding lateral cavum orbita sinistra
Eksoftalmus
Tumor Orbita
Pulsasi Orbita
Grave Disease
Trombosis Sinus Kavernosus
I.5. DIAGNOSIS
Eksoftalmus e.c. Suspct.Tumor Orbita
I.6. PENATALAKSANAAN
Edukasi:
- Menjelaskan
ke
pasien
mengenai
kemungkinan
penyakit
penyakit tersebut
Teteskan (C- Lyteers) secara teratur 3x sehari.
Menjaga asupan gizi yang cukup untuk memelihara proses imun
PROGNOSIS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bagian atas
Bagian medial
: os frontalis, os sphenoidalis
: os maksilaris, os lakrimalis, os sphenoidalis, os ethmoidalis,
paling tebal.
Di ruang orbita terdapat 3 lubang yang dilalui oleh pembuluh darah, serat saraf, yang
masuk ke dalam mata, yang terdiri dari:
1. Foramen optikum yang dilalui oleh N. Optikus, A. Oftalmika.
2. Fisura orbita superior yang dialalui oleh v. Oftalmika, N. III, IV, VI untuk
otot-otot dan N.V (saraf sensibel).
3. Fisura orbita inferior yang dialalui oleh nervus, vena, dan arteri infra orbita. 16
Ruang orbita dikelilingi sinus-sinus, yaitu :
Atas
Sinus frontalis.
Bawah
Sinus maksilaris.
Medial
facies
orbitais os
frontalis
facies
orbitais
os
ethmoidale
os
lakrimale
facies
orbitais
crista
lacrimalis
crista
lacrimalis
os
zygomaticum
8
pars orbitais os
maksilaris
pars frontalis os
maksilaris
os
ethmoidale
Facies orbitaes
os frontale
Os lacrimale
Proc
orbitais
Facies
orbitaes
Dasar
os zygomaticum (lateral)
Lateral
Medial
os ethmoidale
os lakrimale
korpus sphenoidale
Bawah : os lacrimale
Diantara kedua crista lacrimalis terdapat sulkus lakrimalis dan berisi
sakus lakrimalis. 16
Vaskularisasi Orbita
Arteri utama : Arteri Oftalmika yang bercabang menjadi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
nervus optikus
Arteri siliaris posterior longa memperdarahi korpus siliare
Arteri siliaris anterior memperdarahi sklera, episklera,limbus, konjungtiva
Arteri palpebralis media ke kedua kelopak mata
Arteri supraorbitais
Arteri supratrokhlearis
Arteri-arteri siliaris posterior longa saling beranastomosis satu dengan yang
lain serta dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris.
10
Vena utama : Vena Oftalmika superior dan inferior. Vena Oftalmika Superior dibentuk
dari :
Vena supraorbitais
Vena supratrokhlearis
di daerah periorbita
Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dengan sinus kavernosus
sehingga dapat menimbulkan trombosis sinus kavernosus yang potensial fatal akibat
infeksi superfisial di kulit periorbita.mempercepat penguapan. Air mata tidak meleleh
melalui pipi juga, karena isi dari glandula meibom, menjaga margo palpebra tertutup
rapat pada waktu berkedip. 16
2.2
EKSOFTALMUS
5.
6.
7.
8.
9.
11
12
2.3
TUMOR MATA
Tumor mata merupakan penyakit dengan multifactor yang terbentuk dalam
jangka waktu lama dan mengalami kemajuan melalui stadium berbeda-beda. Faktor
nutrisi merupakan satu aspek yang sangat penting, komplek, dan sangat dikaitkan
dengan proses patologis tumor
2.3.1 Etiologi
Penyebab dari tumor mata adalah faktor genetik, contohnya pada
retinoblastoma (tumor ganas pada retina) terjadi karena mutasi kromosom 13.
Penyebab lain dari tumor mata adalah faktor nutrisi, secara umum total asupan
berbagai lemak (tipe yang berbeda-beda dari
dihubungkan dengan peningkatan insiden tumor mata. Disamping itu obesitas juga
meningkatkan risiko tumor dan aktivitas fisik merupakan determinan utama dari
pengeluaran energi untuk menurunkan risiko tumor mata. Faktor gaya hidup antara
lain merokok, diet, konsumsi alkohol diduga sebagai kontributor utama dalam
pertumbuhan tumor mata. Dari kajian literatur didapatkan bahwa asupan lemak jenuh
dan alkohol akan meningkatkan kejadian penyakit tumor.5,8
13
Faktor lain yang mempengaruhi tumor mata adalah kesehatan mental. Orang
dengan mental disorder (khususnya yang berkaitan dengan mood seperti depresi
klinis dan bipolar) akan meningkatkan risiko kejadian tumor pada usia muda. Pada
wanita 43%
Patofisiologi
Gen dan zat karsinogenik Perubahan sel abnormalSel membelah tidak terkontrol
terjadi
dan
di
kematian
sel
yang
yang mengalami
menurun.
Berdasarkan
Tumor eksternal, yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti tumor
2.4
Tumor retrobulbar
2.4.1
Retinoblastoma
Retinoblastoma adalah tumor ganas pada retina yang sering terjadi pada anak-
anak. Kasus retinoblastoma meningkat dalam 60 tahun terakhir. Ada 1 kasus dari
15.000 kelahiran bayi. Dua ratus lima puluh sampai 350 kasus baru setiap tahun
terjadi di Amerika Serikat, dimana 90% kasus terjadi pada anak dibawah 5 tahun.
14
15
enzim ini meningkat dan rasio antara produksi akuos humor dan LDH adalah lebih
besar dari 1. Computed Tomografi (CT-Scan) kepala dan mata bisa dilakukan untuk
melihat anatomi SSP dan nervus optikus serta menilai kalsifikasi. Selain itu, Ultra
Sonografi (USG) juga bisa digunakan untuk menilai kalsifikasi. Pada pemeriksaan
imaging yang lain, MRI bisa digunakan untuk menilai derajat retinoblastoma tetapi
tidak spesifik seperti CT- Scan karena kurang peka dalam mendeteksi kalsium. Foto
rontgen bisa dilakukan pada daerah yang tidak mempunyai fasilitas imaging lain.
Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan imunohistopatologi untuk
melihat sumber sel yang mengalami ganguan dan pemeriksaan biopsi serta aspirasi
tulang belakang sebagai diagnosis awal untuk melihat sejauh mana penyebaran
tumor15,16.
Pengobatan pada retinoblastoma adalah untuk mengontrol tumor dan
memperoleh penglihatan yang bisa terlihat oleh penderita. Tindakan yang bisa
dilakukan adalah enukleasi (pengangkatan bola mata), radioterapi, potokoagulasi
(laser treatment), krioterapi (freezing treatment), dan kemoterapi15,16.
Prognosis pada penderita yang retinoblastoma unilateral adalah bagus pada
mata yang tidak terkena, sedangkan pada penderita yang bilateral prognosisnya
tergantung lokasi yang terkena dan keefektivan pengobatan15,16.
3.1
TIROID OFTALMOPATI
3.1.1 DEFINISI
Tiroid oftalmopati (Graves thyroid-associated atau dysthyroid orbitopathy) adalah
suatu kelainan inflamasi autoimun yang menyerang jaringan orbital dan periorbital
mata, dengan karakteristik retraksi kelopak mata atas, edema, eritem, konjungtivitis,
dan penonjolan mata (proptosis). 24
16
Tanda
Tidak ada gejala atau tanda
Hanya tanda, yang mencakup retraksi kelopak mata atas, dengan atau tanpa lid
lag, atau proptosis sampai 22 mm. Tidak ada gejala
Proptosis > 22 mm
Keterlibatan kornea
17
sewaktu
elevasi,
di
mana
terjadi
peningkatan
tekanan
intraokular
yang
D. Kelainan Kornea
Pada sebagian pasien, dapat ditemukan keratokonjungtivitis limbik superior. Pada
eksoftalmos yang parah, dapat terjadi pemajanan dan ulserasi kornea. 14,24
E. Tanda Spesifik
1. Tanda dari Von Graef : Palpebra superior tak dapat mengikuti gerak bola mata,
bila penderita melihat ke bawah palpebra superior tertinggal dalam
pergerakannya.
2. Tanda dari Dalrymple : Sangat melebarnya fisura palpebra, sehingga mata
menjadi melotot.
3. Tanda dari Stellwag : Frekwensi kedipan berkurang dan tak teratur.
4. Tanda Mobius : Kekuatan kkonvergensi menurun.
5. Tanda dari Gifford : Timbulnya kesukaran untuk mengangkat palpebra superior
karena menjadi kaku. 22
18
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 1. Proptosis berat dan retraksi kelopak mata dari tiroid oftalmopati. Pasien
ini
juga
memiliki
kerusakan
saraf
penglihatan
dari
tiroid
oftalmopati.
Pulsating eksoftalmus
4.1.2
Definisi
Pulsating eksoftalmus adalah eksoftalmus yang disertai pulsasi bola mata.
24
4.1.3
Etiologi
Paling sering disebabkan oleh arterio venous aneurysma antara a.carotis
interna dan sinus cavernosus biasanya akibat trauma tembus, pukulan yang keras
atau jatuh di kepala yang menyebabkan kerusakan dasar tengkorak terutama os.
Sfenoid. Jarang disebabkan oleh karena degenerasi dinding pembuluh darah.
Juga dapat disebabkan oleh tumor vaskular. Penyakit ini jarang sembuh spontan,
biasanya disertai dengan gejala-gejala serebral dan perdarahan yang dapat
berakibat fatal. 24
4.1.4
Gejala Klinis
Dengan palpasi atau dengan pemeriksaan stetoskop akan teraba dan
terdengan gemuruh di mata, di dahi, dan di kepala yang sesuai dengan denyut
nadi. Terdapat edema di palpebra, konjungtiva dan juga di papil nervus II.
19
Pembuluh darah di palpebra, konjungtiva, dan retina melebar. Juga terdapat rasa
sakit. Penekanan terhadap arteri carotis komunis sisi yang sama akan
menyebabkan pulsasi dan suara gemuruh berkurang. 24
4.1.5
Penatalaksanaan
Sementara penekanan dengan jari atau dengan alat pada a. carotis
comunis pada sisi yang sama. Kemudian dilakukan pengikatan dari a. carotis
comunis atau vena oftalmika pada sisi yang sama. 24
5.1
Definisi
Trombosis Sinus Kavernosis adalah penyumbatan vena besar di dasar otak (sinus
kavernosus). Trombosis sinus kavernosus sangat jarang terjadi. 30% penderitanya
meninggal dan yang bertahan hidup mengalami cacat mental atau cacat saraf yang
serius meskipun telah menjalani pengobatan. 4
Penyebab
Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh penyebaran infeksi bakteri dari sinus
atau di sekitar hidung. Infeksi menyebar dari sinus atau kulit di sekitar hidung ke
otak secara langsung maupun melalui vena. 24
20
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Untuk menentukan bakteri penyebab infeksi dilakukan pemeriksaan terhadap
darah dan contoh cairan, lendir maupun nanah dari tenggorokan dan hidung.
Biasanya juga dilakukan CT scan sinus, mata dan otak. 24
Pengobatan
Segera diberikan antibiotik dosis tinggi secara intravena (melalui pembuluh
darah). Jika dalam waktu 24 jam keadaan penderita tidak membaik, dilakukan
pembedahan untuk mengeringkan sinus (drainase). 24
BAB III
21
Analisa Kasus
III.1. S (Subjektif)
Pasien datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri yang menonjol keluar,
semakin besar, dan menganggu penglihatannya. Mata kiri terasa kabur dalam melihat,
berair (+), kemeng (+), dan berair (+). Benjolan yang di rasakan di mata kiri, awalnya
kecil, namun makin lama makin membesar, bejolan di mata kiri sudah 4 bulan yang
lalu. Pasien segera datang ke poli mata RSUD Ambarawa, setelah benjolan di mata
kirinya sudah mengganggu proses penglihatannya.
Dari keluhan yang dialami pasien, benjolan yang dialami pasien merupan
eksoftalmus, yaitu berupa penonjolan bola mata, benjolan tersebut dapat
disebabkan oleh penyakit tertentu: Grave disease, peradangan bola mata,
perdarahan di belakang bola mata serta tumor orbita. Pada kasus di atas
benjolan di mata kirinya membutuhkan perjalanan waktu yang lama, curiga
eksoftalmus e.c.suspct tumor orbita
III.2. O (Objektif)
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya klinis lain yang mengarahkan
terhadap penyakit grave disease, seperti adanya pembesaran tymus dan lympa,
adanya kulit kemerahan serta adanya kulit kemerahan disertai pengeluaran keringat
yang berlebih. Dinilai dari perjalanan waktu yang lama serta adanya penonjolan bola
mata unilateral eksoftalmus yang didapatkan lebih mengarah pada eksoftalmus e.c.
suspct. Tumor orbita. Untuk memastikannya tetap diperlukan pemeriksaan penunjang
lainnya dan pemeriksaan biopsy, sebagai golden diagnosis untuk penetapan jenis
tumor yang di derita oleh pasien tersebut.
III.3. A (Assesment)
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis pada
Ny. SR, ditegakan diagnosis eksoftalmus e.c. suspct. Tumor orbita.
22
III.4. P (Planning)
Cendo Lyteers
CENDO LYTEERS Tetes Mata Untuk Softlens (Natrium Klorida, Kalium
Klorida) komposisi kandungan tiap 1 ml Cendo Lyteers tetes mata mengandung
Natrium Klorida 8,64 mg dan Kalium Klorida 1,32 mg.
Indikasi dan penggunaan Indikasi Cendo Lyteers : melunakkan dan melicinkan
atau sebagai pengganti air mata pada kontak lensa / softlens, mata buatan atau mata.
Terapi medis disesuaikan dengan diagnosis yang diperoleh dengan biopsi atau
eksisi. Situasi tertentu tidak memerlukan biopsi atau eksisi untuk memulai
perawatan. Kondisi seperti selulitis orbita sering diperlukan secara medis dengan
berbagai atimikro agen. Intervensi badah diperlukan jika tidak ada respon terhadap
pengobatan atau memburuk klinis terbukti pada pemeriksaan. Pseudotumor biasanya
ditangani secara medis dengan steroid sistemik.
Pengobatan pada retinoblastoma adalah untuk mengontrol tumor dan
memperoleh penglihatan yang bisa terlihat oleh penderita. Tindakan yang bisa
dilakukan adalah enukleasi (pengangkatan bola mata), radioterapi, potokoagulasi
(laser treatment), krioterapi (freezing treatment), dan kemoterapi.
.
Daftar Pustaka
1. Ilyas S, Sri RY. Ilmu Penyakit Mata Edisi keempat. 2012. Badan Penerbit
FKUI.Jakarta
2. Kanski JJ. Clinical Ophtalmologi A Sinopsis. 2009. Elsevier. UK
23
3. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi Keenam. 2006.
EGC.Jakarta
4. Ishihara S. The series of Plates designed As a test for colour deficiency. 2005.
Kanehara Trading Inc. Tokyo
5. Oemiati R, Ekowati R, Antonius YK. Prevalensi tumor dan beberapa faktor yang
mempengaruhi di Indonesia. 2011. Badan Penelitian
Pengembangan
Kesehatan.Jakarta
6. Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2008. 2009. Depkes RI. Jakarta
7. Mercandetti M. Orbital tumors. http:/emedicine.medscape com/ article/
1222849follow
up#showall diakses pada tgl. 14 Desember 2012
8. Isidro MA. Retinoblastoma clinical presentation. http:/emedicine.medscape com/
article/ 1222849-follow up#showall diakses pada tgl. 14 Desember 2012
9. Klinik mata nusantara. Tumor mata. http/ Klinik mata nusantara com file/8591. Pdf
diakses pada tgl. 14 Desember 2012
10. Eyewiki org. Conjunctival Papilloma. http:/ eyewiki.aao.org/conjunctival
papilloma
diakses pada tgl. 14 Desember 2012
24