LAPORAN KASUS
IMPETIGO KRUSTOSA
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Di Bagian Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Hiendarto, Sp.KK
Disusun Oleh :
Martinus Satya Gani
H2A009031
Disusun Oleh :
Martinus Satya Gani
Nama Pembimbing
H2A009031
Tanggal
..................................
Mengesahkan :
Koordinator Kepaniteraan Kulit dan Kelamin
BAB I
PENDAHULUAN
PIODERMA
A. Definisi 1, 2
Ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus,
atau oleh kedua duanya
B. Etiologi 1.2
Penyebab yang utama adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus B
hemolyticus, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni
normal di kulit dan jarang menyebabkan infeksi.
C. Faktor Predisposisi 1
1. Higienisitas yang kurang
2. Menurunnya daya tahan : misalnya pada orang yang kekurangan gizi,
anemia, penyakit kronik, neoplasma ganas, DM
3. Telah ada penyakit lain di kulit : Karena terjadi kerusakan di
epidermis, maka fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggu
sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
D. Klasifikasi2
-
Pioderma primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal, gambaran klinisnya tertentu,
penyebabnya biasanya satu macam mikroorganisme.
Pioderma sekunder
Pada kulit telah ada penyakit kulit yang lain, gambaran klinisnya tak
khas dan mengikuti penyakit kulit yang ada. Jika penyakit kulit disertai
pioderma sekunder disebut Impetigenisata, skabies impetigenisata.
2
Basitrasin
Neomisin
Mupirosin
Teramisin
Kloramfenikol
IMPETIGO1,2
ialah pioderma superficialis (terbatas pada epidermis), Terdapat dua jenis yaitu
Impetigo Bulosa dan Impetigo Krustosa.
IMPETIGO KRUSTOSA1,2
A. Sinonim : Impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, impetigo tillbury fox.
B. Definisi2
Bentuk pioderma yang paling sederhana, Menyerang epidermis, gambaran
yang dominan ialah krusta yang khas, berwarna kuning kecoklatan seperti
madu yang berlapis lapis.
C. Etiologi1,2
Yang paling umum Streptococcus B hemolyticus dan Staphylococcus
aureus koagulase positif.
D. Epidemiologi dan faktor faktor yang mempengaruhi1
Impetigo Krustosa terutama menyerang pada anak anak, frekuensinya
sama antara pria dan wanita, dapat menyerang semua bangsa, lebih sering
di daerah tropis terutama pada cuaca panas dan lembab dan daerah yang
tingkat kebersihanya kurang.
E. Gejala Klinis1
Keluhan utamanya biasanya gatal gatal, tempat yang biasa terserang
adalah di muka terutama di sekitar lubang hidung dan mulut, tetapi bisa
juga di tempat lain, misalnya di tangan maupun kaki. Lesi awal berupa
makula eritematosa berukuran 1 2 mm, dan vesikel yang cepat pecah dan
mengeluarkan sekret seropurulen kuning kecoklatan. Selanjutnya akan
mengering dan membentuk krusta yang berlapis lapis. Krusta mudah
dilepaskan, Jika dilepaskan akan terdapat daerah erosi di bawahnya yang
G. Gambaran Histopatologi2
Berupa peradangan superficial folikel pilosebasea bagian atas. Terbentuk
bula atau vesikopustula subkornea yang berisi kokus serta debris berupa
leukosit dan sel epidermis. Pada lapisan dermis didapatkan reaksi
peradangan ringan berupa dilatasi pembuluh darah, edema dan infiltrasi
PMN.
H. Pemeriksaan Pembantu / Laboratorium3,4
-
Laboratorium rutin
Pada pemeriksaan darah rutin, lekositosis ringan hanya ditemukan
Pemeriksaan imunologis
Pada impetigo yang disebabkan oleh streptococcus dapat ditemukan
Pemeriksaan mikrobiologis
Eksudat yang diambil di bagian bawah krusta dan cairan yang
berasal dari bulla dapat dikultur dan dilakukan tes sensititas. Hasil kultur
bisa memperlihatkan S. pyogenes, S. aureus atau keduanya. Tes
Topikal :
a. Mupirocin
o Dewasa : Mupirocin 2% cream/salap 5/10 g
Oleskan tipis pada daerah yang terkena 3-5 kali /hari, selama 1
minggu, sebelumnya di bersihkan lukanya. Jika penyakit tinbul
kembali atau recurens maka oleskan pada lubang atau cuping hidung
2x/hari untuk 5 hari selama sebulan
o Anak -Anak
Pengobatannya di gunakan sama seperti orang dewasa
b.
Retamapulin (Altabax)
c. Retamapulin
o Dewasa
Oleskan tipis pada daerah yang terkena 5 hari untuk total area
< 100 cm2 ; daerah yang terkena harus ditutup dengan penutup
yang steril setelah pemakaian.
o Anak
Digunakan pada anak umur > 9 bulan; gunakan sama seperti
orang dewasa; total area untuk pengobatan harus < 2% dari
total BSA pada pasien usia 9 bulan sampai 18 tahun.
d.
Fusidic acid
o Dewasa
Fusidic acid 2% cream/salap 5 g 2-3 x sehari selama 7 hari.
o Anak- Anak
Sama seperti orang dewasa
e. Dicloxacillin
f. Clindamycin 1% cream, lotion, foam dan gel 10 g 2-3 kali sehari.
g. Gentamisin 0,1% salap atau krim 10 g 2-3 kali sehari selama 4
minggu.
h. Hidrogen peroksida 1% krim, Obat ini digunakan 2-3 x sehari
selama 3 minggu.
i. Tetrasiklin 3% salep 15 g 1 kali atau lebih per hari.
j.
k.
o Penisilin G
o Benzathine penisilin G
Anak-anak < 6 tahun : 600.000 U IM
Anak-anak > 7 tahun : 1,2 juta U
b. Penisilin semisintetik (untuk Staphlococci yang kebal Penisilin)
o Cloxacillin
Dewasa : 250-500 mg 4 kali sehari a.c. selama 10 hari
Anak
c. Aminopenicililins
o Amoksisilin
Dewasa : 250-500 mg 3 kali/hari selama 8 hari.
Anak
o
: 20 mg/kgBB
: 20 mg/kgBB/hari 3 kali/hari
o Ampicillin
Dewasa : 250-500 mg 4 kali/hari (sejam sebelum makan) selama 710 hari
Anak
kali/hari.
d. Sefalosporin
o Cephalexin
Dewasa : 250-500 mg 4 kali/hari selama 10 hari
Anak
o Cephradine
3g/hari.
o Sefadroksil ( dosis : 2 x 500 mg sehari per os).
o Eritromisin
Dewasa : 250-500 mg 4 kali/hari p.c. selama 10 hari
Anak
Klindamisin (Cleocin)
e. Antihistamin
o Loratadin (Claritin)
Dewasa : 10 mg/hari po
Anak
o Desloratadin (Clarinex)
Dewasa : 5 mg/hari po
Anak
Cetrizine
Obat ini merupakan long acting selektif histamin H1 reseptor
antagonis.
Dewasa : 5-10 mg/hari po
Anak
: 2,5-5 mg/hari po
10
6-11 tahun
: 5-10 mg/hari po
o Hidroksin
Dewasa : 25-100 mg po
Anak
K. Prognosis1
Baik. Namun dapat timbul komplikasi sistemik seperti glomerulonefritis,
dan lain lain.
11
BAB II
LAPORAN KASUS
MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
IDENTITAS PENDERITA
a. Nama
: an. B
b. Usia
: 7 tahun
c. Jenis Kelamin
: Laki-laki
d. Alamat
e. Agama
: Islam
f. Status
: Belum menikah
g. Suku
: Jawa
h. Pekerjaan
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada
tanggal 13 Juli 2013 pukul 13.00 WIB
a. Keluhan Utama
12
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Diabetes Mellitus
: Disangkal
Hipertensi
: Disangkal
Jantung
: Disangkal
Asma
: Disangkal
Penyakit paru
Maag
: Disangkal
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Diabetes mellitus
: Disangkal
Hipertensi
: Disangkal
Jantung
: Disangkal
13
PEMERIKSAAN FISIK
Pemerikaan fisik dilakukan tanggal 13 Juli 2013 Pukul 13.30
Keadaan Umum
: 15 (E 4, V 5, M 6)
Vital sign
TD
:
: tidak dilakukan
: 23x/menit
BB
: 15 Kg
TB
: 100 cm
Status Gizi
: kurang
Status Generalisata
Kulit
: sawo matang
Kepala
: Mesosephal
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
Cor
Perkusi
:
Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal sinistra
14
Pulmo
Dextra
Depan
Inspeksi
Sinistra
Simetris
statis
&
dinamis, retraksi (-)
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Belakang
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Perkusi
Palpasi
Status Venerologi
: Tidak dilakukan
Status Dermatologik
Diagnosis Banding
-
Varisela
Ektima
16
Diagnosis Kerja
-
Impetigo Krustosa
Penatalaksanaan
-
Medikamentosa :
o Antibiotik
sistemik
sesuai
dr.
Spesialis
anak
(injeksi
cefotaxime 2x400mg)
o Cetirizine 10mg tab sehari
o Gentamisin cream (pagi sore - malam)
o Injeksi dexamethason 3x ampul / hari
o Ibuprofen 3x1 sendok teh
Prognosis
-
Quo ad Vitam
: Bonam
Quo ad Sanam
: Dubia ad bonam
Follow Up
1. Pada tanggal 13 Juli 2013
-
Terapi :
o Non medikamentosa : jangan digaruk
o Medikamentosa :
17
Keluhan : kulit membersih, batuk (+), jika makan mual, nafsu makan
menurun, gatal berkurang
Terapi :
o Non medikamentosa : jangan digaruk
o Medikamentosa :
Keluhan : Mual (+), batuk (+), nafsu makan mulai meningkat, lesi
mulai berkurang
Terapi :
o Non medikamentosa : jangan digaruk
o Medikamentosa :
18
BAB III
PEMBAHASAN
19
cream 3xsehari (pagi sore - malam), injeksi dexamethason 3x ampul /hari, dan
ibuprofen sirup.
20
BAB IV
RESUME
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati penyakit kulit. Edisi 2. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Djuanda adhi. 2007. Ilmu Penyakit kulit dan kelamin. Ed. 5. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Marwali Harahap. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan I, Hipokrates, Jakarta,
2000
4. Mostwaledi M H. 2011. Impetigo in Children: A Clinical Guide and
Treatment Options. S Afr Fam Pract. Volume 53(1): 44-46
5. Cole C, Gazewood J. 2007. Diagnosis and Treatment of Impetigo.
American Family Physician. Volume 75(6): 859-864
22