Non Small Cell Carcinoma-1
Non Small Cell Carcinoma-1
Disusun oleh:
Stevanus Jonathan (07120100070)
Pembimbing:
dr. Agung Kristyono, SpP
Daftar Isi
BAB I................................................................................ 4
I.1 PENDAHULUAN...................................................................4
BAB II................................................................................ 5
Kanker Paru.........................................................................5
II.1 Epidemiologi kanker Paru...........................................................5
II.2 Etiologi................................................................................5
II.3 Patofisiologi...........................................................................5
II.4 Faktor resiko..........................................................................6
II.4.1 Merokok....................................................................................... 6
II.4.2 Marijuana..................................................................................... 7
II.4.3 Bahan industri............................................................................. 7
II.4.4 Penyakit Paru-paru.......................................................................7
II.4.5 Diet.............................................................................................. 7
II.4.6 Faktor Genetik.............................................................................8
II.5 Manifestasi Klinis.....................................................................8
II.6 Deteksi dini............................................................................9
II.7 Diagnosis............................................................................10
II.8 Staging tumor Paru.................................................................14
II.9 Terapi kanker paru.................................................................18
BAB III............................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................22
BAB I
I.1 PENDAHULUAN
Penemuan dini kanker paru berdasarkan keluhan saja jarang terjadi.
Keluhan yang ringan biasanya terjadi pada mereka yang telah memasuki stadium
II. Kasus kanker paru di Indonesia terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada
stadium lanjut. Penemuan kanker paru stadium dini akan sangat membantu
penderita. Penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan
penderita memperoleh kualiti hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya
meskipun tidak dapat menyembuhkannya.
Lebih dari 90 % tumor paru-paru primer merupakan tumor ganas, dan
sekitar 95 % tumor ganas ini termasuk karsinoma bronkogenik. Kebanyakan
tumor ganas primer dari saluran nafas bawah bersifat epiteliel dan berasal dari
mukosa percabangan bronkus. Kanker paru mencakup keganasan yang berasal
dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru).
Keganasan di paru dapat berasal dari saluran pernapasan itu sendiri, baik itu
berasal dari sel-sel bronkus atau alveolus ataupun dari sel-sel yang memproduksi
mukus yang mengalami degenerasi maligna, atau dari jaringan di luar saluran
pernapasan. Kanker paru merupakan diagnosis kanker tersering di dunia ini, dan
merupakan penyebab kematian terbesar di seluruh dunia.1
BAB II
Kanker Paru
II.1 Epidemiologi kanker Paru
Survei kanker global 2002 di Indonesia, juga menunjukkan, insiden kanker
paru mencapai 28 per 100 ribu populasi, kanker payudara 26 per 100 ribu
populasi, kanker colorectum 23 per 100 ribu populasi, kanker leher rahim 16 per
100 ribu populasi dan kanker hati 13 per 100 ribu populasi. Sebagian besar kanker
paru mengenai pria (65 %) dengan life time risk 1 : 13 dan pada perempuan 1 :
20.2
II.2 Etiologi
Seperti kanker lainnya penyebab pasti dari kanker paru belum diketahui,
tetapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain seperti
kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain.
Terjadinya karsinoma paru berkaitan erat dengan rokok dan polusi udara.
Merokok merupakan faktor risiki utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru
pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak jumlah rokok yang
dihisap, semakin besar resiko untuk menderita kanker paru-paru.3
II.3 Patofisiologi
Kebanyakan dari teori teori tentang karsinogenesis melibatkan tiga
langkah penting yaitu inisiasi, promosi dan progresi. Begitu juga pada
patofisiologi terjadinya kanker paru. Inisiasi diawali dengan kerusakan atau
mutasi dari DNA yang terjadi ketika sel sel tubuh kita terpapar oleh berbagai zat
( seperti kimia, virus , radiasi ) selama replikasi DNA (transkripsi ) . Dalam
kondisi normal, enzym akan mendeteksi kerusakan dalam proses transkripsi dan
memperbaikinya, tetapi kadang kerusakan ini tidak terdeteksi. Ketika kerusakan
ini berhasil dideteksi maka akan terjadi proses perbaikan dan menghentikan
pembelahan berikutnya , tetapi apabila kerusakan itu tidak berhasil dideteksi maka
akan menjadi mutasi yang permanen .Promosi ini melibatkan promotor ( paparan
yang menyebabkan mutasi ) dapat terjadi segera setelah inisiasi atau beberapa
tahun berikutnya , pada kejadian kanker paru promoters yang paling sering adalah
nikotin pada rokok, yang mampu mengubah fungsi dari sel , respon dari sel
terhadap hormon pertumbuhan , dan komunikasi antar sel . Progresi, Para ahli
percaya tahap ini merupakan tahap yang paling bebahaya, dimana akan menginvasi, metastase , dan menjadi resisten terhadap obat . tahap ini bersivat
irreversible.4
Lebih dari 80% dari kanker paru-paru adalah akibat dari merokok.
Perokok memiliki risiko sepuluh kali lipat lebih besar untuk menderita kanker
paru dibandingkan non perokok. Orang yang sudah berhenti merokok
memiliki resiko yang lebih rendah terkena kanker paru dibandingkan dengan
perokok aktif, tetapi orang dengan riwayat perokok mempunyai faktor resiko
lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat
merokok. Pada sejumlah studi retrospektif, beberapa hal yang mempengaruhi
frekuensi terjadinya kanker paru diantaranya jumlah konsumsi rokok tiap
harinya, kecenderungan untuk menghisap dan lamanya kebiasan merokok
tersebut.3
Tar yang dihasilkan rokok merupakan bahan karsinogenik, menempel pada
mukosa saluran nafas dan dalam waktu yang lama menimbulkan perubahan
sel epitel : silia epitel menghilang, sel cadangan hiperplasia dan mengalami
metaplasia sel skuamos. Lambat laun sel epitel berubah dalam bentuk
displasia dan kemudian menjadi karsinoma dalam bentuk berbagai tipe
histopatologi.3
II.4.2 Marijuana
Beberapa
paparan
zat
industri
tertentu
meningkatkan
risiko
Diet juga dapat menjadi faktor risiko untuk kanker paru-paru. Beberapa
laporan telah menunjukkan bahwa diet rendah dalam buah-buahan dan
sayuran dapat meningkatkan kesempatan mendapatkan kanker .6
Risiko kanker paru-paru mungkin akan lebih tinggi jika orang orang tua,
saudara kandung , atau anak-anak telah terkena kanker paru-paru. Factor ini
bisa datang dari satu atau banyak hal, seperti kebiasaan merokok dalam
keluarga dimana situasi yang seperti ini dapat menjadikan anggota keluarga
yang tidak merokok menjadi seorang perokok aktif. Pada beberapa orang ada
juga yang mendapatkan warisan gen kanker dari orangtuanya. 7
II.7 Diagnosis
a. Keluhan utama:
Batuk darah
Sesak napas
Suara serak
luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak,
pembesaran hepar atau patah tulang. Ada pula keluhan yang tidak khas
seperti :
Sindrom
paraneoplastik,
seperti
hypertrophic
pulmonary
10
Keluhan ringan terjadi pada mereka yang masih dalam stage dini
yaitu stage I dan II. Data di Indonesia maupun laporan negara maju
kebanyakan kasus kanker paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada
pada stage lanjut (stage III dan IV).
b. Pemeriksaan penunjang
a) Foto rontgen dada dapat mendeteksi 61 % tumor paru. Pada
kanker paru, pemeriksaan foto rontgen dada ulang diperlukan juga
untuk menilai doubling time-nya. Kebanyakan kanker paru
mempunyai doubling time antara 37 465 hari. Bila doubling time
> 18 bulan, berarti tumor benigna. Tanda-tanda tumor benigna
lainnya adalah lesi berbentuk bulat konsentris, solid, dan adanya
kalsifikasi yang tegas. Pemeriksaan foto rontgent dada dengan cara
tomografi lebih akurat menunjang kemungkinan adanya tumor
paru, bila dengan cara foto dada biasa tidak dapat memastikan
keberadaan tumor.
Gambar 1 (http://cancergenome.nih.gov)
11
2%
Large
cell
32 %
18 %
41 %
32 %
74 %
65 %
13 %
3%
10 %
12
Bronkoskopi menggunakan sikat kecil untuk mengumpulkan selsel dari lapisan jaringan sistem pernafasan, bilasan dari jaringan
pernapasan untuk analisis sel, dan biopsi (pengangkatan dan
pemeriksaan dalam jumlah kecil jaringan). Jika bronkoskopi masih
unrevealing, atau "negatif," jarum biopsi dapat dilakukan.
d) Biopsi jarum, dengan panduan CT, dapat dilakukan pada area
yang mencurigakan pada paru-paru atau pleura. Aspirasi jarum
halus (FNA) menggunakan jarum, ramping berongga yang melekat
pada
jarum
mencurigakan
suntik.
dan
Jarum dimasukkan
itu
mendorong
ke dalam
maju
mundur
massa
untuk
radiofarmaka,
yang
berjalan
melalui
tubuh
dan
13
II.
protein
sistem
14
15
16
Stage 0, IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB dan IV yang ditentukan menurut International
Staging System for Lung Cancer 1997, berdasarkan sistem TNM :
Stadium kanker
TX
N0
M0
Stadium 0
Tis
N0
M0
Stadium IA
T1
N0
M0
Stadium IB
T2
N0
M0
Stadium IIA
T1
N1
M0
17
Stadium IIB
Stadium IIIA
stage IIIB
stage IV
T2
N1
M0
T3
N0
M0
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1,N2
M0
AnyT
N3
M0
T4
any N
M0
any T
any N
M1
18
Reseksi paru biasanya ditoleransi baik bila prediktif post reseksi Fevi yang
didapat dari pemeriksaan spirometri peroperatif dan kuantitatif ventilasi perfusi
scanning melebihi 1000 ml. Luasnya penyebaran intra torak yang ditemui saat
operasi menjadi pegangan luas prosedur operasi yang dilaksanakan. Lobektomi
atau pneumonektomi tetap sebagai standar di mana segmentektomi dan reseksi
baji bilobektomi atau reseksi sleeve jadi pilihan pada situasi tertentu.3
19
paruh ini didapat dari kasus-kasus stadium I usia lanjut, kasus dengan penyakit
penyerta sebagai penyulit operasi atau pasien yang menolak dioperasi.
Pasien dengan metastasis sebatas N1-2 atau saat operasi terlihat tumor
sudah merambat sebatas sayatan operasi maka radiasi post operasi dianjurkan
untuk diberikan. Radiasi preoperasi untuk mengecilkan ukuran tumor agar
misalnya pada reseksi lebih komplit pada pancoast tumor atau stadium III b
dilaporkan bermanfaat dari beberapa sentra kanker. Radiasi paliatif pada kasus
sindrom vena cava superior atau kasus dengan komplikasi dalam rongga dada
akibat kanker seperti hemoptisis, batuk refrakter, atelektasis, mengurangi nyeri
akibat metastasis kranium dan tulang, juga amat berguna.6
Kemoterapi
Sel kanker memiliki sifat perputaran daur sel lebih tinggi
dibandingkan sel normal. Dengan demikian tingkat mitosis dan proliferasi
tinggi. Sitostatika kebanyakan efektif terhadap sel bermitosis. Ada
beberapa hal yang dapat mempengaruhi kegagalan pencapaian target
pengobatan antara lain:
a. Resistensi terhadap sitostatika
b. Penurunan dosis sitostatika di mana penurunan dosis sebesar 20% akan
menurunkan angka harapan sembuh sekitar 50%
c. Penurunan intensitas obat di mana jumlah obat yang diterima selama
kurun waktu tertentu kurang.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, dosis obat harus diberikan secara
optimal dan sesuai jadwal pemberian. Kecuali terjadi hal-hal yang jika
diberikan sitostatika akan lebih membahayakan jiwa.
Penggunaan resimen kemoterapi agresif (dosis tinggi) harus didampingi
dengan rescue sel induk darah yang berasal dari sumsum tulang atau darah
tepi yang akan menggantikan sel induk darah akibat mieloablatif. Penilaian
respons pengobatan kanker dapat dibagi menjadi lima golongan seperti :
a. Remisi komplit, tidak tampak seluruh tumor terukur atau lesi terdeteksi
selama lebih dari 4 minggu.
20
b. Remisi parsial, tumor mengecil >50% tumor terukur atau >50% jumlah
lesi terdeteksi menghilang.
c. Stable disease pengecilan 50% atau <25% membesar.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
21
1.
2.
3.
4.
5.
Inc.;1992. p. 102-17.
international Agency for Research on Cancer (IARC). IARC
Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans and
their Supplements: A complete list. Tobacco Smoking and Tobacco
6.
7.
8.
1997;26:256263.
Silvestri GA, Tanoue LT, Margolis ML, Barker J, Detterbeck F: The
noninvasive staging of nonsmall cell lung cancer. The guidelines.
9.
10.
22
11.
23