Anda di halaman 1dari 4

Alhamdulillahillatzi ahyaana bada maa amaatanaa wa ilaihinnusyur.. .

Dalam hati aku mengucap syukur karena masih bisa membuka mata subuh ini.
Ku buka jendela kamar, masih gelap. Terasa angin menusuki pori-pori tubuh,
kemudian ku tutup lagi jendela, namun tetap menatap pagi. Tak terasa sudah
satu tahun aku menimba ilmu ini, rasanya aku sudah sangat rindu pada ibu dan
adik-adik kecilku; mungkin kini mereka sudah remaja. Kuputuskan menelpon ibu
sejenak, sambil menunggu adzan subuh berkumandang.
Assalamualaikum, Ibu..
Waalaikum salam.. Nisa? Apa kabar nak? Ibu teh rindu.. sama Nisa..
Disana jam berapa? ibu terdengar sangat histeris saat aku baru saja
mengucapkan salam.
Alhamdulillah sehat bu.. Ibu gimana? Adik-adik sehat? Sama bu.. Nisa
juga rindu sama Ibu. Di sini masih jam setengah empat pagi bu. ujarku.
Ibu sehat.. Adik-adik juga sehat..
Gimana kabar di kampung, Bu? Sudah ada pesantren yang bagus?
pertanyaan ini yang selalu aku ucapkan saat menelpon ibu.
Ya.. Masih begitu-begitu saja, Nis. Makanya kamu cepat lulus dari AlAzhar, dirikan pesantren di sini, ya minimalnya kamu bisa mengajarkan mengaji
yang benar di sini.
Insya Allah bu, Nisa tidak akan pernah lupa tujuan awal kuliah di Kairo.
Nisa ingin mengabdi di tanah kelahiran bu.
Aamiin.. Ibu doakan ya, Nak..
Tut..tut..tut... Belum sempat aku ucapkan salam lagi, pulsaku sudah habis.
Baiklah, aku anggap pembicaraan singkat tadi sebagai pemacu semangatku di
hari ini.
**
Berbicara soal Indonesia, akan terus membuatku bersemangat untuk
belajar di sini. Bagaimana tidak? Tujuanku hanya satu, aku ingin mendirikan
pesantren yang berdaya saing tinggi di Indonesia. Aku kesal melihat kenyataan

pendidikan Islam di Indonesia saat ini. Saat sekolah-sekolah berbasis Islam


dipandang sebelah mata, saat orang tua memilih kursus belajar bahasa Inggris
untuk anaknya daripada membaca Al-Quran, dan begitu banyak aliran-aliran
yang mengaku pembela muslim berusaha mendoktrinku hanya karena aku
mengenakan jilbab syari.
Dengan usiaku yang baru menginjak 18 tahun, aku ikuti seluruh
persyaratan yang harus dipenuhi jika ingin kuliah di Al-Azhar Kairo. Alhamdulillah
Allah mengabulkan permintaanku. Aku terbang ke negeri gurun ini, dengan
ambisi kuat untuk membangun pendidikan Islam di Indonesia agar tidak
dipandang sebelah mata.
Walaupun terbentang jarak yang jauh, tugas hafalan surat yang harus aku
kuasai, aku tetap terus mengikuti perkembangan berita di Indonesia melalui
media internet, terutama mengenai pendidikan Islam. Lihat saja buku yang
berjejer di lemariku, hampir semua membahas tentang pendidikan Islam dan
politik pendidikan. Temanku yang berasal dari Makassar bertanya, untuk apa aku
memahami politik pendidikan Islam? Dan apa kaitannya pendidikan Islam
dengan politik nasional? Baiklah akan coba ku uraikan pertanyaan temanku itu.
1.

Pendidikan Islam sebagai sarana untuk kepentingan politik penguasa.


Masih terdapat pemimpin kita baik dalam skala nasional maupun daerah
menjadikan pendidikan (apalagi pendidikan Islam) sebagai komoditas
politik, sehingga tema-tema pendidikan kadang-ladang menjadi slogan
politis dalam upaya melanggengkan kekuasaanya, entah dalam kasus

2.

masih dalam pemerintahanya maupun ketika menjelang Pilkada.


Pendidikan Islam sebagai sarana melahirkan warga Negara yang baik.
Tujuan pendidikan diantaranya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa,
ini juga berarti pendidikan akan melahirkan warga Negara yang baik.
Sistem pendidikan Islam sangat mendukung terlahirnya pribadi-pribadi
yang utuh tidak split personality, pribadi yang mampu menterjemahkan
ajaran-ajaran Tuhan keadalam bahasa perilaku dan perbuatan, jika hal ini
sudah dilakukan maka tujuan tersebut dapat terwujud. Sebagai lembaga
pendidikan yang memiliki karakteristik dan cirri khusus pendidikan Islam
menempatkan perubahan moral atau etika menjadi sangat penting

disamping yang lain.


3. Politik dan Peningkatan Kualitas Pendidikan
Politik adalah sarana yang amat tepat untuk mencapai tujuan peningkatan
kualitas pendidikan. Peran-peran nyata tersebut akan dapat terwujud jika

kita

mampu

masuk

dalam

sistem

yang

ada,

sehingga

wacana

pembaharuan misalnya sebagai wujud dari upaya peningkatan kualitas


pendidikan dapat di lakukan.

Ya, teman-teman memang sering menjuluki ku Si Pemikir. Entahlah, tapi


aku lebih senang dikatakan visioner. Hehe.. Di saat remaja-remaja seusiaku di
Indonesia sibuk mengurusi artis-artis Korea nya, aku lebih memilih memikirkan
masa depanku, dan tentu saja bangsa Indonesia. Apa gunanya jika sudah kuliah
jauh-jauh, tapi tidak berarti untuk negeri?
Dan tentunya, jika mengalami hidup di negara yang berbeda, tentu kita
akan membanding-bandingkan kondisi negara terserbut. Aku memiliki suatu
catatan kecil, sebagai oleh-olehku jika kelak aku sudah memiliki pondok
pesantren di Indonesia, semoga ini akan bermanfaat.

No
1

Aspek yang
dibandingkan
Usia

Indonesia

Mesir

6-12 tahun

6-11 tahun

Masa Belajar

6 tahun (kelas 1-6)

5 tahun (grade 1-5)

Tahun Akademik

Juli sampai dengan Juni

September sampai Agustus

Pembiayaan
pendidikan

Waktu Belajar

Kurikullum Mata
Pelajaran

Sekolah Negeri dibiayai


Sekolah Azhar dibiayai oleh
oleh pemerintah
pemerintah
Sekolah Swasta hanya
Sekolah Swasta hanya mendapat
mendapat subsidi
subsidi
Pada Umumnya Hari Pada Umumnya Hari Ahad
Senin Sabtu
Kamis
Hari jumat, sabtu libur
Pada umumnya jam
Pada umumnya jam belajar
belajar per hari
sebanyak 6 jam
per hari sebanyak 6 jam
Dari grade 1- grade 3
Pendidikan Agama
Bahasa arab
Pendidikan
Matematika
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
Seni
Matematika
Olah raga
Ilmu Pengetahuan Alam Al-Quran
Ilmu Pengetahuan Sosial Agama
Seni Budaya dan
Khot
Keterampilan
Imla
Pendidikan
Insya
Jasmani,Olahraga dan
Mulai dari grade 4 -5mata
Kesehatan
pelajarannya ditambah
Muatan Lokal
Biologi

Sejarah
Bahasa Inggris
Ujian Nasional
Ujian per Grade
Ujian naik kelas
Ujian kenaikan dari grade 1
berdasarkan nilai harian, samapai grade 3 ditentukan oleh
sikap, ujian semester
sekolah
Mulai dari grade 4, soal ujian
Soal UN pilihan ganda
dari pusat
Soal UN Essay
Jika siswa tidak lulus Jika siswa tidak lulus pada
ujian nasional tahap 1,
Ujian mereka harus mengulang
siswa harus mengikuti
pelajaran pada grade yang
UN tahap 2. Jika siswa
mereka belum lulus.
tidak lulus pada tahap 2,
mereka harus mengikuti
program kejar paket A.

Evaluasi

Konsekuensi UN

10

Program pemerintah Bebas buta aksara

11

Ekstra kurikuler

Pramuka

Buta aksara pada perempuan


cukup banyak
Tidak ada

Anda mungkin juga menyukai