Anda di halaman 1dari 9

REKAYASA GENETIK TUMBUHAN/BIOTEKNOLOGI1

Adisyahputra2
Pendahuluan
Bioteknologi adalah penerapan ilmu dan teknik yang bertumpu pada proses
pengolahan bahan oleh sebab peristiwa biologis, yang diubah menjadi barang-barang
konsumsi dan jasa. Pada tahap awal bioteknologi berkembang sebagai upaya
mendapatkan inovasi-inovasi dibidang pertanian yang mengalami level-off setelah
berlalunya era revolusi hijau.
Revolusi hijau merupakan tonggak penting dalam kemajuan pertanian. Dengan
menggunakan benih unggul (hasil persilangan konvensional), mekanisasi pertanian,
dan penggunaan agrokemikal untuk nutrisi serta pengendalian hama penyakit dan
gulma, produksi pertanian khususnya serelia meningkat 100% sampai 300%. Suatu
peningkatan kuantitas pangan yang sangat fantastis.

Namun demikian, seperti

kemajuan-kemajuan dibidang lain, revolusi hijau juga mengalami level-off. Fenomena


ini terlihat dari analisis stastistik bahwa pada awal musim tanam 1989, persediaan
pangan (padi) dunia berada pada level terendah sejak perang Dunia ke-dua (Gasser
dan Fraley, 1989). Disamping itu, setelah diimplementasikan dalam kurun waktu
tertentu ternyata banyak hal yang secara signifikan sangat merugikan. Pemborosan
hara, pencemaran lingkungan, dan erosi gen merupakan hal yang sangat menonjol.
Berbagai inovasi telah dilakukan untuk mengatasi level-off tersebut. Inovasi
paling progresif adalah rekayasa genetic tumbuhan (Bioteknologi). Rekayasa genetic
dengan menggunakan berbagai teknik berusaha mengintroduksi gen asing kedalam
tanaman yang berperan sebagai open reading frame (ORF). Gen asing tersebut
diharapkan terintegrasi kedalam genom tanaman dan dapat terekspresi dalam bentuk
yang diharapkan, seperti resisten terhadap serangga, jamur, virus, pestisida,
peningkatan kuantitas dan kualitas produk, efisiensi dalam penggunaan hara, dan
sebagainya.
Gen asing yang dimanfaatkan untuk meningkatkan keragaman sifat pada suatu
tanaman transgenic dapat berasal dari berbagai sumber. Dapat berasal dari tanaman
sejenis yang berkerabat jauh, tanaman yang berbeda jenis, jamur, bakteri, virus,
hewan, dan bahkan dapat berasal dari gen manusia sendiri, tergantung pada karakter
apa yang ingin dikonstruksikan kedalam genom tanaman target. Selain gen yang

2
secara spesifik mengkode karakter yang diinginkan, pada konstruksi juga dilengkapi
dengan berbagai sekuens gen yang berperan mengkode marker, matrix attachment
region (MAR), promotor, enhanser ( element), dan movement protein. Marker akan
menghasilkan suatu produk yang dengan teknik tertentu dapat dijadikan petunjuk
untuk mengetahui apakah sekuens yang diintroduksikan kedalam sel terintegrasi
kedalam genom atau tidak. MAR adalah sekuens gen yang mampu mengubah posisi
heterokromatin menjadi U-kromatin untuk mempermudah akses transkripsi. Promotor
adalah sekuens gen yang bertanggung jawab atas amplifikasi pada level transkripsi.
Promotor ada dua jenis. Pertama promotor spesifik, yaitu promotor yang hanya
terekspresi pada lokasi tertentu saja. Kedua promotor konstitutif, yaitu promotor yang
dapat terekpresi pada seluruh bagian tanaman. Enhanser adalah sekuens gen yang
bertanggung jawab atas terhadap afinitas ribosom binding. Elemen ini bekerja pada
level translasi. Sedangkan movement protein merupakan suatu produk translasi yang
mampu menjadi pandu untuk penempatan main-product ke lokasi tertentu, sehingga
ekspressi muncul pada spatsial spesifik.
Adanya fakta introdusir gen asing kedalam tanaman transgenic dan munculnya
berbagai berbagai karakter baru maupun novel-product, akhirnya memunculkan silang
pendapat tentang fenomena tersebut. Kekawatiran munculnya produk yang dapat
menyebabkan efek alergi pada bahan pangan yang dihasilkan tanaman transgenic
merupakan isu yang paling sering menghantui konsumen. Kekhawatiran terjadinya
silang luar terhadap kelompok non-target sehingga memunculkan suatu organisme
transgenic yang tidak diinginkan merupakan ketakutan yang lainnya. Berubahnya
suatu karakter pada sekelompok populasi atau berubahnya kesetimbangan populasi
disuatu wilayah akibat penerapan bioteknologi, dicurigai sebagai suatu potensi yang
dapat mengguncang kesetimbangan ekologi, yang pada gilirannya akan merusak
tatanan ekosistem yang ada. Namun apakah fakta yang ada akan terjadi seperti yang
dikhayalkan demikian perlu dikaji secara mendalam dan berhati-hati. Dalam hal ini
melek sains (scientific literacy) memegang peranan yang sangat besar, sehingga
masyarakat dapat secara objektif dan proporsional mencerna segala paparan informasi
yang ada.
Pencapaian dibidang bioteknologi
Hingga kurun waktu yang terakhir apa yang telah dicapai oleh bioteknologi
dalam membantu umat manusia dalam memecahkan sebagian masalah sudah

3
memberikan gambaran yang lebih nyata, terutama dibidang pertanian (agroindustri)
dan kedokteran (obata-obatan).
Pencapaian bioteknologi dibidang pertanian
Pertumbuhan penduduk dunia telah memaksa orang untuk melakukan inovasiinovasi dibidang pertanian untuk menghasilkan bahan pangan yang dapat
mengimbangi pertumbuhan tersebut. Kemajuan dan meningkatnya status ekonomi
juga telah memacu inovasi bidang pertanian untuk dapat menghasilkan produk
berkualitas sesuai dengan tuntutan pasar.
Untuk menjaga agar panen tidak mengalami kegagalan karena gangguan hama
dan penyakit, telah dilakukan serangkaian introdusir gen asing kedalam sel tanaman
pangan dan tanaman industri sesuai dengan spesifikasi hama yang menyerang
tanaman

tersebut.

Resistensi

terhadap

serangga

dapat

dilakukan

dengan

mengintrodusir gen Bt (Bacillus thuringiensis) (Gasser dan Fraley, 1989). Sekuens


gen Bt akan menghasilkan protein Cry (singkatan dari crystal) berbentuk kristal tidak
beracun. Jika termakan serangga atau larvanya protein ini akan mencapai perut
serangga. Karena kondisi perut serangga bersifat alkalin dan adanya protease yang
sesuai, protoksik tersebut akan berubah menjadi toksin. Oleh suatu protein penambat
racun Bt dapat terikat pada membran sel dan akan membuat semacam terowongan
pada membran sel sehingga membocorkan isi sel. Karena ada persyaratan khusus
pada pemrosesan protoksin menjadi toksin, sehingga racun Bt hanya efektif pada
serangga tertentu saja. Misalnya Bt yang efektif untuk Lepidoptera dan Coleoptera
tidak efektif untuk kelompok Diptera, seperti nyamuk dan lalat (Suwanto, 2001).
Produk transgenic dengan Bt yang sudah masuk ke pasar antara lain jagung, kapas,
dan kentang. Selanjutnya yang akan dirilis adalah bunga matahari, kedele, canola,
gandum, dan tomat.
Selain Bt yang berasal dari mikrobia, gen untuk ketahanan terhadap serangga
juga dapat diperoleh dari tanaman. Gen yang digunakan adalah gen yang ekspresinya
menghasilkan proteinase inhibitor, misalnya Cowpea tripcine inhibitors (CPTI),
Wound inducible protein (pada kentang), dan Cystatin (dari padi dan jagung). Namun
demikian karena gen ini berasal dari tanaman, akan ada masalah pada ekspresinya,
yaitu terjadinya fenomena double squence yang dapat menyebabkan silencing jika
diaplikasikan pada tanaman sejenis.

4
Selain hama, kegagalan panen juga dapat disebabkan oleh penyakit. Penyakit
yang sulit dikendalikan adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Ketahanan
terhadap virus dapat diperoleh melalui persilangan konvensional dengan kerabat jauh
yang memiliki ketahanan terhadap virus atau melalui rekayasa genetic. Melalui
persilangan dengan kerabat jauh ketahanan tersebut sulit untuk diperoleh karena
berbagai hal, diantaranya inkompatibilitas. Jika proses persilangan dapat dilakukan
hal lain yang menjadi hambatan adalah terintrogresinya sebagian sifat yang tidak
diinginkan ke dalam genom tanaman. Introdusir gen ketahanan terhadap virus melalui
rekayasa genetic adalah pilihan yang rasional. Gen yang digunakan biasanya gen yang
mengkode coat-protein dari virus itu sendiri (Gasser dan Fraley, 1989; Sudarsono,
1994). Teknik yang digunakan dapat berupa teknologi antisens atau over-expression
di level transkripsi. Produk transgenic dengan ketahanan terhadap virus yang sudah
dirilis adalah tembakau, selanjutnya akan muncul kentang dan cabai.
Selain oleh virus, penyakit pada tanaman juga disebabkan oleh patogen.
Meskipun tahap inisiasi infeksi patogen dideterminasi oleh signal molekuler melalui
interaksi inkompatibilitas atau kompatibilitas, tanaman juga mengembangkan
ketahanan melalui akumulasi fitoaleksin dan enzim antimikrobial (Lamb et al., 1992).
Patogen biasanya memiliki toleransi yang rendah terhadap fitoaleksin spesies bukan
inangnya. Oleh karena itu pertentangan patogen dengan fitoaleksin tak dikenal secara
potensial merupakan strategi yang menarik untuk meningkatkan ketahanan terhadap
patogen. Misalnya fitoaleksin resveratrol, yang dihasilkan oleh tembakau transgenic
yang diintrodusir gen stilbene synthase yang berasal dari kacang tanah, akan
meningkat jumlahnya jika dielisitor jamur. Demikian juga ekspresi gen chitinase yang
berasal dari bakteri Serratia marcescens ternyata mampu melindungi tembakau dari
serangan Rhizoctonia solani yang menyebabkan damping-off. Selain chitinase,
glukanse juga digunakan sebagai enzim anti microbial. Penggunaannya secara tandem
terbukti dapat lebih meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen.
Produk transgenic dengan ketahanan terhadap penyakit yang telah dijual di pasar
adalah ubi jalar, cassava, padi, jagung, squash, dan pepaya. Dalam waktu dekat yang
akan dirilis adalah tomat dan pisang.
Pada waktu yang lalu penelitian herbisida lebih terfokus pada agrokemikalnya.
Tapi dengan adanya rekayasa genetic penelitian herbisida sudah bergeser untuk
memperoleh tanaman pertanian yang toleran herbisida. Untuk toleransi herbisida
dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama pendekatan introduksi gen untuk

5
meningkatkan produksi enzim 5-enolpirupilsikimat-3-fosfat sintase (EPSPS) atau
varian enzim EPSPS yang toleran glyphosat. Pendekatan kedua, dengan
mengintroduksi gen bakteri yang mengkode enzim yang mampu menginaktivasi
bahan aktif herbisida.m Produk transgenic dengan ketahanan herbisida yang sudah
masuk pasar komersial adalah kedele, kapas, jagung, canola, dan padi. Sedang yang
akan menyusul adalah gandum dan bit gula.
Selain memproteksi tanaman dari serangan hama, penyakit, dan kompetisi
dengan tumbuhan lain, dalam agroindustri peningkatan kualitas panen merupakan
langkah yang strategis, misalnya sebagai contoh adalah peningkatan kualitas buah
tomat. Tomat FLAVR SAVRTM adalah produk makanan transgenik pertama yang
dijual secara komersial (18 Mei 1994) (Kramer dan Redenbaugh, 1994). Kultivar ini
dikembangkan dengan menggunakan antisens polygalacturonase. Polygalacturonase
(PG) adalah enzim utama yang berperan dalam metabolisme pektin selama
pematangan buah. Strategi penggunaan antisens ini menyebabkan penurunan ekspresi
gen PG yang selanjutnya menurunkan kelarutan PG (Sitrit dan Bennett). Implikasi
dari teknik ini menyebabkan panen dapat dilakukan secara serentak, tomat segar yang
dijual merupakan tomat yang matang dipohon, pola distribusi dapat dilaksanakan
dengan toleransi waktu yang lebih panjang, dan lebih menguntungkan industri karena
pectin dapat dipertahankan meski buah sudah matang (Suwanto, 1992). Produk
pertanian transgenic untuk flavor super dan untuk perbaikan warna serta tekstur yang
segera masuk kepasar adalah strawberry, raspberry, cherri, tomat, pisang, dan nanas.
Untuk peningkatan rasa manis pada buah tomat dilakukan rekayasa dengan
introduksi gen monellin (Penarrubia et al., 1992). Monellin adalah protein yang dapat
menghasilkan rasa manis 100 000 kali gula. Selain monellin juga ada thaumatin.
Monellin diisolasi dari buah tanaman serendipity (Dioscoreophyllum cumminsii Diels)
dan thaumatin dari tanaman katemfe (Thaumatococcus danielli Benth) dari Afrika.
Selain pada tomat introduksi gen ini juga dilakukan pada tanaman lettuce. Selain itu
untuk meningkatkan kualitas tomat juga dilakukan introduksi gen untuk
meningkatkan kadar vitamin A dan warna.
Selain untuk meningkatkan daya tahan tanaman dan kualitas panen, rekayasa
genetic tanaman juga dilakukan untuk menghasilkan produk novel. Salah satu contoh
yang dapat dikemukakan adalah produksi cyclodextrin (Oakes et al., 1991), suatu
oligosakarida siklik yang biasa digunakan sebagai bahan baku kosmetika. Secara
alami cyclodextrin merupakan produk fermentasi pati. Gen yang bertanggung jawab

6
pada proses fermentasi tersebut diisolasi dari Klebsiella. Gen yang akan diintroduksi
dikonstruksi dengan menggunakan promotor patatin untuk ekspresi spesifik pada
umbi dan small sub unit dari ribulosa bisphosphat carboxylase (SSU Rubisco).
Protein hirudin, suatu antikoagulan penghambat thrombin spesifik yang
dihasilkan kelenjar ludah lintah, dengan rekayasa genetic ternyata dapat dipanen dari
tanaman Brasica napus (Parmenter et al., 1995). Hasil isolasi gen yang mengkode
protein hirudin dari lintah, selanjutnya dikonstruksi dengan promotor oleosin
Arabidopsis, dan diintroduksikan ke tanaman B. napus.
Pencapaian bioteknologi dibidang kedokteran
Tingginya permintaan akan obat-obatan membuat banyak perusahaan farmasi
multinasional berlomba untuk mengembangkan dan menghasilkan obat hasil
bioteknologi. Banyak yang bermotif ekonomi, tapi ada juga yang tidak. Sebagai
contoh jutaan anak, terutama di negara berkembang dimana perangkat pendingin dan
sterilisasi merupakan sesuatu yang mahal, membutuhkan vaksin untuk hepatitis.
Dengan kondisi seperti itu pendanaan vaksinasi merupakan sesuatu yang sangat
mahal. Dr. C.J. Arntzen dari Boyce Thompson Institute Cornell University mencoba
mengembangkan pisang transgenic yang mengandung vaksin hepatitis. Arntzen
memperkirakan suatu penghematan yang besar. Dengan pisang transgenic tersebut
satu dosis vaksin hanya berharga 2 sen dolar, sedang vaksin dengan injeksi seharga $
125.
Produk obat komersial hasil transgenic telah dipasarkan sejak tahun 1982, yaitu
Humulin (oleh perusahaan Eli Lilly) dan Novolin (oleh perusahaan Novo seven) suatu
recombinant human insulin untuk treatment insulin. Sejak saat itu banyak produk obat
hasil transgenic dirilis oleh perusahaan farmasi multi-nasional kepasar.
Beberapa penelitian transgenic untuk menghasilkan obat antara lain dilakukan
oleh Tacket et al. (1998) meneliti antigen untuk bacterial pada kentang transgenic,
Travis (1998) meneliti antibody yang dipanen dari tanaman, Zeitlin et al. (1998)
meneliti antibody monoclonal untuk herpes genital pada tanaman transgenic, dan
banyak penelitian lainnya.
Dampak bioteknologi
Dalam mengkonstruksi sekuens gen yang akan diintroduksikan kedalam sel
tanaman tertentu selalu disertakan gen-gen marker yang biasanya berupa gen-gen

7
penyandi ketahanan terhadap antibiotik tertentu. Misalnya gen nptII adalah gen
penyandi untuk ketahanan terhadap kanamisin. Jika terjadi introgresi konstruksi
kedalam genom tanaman, maka gen-gen marker tersebut juga akan ikut terintrogresi.
Hal ini yang kemudian dibayangkan oleh orang sebagai peluang terjadinya transfer
gen ke kelompok non-target, misalnya kekelompok patogen, sehingga menimbulkan
resistensi patogen terhadap antibiotik. Contoh lain adalah konstruksi untuk ketahanan
terhadap herbisida. Introgresi gen ketahanan terhadap herbisida kedalam tanaman
pertanian dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya silang luar dengan gulma,
yang akan menyebabkan gulma menjadi resisten terhadap herbisida. Berbagai fakta
ilmiah menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya transfer gen tersebut sangat
kecil. Fenomena inkompatibilitas adalah fakta yang paling jelas. Tanaman sejenis
yang berkerabat jauh saja sulit untuk dapat melakukan persilangan. Apalagi jika sudah
terjadi perbedaan susunan kromosom. Mungkin resistensi patogen terhadap antibiotik
yang disebabkan oleh pemaparan antibiotik yang tidak terkontrol atau secara terusmenerus dilapangan jauh lebih dahsyat dibandingkan akibat transfer gen yang
ditakutkan selama ini. Demikian juga munculnya mutan gulma yang toleran terhadap
herbisida, jauh lebih besar karena pemaparan herbisida yang terus-menerus pada
praktek pertanian yang intensif dibandingkan kemungkinan yang disebabkan
peristiwa silang luar. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada sejumlah tempat
memperlihatkan adanya hubungan intensifikasi penggunaan herbisida dengan makin
dekatnya time-frame yang diperlukan untuk memunculkan gulma yang resisten
terhadap herbisida yang digunakan. Sebenarnya yang paling ditakuti dari adanya
tanaman komersial yang resisten terhadap herbisida adanya fenomena tidak
terkendalinya penggunaan herbisida dilapangan, yang dapat menimbulkan ancaman
serius pada pencemaran tanah dan terbunuhnya kelompok non-target yang dapat
menyebabkan guncangan ekologis.
Penggunaan gen Bt pada tanaman komersial juga memunculkan kekhawatiran
punahnya serangga target dan juga berdampak terhadap kelompok non-target. Bahwa
serangga-serangga yang bukan menjadi kelompok non target juga akan mengalami
nasib yang sama dengan kelompok target. Jika hal itu terjadi berarti akan terjadi
goncangan ekologis yang cukup signifikan. Pada kasus yang pertama, jika penanaman
lahan pertanian seluruhnya dengan tanaman transgenic maka kemungkinan tersebut
sangat terbuka. Untuk mengatasi hal tersebut maka pra-sarat untuk penanaman
transgenic dilakukan dengan system refuge, sehingga kesempatan serangga kelompok

8
target untuk terus dapat melanjutkan keturunannya dalam jumlah terbatas masih
dimungkinkan. Sedangkan untuk kasus kedua, hal tersebut memiliki kemungkinan
yang sangat kecil, mengingat setiap serangga memiliki niche yang sangat spesifik.
Kekhawatiran yang paling besar adalah dampak produk tanaman transgenic
terhadap derajad kesehatan konsumen. Kekhawatiran terhadap munculnya efek alergi
karena penggunaan gen asing pada tanaman transgenic merupakan isu yang utama.
Untuk membahas kasus ini dapat digunakan data yang dikeluarkan oleh Calgene, Inc.
tentang hasil pengujian terhadap keamanan FLAVR SAVRTM bersama FDA. Yang
menjadi perhatian utama dalam penelitian ini adalah protein produk gen kanr. Secara
umum protein ini tidak diketahui apakah memiliki toksisitas terhadap manusia, tapi
secara alami protein ini dihasilkan oleh bacteria yang hidup didalam perut manusia.
Hasil pengujian terhadap tikus, tidak menunjukkan toksisitas dan mortalitas. Dari
hasil percobaan dengan meniru kondisi cairan gastric dan intestinal diketahui bahwa
protein ini akan diinaktivasi oleh pepsin. Sebagai kesimpulan protein kanr secara
signifikan tidak memperlihatkan homology toksin dan allergen, artinya produk ini
aman untuk dikonsumsi.
Pustaka acuan:
Gasser, C.S. dan R.T. Fraley. 1989. Genetically Engineering Plants for Crop
Improvement. Science: vol. 244;p. 1293-1299
Kramer, M.G. dan K. Redenbaugh. 1994. Commercialization of a Tomato with an
Antisense Polygalacturonase gene: The FLAVR SAVR TM tomato story.
Euphytica, 79: 293-297
Lamb, C.J., J.A. Ryals, E.R. Ward dan R.A. Dixon. 1992. Emerging Strategies for
Enhancing Crop Resistance to Microbial Pathogens. Bio/technology, 10:14361445
Oakes, J.V., C.K. Shewmaker dan D.M. Stalker. 1991. Production of Cyclodextrins,
a Novel Carbohydrate in the Tuber of Transgenic Potato Plants.
Bio/technology, 9
Parmenter, D.L., J.G. Boothe, G.J.H. van Rooijen, E.C. Yeung dan M.M. Moloney.
1995. Production of Biologically Active Hirudin in Plant Seed Using Oleosin
Partitioning.Plant Molecular Biology. 29; 1167-1180
Penarrubia, L., R. Kim, J. Giovannoni, S.H. Kim dan R.L. Fischer. 1992. Production
of the Sweet Protein Monellin in Transgenic Plants. Bio/Technology. 10: 561564

Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta


Sitrit, Y. dan A.B. Bennett. 1998. Regulation of Tomato Fruit Polygalacturonase
mRNA accumulation by Ethylene: A Re-Examination. Plant Physiol. 116:
1145-1150
Sudarsono. 1994. Penggunaan Gen Protein Pembungkus (Coat Protein) dari Patogen
Virus dan Rekayasa Genetik Untuk Memperoleh Tanaman Unggul Tahan Virus.
J.II. pert. Indon. 4(2): 34-39
Suwanto, A. 2001. Peran Bioteknologi Modern dan Melek sains Dalam
Pengembangan Agroindustri. IPB SEAMEO-BIOTROP

Anda mungkin juga menyukai

  • Bahan Bacaan Biokim
    Bahan Bacaan Biokim
    Dokumen2 halaman
    Bahan Bacaan Biokim
    akanefereza
    Belum ada peringkat
  • Rubrik
    Rubrik
    Dokumen2 halaman
    Rubrik
    akanefereza
    Belum ada peringkat
  • Sejarah
    Sejarah
    Dokumen3 halaman
    Sejarah
    akanefereza
    Belum ada peringkat
  • Biokim
    Biokim
    Dokumen2 halaman
    Biokim
    akanefereza
    Belum ada peringkat
  • Translate Ppep
    Translate Ppep
    Dokumen1 halaman
    Translate Ppep
    ferezakane
    Belum ada peringkat
  • Keanekaragaman Hayati
    Keanekaragaman Hayati
    Dokumen13 halaman
    Keanekaragaman Hayati
    akanefereza
    Belum ada peringkat
  • Quis 1
    Quis 1
    Dokumen1 halaman
    Quis 1
    akanefereza
    Belum ada peringkat
  • Biokim
    Biokim
    Dokumen2 halaman
    Biokim
    akanefereza
    Belum ada peringkat