Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
A. KEJANG DEMAM
1. Definisi
Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League
Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993) adalah
kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4 oC tanpa adanya
infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di
atas 1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh lebih dari 380 aksila dan 37,80 rektal yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.
Umur 6 bulan - 5 tahun
Pernah kejang tanpa demam tidak termasuk KD
KD pada umur < 1 bulan tidak termasuk KD
KD pada umur < 6 bln atau > 5 th pikirkan infeksi SSP, Epilepsi disertai
demam
KD 2 - 4% populasi anak 6 bln -5 thn
2. Klasifikasi
Klasifikasi kejang demam umumnya dibagi menjadi 2 golongan.
Kriteria di bawah ini dikemukakan oleh berbagai pakar dimana terdapat
perbedaan kecil dalam hal penggolongan tersebut.
Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu :
a. Kejang demam sederhana
b. Epilepsi yang dicetuskan oleh demam
Ciri kejang demam sederhana menurut Livingston yaitu kejang bersifat
sederhana, lama kejang berlangsung singkat ( < 15 menit ), usia waktu
kejang demam pertama muncul < 6 tahun, frekuensi serangan 1 4 kali
dalam satu tahun, EEG normal. Kejang demam yang tidak sesuai dengan
ciri-ciri tersebut oleh Livingston disebut sebagai epilepsi yang dicetuskan
oleh demam.
1

Sedangkan menurut Fukuyama, kejang demam dibagi menjadi :


a. Kejang demam sederhana
b. Kejang demam kompleks

Kejang Demam Sederhana


< 15 menit
umum tonik dan atau klonik
umumnya akan berhenti sendiri, tanpa berulang

dalam waktu 24

jam.
Kejang Demam Kompleks
>15 menit
kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang

umum didahului

kejang parsial
berulang >1 kali dalam 24 jam.
Kejang demam sederhana menurut Fukuyama harus memenuhi semua
kriteria berikut yaitu :
1. Di keluarga pasien tidak ada riwayat epilepsi
2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun
3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan
4.
5.
6.
7.

6 tahun
Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit
Kejang tidak bersifat fokal
Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau

abnormalitas perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
Bila tidak memenuhi kriteria di atas, maka digolongkan ke dalam kejang
demam komplek.

3. Patofisiologi

Hiponatremia cairan ekstraseluler tertarik ke dalam sel otak sel


otak menggembung membran tidak kuat menahan tekanan sel
otak nekrosis
Hipernatremia cairan intraseluler otak keluar melalui membran sel
otak yang semipermeabel sel otak dehidrasi
4. Insiden
Dari penelitian oleh berbagai pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2 5 %
anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5
tahun.
Insiden kejang demam sering dijumpai pada anak laki-laki daripada
perempuan dengan perbandingan berkisar antara 1,4 : 1 dan 1,2 : 1.
Berdasarkan penelitian Lumbantobing pada 297 anak dengan kejang demam,
sebanyak 165 adalah anak laki-laki dan 132 anak perempuan dengan
perbandingan 1,25 : 1.
5. Etiologi demam pada kejang demam

Beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang


demam adalah :
1. Demam itu sendiri
2. Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman atau virus) terhadap
otak
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi
4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
5. Ensefalitis viral yang ringan yang tidak diketahui
6. Gabungan semua faktor tersebut di atas
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, tapi dapat dikerjakan
untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab, seperti darah
perifer, elektrolit dan gula darah.
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis
bakterialis adalah 0,6%-6,7%.
Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis,
oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
c. Bayi >18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal.
3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulang kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi
pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan.
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam
yang tidak khas. Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih
dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
4

4. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti CT atau MRI jarang sekali
dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi, seperti a. kelainan neurologik
fokal yang menetap (hemiparesis) b. parese nervus VI c. Papiledema
7. Penatalaksanaan

Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :


o Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
o Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
o Kejang demam 4x atau lebih per tahun.
8. Edukasi
- Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya dapat teratasi
-Memberikan cara penanganan kejang
a. Tetap tenang dan tidak panik
b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama sekitar leher
c. Bila tidak sadar posisikan terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Jangan masukkan
sesuatu ke dalam mulut

d. Ukur suhu, catat berapa lama dan bentuk kejang


e. Tetap bersama pasien selama kejang
f. Beri diazepam rektal hanya saat kejang
g. Bawa ke dokter atau pelayanan kesehatan lain bila kejang > 5 menit.
h. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim.,

http://www.idai.or.id/tips/artikel.asp?q=2009421101559,

Kejang

Demam, IDAI
2. Lumbantobing SM. Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta : Balai
Penerbit FK UI. 2002 : 1-45
3. Standar Pelayanan Minimal Kesehatan Anak, 2004, IDAI
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 1985:847-54, 930-32
5. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Konsensus
Penanganan Kejang Demam, Jakarta, 2005

Anda mungkin juga menyukai