Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
Menurut Saifuddin pengetahuan di defenisi sebagai suatu kompleks yang
berada dalam pikiran manusia yang diperoleh dari suatu proses belajar.
Pengetahuan pada dasarnya berasal dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pengetahuan pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung
maupun pengalaman orang lain.

B. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau konjuntif merupakan dominan terbentuknya suatu
tindakan seseorang (over behaviors). Pengetahuan yang mencakup dalam
dominan kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalamnya mengingat (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu, tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain : menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang di ketahu, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
sebagai objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menggambarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen- komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata- kata kerja : menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menujukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian- bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasiformulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas,

menyesuaikan, dan sebagainya, terrhadap suatu teori atau rumus- rumus yang
telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteriakriteria yang telah ada. Misalnya

dapat membandingkan, menanggapi,

menafsirkan dan sebagainya (Notoadmodjo, 2003).


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.

C. Hal - Hal Yang Mempengaruhi Pengetahuan


1. Usia
Usia adalah lama seseorang hidup sampai ulang tahun terakhir, maka
dengan bertambahnya usia pula pengalaman yang diperoleh dan semakin banyak
pula yang diamati secara subjektif dan objektif.
2. Pendidikan
Pendidikan bertujuan untuk mengubah pengetahuan, pendapat dan
konsep., mengubah sikap dan persepsi menanamkan tingkah laku kebiasaan yang
baik. Pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan terutama tentang kesehatan.

Secar aumum tingkat pendidikan sudah dapat menggambarkan tingkat


pengetahuan responden. Pengetahuan yang kurang tentang vaksin HPV sebagai
pencegahan kanker leher rahim menyebabkan seseorang tidak mengetahui
bagaimana cara mencegah terjadinya penyakit tersebut.
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah jenis aktifitas yang dilakukan sehari- hari. Hal ini dapat
dimengerti bahwa pekerjaan dapat mempengaruhi lingkungan soaial dimana
seseorang berinteraksi. Kenyataan ini dapat dikaitan tingkat pendidikan dan jenis
pekerjaan dimana seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih baik
akan mendapat pekerjaan yang lebih baik, sehingga akan mempengaruhi terhadap
tingkat penghasilan. Dengan tingkat penghasilan yang tinggi seseorang lebih
dapat memikirkan kesehatan dibandingkan dengan orang yang berpenghasilan
lebih rendah. Secara umum dapat juga dijelaskan bahwa seseorang yang lebih
berpenghasilan besar akan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan informasi
berasaldari berbagai macam media. Seseorang dengan berpenghasilan rendah atau
tidak mencukupi akan lebih memikirkan bagaimana menambah penghasilanya
daripada mencari informasi yang kurang diperlukan (Notoadmodjo, 2002)
4. Pendapatan Keluarga
Pendapatan adalah jumlah penghasilan seluruh anggota keluarga.
Pendapatan berhubungan langsung dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga,
penghasilan yang tinggi dan teratur membawa damfak positif bagi keluarga
karena keseluruhan kebutuhan sandang, pangan, papan dan transportasi serta
kesehatan dapat terpenuhi. Namun tidak demikian dengan keluarga yang

pendapatannya rendah akan mengakibatkan keluarga mengalami kerawanan


dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya yang salah satunya adalah pemeliharaan
kesehatan (Keraf, 2001).

D. Kanker Serviks / Leher Rahim


Serviks adalah salah satu bagian dari rahim, yang terdiri dari dua bagian
yaitu mulut rahim dan leher rahim, tetapi secara keseluruhan keduanya disebut
serviks. Serviks adalah organ yang menghubungkan rahim dengan vagina. Mulut
rahim adalah bagian terendah rahim biasa disebut portio. Sedangkan leher rahim
adalah bagian sempit dari bagian bawah rahim diatas portio. (Nurwijaya, 2010)
Kanker leher rahim adalah penyakit neoplasia ganas pada leher rahim yang
sel- sek epitelnya memperlihatkan tanda- tanda keganasan berupa diferensasi selsel epitel permukaan menghilang, susunan sel- sel yang terbentuk palidase juga
tidak dijumpai lagi, bentuk dan juga inti sel bervariasi serta sangat kuat menarik
zat warna dan jumlah sitoplasma sangat berkurang sehingga sel- sel seolah- olah
tersusun padat (Prawirohardjo 1997 dan Djamin, 2005)
Kanker leher rahim adalah kanker yang menyerang bagian ujung bawah
rahim wanita (liang senggama). Kanker ini umumnya tidak nampak, tetapi dapat
dirasakan oleh penderitanya (Mardiana, 2007).

1. Penyebab dan Faktor Resiko Timbulnya Kanker Leher rahim


Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Pappiloma
Virus (HPV). Lebih dari 90% kanker leher rahim jenis skuamosa mengandung

DNA Virus HPV dan telah diidentifikasi sebanyak 20 tipe yang menjadi penyebab
kanker leher rahim, tetapi paling banyak (70%) kanker leher rahim disebabkan
tipe 16 dan 18 (Prawirohardjo, 2006 dan Nurwijaya, 2010.)
Faktor- faktor resiko kanker leher rahim berhubungan erat dengan prilaku
terutama gaya hidup seks (Nurwijaya, 2010).
Faktor resiko adalah faktor yang memudahkan terjadinya infeksi virus
HPV dan faktor lain yang memudahkan terjadinya kanker leher rahim

atau

meningkatkan resiko menderita kanker leher rahim. Hasil penelitian para ahli,
disamping infeksi HPV, ditemukan faktor- faktor pendukung lainnya yang dapat
menimbulkan kanker leher rahim.
1.

Infeksi Human Pappiloma Virus

2.

Prilaku seks yang meliputi

Banyak mitra seks

Aktivitas seksual dini

Mempunyai pasangan yang sering berganti ganti patner dalam


hubungan seks.

Infeksi penyakit menular seks lain. Seperti AIDS, Gonorhoea A


lebih rentan terhadap kankerr leher rahim.

3. Wanita perokok memiliki resiko dua kali lebih besar terhadap kanker
leher rahim daripada nonperokok.
4. Multiparitas
5. Pengguanaan pil kb dapat meningkatkan resiko kejadian kanker leher
rahim, terutama yang sudah positif terhadap HPV (Nurwijaya, 2010).
6. Imunosupresi/ infeksi HIV.

7. Faktor genetik.
8. Status sosial ekonomi yang rendah (gizi buruk, pendapatan dan
pendidikan yang rendah, dan kurangnya fasilitas untuk skrining dan
pelayanan kesehatan). (Ranuh dkk, 2008)

2. Kondisi prekanker diklasifikasikan dalam 3 cara :


1. CIN I (Cervical intraepithel neoplasia)
Klasifikasi ini melibatkan displasia ringan, dimana sel- sel yang
abnormal terbatas pada sepertiga bagian luar dari lapisan sel
permukaan epitel yang melapisi leher rahim. Perubahan yang
disebabkan oleh human pappiloma virus. Hal ini sering terjadi pada
wanita muda dan muncul paling sering antara usia 25 dan 35 tahun.
2. CIN II (Cervical intraepithel neoplasia)
Klasifikasi ini melibatkan displasia moderat, dimana sel- sel yang
abnormal menyusun sekitar 2/3 bagian luar dari ketebalan lapisan
permukaan (epitel).
3. CIN III (Cervical intraepithel neoplasia)
Klasifikasi ini melibatkan displasia parah, dimana seluruh ketebalan
epitel terdiri dari sel- sel abnormal, tetapi sel- sel ini belum menyebar
di bawah kepermukaan. Kategori ini juga disebut karsinoma in situ
(stadium 0). Displasia parah paling sering terjadi pada wanita antar
ausia 30- 40 tahun. (Nurwijaya, 2010).

3. Stadium Kanker Leher rahim


Penentuan stadium kanker leher rahim menurut FIGO masih
berdasarkan pada pemeriksaan klinis praoperatif ditambah dengan foto
toraks serta sitoskopi dan rektoskopi.
Stadium Kanker Leher rahim Menurut FIGO 2000
Stadium 0

Karsinoma insitu, karsinoma intra epitelial

Stadium I

Karsinoma masih terbatas di leher rahim

Stadium Ia

Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara


Mikroskopik.

Stadium Ia1

Invasi ke stroma tidak lebih dari 3 mm dan lebar


tidak lebih dari 7 mm.

Stadium Ia2

Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm


tapi kurang 5 mm dan lebar tidak lebih 7 mm.

Stadium Ib

Lesi terbatas di leher rahim atau secara mikroskopik


lebih dari Ia.

Stadium Ib1

Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm

Stadium Ib2

Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm

Stadium II

Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3


bawah.

Stadium IIa

Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan


parametrium

Stadium IIb

Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai


dinding panggul.

Stadium III

Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya


perluasan sampai dinding panggul.

Stadium IIIa

Keterlibatkan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi


parametrium belum mencapai dinding panggul.

Stadium IIIb

Perluasan sampai dinding panggul atau adanya


hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal.

Stadium IV

Perluasan ke luar organ reproduktif.

Stadium IVa

Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa


rektum.

Stadium IVb

Metastase jauh atau telah keluar dari rongga


panggul. (Prawirohardjo, 2006)

E. Human Pappiloma Virus


Virus adalah suatu agen infeksi ultramikroskopik yang tumbuh dalam
suatu sel dan mampu mereplikasi dirinya sendiri di dalam sel tempatnya hidup.
Virus menginfeksi semua jenis organisme, dari manusia, hewan dan tumbuhan
untuk bakteri dan archaea. Partikel lengkap virus biasanya mengandung DNA
atau RNA, tidak keduanya, dan biasanya ditutupi oleh lapisan atau kapsid protein
yang melindungi asam nukleat. (Nurwijaya, 2010)
Human Pappiloma Virus (HPV) adalah DNA virus yang menimbulkan
profilasi pada permukaan epidermal dan mukosa. Infeksi virus pappiloma sering
terdapat pada wanita yang aktif secara seksual. Dari beberapa pemeriksaan
laboratorium terbukti bahwa lebih 90% kondiloma leher rahim, semua neoplasia
intraepitel leher rahim dan kanker leher rahim mengandung DNA HPV.

Hubungannya kuat, dan setiap tipe HPV mempunyai hubungan patologik yang
berbeda.
HPV 6, 11, 42, 43 dan 44 jarang ditemukan pada neoplasma, sedangkan
tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51 ,56 dan 58 sering ditemukan pada kanker dan lesi
prekanker (Tjokronegoro, 2002)

1. Jenis jenis Human Pappiloma Virus


Menurut Prof. DR Harald Zur Hausen penemu virus HPV saat ini ada 150
jenis HPV dan di masa yang akan datang jumlah ini akan bertambah.
Jenis- jenis HPV yang telah diteliti :
a) 1-4, 7, 10, 26-29, 41, 48, 49, 57, 60, 63, 65 adalah jenis HPV yang
menyebabkan penyakit kutil pada kulit manusia baik laki- laki maupun
perempuan.
b) 2, 6, 11, 13, 16, 32 adalah jenis HPV yang menyebabkan infeksi kulit,
kutil disekitar rongga leher, hidung.
c) 5, 8, 9, 12, 14, 15, 17, 19 adalah jenis HPV yang menyebabkan kutil yang
berbentuk datar.
d) 20- 25, 36, 38, 47, 50 adalah jenis HPV yang berbahaya (secara klinik)
kanker kulit dan kutil pada alat kelamin wanita dan pria.
e) 16, 18, 26, 31, 33, 34, 35, 39, 45, 51, 52, 53, 56, 58, 59, 66, 68, 73, 82
adalah jenis HPV beresiko tinggi penyebab kanker leher rahim, kanker
penis, vagina dan anus. (Mortakis Alexandros, 2007).

2. Pengertian Pencegahan atau Prevensi Kanker


Prevensi adalah suatu usaha untuk mencegah timbulnya kanker atau
kerusakan yang lebih lanjut yang ditimbulkan oleh kanker itu.
2.1. Macam- macam Pencegahan Kanker
a. Pencegahan Primer
Pencegahan faktor penyebab kanker leher rahim yaitu
mencegah terjadinyay infeksi HPV baik dengan cara menghindari
faktor- faktor yang menyebabkan infeksi HPV dan melakukan
vaksin HPV. (Nurwijaya, 2010)
b. Pencegahan Sekunder
Usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut
kerena kanker itu dengan deteksi dini dan diagnosis kanker serta
pengobatan denagn segera. Pada stadium dini kerusakan yang
ditimbulkan oleh kanker ini masih kecil sehingga bila segera
diobati dengan baik diharapkan penderita dapat dibebaskan dari
cengkraman kanker dan dapat hidup dengan normal. (Sukardja,
2000)
Pencegahan sekunder termasuk dengan cara deteksi dini
atau skrining untuk menemukan kasus- kasus dini sehingga
kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. (Tjokonegoro,
2002)

Di Indonesia yang lazim dilakukan adalah skrining yang


disebut test Pap Smear dan IVA (Inspection Visual with Acetic)
(Nurwijaya, 2010).

c. Pencegahan Tertier
Usaha untuk mencegah timbulnya komplikasi kanker.
Komplikasi apa yang mungkin timbul dapat diantisipasi kalau kita
mengetahui jenis kanker itu, patologinya serta epidemiologinya.
(Sukardja, 2000)
Pencegahan tertier yaitu pengobatan untuk mencegah
komplikasi klinik dan kematian awal. (Tjokonegoro, 2002)

F. Defenisi Vaksin
Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa
sehingga patogenisitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung
sifat antigenisitas. (Ranuh dkk, 2008)
Vaksin adalah zat yang terbuat dari bagian virus atau kuman yang
tujuannya untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu.
(Prawirohardjo, 2006)
Vaksinasi merupakan suatu tindakan

yang dengan sengaja memberikan

paparan dengan antigen yang berasal dari mikroorganisme patogen (Ranuh dkk,
2008.)

1. Vaksin Human Pappiloma Virus


Vaksin HPV adalah vaksin kedua di dunia yang dapat mencegah
terjadinya kanker. Sebelumnya, terdapat vaksin hepatitis B untuk mencegah
kanker hati (Pradipta & Sungkar, 2007). Di Indonesia, vaksinasi HPV telah
masuk kedalam program imunisasi yang dianjurkan (Ranuh dkk, 2008).
Kebanyakan vaksin profilaktif merupakan partikel protein mirip
virus

yang dibuat dari struktur protein yang dikenal sebagai L1.

Pembuatan vaksin yang berasal dari peptida E6 dan E7, gabungan


beberapa protein lain, plasmid DNA tak berkapsul, dan vaksin virus
rekombinan. (Prawirohardjo, 2006)
Penelitian

vaksin

HPV

bivalen

dan

kuadrivalen

menunjukan

imunogenisitas yang tinggi.


Vaksin HPV yang telah beredar di indonesia di buat dengan teknologi
rekombinan. Vaksin HPV berpotensi untuk mengurangi angka mordibitas
dan mortalitas yang berhubungan dengan infeksi HPV.
Terdapat 2 jenis vaksin HPV
a) Vaksin bivalen (Tipe 16 dan 18, Cervarix)
b) Vaksin Quadrivalen (Tipe 6, 11, 16 dan 18, Gardasil)
Vaksin HPV mempunyai efikasi 96%-100% untuk mencegah kanker leher
rahim yang disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18. Vaksin HPV telah
disahkan oleh Food and Drug Administration (FDA) dan Advisory
Committee on Immunization Practices (ACIP) dan di Indonesia sudah
mendapat izin edar dari badan POM RI.
Efek samping lokal vaksin HPV bivalen dan quadrivalen adalah nyeri,
reaksi kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan.

Efek samping sistemik vaksin HPV bivalen dan quadrivalen adalah


demam, nyeri kepala dan mual.
Imunisasi vaksin HPV diperuntukan pada anak perempuan sejak usia > 10
tahun.
Dosis 0,5 mL, diberikan secara IM pada daerah deltoid.
Jadwal vaksin bivalen : 0, 1 dan 6 bulan.
Jadwal vaksin quadrivalen : 0, 2 dan 6 bulan (Ranuh dkk, 2008).
1 x imunisasi sekitar Rp. 800.000,00 (Nurwijaya, 2010).
G. Hubungan Human Papiloma Virus dengan Kanker Leher Rahim
Hubungan antara infeksi Human Papiloma Virus dengan Kanker Leher
Rahim pertama kali dicetuskan oleh Prof. Harlad Zur Hausen pada tahun 1980.
(Prawirohardjo, 2006)
Virus HPV onkogenik adalah salah satunya faktor resiko biologi yang
bertanggung jawab bagi berkembangnya lesi prakanker dan invasi kanker
didaerah leher rahim. Infeksi HPV onkogenik dapat terjadi melalui kontak vagina
atau anus dan hubungan seks. Virus ini bekerja dengan cara bergabung dengan
DNA sel manusia. HPV onkogenik mengandung protein E6 dan E7 yang dapat
mengacaukan fungsi sel normal dan menjadi sel kanker. HPV onkogenik
mengandung protein (onkoprotein ) yang dapat mengganggu pembelahan sel
sehingga sel membelah tidak terkontrol sehingga menyebabkan kanker. HPV
onkogenik dapat pula menyebabkan kanker vulva, kanker anus, kanker leher,
kanker penis. (Nurwijaya, 2010)
Perjalanan penyakit kanker leher rahim didahului dengan infeksi HPV
onkogenik, virus HPV menyebabkan sel leher rahim normal menjadi sel
prakanker dan sel prakanker berkembang menjadi sel kanker. Biasanya diperlukan

bertahun tahun untuk kanker leher rahim berkembang, tetapi prosesnya juga dapat
terjadi waktu kurang dari 12 bulan. Sebagai bentuk sel- sek kanker, sel- sel yang
abnormal ukuran dan
berkembang biak.

bentuknya muncul dipermukaan leher rahim dan mulai

Anda mungkin juga menyukai