IMUNOLOGI
Dosen Pembimbing :
Supriliyah P. , S.Kep ., NS
Dikerjakan oleh :
Vina Dewi Wijayanti (130801091)
Penulis
DAFTAR ISI
Cover ..................................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................iii
Pendahuluan
1.2.Latar belakang .....................................................................................
1.3 Rumusan masalah.................................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................................
Pembahasan
2.1 sejarah imunologi ................................................................................
2.2 gambaran umum system imun.............................................................
2.3 pembagian system imun .....................................................................
2.4 Antigen Dan Antibodi .......................................................................
2.5 struktur dan fungsi imunoglobulin.......................................................
2.6 Reaksi Hipersensitifitas ......................................................................
Penutup
Kesimpulan .................................................................................................
Daftar Pustaka.....................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini manusia hidup pada zaman yang serba komplek. Manusia hidup dalam
lingkungan yang sudah tidak sehat. Betapa tidak, saat ini bakteri, virus dan berbagai macam
penyakit telah bebas beterbangan di udara. Manusia jadi semakin sering terpapar dengan semua
bakteri tersebut. Lalu bagaimana bisa manusia bertahan hidup? Sedangkan pada setiap individu
selalu dikepung ribuan mikroba. Hal itu karena dalam tubuh manusia memiliki system
pertahanan diri. Dimana system tersebut akan menghancurkan mikroba yang mencoba masuk
dan mengganggu aktifitas system tubuh manusia.
Meskipun manusia telah memiliki system imun atau system perklindungan diri terhadap
benda asing yang mengancam kelangsungan system pada tubuh manusia, namun terkadang
manusia juga dapat terkalahkan oleh ribuan mikroba yang menyerang secara terus-menerus
ketika manusia dalam dama kondisi tertentu. Lalu bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan apasaja
sebenarnya perlindungan diri yang manusia miliki? Oleh karena itu penulis membuat makalah ini
selain untuk memenuhi tugas Ilmu Dasar Keperawatan. Dan cabang ilmu yang mempelajari
tentang sistem imun, Imunologi akan kami paparkan dalam makalah kami ini.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar Imunologi?
1.3 Tujuan
Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai konsep dasar Imunologi, agar
dengan pemahaman tentang konsep tersebut pembaca dapat berperan untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan pada masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Imunologi
Sejarah imunologi yang sebenarnya terjadi baru dimulai pada tahun1950. Cacar pertama
tercatat di Cina dan kemudian menyebar di Turki Asia Tengah melalui perdagangan tradisional
dan akhirnya ke seluruh dunia. Pada tahun 1000 SM ahli-ahli Cina telah mempraktek-kan
sejenis imunisasi dengan menghirup puyer yang dibuat dari krusta lesi cacar. Kemudian puyer
krusta diaplikasikan melalui jarum atau pocking device ke kulit yang disebut variolasi.
Selanjutnya cara itu dipraktekkan secara umum dan dan berkembang di Turki dan Asia Tengah.
Lady Mary Wrtly Montagu seorang bangsawan Inggris terjangkit cacar yang sembuh
namun menyisakan pock di kulit alopesia di kepala. Lady Montagu mempelajari teknik inokulasi
. ia mencoba pada anak laki-lakinya yang ternyata tetap sehat meskipun sering terpajan dengan
wabah cacar. Pada tahun 1721 inokulasi nanah penderita cacar diberikan kepada 6 orang tawanan
penjahat yang akan dihukum mati dan ternyata semuanya sehat tidak terjangkit wabah.
Pada tahun 1796, Edward Jenner mengumpulkan nanah asal luka pok sapi dari tangan
pemerah susu yang bernama Sarah Nelmes.dan nanah tersebut diinokulasikannya ke seorang
anak yang bernama James Philip usia 4 tahun. Hal itu yang menimbulkan panas namun tidak
menjadikan anak tersebut sakit. Setelah itu vaksinasi dengan pok sapi diterima sebagai cara
pencegahan dan Jenner diangkat sebgai pendiri Imunologi.
2.2 Gambaran Umum Sistem Imun
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Gabungan sel, molekulmolekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut system imun.
Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul, dan bahan lainnya terhadap mikroba disebut
respons imun. System imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap
bahaya yang dapat ditimbulkan barbagai bahan dalam lingkungan hidup.
Mikroba dapat hidup ekstraselular, melepas enzim dan menggunakan makanan yang
banyak mengandung gizi yang diperlukannya. Mikroba lain menginfeksi sel penjamu dan
berkembang biak intraselular dengan menggunakan sumber energy sel penjamu. Baik mikroba
ekstraselular maupun intraselular dapat menginfeksi subyek lain., menimbulkan penyakit dan
kematian, tetapi banyak juga yang tidak berbahaya bahkan berguna untuk pejamu.
2.3 Pembagian Sistem Imun
Pembagian system imun dapat dibagi menjadi system imun alamiah atau
nonspesifik atau natural dan didapat atau spesifik atau adaptif.
SISTEM
A.
FISIK
-kulit
B. SPESIFIK
LARUT
Selular
Biokimia
HUMORAL
- Fagosit
SELULAR
Sel B
Sel T
>Mononuklear
-igG
-Th1
-Silia
-Sekresisebaseus
>Polimorfonuklear
-igA
-Th2
-Batuk
-Asam Lambung
- Sel NK
-igM
-Ts/Tr/Th3
-Bersin
-Laktoferin
- Sel Mast
-igE
-Tdth
-Asam Neraminik
- Basofil
-igD
-CTL
HUMORAL
-Eosinofil
-Komplemen
Sitokin
- SD
-Th17
-APP
-Mediator Asal Lipid
-Sitokin
-NKT
Fagosit :
sel MN,
PMN
-sel NK
Sel MAST
b. Pertahanan Biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel
kulit, telinga, spermin dalam semen, mengandung bahan yang berperan dalam
pertahanan tubuh secara biokimiawi. asam HCL dalam cairan lambung , lisozim
dalam keringat, ludah , air mata dan air susu dapat melindungi tubuh terhadap
berbagai kuman gram positif dengan menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu
juga mengandung laktoferin dan asam neuraminik yang mempunyai sifat
antibacterial terhadap E. coli dan staphylococcus.
Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram
negatif dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin dan transferin
dalam serum dapat mengikat zan besi yang dibutuhkan untuk kehidupan kuman
pseudomonas.
c. Pertahanan Humoral
System imun nonspesifik menggunakan berbagai molekul larut. Molekul larut
tertentu diproduksi di tempat infeksi atau cedera dan berfungsi lokal. Factor larut lain
yang diproduksi di tempat yang lebih jauh dan dikerahkan ke jaringan sasaran melalui
sirkulasi seperti komplemen dan (Protein Fase Akut) PFA.
1. Komplemen
Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan
memberikan protrksi terhadap infeksi dan berperan dalam respons inflamasi.
Komplemen dengan spectrum aktifitas yang luas diproduksi oleh hepatosit
dan monosit dan dapat diaktifkan secara langsung oleh mikroba atau
produknya(jalur alternative, klasik dan lektin) komplemen berperan sebagai
opsonin yang meningkatkan fagositosi, sebagai factor kemotaktik dan juga
menimbulkan lisis bakteri dan parasit.
2. Protein Fase Akut
Selama fase akut infeksi, terjadi perubahan beberapa kadar
beberapa protein dalam serum yang disebut APP. Yang akhir merupakan
opsonin,
mengaktifkan
komplemen.
SAP
mengikat
Pemeran utama dalam system imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. humor
berarti cairan tubuh. Sel B berasal dari sel asal multipoten di sum-sum tulang. Sel B yang
dirangsang oleh benda akan berproliferasi, berdiferensiasi dan berkrmbang menjadi sel
plasma yang memproduksi antibody. Antibody yang lepas dapat ditemukan dalam serum.
Fungsi utama anti bodi adalah pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri
serta menetralkan toksinnya.
b. System imun spesifik selular
Limfosit T atau sel T berperan pada system imun spesifik selular. Sel tersebut juga
berasal dari sel asal yang sama seperti sel B. pada orang dewasa, sel T dibentuk di
sumsum tulang, tetapi poliferasi diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus atas
pengaruh berbagai factor asal timus.
2.4 Antigen dan Antibodi
Berbagai patogen seperti bakteri, virus, jamur atau parasite mengandung berbagai bahan yang disebut
imunogen atau antigen dan dapat menginduksi sejumlah respon imun. Antibodi adalah bahan
glikoprotein yang diproduksi sel B sebagai respon terhadap rangsangan imunogen. Dalam prektek
antigen sering digunakan sebagai imunogen.
1. Antigen
Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respon imun yang dirangsang oleh
imunogen spesifik seperti antibody dan atau TCR. Antigen lengkap adalah antigen yang
menginduksi baik respon imun maupun bereaksi dengan produknya. Yang disebut antigen
komplit atau hapten, tidak dapat dengan sendiri menginduksi respon imun tetapi dapat bereaksi
dengan produknya seperti antibody. Hapten dapat dijadikan imunogen melalui ikatan dengan
molekul besar yang disebut molekul atau protein pembawa.
2. Pembagian antigen
a. Berdasarkan epitop
Unditerminan ( univalent ), Hanya satu jenis determinan/epitope pada satu
molekul.
Unideterminan ( multivalent ), Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau
lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul.
b. Berdasarkan spesifitas
Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies.
Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu.
Alloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies.
Antigen organ spesifik, yang hanya dimilki organ tertentu.
Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri.
c.
T dependen, yang memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk dapat
menimbulkan respon antibody. Kebanyakan antigen protein termasuk dalam
golongan ini.
T independen, dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk
antibody. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar polimerik yang
dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan. Misalnya, lipopolisakarida, ficoll,
dekstran, levan, dan flagelin polimerik bakteri.
Contoh-contoh antigen antara lain: Bakteri 4. Sel-sel dari transplantasi organ,Virus
5. Toksin dan Sel darah yang asing.
d. berdasarkan sifat kimiawi
Hidrat arang (polisakarida), hidarat arang pada umumnya imunogenik.
Glikoprotein
yang
merupakan
bagian
permukaan
sel
banyak
2. Antibodi
Darah yang dibiarkan membeku akan meninggalkan serum yang mengandung berbagai
bahan larut tanpa sel. Bahan tersebut mengandung molekul antibody yang digolongkan
dalam protein yang disebut globulin dan sekarang dikenal sebagai immunoglobulin. Dua
cirinya yang penting adalah spesifitas dan aktifitas biologik. Fungsi utamanya adalah
mengikat antigen dan menghantarkannya ke system pemusnahan.
2.5 STRUKTUR DAN FUNGSI IMUNOGLOBULIN
1. Struktur Imunoglobulin
Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang
terdapat dalam serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia.
Imunoglobulin termasuk dalam famili glikoprotein yang mempunyai struktur
dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-18% karbohidrat. Komponen
polipeptida membawa sifat biologik molekul antibodi tersebut. Molekul antibodi
mempunyai dua fungsi yaitu mengikat antigen secara spesifik dan memulai reaksi
fiksasi komplemen serta pelepasan histamin dari sel mast.
Imunoglobulin dibagi menjadi 5 kelompok dalam bentuk gammaglobulin
(IgG, IgA, IgM, IgD, IgE) dan dapat dipisahkan melalui proses elektroforesa. Bila
seseorang
terkontaminasi
dengan
antigen,
maka
akan
terjadi
proses
imunoglobulin (antibodi) dan dengan kontaminasi yang lebih jauh dengan antigen
yang sama akan terbentuk kekebalan.
Pada manusia dikenal 5 kelas imunoglobulin. Tiap kelas mempunyai
perbedaan sifat fisik, tetapi pada semua kelas terdapat tempat ikatan antigen
spesifik dan aktivitas biologik berlainan. Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas
2 macam rantai polipeptida yang tersusun dari rangkaian asam amino yang
dikenal sebagai rantai H (rantai berat) dengan berat molekul 55.000 dan rantai L
(rantai ringan) dengan berat molekul 22.000. Tiap rantai dasar imunoglobulin
(satu unit) terdiri dari 2 rantai H dan 2 rantai L. Kedua rantai ini diikat oleh suatu
ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga membentuk struktur yang simetris.
Yang menarik dari susunan imunoglobulin ini adalah penyusunan daerah simetris
rangkaian asam amino yang dikenal sebagai daerah domain, yaitu bagian dari
rantai H atau rantai L, yang terdiri dari hampir 110 asam amino yang diapit oleh
ikatan disulfid interchain, sedangkan ikatan antara 2 rantai dihubungkan oleh
ikatan disulfid interchain. Rantai L mempunyai 2 tipe yaitu kappa dan lambda,
sedangkan rantai H terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G (), rantai A (), rantai M
(), rantai E () dan rantai D (). Setiap rantai mempunyai jumlah domain
berbeda. Rantai pendek L mempunyai 2 domain; sedang rantai G, A dan D
masing-masing 4 domain, dan rantai M dan E masing-masing 5 domain.
Rantai dasar imunoglobulin dapat dipecah menjadi beberapa fragmen.
Enzim papain memecah rantai dasar menjadi 3 bagian, yaitu 2 fragmen yang
terdiri dari bagian H dan rantai L. Fragmen ini mempunyai susunan asam amino
yang bervariasi sesuai dengan variabilitas antigen. Fab memiliki satu tempat
tempat pengikatan antigen (antigen binding site) yang menentukan spesifisitas
imunoglobulin.
Fragmen lain disebut Fc yang hanya mengandung bagian rantai H saja dan
mempunyai susunan asam amino yang tetap. Fragmen Fc tidak dapat mengikat
antigen tetapi memiliki sifat antigenik dan menentukan aktivitas imunoglobulin
yang bersangkutan, misalnya kemampuan fiksasi dengan komplemen, terikat pada
permukaan sel makrofag, dan yang menempel pada sel mast dan basofil
mengakibatkan degranulasi sel mast dan basofil, dan kemampuan menembus
plasenta.
Enzim pepsin memecah unit dasar imunoglobulin tersebut pada gugusan
karboksil terminal sampai bagian sebelum ikatan disulfida (interchain) dengan
akibat kehilangan sebagian besar susunan asam amino yang menentukan sifat
antigenik determinan, namun demikian masih tetap mempunyai sifat antigenik.
Fragmen Fab yang tersisa menjadi satu rangkaian fragmen yang dikenal sebagai
F(ab2) yang mempunyai 2 tempat pengikatan antigen.
2. Klasifikasi Imunoglobulin
Klasifikasi imunoglobulin berdasarkan kelas rantai H. Tiap kelas
mempunyai berat molekul, masa paruh, dan aktivitas biologik yang berbeda.
Perbedaan antar subkelas lebih sedikit dari pada perbedaan antar kelas.
a. Imunoglobulin G (Ig G) disebut juga rantai (gamma)
IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari 2
rantai berat H dan 2 rantai ringan L. IgG manusia mempunyai
seluruh
jumlah
cukup
untuk
memulai
reaksi
kaskade
komplemen.
IgM terdiri dari pentamer unit monomerik dengan rantai dan CH.
Molekul monomer dihubungkan satu dengan lainnya dengan ikatan
disulfida pada domain CH4 menyerupai gelang dan tiap monomer
dihubungkan satu dengan lain pada ujung permulaan dan akhirnya
oleh protein J yang berfungsi sebagai kunci.
c. Imunoglobulin A (IgA) disebut juga rantai (alpha).
Adalah Imunoglobulin utama dalam sekresi selektif, misalnya pada
susu, air liur, air mata dan dalam sekresi pernapasan, saluran genital
serta saluran pencernaan atau usus (Corpo Antibodies). Imunoglobulin
ini melindungi selaput mukosa dari serangan bakteri dan virus.
Ditemukan pula sinergisme antara IgA dengan lisozim dan komplemen
untuk mematikan kuman koliform. Juga kemampuan IgA melekat pada
sel polimorf dan kemudian melancarkan reaksi komplemen melalui
jalan metabolisme alternatif.
Tiap molekul IgA sekretorik berbobot molekul 400.000 terdiri atas
dua unit polipeptida dan satu molekul rantai-J serta komponen
sekretorik. Sekurang-kurangnya dalam serum terdapat dua subkelas
IgA1 dan IgA2. Terdapat dalam serum terutama sebagai monomer 7S
tetapi cenderung membentuk polimer dengan perantaraan polipeptida
yang disintesis oleh sel epitel untuk memungkinkan IgA melewati
permukaan epitel, disebut rantai-J. Pada sekresi ini IgA ditemukan
dalam bentuk dimer yang tahan terhadap proteolisis berkat kombinasi
dengan suatu protein khusus, disebut Secretory Component yang
disintesa oleh sel epitel lokal dan juga diproduksi secara lokal oleh sel
plasma.
d. Imunoglobulin D (Ig D) disebut juga rantai (delta)
Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat
labil terhadap pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat
molekulnya adalah 180.000. Rantai mempunyai berat molekul
60.000 70.000 dan l2% terdiri dari karbohidrat. Fungsi utama IgD
belum diketahui tetapi merupakan imunoglobulin permukaan sel
limfosit B bersama IgM dan diduga berperan dalam diferensiasi sel ini.
e. ImunoglobulinE (IgE) disebut juga rantai (epsilon)
alergi
Anafilaktik
melalui
pelepasan
zat
perantara.
bagi
tubuh,
berfungsi
protektif
terhadap
infeksi
hal yang
atau
tidak
4.
sel atau jaringan yang disebabkan oleh mekanisme ini ditemukan pada beberapa
penyakit infeksi kuman (tuberculosis, lepra), infeksi oleh virus (variola, morbilli,
herpes), infeksi jamur (candidiasis, histoplasmosis) dan infeksi oleh protozoa
(leishmaniasis, schitosomiasis)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang semua mekanisme imunitas
yaitu mekanisme fisiologis yang membantu mengenali materi asing (non self), berinteraksi,
menetralkan dan mengeliminasi dengan berbagai cara.
Saat materi asing memasuki tubuh maka tubuh memunculkan respon, yaitu respon
imunitas. Respon imunitas ada yang spesifik (dilakukan secara selektif oleh limfosit T dan B)
dan respon non spesifik (dilakukan berbagai komponen imun baik imun permukaan atau
komponen lain di dalam darah/serum).
Secara garis besar respon imun (baik yang spesifik maupun non spesifik bertugas
menjalankan fungsi pertahanan (defense) yaitu menghambat masuknya antigen, menetralkan
antigen dengan berbagai cara, fungsi homeostasis yaitu membersihkaan sel tubuh dari antigen
atau sel-sel yang sudah rusak akibat infeksi dan membuangnya melalui berbagai cara, fungsi
pengawasan (surveillance) yaitu menjaga adanya perubahan sel normal menjadi abnormal yang
ganas (tumor). Perubahan ini akan membuat sel normal yang semula dikenal sebagai self
menjadi non self yang harus segera disingkirkan.
DAFTAR PUSTAKA