Anda di halaman 1dari 91

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan

pembangunan

kesehatan

adalah

meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap


orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal
yang ditandai oleh penduduk yang berperilaku sehat dan dalam
lingkungan

sehat,

memiliki

kemampuan

untuk

menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta


memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah
Republik Indonesia (Kemenkes RI, 2009).
Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu
kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang. Hal ini telah
disadari sejak berabad-abad yang lalu, sampai saat ini para ahli
kedokteran dan kesehatan senantiasa berusaha meningkatkan
mutu

dirinya,

profesinya,

maupun

peralatan

kedokterannya,

kemampuan majerial kesehatan, khususnya manajemen mutu


pelayanan kesehatan juga ditingkatkan (Wijono, 2009).
Meskipun dari segi keterjangkauan pelayanan kesehatan
sudah memadai namun mutu pelayanan kesehatan, termasuk di
rumah sakit masih perlu ditingkatkan secara terus menerus agar
dapat

memenuhi

tuntutan

masyarakat

terhadap

pelayanan

kesehatan yang bermutu. Hal ini perlu dilakukan mengingat rumah

sakit merupakan sarana pelayanan rujukan di wilayahnya, yang


diharapkan

dapat

mengatasi

masalah

kesehatan

setempat

termasuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu (Yamit,


2005).
Mutu pelayanan dapat dikatakan baik dan memuaskan
pasien, jika jasa yang diterima sesuai atau melebihi dari yang
diharapkan dan sebaliknya mutu pelayanan
dikatakan buruk atau tidak memuaskan jika pelayanan yang
diterima lebih rendah dari yang diharapkan (Soegiarto , 2008).
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator mutu
pelayanan kesehatan. Sebagian besar masyarakat baik di daerah
perkotaan maupun di pedesaan kurang puas atas pelayanan rumah
sakit pemerintah, puskesmas dan puskesmas pembantu. Penilaian
masyarakat terhadap ketidakpuasan pelayanan merupakan indikasi
keterampilan dan kualifikasi yang menghasilkan pelayanan tidak
memenuhi standar. Kenyataan menunjukkan bahwa pasien yang
tidak puas akan memberikan rekomendasi dari mulut ke mulut,
sehingga mempengaruhi sikap dan keyakinan orang lain untuk
tidak berkunjung ke sarana tersebut (Tjiptono, 2008).
Pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak merupakan hal
yang sangat penting diperhatikan karena tingginya angka kematian
neonatal

dapat

mencerminkan

buruknya

kualitas

pelayanan

kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Buruknya kualitas

pelayanan

terhadap ibu dan anak dapat menyebabkan tingginya angka

kematian ibu dan anak (Kementerian Perencanaan Pembangunan


Nasional, 2010).
Kematian pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar di Negara-Negara berkembang. Menurut statistik kesehatan
WHO (World Health Organization) tahun 2009, setiap tahun
diperkirakan sebanyak 536.000 wanita meninggal dunia akibat
masalah

persalinan

dan

99%

kematian

ibu

akibat

masalah

persalinan terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian


ibu secara global 400 per 100.000 kelahiran hidup (Oxfam, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Di
Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN
lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat
mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup (SKDI, 2012). Rata-rata
kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang
mencapai 228 per 100 ribu Angka ini masih jauh dari pencapaian
target dalam kesepakatan global Millenium Develoment Goals
(MDGs) pada tahun 2015 yaitu menurunkan AKI hingga 108 per
100 ribu. Menurunkan AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, Angka
Kematian Neonatus (AKN) 19 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes
RI, 2011).
Angka Kematian Bayi (AKB)

di Aceh tahun 2010 tercatat

sebanyak sebanyak 636 bayi (6,3%) dari total 100.560 kelahiran.

Adapun pada tahun 2011 persentase AKB di Aceh yaitu sebesar


7,7% dari total 104.011 kelahiran (Dinkes Aceh, 2011).
Angka kematian bayi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota
Banda Aceh tahun 2012 tercatat sebanyak 7 orang (4,8%) dari total
145 kelahiran, angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang
mencatat kematian bayi sebesar 4 orang (3%) dari total 119
kelahiran. Adapun jumlah kunjungan pasien rawat Inap di ruang
kebidanan tahun 2012 yaitu sebanyak 512 orang (Laporan RSIA,
2012).
Pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat, bermutu, dan terjangkau. Untuk dapat
memberikan pelayanan kesehatan paripurna bermutu (preventif,
promotif,

kuratif

dan

rehabilitatif)

namun

berbagai

fakta

menunjukkan adanya masalah serius dalam mutu pelayanan


kesehatan di Indonesia sehingga rata-rata tingkat kepuasan pasien
yang dirasakan pasien masih sangat rendah. Rendahnya tingkat
kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak
merupakan masalah serius yang harus dibenahi di institusi pemberi
pelayanan agar tujuan pemerintah menurunkan AKI dan AKB dapat
tercapai (Supardi, 2008).
Kepuasan pasien sangat erat kaitannya dengan adalah mutu
pelayanan kesehatan yang meliputi aspek tangibel (pelayanan
yang berwujud), Kehandalan petugas, responsiveness (tanggapan),
jaminan

(assurance),

empati

(emphaty),

kebebasan

serta

kenyamanan dalam pelayanan yang diberikan. Aspek tersebut


merupakan harapan pengguna jasa

layanan/pasien yang harus

dipenuhi oleh instansi penyedia jasa pelayanan untuk memberikan


service berupa kepuasan kepada masyarakat (Pohan, 2009).
Hampir semua tempat pelayanan kesehatan belum mampu
menjamin mutu pelayanan kesehatan, sehingga masyarakat sering
mengeluh dengan pelayanan yang diberikan misalnya dokter sering
terlambat datang, pasien harus menunggu lama untuk mendapat
pelayanan, belum menyediakan ruang tunggu yang nyaman, belum
ada ketersedian pelayanan secara terus-menerus, belum bisa
menjamin waktu pemyerahan obat serta belum mampu membuat
sistem peresepan online lewat komputer. Masih banyak tempat
pelayanan kesehatan yang belum consumer oriented, belum
memberikan kemudahan pelayanan bagi pasien (Hardiman, 2008).
Fenomena yang biasanya terjadi dalam pelayanan yaitu
sering kali masyarakat tidak mendapatkan kepuasan. Banyak
pasien yang dikeluhkan oleh sikap petugas kesehatan yang sering
tidak ramah terhadap pasien, komunikasi yang kurang baik antara
petugas dengan pasien dan masih banyak keluhan lainnya seperti
lambatnya proses pemberian pelayanan kepada pasien serta
lambannya tindakan pelayanan sehingga waktu menunggu menjadi
lebih lama (Pohan, 2009).
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan pasien
di ruang kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh

diketahui

bahwa tingkat kepuasan pasien masih sangat rendah

yang ditandai dengan masih banyak keluhan pasien terkait


pelayanan

yang

keterampilan

diberikan

petugas

petugas

dalam

seperti

melayani

sikap

pasien,

petugas,

respon

serta

ketanggapan petugas dalam memberikan perhatian secara khusus


kepada

pasien masih

sangat kurang sehingga

menimbulkan

keluhan dari pasien dan pihak keluarga. Latar belakang tersebut


yang mendasari penulis melakukan penelitian untuk menganalisis
tingkat kepuasan ibu bersalin terhadap mutu pelayanan kebidanan
di Unit Bersalin (VK) Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh
Tahun 2014.
1.2 Rumusan Masalah
Salah satu faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien
adalah kualitas pelayanan kesehatan. Semakin baik pelayanan
kesehatan yang diberikan, maka semakin tinggi tingkat kepuasan
yang dirasakan oleh pasien. Dengan adanya mutu pelayanan
kesehatan

(kebidanan)

yang

baik,

dihipotesiskan

pelayanan

kesehatan dan kepuasan pasien akan meningkat. Penelitian ini


dilakukan untuk menganalisa kualitas mutu pelayanan kesehatan
(kebidanan) terhadap tingkat kepuasan ibu bersalin.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Tingkat kepuasan pasien memiliki dimensi yang sangat luas,


sehingga ada banyak faktor yang berhubungan dengan tingkat
kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan. Adapun
ruang lingkup penulisan ini hanya dibatasi pada pasien kebidanan
yang dilihat dari dimensi kenyataan, kehandalan. respon, jaminan,
dan empati.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat kepuasan
Ibu bersalin berdasarkan perbedaan nilai harapan dan kenyataan
terhadap mutu pelayanan kesehatan (kebidanan) yang berlangsung
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh Tahun 2014.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien berdasarkan
harapan dan kenyataan ditinjau dari dimensi kenyataan
(tangibel) di RS Ibu Dan Anak Kota Banda Aceh.
2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien berdasarkan
harapan dan kenyataan ditinjau dari dimensi kehandalan
(reliability) di RS Ibu Dan Anak Kota Banda Aceh.
3. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien berdasarkan
harapan dan kenyataan ditinjau dari dimensi ketanggapan
(responsiveness) di RS Ibu Dan Anak Kota Banda Aceh.
4. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien berdasarkan
harapan dan kenyataan ditinjau dari dari dimensi jaminan
(ansurance) di RS Ibu Dan Anak Kota Banda Aceh.

5. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien berdasarkan


harapan

dan

kenyataan

ditinjau

dari

dari

dimensi

empati (emphaty) di RS Ibu Dan Anak Kota Banda Aceh.


6. Untuk mengidentifikasi aspek-aspek pelayanan dari ke 6
dimensi yang perlu diperbaiki, dipertahankan, ditingkatkan
dan tidak diprioritaskan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di bangku
kuliah serta dapat membandingkan teori-teori yang telah
dipelajari dengan kenyataannya di lapangan.
2. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian serta dapat dijadikan bekal dalam
melakukan penelitian di masa yang akan datang.
3. Memberikan masukan bagi instansi pelayanan terkait akan
pentingnya pelayanan yang memuaskan kepada pasien
khususnya ibu bersalin dalam meningkatkan mutu pelayanan
dan menurunkan AKI dan AKB.
4. Sebagai bahan bacaan pada perpustakaan yang dapat
dimanfaatkan oleh mahasiswa, khususnya Fakultas Kesehatan
Masyarakat dan referensi bagi peneliti lainnya.

8
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep Persalinan


2.1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan

merupakan

proses

untuk

mendorong

keluar

(ekspulsi) hasil pembuahan dari dalam uterus lewat vagina ke


dunia luar. Normalnya, proses ini berlangsung pada suatu saat
ketika uterus tidak dapat tumbuh lebih besar lagi, ketika janin
sudah cukup mature untuk dapat hidup di luar rahim (Manuaba,
2009).
Menurut

Saifuddin

(2010),

persalinan

adalah

proses

pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke


dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
2.1.2 Bentuk Persalinan
Berdasarkan definisi, persalinan terbagi atas:
1. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung
dengan kekuatan ibu sendiri.
2. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan
tenaga dari luar.
3. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan
(Saifuddin, 2010).

Manuaba

(2009),

menyebutkan

beberapa

istilah

yang

berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan


sebagai berikut:
1. Abortus, yaitu: terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi
sebelum mampu hidup di luar kandungan.
2. Persalinan prematuritas (persalinan sebelum umur hamil 28
sampai 36 minggu).
3. Persalinan aterm (persalinan antara umur hamil 37 sampai 42
minggu).
4. Persalinan serotinus (persalinan melampaui umur hamil 42
minggu).
5. Persalinan presipitatus (persalinan berlangsung cepat kurang
dari 3 jam).
2.1.3 Faktor Penting dalam Pelayanan Persalinan
Dalam
menjalankan

upaya

menurunkan

berbagai

program

AKI,
yang

maka

pemerintah

dicanangkan

secara

Internasional diantaranya adalah Safe Motherhood dan Making


Pregnancy Safer (MPS). Mochtar (2010) menyatakan bahwa, Safe
Motherhood dicanangkan di Nairobi Kenya 1987 dan memiliki
empat pilar yaitu:
1. Keluarga Berencana untuk menjamin tiap individu dan
pasangannya

memiliki

informasi

dan

pelayanan

merencanakan saat, jumlah, dan jarak kehamilan.


2. Pelayanan Antenatal untuk mencegah komplikasi
menjamin

bahwa

komplikasi

dalam

persalinan

terdeteksi secara dini serta ditangani secara benar.

untuk
dan
dapat

3. Persalinan aman untuk menjamin bahwa semua tenaga


kesehatan

mempunyai

pengetahuan,

keterampilan,

dan

peralatan untuk melaksanakan perrsalinan yang bersih, aman


dan menyediakan pelayanan pasca persalinan kepada ibu
dan bayi baru lahir.
4. Pelayanan Obstetrik

Neonatal

Esensial/Emergensi

untuk

menjamin tersedianya pelayanan esensial pada kehamilan


risiko

tinggi

dengan

Gawat-Obstetrik

(GO),

pelayanan

emergensi untuk Gawat

Darurat Obstetrik (GDO) dan

komplikasi

pada

persalinan

setiap

ibu

yang

membutuhkannya.
Keempat pilar tersebut harus disediakan melalui pelayanan
kesehatan primer yang bertumpu pada fondasi keadilan (equity)
bagi seluruh kaum perempuan. MPS memiliki 3 pesan kunci yaitu:
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
2. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal ditangani secara
adekuat
3. Setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap
pencegahan

kehamilan

yang

tidak

diinginkan

dan

penanganan komplikasi keguguran.


Selain 3 kunci tersebut di atas, MPS memiliki empat strategi
utama yaitu:
1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir berkualitas.

10

2. Membangun kemitraan yang efektif melaui kerjasama lintas


program, lintas sektor dan mitra lainnya dalam melakukan
advokasi untuk memaksimalkan sumber daya yang tersedia.
3. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui
peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku yang
menunjang kesehatan ibu/bayi baru lahir serta pemanfaatan
pelayanan yang tersedia.
4. Mendorong keterlibatan

masyarakat

dalam

menjamin

penyediaan dan pemanfaatan Mochtar (2010).


2.1.4 Pertolongan Persalinan
Saifudin (2010), menyebutkan beberapa jenis tenaga yang
memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat. Jenis
tenaga tersebut adalah:
1. Tenaga Profesional
Tenaga professional yang menolong persalinan yaitu dokter
spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan.
2. Dukun bayi
Dukun bayi merupakan tenaga penolong persalinan, namun
dukun bayi dibedakan atas 2 macam yaitu dukun terlatih (dukun
bayi yang mendapatkan latihan oleh tenaga kesehatan yang
dinyatakan lulus ), dan dukun tidak terlatih (dukun bayi yang
belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau sedang dilatih
dan belum dinyatakan lulus).
2.2 Konsep Pelayanan
2.2.1 Pengertian Pelayanan

11

Secara harfiah, menurut kamus umum Bahasa Indonesia


karya Poerwardarminta (1985) dalam Iqbal (2008) menyatakan
bahwa pelayanan adalah menolong menyediakan segala apa yang
diperlukan orang lain, seperti tamu atau pembeli. Pelayanan
kesehatan adalah seluruh jenis pelayanan dalam bidang kesehatan
dalam bentuk upaya peningkatan tarif kesehatan, pencegahan
penyakit,

diagnosis

dan

pengobatan

serta

rehabilitatif

yang

diberikan pada seseorang atau kelompok masyarakat dalam


lingkungan sosial tertentu.
Pelayanan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok maupun masyarakat (Pohan, 2009).
2.2.2 Kualitas Pelayanan
Kualitas

adalah

tingkat

kesempurnaan

dari

penampilan

sesuatu yang sedang diamati (Azwar, 1996). Sebuah organisasi


dapat

memenangkan

pesaing

dengan

menyampaikan

secara

konsisten pelayanan yang bermutu lebih tinggi dibandingkan para


pesaing dan yang lebih tinggi dari pada harapan pasien. Jika
pelayanan yang dialami berada dibawah yang diharapkan, pasien
tidak berminat lagi terhadap layanan itu, jika pelayanan yang
dialami melebihi atau memenuhi harapan pasien akan setia dengan

12

tidak

menggunakan

jasa

pelayanan

rumah

sakit

yang

lain

(Aritonang, 2009).
2.2.3 Dimensi Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan rumah sakit adalah produk akhir dari
interaksi

dan

ketergantungan

yang

rumit

antara

berbagai

komponen atau aspek manajemen yang menyatu sebagai suatu


sistem.

Sebagaimana

suatu

sistem

maka

Tjiptono

(2008),

menyebutkan kualitas palayanan terdiri atas berbagai komponen


yang saling berpengaruh antara lain:
1. Input
Komponen yang terdiri dari sarana fisik, perlengkapan atau
peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan dan sumber daya
manusia serta sumber daya lainnya.

2. Proses
Proses meliputi semua kegiatan dan keseluruhan input baik
itu tindakan medis maupun tindakan non medis dalam interaksinya
dengan pemberian pelayanan kesehatan.
3. Otput (keluaran)
Output adalah hasil akhir kegiatan proses yaitu tindakan
dokter dan profesi lainnya terhadap pasien dalam arti derajat
kesehatan dan kepuasannya.

13

Peningkatan

kualitas

pelayanan

dilakukan

dengan

memberikan kesetaraan hubungan antara masyarakat pengguna


jasa dengan petugas yang memberikan jasa pelayanan. Faktor lain
yang mempengaruhi adalah faktor lingkungan. Unsur lingkungan
yang dimaksud adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi
penyelenggaraan

pelayanan

kesehatan.

Untuk

suatu

institusi

kesehatan, keadaan sekitar yang terpenting adalah kebijakan,


organisasi dan manajemen institusi kesehatan tersebut (Nasution,
2009).
Dalam menentukan kualitas suatu produk harus di bedakan
antara produk

manufaktur atau barang (goods) dengan produk

layanan (service ) karena keduanya memilki banyak perbedaan.


Menyediakan produk layanan (jasa) berbeda dengan menghasilkan
produk manufaktur dalam beberapa cara. Perbedaan tersebut
memiliki implikasi penting dalam manajemen kualitas. Perbedaan
antara produk manufaktur dengan produk layanan menurut Moenir
(2008) adalah :
1.

Kebutuhan konsumen dan standar kinerja sering kali


sulit

di

identifikasi

dan

diukur,

sebab

masing-masing

konsumen mendefinisikan kualitas sesuai keinginan mereka


dan berbeda satu sama lain.
2.

Produksi layanan memerlukan tingkatan customization


atau individual customer yang lebih tinggi dibandingkan
manufaktur.
Dokter,

Sasaran

manufaktur

adalah

keseragaman.

ahli hukum, personal penjualan asuransi, dan

14

pelayanan restoran, harus menyesuaikan layanan mereka


terhadap konsumen individual.
3.

Output sistem layanan tidak terwujud, sedangkan


manufaktur berwujud. Kualitas produk manufaktur dapat
diukur

berdasar

layanan

spesifikasi

pengukurannya

konsumen,

dikaitkan

desain,

subyektif

dengan

sedangkan
menurut

harapan

dan

kualitas

pandangan
pengalaman

mereka. Produk manufaktur jika rusak dapat ditukar atau


diganti, sedangkan produk layanan harus diikuti dengan
permohononan maaf dan reparasi.
4.

Produk layanan diproduksi dan dikonsumsi secara


bersama -sama, sedangkan produk manufaktur diproduksi
sebelum dikonsumsi. Produk layanan tidak bisa disimpan atau
diperiksa sebelum disampaikan kepada konsumen.

5.

Konsumen seringkali terlibat dalam proses layanan dan


hadir ketika layanan dibentuk, sedangkan produk manufaktur
dibentuk

diluar

keterlibatan

langsung

dari

konsumen.

Misalnya konsuman restoran layanan cepat menempatkan


ordernya sendiri atau mengambil makanan sendiri, membawa
makanan sendiri kemeja, dan diharapakan membersihkan
meja ketika setelah makan.
6.

Layanan secara umum padat tenaga kerja, sedangkan


manufaktur lebih banyak padat modal. Kualitas interaksi
antara produsen dan konsumen merupakan faktor vital dalam

15

penciptaan layanan. Misalnya kualitas layanan kesehatan


tergantung interaksi pasien,perawat, dokter, dan petugas
kesehatan lain. Di sini perilaku dan moral pekerja merupakan
hal yang kritis dalam menyediakan kualitas layanan.
7.

Banyak organisasi layanan harus menangani sangat


banyak transaksi konsumen. Misalnya pada hari-hari tertentu,
sebuah bank mungkin harus memproses jutaan transaksi
nasabah pada berbagai kantor cabang dan mesin bank atau
barangkali Perusahaan jasa kiriman harus menangani jutaan
paket kiriman diseluruh dunia.

2.2.4 Mutu Pelayanan


Mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,
yang disatu sisi dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan
dan di sisi lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode
etik

serta

standar

yang

telah

ditetapkan.

Mutu

pelayanan

kesehatan yang dimaksud disini adalah menunjuk pada tingkat


kesembuhan penyakit serta keamanan tindakan, yang apabila
berhasil diwujudkan pasti akan memuaskan pasien.
belakang

Bertolak

dengan pendapat adanya kaitan antara mutu dengan

kepuasan, maka suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu


apabila pelayanan tersebut dapat menyembuhkan pasien serta
tindakan yang dilakukan aman (Pohan, 2009).
Pembinaan upaya kesehatan ditujukan untuk menjamin mutu
pelayanan kesehatan, harus didukung dengan standar pelayanan

16

yang selalu dikaji dalam periode tertentu sesuai kemajuan ilmu


pengetahuan

dan

teknologi

bertanggung

jawab

terhadap

serta

kebutuhan.

penyusunan

standar

Pemerintah
pelayanan

tersebut (Imbalo, 2009).


2.3 Konsep Kepuasan
2.3.1 Pengertian kepuasan
Eugel,et.all dalam buku yang dikeluarkan oleh Tjiptono
(2008),

menyatakan

bahwa

kepuasan

pelanggan

merupakan

evaluasi menurut purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurangkurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan
ketidakpuasan timbul apabila hasil (out come) tidak memenuhi
harapan.

Kepuasan

pelanggan

merupakan

salah

satu

kunci

keberhasilan suatu pelayanan kesehatan, hal ini dikarenakan


dengan memuaskan konsumen organisasi dapat meningkatkan
tingkat keuntungannya dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih
luas.
Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang
yang merupakan hasil membandingkan penampilan atau outcome
produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan seseorang.
Kepuasan

pelanggan

Puskesmas

atau

organisasi

pelayanan

kesehatan lainnya dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain


dengan pendekatan dan perilaku petugas serta mutu informasi
yang diterima, prosedur perjanjian, waktu tunggu, fasilitas umum
yang tersedia, mutu makanan,pengaturan kunjungan, outcome
terapi, dan perawatan yang diterima (Wijono, 2009).

17

Menurut Muninjaya (2004), Kepuasan pasien adalah evaluasi


positif dari dimensi pelayanan yang beragam. Pelayanan yang
dievaluasi dapat berupa sebagian kecil dari pelayanan dari
serangkain sampai dengan sistem pelayanan secara menyeluruh di
dalam rumah sakit. Kajian kepuasan pasien harus dipahami sebagai
suatu hal yang sangat banyak dimensinya atau variabel yang
mempengaruhinya.
Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pada dasarya, pengertian kepuasan mencakup perbedaan
antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Jika
kenerjanya melebihi harapan, pelanggan sangat puas dan jika
kinerjanya sesuai harapan, pelanggan merasa puas.
2.3.2 Dimensi Kepuasan
Secara umum menurut Azwar (2004) yang dikutip dalam
Iqbal (2008), menyatakan bahwa dimensi kepuasan pemakai jasa
pelayanan kesehatan atau pasien dapat dibedakan atas dua
macam yaitu kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan kode
etik profesi standar pelayanan profesi dan kepuasan yang mengacu
pada penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan.
2.3.2.1

Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan

kode etik profesi standar pelayanan profesi.


Ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan dalam
dimensi ini terbatas hanya pada penerapan kode etik serta standar
pelayanan

profesi

saja.

Suatu

18

pelayanan

kesehatan

sebagai

pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan kode etik


serta standar pelayanan profesi dapat memuaskan pasien. Dengan
pendapat ini, maka ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang
bermutu hanya mengacu pada penerapan kode etik serta standar
pelayanan profesi yang baik saja. Ukuran-ukuran yang dimaksud
pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien
mengenai:

1.

Hubungan

dokter

dengan

pasien

(DocterPatient

Relationship)
Terbinanya hubungan yang baik antara dokter dengan
pasien

adalah

salah

satu

kewajiban

etik

untuk

dapat

terselenggarakannya pelayanan kesehatan yang bermutu,


hubungan dokter pasien yang baik ini dapat dan bersedia
memberikan perhatian yang cukup kepada pasiennya secara
pribadi, menampung dan mendengarkan semua keluhan,
serta menjawab dan memberikan keterangan yang sejelasjelasnya tentang segala hal yang ingin diketahui oleh pasien
(Supardi, 2008).
2. Kebebasan melakukan pilihan (choice)
Suatu pelayanan kesehatan dikatakan bermutu apabila
kebebasan memilih serta menentukan pelayanan dapat
diberikan. Memberikan kebebasan kepada pasien untuk
memilih serta menentukan pelayanan adalah salah satu

19

kewajiban etik, dan karena itu harus dapat dilaksanakan oleh


setiap penyelenggaraan pelayanan kesehatan (Iqbal, 2008).
3. Pengetahuan dan kompetensi tekhnis (Scientific Knowledge
and Tecnical Skill)
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang didukung
oleh

pengetahuan

dan

kompetensi

teknis

bukan

saja

merupakan bagian dari kewajiban etik, tetapi juga merupakan


prinsip pokok penerapan standar pelayanan profesi. Secara
umum disebut

makin tinggi tingkat pengetahuan dan

kompetensi teknis tersebut maka makin tinggi pula mutu


pelayanan kesehatan.

4. Efektifitas pelayanan (Effectivness)


Sama halnya pengetahuan dan kompetensi teknis, maka
efektifitas pelayanan juga merupakan bagian dari kewajiban
efek serta prinsip pokok penerapan standar pelayanan
profesi. Secara umum disebutkan makin efektif pelayanan
kesehatan tersebut, makin tinggi pula mutu pelayanan
kesehatan.
5. Keamanan tindakan (Safety)
Keamanan tindakan adalah juga bagian dari kewajiban etik
serta prinsip pokok

penerapan standar pelayanan profesi.

Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang


bermutu, aspek keamanan tindakan ini haruslah diperhatikan,

20

pelayanan kesehatan yang membahayakan pasien, bukanlah


pelayanan kesehatan yang baik dan karena itu tidak boleh
dilakukan (Moenir, 2008).
2.3.2.2

Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua

persyaratan pelayanan kesehatan


Ukuran

kepuasan pemakaian jasa pelayanan kesehatan

dalam dimensi ini dikaitkan dengan semua persyaratan


kesehatan, suatu pelayanan kesehatan yang bermutu apabila
penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan dapat
memuaskan pasien. Dengan pendapat ini mudahlah dipahami
bahwa ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu
lebih bersifat luas, karena didalamnya tercakup penilaian
terhadap kepuasan pasien mengenai:

1. Ketersediaan pelayanan kesehatan (Available)


Untuk memberi kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan, banyak cara yang harus dipenuhi, salah satu
diantaranya yang nilai mempunyai peranan yang cukup penting
adalah

ketersediannya

pelayanan

kesehatan

tersebut.

Kepuasan mempunyai hubungan yang erat dengan mutu


pelayanan maka sering disebut suatu pelayanan kesehatan
adalah pelayanan kesehatan yang bermutu apabila pelayanan
kesehatan tersebut tersedia di masyarakat (Pohan, 2009).
2. Kewajaran pelayanan (Appropriete)

21

Syarat yang lain harus dipatuhi untuk dapat menimbulkan


kepuasan
kewajaran

pasien

terhadap

pelayanan

pelayanan

kesehatan.

kesehatan,

Sama

halnya

adalah
dengan

ketersediaan, yang mengaitkan aspek kepuasan dengan mutu


pelayanan, maka suatu pelayanan kesehatan juga disebut
sebagai pelayanan yang bermutu, apabila pelayanan tersebut
bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan
yang dihadapi (Pohan, 2009).
3. Kesinambungan Pelayanan Kesehatan (Continue)
Kepuasan pasien terhadap pelayanan juga ditentukan oleh
kesinambungan

pelayanan

kesehatan.

Karna

kepuasan

mempunyai hubungan erat dengan mutu pelayanan, maka


aspek kesinambungan ini juga diperhitungkan sebagai salah
satu syarat pelayanan yang bermutu, secara umum disebutkan,
pelayanan kesehatan yang bermutu adalah apabila pelayanan
kesehatan tersebut bersifat berkesinambungan, dalam arti
tersedia setiap saat, baik menurut dan ataupun kebutuhan
pemakai jasa pelayanan kesehatan (Iqbal, 2008).
4. Penerimaan pelayanan kesehatan (Acceptable)
Dapat diterima atau tidaknya pelayanan kesehatan sangat
menentukan puas atau tidaknya pasien terhadap pelayanan
kesehatan. Dengan demikian untuk dapat menjamin munculnya
kepuasan yang terkait dengan mutu pelayanan, maka pelayanan

22

kesehatan tersebut harus dapat diupayakan, sehingga dapat


diterima oleh pemakai jasa pelayanan.
5. Ketercapaian pelayanan (Accesible)
Akses ke pelayanan kesehatan yang sulit karena lokasi
yang

terlalu jauh dari daerah tempat tinggal warga tertentu

diyakini tidak akan memuaskan pasien. Kepuasan mempunyai


hubungan dengan mutu pelayanan yang baik atau bermutu,
apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat dicapai oleh
pemakain jasa pelayanan kesehatan (Hardiman, 2008).
6. Keterjangkauan pelayanan kesehatan (Affordoble)
Pelayanan kesehatan yang terlalu mahal tidak dapat
dijangkau oleh semua pemakai jasa pelayanan kesehatan dan
karenanya

tidak

akan

memuaskan

pasien.

Sebagai

jalan

keluarnya, disarankan perlunya upaya pelayanan kesehatan


yang

biayanya

pelayanan

sesuai

dengan

kemampuan

pemakai

kesehatan.

Karena

keterjangkauan

jasa

pelayanan

kesehatan erat hubungannya dengan mutu pelayanan, maka


suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan yang
bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat dijangkau
oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.
7. Efisien pelayanan kesehatan (Efficient)
Efisien pelayanan diketahui mempunyai hubungan yang
erat

dengan

kepuasan

pemakai

jasa

pelayanan.

Dengan

demikian untuk dapat menimbulkan kepuasan tersebut, sangat

23

penting di upayakan peningkatan efisiensi pelayanan. Karena


puas atau tidaknya pasien terhadap mutu pelayanan, apabila
pelayanan kesehatan tersebut dapat diselenggarakan secara
efisien (Azwar, 2004) dalam (Iqbal, 2008).
2.4 Pengukuran

Mutu

Pelayanan

Kesehatan

terhadap

Tingkat Kepuasan Pasien


Menurut pendapat para ahli mengenai tingkat kepuasan
terhadap

mutu

pelayanan

beberapa

pengukuran

kesehatan

dasar

yaitu:

yaitu
wujud

didasarkan
nyata

atas

(tangibel),

kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan


(assurance), empati (emphaty), kebebasan, serta kenyamanan.
2.4.1 Tangibel (Berwujud)
Dalam konteks ini, pelayanan kesehatan ini tidak bisa dilihat,
tidak bisa dicium dan tidak bisa diraba. Pasien akan menggunakan
indera penglihatan untuk menilai suatu kualitas pelayanan. Dalam
hal ini wujud dari penginderaan yang dilakukan oleh pasien berupa
penilaian terhadap kebersihan, kerapian ruangan. Tangibel
baik

akan

mempengaruhi

persepsi

pelanggan

dan

yang

harapan

pelanggan, karena harapan responden menjadi tinggi karena


adanya tangible yang baik (Moenir, 2008).
Aditama (2008) mengemukakan bahwa penyelenggaraan
pelayanan yang baik dapat dilihat melalui aspek fisik dari
pelayanan yang diberikan, seperti: tersedianya gedung atau ruang
pelayanan yang representative, fasilitas pelayanan berupa televisi,

24

ruang tunggu yang nyaman, peralatan pendukung yang memiliki


teknologi
pelayanan

canggih,
yang

misalnya

komputer,

memudahkan

akses

serta

fasilitas

pelayanan

kantor

serta

aspek

tampilan fisik yang dilihat dari diketahui kebersihan dan kerapihan


ruang

pelayanan,

kelengkapan

dan

kesiapan

alat-alat

serta

terdapatnya fasilitas seperti toilet atau kamar mandi yang bersih


dan memadai.
Pasien akan menggunakan indera penglihatan untuk menilai
kualitas pelayanan seperti menilai gedung, peralatan, seragam
petugas, dan lain sebagainya yang dapat menimbulkan kenikmatan
bila dilihat (Pohan, 2009).
2.4.2 Reliability (Kehandalan)
Reliability (kehandalan) adalah kemampuan untuk menolong
dan

memberikan

pelayanan

yang

cepat

dan

tepat

kepada

pelanggan dan kesediaan untuk melayani dengan baik, dan


penyampaian informasi yang jelas. Bagi pemakai jasa pelayanan
kesehatan, mutu pelayanan kesehatan terkait kepada kelancaran
komunikasi

petugas

dengan

pasien.

Kurangnya

kemampuan

komunikasi petugas, merupakan penyebab tidak jelasnya informasi


yang diberikan kepada pelanggan (Muninjaya, 2004)
Kehandalan

merupakan

untuk

memberikan

dan

melaksanakan pelayanan yang dijanjikan dengan terpercaya dan


akurat. Setiap pelanggan pasti sangat mengharapkan kepusaan
terhadap pelayanan yang mereka. Keandalan pemberi jasa menjadi

25

salah satu faktor penentu kepuasan pelanggan. Reliability dalam


pelayanan kesehatan berbeda dengan reliability produk barang
(Pohan, 2009).
Kehandalan dalam memberikan pelayanan kepada konsumen
ini dapat dicapai dengan cara memberikan jasa pelayanan kepada
pelanggan dengan tepat (accurately), yaitu pelayanan dengan
tanpa kesalahan dan kemampuan untuk dipercaya (dependably),
yaitu bagaimana agar proses pemberian pelayanan menimbulkan
rasa keyakinan pelanggan bahwa pelayanan yang didapat memang
terbaik, terutama untuk memberikan jasa secara tepat waktu (on
time) serta pelayanan dengan cara sama dengan jadwal yang telah
dijanjikan (Aditama, 2008).
Kehandalan merupakan kemampuan petugas dalam melayani
pasien dan keluarga pasien secara cepat dan tepat terhadap
pelayanan kesehatan dengan memenuhi prosedur. Dokter sebagai
kunci penting dalam pelayanan di rumah sakit punya peran
strategis dan sekaligus unik, apalagi bila mengingat tingkat
pendidikan dan sejarah profesi kedokteran dengan segala atributatributnya. Dalam paradigma baru palayanan kesehatan dan dunia
rumah sakit dewasa ini, dan juga dalam menyongsong era
globalisasi, maka peran dokter di rumah sakit dan hubungannya
dengan pihak lain di rumah sakit perlu di tata ulang. Seharusnya
memang ada semacam hubungan simbiosis mutualisme dalam

26

hubungan dokter dengan pasien, dengan memperhatikan mutu


pelayanan dan kepentingan pasien yang dilayani (Nasution, 2009).
Untuk

itu

perlu

meningkatkan

kemampuan

komunikasi

petugas dengan mengadakan pelatihan cara berkomunikasi yang


baik, sehingga diharapkan petugas dapat berkomunikasi dengan
baik serta dapat memberikan informasi menggunakan bahasa yang
dimengerti oleh pasien. Salah satu saran yang bisa diberikan
sebagai strategi untuk mencegah terjadinya keluhan adalah
dengan

meningkatkan

kemampuan

komunikasi

para

praktisi

kesehatan yang terlibat, karena hampir separuh dari semua


keluhan yang muncul berhubungan dengan komunikasi yang buruk
(Azwar, 2004).
Kehandalan dokter dalam melakukan pekerjaannya harus
mengutamakan atau mendahulukan kepentingan masyarakat dan
memperhatikan

semua

aspek

pelayanan

kesehatan

yang

menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), serta


berusaha

menjadi

pendidik

dan

pengabdi

masyarakat

yang

sebenarnya, untuk itu dokter yang diperlukan saat ini adalah yang
siap yang mampu memberikan pelayanan kepada semua lapisan
masyarakat,

pada

berbagai

pelayanan

medik

dengan

mutu

pelayanan yang secara profesional dapat dipertanggung jawabkan,


ia mudah melakukan penyesuaian diri atau beradaptasi dengan
lingkungan, tempat ia bekerja dan memahami masyarakat yang
dilayani (Azwar, 2004) dalam (Iqbal, 2008).

27

2.4.3 Responsiveness (tanggapan)


Kepuasan terhadap responsivenes ini adalah berdasarkan
persepsi dan bukan aktualnya. Karena persepsi mengandung aspek
psikologi lain maka waktu komunikasi dan situasi fisik disekeliling
pelanggan yang menerima pelayanan merupakan hal yang penting
dalam mempengaruhi penilaian pelanggan (Nasution, 2009).
Pemahaman terhadap budaya melayani dirasakan masih
kurang, hal tersebut terlihat dalam melakukan tugasnya perawat
kadang-kadang kurang tangkap dan kurang ramah. Selain uraian
tugas, peran dan fungsi setiap katagori perawat berdasarkan
jenjang pendidikan belum ditetapkan secara jelas dan kualifikasi
tenaga perawat untuk jenjang jenis keperawatan tertentu masih
perlu ditetapkan. Kesemuanya itu akan mempengaruhi semua
mutu pelayanan khususnya mutu asuhan keperawatan dirumah
sakit. Keadaan tersebut sering terjadi keluhan khalayak ramai
(Aditama, 2008).
Ketanggapan adalah kemampuan petugas dalam mendengar
dan menerima tingkah laku pasien dan ketepatan informasi yang
diberikan pada saat pasien membutuhkan. Pengertian pelayanan
keperawatan sesuai WHO Expert Commite 0n Nursing (1982)
adalah gabungan dari ilmu kesehatan dengan seni melayani/
merawat, suatu hubungan humanistik dan ilmu pengetahuan,
filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu sosial.
Pelayanan keperawatan bertugas membantu individu, keluarga dan

28

kelompok untuk mencapai profesi optimalnya di bidang fisik,


mental

dan

sosial,

dalam

ruang

lingkup

kehidupan

dan

pekerjaannya (Pohan, 2009).


Dimensi responsif menekankan pada sikap dari penyedia
jasa yang penuh perhatian, cepat, dan tepat dalam menghadapi
pertanyaan, permintaan, keluhan, dan masalah konsumen. Dalam
operasionalnya, untuk mengukur tingkat responsivitas pelayanan,
dapat dilihat melalui beberapa indikator, seperti:
1.

Terdapat tidaknya keluhan dari pengguna jasa


pelayanan

2.
3.

Sikap

provider/pemberi

pelayanan

dalam

merespon keluhan dari pengguna jasa/pasien


Berbagai
tindakan
dari
provider

untuk

memberikan kepuasan pelayanan kepada para pengguna jasa


(Moenir, 2008).
2.4.4 Jaminan (Assurance)
Dimensi jaminan juga merupakan kemampuan petugas untuk
memberikan perlindungan dan rasa aman kepada pengguna
layanan yang disebabkan oleh penyelenggara pelayanan. Pasien
meyakini bahwa petugas memiliki pengetahuan dan ketrampilan
yang dapat menyelesaikan atau membantu pasien mengatasi
keluhan atau penyakitnya (Aditama, 2008).
Dimensi jaminan Yaitu dimensi kualitas yang berhubungan
dengan kemampuan perusahan dan prilaku front line staff dalam
menanamkan

rasa

percaya

dan

29

keyakinan

kepada

para

pelanggannya. Berdasarkan banyak riset yang dilakukan ada empat


aspek dari dimensi ini yaitu keramahan, kompetensi, krediabilitas
dan keamanan (Pohan, 2009).
Assurance meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan
terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian
dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, ketrampilan dalam
memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan
untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan
dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap organisasi
(Umar, 2007)
2.4.5 Empati (Emphaty)
Perilaku seseorang atau perasaan yang ikut merasakan akan
yang dirasakan oleh orang lain. Perasaan empati dalam pelayanan
yang diberikan oleh petugas kesehatan atau dokter seakan-akan
bukan karena terpaksa melainkan tugas yang harus dilaksanakan
sebagai

pemberi

pelayanan.

Petugas

harus

merasa

empati

terhadap pasien, sehingga pasien merasa puas. Adapun pengaruh


sifat empaty dalam menunjang pelayanan penunjang medik harus
dapat menjalankan fungsinya untuk:
1. Memuaskan Pasien
2. Memuaskan Dokter yang juga merupakan konsumen
3. Memberi pelayanan yang mampu bersaing dengan pesaing
lain.
4. Mampu memberikan harga yang kompetatif

30

5. Dapat meminimalkan gangguan dan kesehatan pelayanan


yang merugikan (Rangkuti, 2010).
Empati yaitu memberikan perhatian secara individu kepada
pelanggan.

Dimensi

yang

memberikan

peluang

besar

untuk

memberikan pelayanan yang bersifat suprice. Sesuatu yang tidak


diharapkan pelanggan ternyata diberikan oleh penyedia jasa (Iqbal,
2008).
2.4.6 Kebebasan
Suatu

pelayanan

kesehatan

dikatakan

bermutu

apabila

kebebasan memilih serta menentukan pelayanan dapat diberikan.


Memberikan

kebebasan

kepada

pasien

untuk

memilih

serta

menentukan pelayanan adalah salah satu kewajiban etik, dan


karena itu harus dapat dilaksanakan oleh setiap penyelenggaraan
pelayanan kesehatan (Iqbal, 2008).
Kebebasan melakukan pilihan yaitu , memberikan kebebasan
kepada

pasien

kesehatan.

untuk

Pasien

memilih

yang

serta

diberi

menentukan

kebebasan

pelayanan

memilih

akan

mendapatkan kepuasan tersendiri terhadap dirinya , karena segala


sesuatu yang dilakukan didasari oleh pemilihan yang tepat menurut
dirinya.

Namun

dalam

hal

ini

tugas

dokter/perawat

adalah

membimbing pasien dengan pengetahuan agar dapat menyikapi


segala sesuatu dengan dasar pertimbangan yang benar, sehingga
pilihannya akan tepat (Pohan, 2009).
2.4.7 Kenyamanan

31

Mengupayakan terselenggaranya pelayanan yang aman,


adalah

salah

satu

dari

kewajiban

etik,

untuk

dapat

terselenggaranya pelayanan yang bermutu, suasana pelayanan


yang aman tersebut harus dapat dipertahankan. Kenyamanan yang
dimaksud disini tidak hanya menyangkut fasilitas yang disediakan,
tetapi yang terpenting lagi yang menyangkut sikap serta tindakan
para pelaksana ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan
(Moenir, 2008).
Kenyamanan merupakan dimensi yang penting yang harus
diperhatikan dalam meningkatkan mutu pelayanan. Pasien akan
merasa puas apabila pelayanan yang diterima dapat memberikan
kenyamanan terhadap pasien tersebut. kenyaman pasien dalam hal
ini dapat dilihat dari tindakan yang dilakukan petugas terhadap
pasien, maupun bahan/alat yang digunakan oleh petugas tidak
menimbulkan kepanikan atau rasa was-was dalam diri pasien
(Iqbal, 2008).

32

2.5 Kerangka Teoritis

Moenir (2008)
1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kehandalan
Kenyamanan pasien
Keamanan Tindakan
Wujud Nyata
Ketanggapan

Iqbal (2008)
Tanggapan
Kehandalan
Jaminan
Empati
Bukti langsung
Kebebasan

Kepuasan Ibu
Bersalin terhadap
Mutu Pelayanan
Kesehatan

Aditama (2008)
1.
2.
3.
4.
5.

Pohan (2009)

Bukti Fisik
Respon
Tanggapan
Jaminan
Keamanan tindakan

1.
2.
3.
4.
5.

Wujud nyata
Kehandalan
Ketanggapan
Jaminan
Kebebasan

Gambar 1. Bagan Kerangka Teori

33

31
BAB III
KERANGKA KONSEPSIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep pada penelitian ini difokuskan pada lima
karakteristik pasien yang berhubungan dengan tingkat kepuasan
terhadap mutu pelayanan di ruang

kebidanan (VK) Rumah Sakit

Ibu dan Anak Kota Banda Aceh, yaitu kenyataan (tangibel),


kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan
(ansurance) dan empati (emphaty). Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat dalam skema kerangka konsep berikut :
Variabel Independen

Variabel

Dependen
Kenyataan

Tanggapan Ibu
Bersalin

Kehandalan

Harapan

Ketanggapan

Kenyataan

Jaminan

Gambar 2. KerangkaTingkat
Konsep
Kepuasan

Empati

Ibu Bersalin

3.2 Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel
penelitian, yaitu :
1. Variabel

Dependen,

yaitu

tingkat

terhadap mutu pelayanan kebidanan.

kepuasan

Ibu

bersalin

2. Variabel Independen terdiri dari : kenyataan, kehandalan,


respon, jaminan dan empati.
3.3 Definisi Operasional
N

Definisi

Cara

Alat

Hasil

Skala

Ukur

Ukur

Ukur

Ukur

Wawancar

Kuesion

Tingkat

Rasio

er

kesesuaia

Variabel
o
Operasional
Variabel Dependen (terikat)
1. Kepuasan Ibu Perasaan puas
bersalin

yang dirasakan
oleh Ibu bersalin

n antara

dalam menerima

Harapan

pelayanan

dan

pengobatan di

Kenyataan

ruang kebidanan
berdasarkan
kenyataan,
kehandalan,
ketanggapan,
jaminan, dan
empati.
Variabel Independen (Bebas)
1. Kenyataan
Sarana dan
(Tangibel)

fasilitas fisik yang

Wawancar

Kuesion

Tingkat

er

kesesuaia

dapat langsung

n antara

dirasakan oleh

Harapan

pasien di rumah

dan

sakit.

Kenyataan
32

Rasio

2.

3.

4.

5.

Kehandalan

Kemampuan

Wawancar

Kuesion

Tingkat

(Reliability)

tenaga kesehatan

er

kesesuaia

memberikan

n antara

pelayanan yang

Harapan

memuaskan

dan

pasien.

Kenyataan

Ketanggapan

Kemampuan

Wawancar

Kuesion

Tingkat

(Responsiven

tenaga kesehatan

er

kesesuaia

ess)

dalam

n antara

memberikan

Harapan

pelayanan kepada

dan

pasien dengan

Kenyataa

cepat dan

Jaminan

tanggap.
Kemampuan

Wawancar

Kuesion

Tingkat

(Ansurance)

memberikan

er

kesesuaia

kepercayaan dan

n antara

kebenaran atas

Harapan

pelayanan yang

dan

diberikan kepada

Kenyataan

Empati

pasien.
Kemampuan

Wawancar

Kuesion

Tingkat

(Emphaty)

membina

er

kesesuaia

hubungan,

n antara

perhatian dan

Harapan

33

Rasio

Rasio

Rasio

Rasio

memahami

dan

kebutuhan pasien.

Kenyataan

3.4 Cara Pengukuran Variabel


Menghitung rata-rata dari nilai harapan dan nilai kenyataan.
Sehingga kriteria kepuasan pasien dalam penelitian ini adalah:
a. Apabila Tki <100 %, berarti pelayanan belum memuaskan.
b. Apabila Tki =100 %, berarti pelayanan telah memuaskan.
c. Apabila Tki >100 %, berarti pelayanan sangat memuaskan
3.5Hipotesis Penelitian
3.5.1

Ho

: Tidak ada hubungan antara kenyataan dengan

tingkat kepuasan Ibu bersalin


Ha : Ada hubungan antara kenyataan dengan tingkat
kepuasan Ibu bersalin
3.5.2

Ho : Tidak ada hubungan antara kehandalan dengan


tingkat kepuasan Ibu bersalin
Ha : Ada hubungan antara kehandalan dengan tingkat
kepuasan Ibu bersalin

3.5.3

Ho

Tidak ada hubungan antara ketanggapan

dengan tingkat kepuasan Ibu bersalin


Ha : Ada hubungan antara ketanggapan dengan tingkat
kepuasan Ibu bersalin
3.5.4

Ho

Tidak ada hubungan antara jaminan dengan

tingkat kepuasan Ibu bersalin


Ha : Ada hubungan antara jaminan dengan tingkat kepuasan
Ibu bersalin

34

3.5.5

Ho

Tidak ada Hubungan antara empati dengan

tingkat kepuasan Ibu bersalin


Ha : Ada Hubungan antara empati dengan tingkat kepuasan
Ibu bersalin

35

36
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis

penelitian

menggunakan
mengetahui

desain
tingkat

ini

bersifat

cross-sectional
kepuasan

Ibu

deskriptif-analitik
yang
bersalin

dengan

bertujuan

untuk

terhadap

mutu

pelayanan kebidanan di ruang kebidanan (VK) Rumah Sakit Ibu dan


Anak Kota Banda Aceh Tahun 2014.
4.2

Populasi dan Sampel

4.2.1Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu bersalin di
ruang kebidanan (VK) di Rumah Sakit Ibu dan Anak.
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang sedang
menghadapi persalinan di ruang

kebidanan rumah sakit ibu dan

anak dengan kriteria:


- Pasien fase laten (Pembukaan 1-3)
- Pasien fase Aktif (Pembukaan 4-10)
- Pasien post partus (Setelah bersalin)
- Pasien dengan Kesadaran composmentis (kesadaran penuh)
- Umur ibu diatas 23 tahun
Pengambilan sampel dilakukan secara Accidental Sampling,
yaitu pemilihan sampel berasal dari individu yang secara kebetulan

dijumpai selama penelitian dilakukan. Berdasarkan penentuan


besar sampel dengan menggunakan rumus Lameshow dalam
Alfridsyah (2003)

Z 2 1 / 2 P(1 P )
n =
d2
1,96 2.0,95 (1 0,95)
=
0,06 2

0,182476
0,06 2

= 50,68
n = 51 orang
Jadi, jumlah sampel yang diperoleh adalah 51 orang, dimana
:
n = Total sampel
Z21 -/2 = Standar error dari rata-rata
P = Proporsi
d = Presisi
4.3

Jenis Data
Jenis data bersifat nominal, ordinal dan semua hasil ukurnya
berskala dari data numerik.

4.4 Lokasi Penelitian.


Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota
Banda Aceh pada tanggal 09 Desember 2014 sampai dengan 30
Desember 2014.

37

4.5 Pengumpulan Data


Dalam penulisan ini, pengumpulan data diperoleh dengan
cara :
4.5.1. Data Primer
Data primer ini diperoleh secara langsung melalui wawancara
yang meliputi kenyataan, kenyamanan, ketanggapan, jaminan dan
empati.
4.5.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Rumah Sakit
Ibu dan Anak Kota Banda Aceh.
4.6. Pengolahan Data
1. Editing, yaitu data yang telah didapatkan diedit untuk
mengecek ulang/ mengoreksi untuk mengetahui kebenaran,
kesesuaian, pemberian kode.
2. Coding, dimana data yang telah didapati dari hasil penelitian
dikumpulkan dan di beri kode.
3. Tabulating, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokan
dalam bentuk tabel.
4. Analysis, pendapat Gay dalam (Emory C, dkk: 1995)
a. Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua digunakan
Importance Performance Analysis (IPA), setelah dilakukan
tabulasi jawaban dari 51 responden melalui kuisioner

38

yang dibagikan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut


:
1) Dilakukan perbandingan rata-rata nilai performance
dengan

rata-rata

nilai

importance.

Nilai

rata-rata

performance / importance dengan jumlah responden.


2) Menghitung tingkat kesesuaian. Membandingkan antara
tingkat

kepentingan/harapan

(performance)

dengan

tingkat kenyataan (importance). Tingkat kesesuaian inilah


yang akan menentukan urutan prioritas peningkatan
faktor-faktor

yang

dapat

mempengaruhi

kualitas

pelayanan.
3) Pernyataan hipotesis pertama terbukti apabila nilai
rata-rata

performance/harapan

importance/kenyataan

dan

diatas

tingkat

nilai

rata-rata

kesesuaian

diatas

100% (Tki> 100%).


b. Untuk menguji hipotesis kedua dari perhitungan IPA
diatas, lalu digunakan diagram kartesisus. Dari tabulasi
jawaban

51

responden

yang

dibagikan

mengenai

harapan/performance dan kenyataan/importance sesuai


dengan variabel kualitas pelayanan dilakukan langkah
sebagai berikut:
1) Dihitung
rata-rata

skor

performance/importance

pervariabel kualitas pelayanan, yang diperoleh dari total


rata-rata

performance/importance

menurut

penilaian

responden dibagi dengan butir/atribut pertanyaan pada


kuisioner pervariabel kualitas pelayanan.

39

2) Rata-rata

skor

performance/importance

pervariabel

pelayanan dimasukkan pada diagram kartesius.


4.7. Analisa Data
Dalam menganalisis data penelitian ini digunakan metode
deskriptif kualitatif-kuantitatif. Untuk menjawab bagaimana tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan, maka digunakan
Importance-Performance Analysis ( John A. Martila and John
C.James, 1997 :77-79) atau Analisis Tingkat Kepentingan dan
Kinerja/Kepuasan Pelanggan. Dalam penelitian ini terdapat dua
buah variabel X dan Y, dimana ; X merupakan Tingkat Harapan
Pasien sedangkan Y merupakan Tingkat Kenyataan Pasien terhadap
mutu pelayanan .
Adapun rumus yang digunakan adalah :

x 100%

Dimana : Tki = Tingkat kesesuaian harapan dan kenyataan


responden
Xi = Skor penilaian harapan responden
Yi = Skor penilaian kenyataan responden
Kriteria Pengujian :
Apabila Tki <100 %, berarti pelayanan belum memuaskan.
Apabila Tki =100%, berarti pelayanan telah memuaskan.
Apabila Tki >100%, berarti pelayanan sangat memuaskan.
4.8. Penyajian Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabular dan
tekstular.

40

Tabular yaitu penyajian data dengan mengunakan tabel dan


diagram kartesius.
Tekstular yaitu penyajian data dengan menggunakan teks atau
narasi.

41

41
BAB V
GAMBARAN UMUM

5.1 Letak Geografis


Kota Banda Aceh merupakan Ibukota Provinsi Aceh, sekaligus
juga merupakan lokasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh,
mempunyai

luas

wilayah

61,36

km2.Letaknya

berada

pada

0503045 Lintang Utara dan 9501615- 9502255 Bujur Timur,


dengan ketinggian rata-rata 0,80 meter di atas permukaan laut.
Batas wilayah kota Banda Aceh adalah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan selat malaka
- Sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan kabupaten Aceh
Besar
- Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia
5.2 Letak Demografis
Jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar 224.209 jiwa
berdasarkan hasil proyeksi sensus penduduk yang dilakukan oleh
BPS. Dengan luas wilayah Kota Banda Aceh 61.36 km2 . Maka ratarata

tingkat

kepadatan

penduduk

Kota

Banda

Aceh

adalah

sebanyak 3.654 jiwa / km2. Mata pencaharian penduduk Kota Banda


Aceh pada umumnya adalah sebagai pedagang dan nelayan.
5.3 Gambaran Pelayanan Kesehatan
RSIA Kota Banda Aceh terletak dijalan Prof. A. Majid Ibrahim I
No. 3 Banda aceh, Kelurahan Punge Jurong, Kecamatan Meuraxa,
Kota banda Aceh No. Telp (0651) 637433, 637796, 638284, fax
638331 menjadi pusat rujukan kedua setelah RSZA bagi fasilitas

yang bertugas menyelenggarakan pelayanan Kepada Masyarakat,


khususnya Kesehatan Ibu dan Anak . Jumlah sarana Kesehatan di
daerah ini RS termasuk (RS Swasta) : 10 Unit, Puskesmas : 10 Unit ,
Pustu : 15 Unit, RB : 12 unit , Apotik : 444 Unit , Klinik Rontgen : 1
unit. Kepemilikan
Milik
No. Registrasi
Nama
Kelas/Tipe
Kapasitas TT

dan kelas RSIA Kota Banda Acek adalah :


: Pemerintah Daerah
: 1171121
: Rumah Sakit Ibu Dan Anak Kota Banda Aceh
: B RS Khusus
: 110 TT

Luas Tanah

: 8.001.62 km

Luas angunan

: 7.584.13 m

Sesuai
Pemerintah

dengan
Aceh

fungsinya
bertugas

Rumah

Sakit

Ibu

menyelenggarakann

dan

Anak

pelayanan

kesehatan Kepada Masyarakat, khususnya Kesehatan Ibu dan Anak


dengan jenis pelayanan sebagai berikut :
1.
1.1.

Pelayanan Medik :
Pelayanan Gawat Darurat terdiri dari pelayanan trauma dan

pelayanan non trauma


1.2. Pelayanan Rawat Jalan diantaranya adalah pelayanan dokter
umum , pelayanan KB, pelayanan Imunisasi, pelayanan Laktasi,
Pelayanan Kesehatan Gigi, Pelayanan Spesialistik.
1.3. Rawat Inap diantaranya adalah perawatan kebidanan dan
kandungan, perawataan penyakit anak, perawatan bedah,
perawatan penyakit dalam, perawatan THT, perawatan Mata,
perawatan kulit, perawatan Neurologi.

42

1.4.

Pelayanan Bedah diantaranya adalah bedah umum, bedah

Onkologi , bedah Anak, bedah Obgyn, bedah Plastik, bedah


Mata, bedah Tulang, bedah THT, bedah Mulut.
1.5. Perawatan Intensif diantaranya adalah NICU/PICU dan ICU
1.6. Penunjang
Medik
diantaranya
adalah
laboratorium,
anaesthesia, radiologi, fisioterapi, instalasi farmasi, instalasi
gizi, instalasi laundry, pemeliharaan sarana dan prasarana RS,
kamar jenazah, instalasi transportasi (ambulance).

43

44
BAB VI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil Penelitian


Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Ibu
dan Anak Kota Banda Aceh yang dimulai dari tanggal 09 Desember
sampai dengan 30 Desember 2014 pada 51 responden yang
diperoleh

selama

penelitian

dilakukan.

Hasil

penelitian

ini

menggunakan Importance-Performance Analysis.


6.1.1 Analisis Importance-Performance
Berdasarkan
Performance

hasil

Analysis

perhitungan

(IPA)

diperoleh

dengan
nilai

Importance

rata-rata

harapan

(performance), nilai rata-rata kenyataan (importance), serta nilai


rata-rata Performance dan Importance dari setiap variabel kualitas
pelayanan

dan juga

tingkat

kesesuaian dari

hasil

penilaian

responden. Perhitungan IPA diatas dapat dilihat pada tabel 6.1.1.1


dibawah ini.
TABEL 6.1.1.1
PERHITUNGAN RATA-RATA DARI PENILAIAN HARAPAN DAN
KENYATAAN
KEPUASAN IBU BERSALIN TERHADAP MUTU PELAYANAN DI
RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Kepuasan Ibu Bersalin

Penilaian

Penilaian

di RSIA Kota Banda

Harapan

Kenyataa

Aceh

(X)

n (Y)

N
o

Pelayanan kebidanan yang


1

diberikan petugas

255

249

4,88

255

253

4,96

255

254

4,98

250

248

4,9

4,86

246

246

4,82

4,82

249

251

4,88

4,92

252

251

4,94

kesehatan
Komunikasi petugas
2

kesehatan dalam
melayani Ibu Bersalin
Pelayanan petugas

kesehatan dalam
menghadapi Ibu Bersalin
Kerapian dan kebersihan
penampilan petugas

kesehatan
(dokter/bidan/perawat)
Kebersihan kamar mandi

5
dan ruang bersalin
Kelengkapan, kesiapan,
6

dan kebersihan alat-alat


yang dipakai.
Tenaga medis dan
karyawan berpenampilan

rapi, sopan, dan

4,92

keserasian seragam dalam


menjalankan tugasnya
Prosedur penerimaan
8

pasien yang cepat dan

246

242

4,82

4,75

tepat
Pelayanan pemeriksaan,

246

246

4,82

4,82

45

pengobatan dan
perawatan yang cepat dan
tepat
Jadwal pelayanan rumah
sakit dijalankan dengan
10 tepat (kunjungan

246

247

4,82

4,84

248

250

4,86

4,9

248

250

4,86

4,9

245

226

4,8

4,43

249

248

4,88

4,86

251

251

4,92

4,92

254

251

4,98

4,92

250

252

4,9

4,94

255

253

4,96

dokter,bidan, perawat,
istirahat)
Pelayanan tugas
administrasi yang tidak
11
membedakan status
pasien
Prosedur pelayanan tidak
12
berbelit-belit
Prosedur penyampaian
13 informasi yang jelas dan
mudah dimengerti
Tindakan cepat pada saat
14
pasien membutuhkan
Tenaga medis dan
15 karyawan selalu ada
sesuai jadwal
Pelayanan dimulai tepat
16
waktu
Pengetahuan dan
kemampuan para dokter
17
dalam menetapkan
diagnosis penyakit
18 Keterampilan dokter,

46

bidan, perawat dalam


memberikan pelayanan
kebidanan
Kehadiran dokter dan
19 bidan/perawat untuk

255

251

4,92

255

250

4,9

255

253

4,96

255

247

4,84

255

250

4,9

255

251

4,92

255

253

4,96

255

252

4,94

memeriksa pasien
Pelayanan yang sopan dan
20 ramah
Jaminan pelayanan
keamanan dan
21
kepercayaan terhadap
pelayanan
Perhatian secara khusus
22 kepada setiap Ibu bersalin
Sikap ramah dan sopan
santun bidan / perawat
23
dalam melayani Ibu
Bersalin
Perhatian dokter terhadap
24
keluhan Ibu Bersalin
Perhatian bidan / perawat
terhadap Ibu Bersalin
25
yang menyampaikan
keluhannya
26 Pelayanan kepada semua
Ibu Bersalin tanpa

47

memandang status sosial


dan lain-lain
Komunikasi pasien dengan
27 dokter, perawat berjalan

255

253

4,96

4,93

4,88

baik dan lancar


Rata-rata (
dan )

Berdasarkan tabel 6.1.1.1 diatas diketahui bahwa hasil penilaian


responden rata-rata dari rata-rata skor tingkat harapan atau
kepuasan ibu bersalin seluruh faktor atau atribut adalah 4,93 dan
penilaian responden rata-rata dari rata-rata skor tingkat kenyataan
seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan ibu bersalin adalah
4,88.
6.1.1.2 Analisis Kepuasan Ibu Bersalin
1. Pelayanan kebidanan yang diberikan petugas kesehatan
Dalam

memberikan

pelayanan

kebidanan

kepada

Ibu

bersalin, petugas kesehatan berkewajiban untuk memberikan


pelayanan yang baik dan nyaman kepada Ibu bersalin agar
pelayanan yang dirasakan dapat memberikan dampak yang baik
terhadap rumah sakit. Dari 51 responden yang telah diwawancarai,
maka diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan
ibu bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang tertera pada tabel 1.1
Dari data yang diperoleh tersebut menghasilkan suatu tingkat

48

kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yaitu sebesar


97,64%.

TABEL 1.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
PELAYANAN KEBIDANAN PETUGAS KESEHATAN
DI RSIA ACEH KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

255

Pentin

Harapa

Pentin

g
51
Sangat

Kenyat

Cukup
g
0
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
45
6
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

249

2. Komunikasi petugas kesehatan dalam melayani Ibu Bersalin


Dalam berkomunikasi dengan ibu bersalin, petugas
kesehatan diharapkan untuk menyampaikan informasi dengan jelas
dan mudah dimengerti. Pada kenyataannya, komunikasi yang
dijalankan antara petugas kesehatan dengan Ibu bersalin sangat
efektif. Harapan dari Ibu bersalin, komunikasi yang terjalin antara
pihak petugas kesehatan dengan Ibu bersalin dapat terlaksana
dengan baik. Dari 51 responden yang telah diwawancarai, maka
diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan Ibu
bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang tertera pada tabel 2.1. Dari
kedua data yang diperoleh tersebut akan menghasilkan suatu

49

tingkat kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yaitu sebesar


99,21%.

TABEL 2.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
KOMUNIKASI PETUGAS KESEHATAN
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

255

Pentin

Harapa

Pentin

g
51
Sangat

Kenyat

Cukup
g
0
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
49
2
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

253

3. Pelayanan petugas kesehatan dalam menghadapi Ibu bersalin


Petugas kesehatan dalam menghadapi Ibu bersalin harus
bertindak dengan baik. Semakin baik pelayanan yang diberikan
maka semakin baik pula pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh
Ibu bersalin. Dari 51 responden yang telah diwawancarai, maka
diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan Ibu
bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang tertera pada tabel 3.1. Dari
kedua data yang diperoleh tersebut akan menghasilkan suatu
tingkat kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yaitu sebesar
99,60%.

50

TABEL 3.1
HARAPAN RESPONDEN TERHADAP PELAYANAN PETUGAS
KESEHATAN
KEPADA IBU BERSALIN DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN
2014

Sangat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

255

Pentin

Harapa

Pentin

g
51
Sangat

Kenyat

0
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
50
1
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

254

6.1.1.2 Analisis Kenyataan (Tangibel)


1. Kerapian dan kebersihan penampilan petugas kesehatan
Kerapian dan kebersihan dari penampilan petugas kesehatan
sangat berpengaruh terhadap penilaian dari pasien. Semakin baik
penampilan petugas kesehatan yang terlihat maka semakin baik
pula kesan yang akan ditimbulkan.
Dari 51 responden yang telah diwawancarai, maka diperoleh
hasil penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan Ibu bersalin di
RSIA Kota Banda Aceh yang tertera pada tabel 1.1. Dari data yang

51

diperoleh tersebut akan menghasilkan suatu tingkat kesesuaian


antara harapan dengan kenyataan yaitu sebesar 99,2%.

TABEL 1.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
KERAPIAN DAN KEBERSIHAN PENAMPILAN PETUGAS
KESEHATAN DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

250

Pentin

Harapa

Pentin

g
46
Sangat

Kenyat

5
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
44
7
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

248

2. Kebersihan kamar mandi dan ruang kebidanan Ibu bersalin


Kebersihan kamar mandi dan ruang kebidanan merupakan
cerminan dari suatu image rumah sakit. Untuk itu, maka diperlukan
petugas kebersihan dalam mengelola kebersihan rumah sakit agar
Ibu

bersalin

yang

menjalani

persalinan

dapat

merasakan

kenyamanan dari ruangan kebidanan. Dari 51 responden yang


telah diwawancarai, maka diperoleh hasil penilaiannya terhadap
harapan dan kenyataan Ibu bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang

52

tertera pada tabel 2.1. Dari data yang diperoleh tersebut akan
menghasilkan suatu tingkat kesesuaian antara harapan dengan
kenyataan yaitu sebesar 100%.

TABEL 2.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
KEBERSIHAN KAMAR MANDI DAN RUANG KEBIDANAN DI
RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa
n
Kenyat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

246

Pentin
Pentin
g
g
42
Sangat

9
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
42
9
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

246

3. Kelengkapan, kesiapan, dan kebersihan alat-alat kebidanan yang


dipakai
Dengan adanya kelengkapan, kesiapan dan kebersihan alatalat kebidanan yang dipakai maka akan menunjang perawatan
yang diberikan kepada pasien. Semakin lengkap peralatan yang
tersedia maka semakin terjamin kesiapan petugas kesehatan
dalam melayani Ibu bersalin. Dari 51 responden yang telah
diwawancarai, maka diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan

53

dan kenyataan Ibu bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang tertera
pada

tabel

3.1.

Dari

data

yang

diperoleh

tersebut

akan

menghasilkan suatu tingkat kesesuaian antara harapan dengan


kenyataan yaitu sebesar 100,80 %.

TABEL 3.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
KELENGKAPAN, KESIAPAN, DAN KEBERSIHAN ALAT-ALAT
KEBIDANAN YANG DIPAKAI DI RSIA KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2014
Sangat
Harapa
n
Kenyat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

249

Pentin
Pentin
g
g
45
Sangat

6
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
47
4
0
0
Sumber : Data Primer (diolah)Desember 2014
aan

Puas
0

251

4. Tenaga medis dan karyawan berpenampilan rapi, sopan, dan


keserasian seragam dalam menjalankan tugasnya
Dalam berpenampilan, petugas kesehatan dan karyawan
selalu menjalani tugasnya sehari-hari dengan berpenampilan rapi,
sopan, dan keserasian dalam berseragam. Hal ini memudahkan Ibu
bersalin untuk mengenali petugas kesehatan dan karyawan saat

54

menjalankan tugasnya di rumah sakit. Dari 51 responden yang


telah diwawancarai, maka diperoleh hasil penilaiannya terhadap
harapan dan kenyataan Ibu bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang
tertera pada tabel 4.1. Dari data yang diperoleh tersebut akan
menghasilkan suatu tingkat kesesuaian antara harapan dengan
kenyataan yaitu sebesar 99,60%.

TABEL 4.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP TENAGA
MEDIS DALAM BERPENAMPILAN RAPI, SOPAN DAN
KESERASIAN SERAGAM
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

252

Pentin
Pentin
g

Kenyat

g
48
Sangat

3
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
47
4
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

251

6.1.1.3 Analisis Kehandalan (Reliability)


1. Prosedur penerimaan Ibu bersalin yang cepat dan tepat
Prosedur dalam memberikan pelayanan yang cepat dan tepat
kepada

Ibu

bersalin

dilakukan

dengan

baik,

karena

pada

kenyataannya semua petugas kesehatan melakukan penerimaan


Ibu bersalin dengan cepat dan tepat. Harapan Ibu bersalin dalam
55

menjalankan prosedur penerimaan pasien dengan cepat dan tepat


ini sangat penting dilakukan oleh petugas kesehatan. Dari 51
responden

yang

telah

diwawancarai,

maka

diperoleh

hasil

penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan Ibu bersalin di RSIA


Kota Banda

Aceh

yang tertera pada tabel 1.1. Dari data yang

diperoleh tersebut akan menghasilkan suatu tingkat kesesuaian


antara harapan dengan kenyataan yaitu sebesar 98,37%.

TABEL 1.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
PROSEDUR PENERIMAAN PASIEN YANG CEPAT DAN TEPAT
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

246

Pentin

Harapa

Pentin

g
42
Sangat

Kenyat

9
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
38
13
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

242

2. Pelayanan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan yang cepat


dan tepat
Dalam

memberikan

pelayanan

kebidanan

pemeriksaan

kehamilan (ANC), pengobatan dan perawatan (Postpartum) yang


cepat dan tepat pihak rumah sakit masih berupaya memberikan
pelayanan kebidanan yang optimal kepada Ibu bersalin. Pada

56

kenyataannya pihak rumah sakit sangat memuaskan Ibu bersalin


dan Ibu bersalin juga sudah merasakan pelayanan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan yang cepat dan tepat secara efektif.
Dari 51 responden yang telah diteliti, maka diperoleh hasil
penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan Ibu Bersalin di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh yang tertera pada
tabel 2.1. Dari data yang diperoleh tersebut akan menghasilkan
suatu tingkat kesesuaian antara Harapan dengan Kenyataan yaitu
sebesar 100%.

TABEL 2.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
PELAYANAN PEMERIKSAAN, PENGOBATAN, PERAWATAN
YANG CEPAT DAN TEPAT
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

246

Pentin
Pentin
g

n
Kenyat

g
42
Sangat

9
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
42
9
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

246

3. Jadwal pelayanan kebidanan rumah sakit dijalankan dengan tepat


Jadwal pelayanan kebidanan yang dijalankan dirumah sakit
sudah berjalan secara optimal. Hal ini terlihat dari kunjungan
dokter SpOG yang sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan

57

Ibu Bersalin, kunjungan bidan / perawat dalam menangani Ibu


bersalin yang sesuai harapan dan jadwal istirahat yang sudah
relevan. Dari 51 responden yang telah diwawancarai, maka
diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan Ibu
Bersalin di

Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh yang

tertera pada tabel 3.1. Dari data yang diperoleh tersebut akan
menghasilkan suatu tingkat kesesuaian antara Harapan dengan
Kenyataan yaitu sebesar 100,40%.

TABEL 3.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP JADWAL
PELAYANAN KEBIDANAN YANG DIJALANKAN DENGAN TEPAT
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa
n
Kenyat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

246

Pentin
Pentin
g
g
42
Sangat

9
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
43
8
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

247

4. Pelayanan tugas administrasi yang tidak membedakan status Ibu


Bersalin
Dalam pelayanan administrasi, petugas kesehatan tidak
membeda-bedakan

status

Ibu

Bersalin.

Hal

ini

memberikan

kepuasan kepada Ibu Bersalin yang menjalani persalinan di rumah

58

sakit setempat. Dari 51 responden yang telah diwawancarai, maka


diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan Ibu
Bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang tertera pada tabel 4.1. Dari
data yang diperoleh tersebut akan menghasilkan suatu tingkat
kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yaitu sebesar
100,80%.

TABEL 4.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
PELAYANAN ADMINISTRASI YANG TIDAK MEMBEDAKAN
STATUS PASIEN
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa
n

Kenyat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

248

Pentin
Pentin
g
g
44
Sangat

9
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
46
5
0
0
Sumber : Data Primer (diolah)Desember 2014
aan

Puas
0

250

5. Prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit


Dalam memberikan prosedur pelayanan, petugas kesehatan
berusaha untuk tidak melakukan pelayanan yang tidak berbelitbelit. Hal ini dilakukan agar Ibu bersalin dapat merasakan

59

pelayanan kebidanan yang diberikan oleh petugas kesehatan


dengan baik. Dari 51 responden yang telah diwawancarai, maka
diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan
pasien di RSIA Kota Banda Aceh yang tertera pada tabel 5.1. Dari
data yang diperoleh tersebut akan menghasilkan suatu tingkat
kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yaitu sebesar
100,80%.

TABEL 5.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
PROSEDUR PELAYANAN YANG TIDAK BERBELIT-BELIT
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

248

Pentin

Harapa

Pentin

g
44
Sangat

Kenyat

Cukup
g
7
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
46
5
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

250

6.1.1.4 Analisis Ketanggapan (Responsiveness)


1.

Prosedur

penyampaian

informasi

dimengerti

60

yang

jelas

dan

mudah

Petugas kesehatan masih berupaya melakukan pelayanan


yang baik kepada Ibu bersalin. Petugas kesehatan bertanggung
jawab terhadap informasi yang diberikannya dengan jelas dan
mudah dimengerti oleh Ibu bersalin yang ingin mengetahui
informasi yang diinginkannya. Dari 51 responden yang telah
diwawancarai, maka diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan
dan kenyataan Ibu bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang tertera
pada

tabel

1.1.

Dari

data

yang

diperoleh

tersebut

akan

menghasilkan suatu tingkat kesesuaian antara harapan dengan


kenyataan yaitu sebesar 92,24%.

TABEL 1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
PROSEDUR PENYAMPAIAN INFORMASI YANG JELAS DAN
MUDAH DI MENGERTI
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa
n

Kenyat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

245

Pentin
Pentin
g
g
41
Sangat

10
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
22
29
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

226

2. Tindakan cepat pada saat Ibu Bersalin membutuhkan


Petugas kesehatan berusaha memberikan tindakan cepat
pada saat Ibu bersalin membutuhkan pertolongan medis. Hal ini

61

dilakukan agar Ibu bersalin tidak terlambat untuk mendapat


pertolongan pada saat keadaan darurat terjadi. Dari 51 responden
yang telah diwawancarai, maka diperoleh hasil penilaiannya
terhadap harapan dan kenyataan Ibu bersalin di RSIA Kota Banda
Aceh yang tertera pada tabel 2.1. Dari data yang diperoleh tersebut
akan menghasilkan suatu tingkat kesesuaian antara harapan
dengan kenyataan yaitu sebesar 99,59%.

TABEL 2.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
TINDAKAN CEPAT PADA SAAT PASIEN MEMBUTUHKAN
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

249

Pentin

Harapa

Pentin

g
45
Sangat

Kenyat

6
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
44
7
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

248

3. Tenaga medis dan karyawan selalu ada sesuai jadwal


Tenaga medis dan karyawan selalu ada pada jadwal yang
telah

ditentukan.

Hal

ini

memudahkan

Ibu

bersalin

untuk

menjumpai petugas kesehatan ketika membutuhkan pertolongan

62

medis. Dari 51 responden yang telah diwawancarai. maka diperoleh


hasil penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan Ibu bersalin di
RSIA Kota Banda Aceh yang tertera pada tabel 3.1. Dari data yang
diperoleh tersebut akan menghasilkan suatu tingkat kesesuaian
antara harapan dengan kenyataan yaitu sebesar 100%.

TABEL 3.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP TENAGA
MEDIS,
KARYAWAN SELALU ADA SESUAI JADWAL
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa
n

Kenyat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

251

Pentin
Pentin
g
g
47
Sangat

4
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
47
4
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

251

4. Pelayanan dimulai tepat waktu


Pelayanan yang dimulai tepat waktu akan memberikan nilai
pelayanan yang baik kepada Ibu bersalin. Hal ini menjadikan
pelayanan yang bermanfaat bagi Ibu bersalin yang ingin berobat
bila pelayanan tersebut berjalan dengan tepat waktu. Dari 51

63

responden yang telah diteliti, maka diperoleh hasil penilaiannya


terhadap harapan dan kenyataan Ibu bersalin di RSIA Kota Banda
Aceh yang tertera pada tabel 4.1. Dari data yang diperoleh tersebut
akan menghasilkan suatu tingkat kesesuaian antara harapan
dengan kenyataan yaitu sebesar 98,81 %.

TABEL 4.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
PELAYANAN DIMULAI TEPAT WAKTU
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

254

Pentin
Pentin
g

n
Kenyat

g
50
Sangat

1
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
47
4
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

251

6.1.1.5 Analisis Jaminan (Ansurance)


1. Pengetahuan dan kemampuan para dokter dalam menetapkan
diagnosis penyakit
Berbekal dari kemampuan dan pengetahuan baik yang
dimiliki oleh dokter, dokter berupaya efektif dalam menetapkan
diagnosis Ibu bersalin. Hal ini membuat Ibu bersalin tidak merasa
cemas ketika dokter memberitahukan mengenai diagnosa penyakit
yang diderita oleh Ibu bersalin. Dari 51 responden yang telah
64

diwawancarai, maka diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan


dan kenyataan Ibu bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang tertera
pada

tabel

1.1.

Dari

data

yang

diperoleh

tersebut

akan

menghasilkan suatu tingkat kesesuaian antara harapan dengan


kenyataan yaitu sebesar 100,8%.

TABEL 1.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
PENGETAHUAN,
KEMAMPUAN PARA DOKTER DALAM MENETAPKAN
DIAGNOSIS PENYAKIT
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

250

Pentin
Pentin
g

n
Kenyat

g
46
Sangat

Puas
Puas
Puas
Puas
aan
48
3
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014

Bobot
Puas
0

252

2. Keterampilan dokter, bidan dan perawat dalam memberikan


pelayanan kebidanan
Keterampilan dokter, bidan dan perawat dalam memberikan
pelayanan yang baik kepada pasiennya cukup baik. Hal ini juga
dibantu dengan adanya hubungan kerja sama yang baik antara
dokter dengan bidan dan perawat ketika menolong persalinan

65

kepada pasien. Dari 51 responden yang telah diwawancarai, maka


diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan Ibu
bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang tertera pada tabel 2.1. Dari
data yang diperoleh tersebut akan menghasilkan suatu tingkat
kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yaitu sebesar
99,21%.

TABEL 2.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
KETRAMPILAN DOKTER, BIDAN DAN PERAWAT DALAM
MEMBERIKAN PELAYANAN KEBIDANAN
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

255

Pentin
Pentin
g

Kenyat

g
51
Sangat

0
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
49
2
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

253

3. Kehadiran dokter, bidan dan perawat untuk memberikan


pertolongan persalinan
Kehadiran dokter, bidan dan perawat sangat berpengaruh
besar

dalam

memberikan

pelayanan

pertolongan

persalinan

kepada Ibu bersalin. Dokter, bidan dan perawat selalu memeriksa


Ibu bersalin setiap 1 jam sekali. Hal ini dilakukan untuk membantu
66

proses persalinan Ibu bersalin. Dari 51 responden yang telah


diwawancarai, maka diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan
dan kenyataan Ibu bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang tertera
pada

tabel

3.1.

Dari

data

yang

diperoleh

tersebut

akan

menghasilkan suatu tingkat kesesuaian antara harapan dengan


kenyataan yaitu sebesar 98,43%.

TABEL 3.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
KEHADIRAN DOKTER, BIDAN DAN PERAWAT UNTUK
MEMBERIKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

255

Pentin
Pentin
g

n
Kenyat

g
51
Sangat

Puas
Puas
Puas
Puas
aan
47
4
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014

Bobot
Puas
0

251

4. Pelayanan kebidanan yang sopan dan ramah


Untuk

mencapai

pelayanan

kebidanan

yang

efektif,

diharapkan petugas kesehatan bersikap sopan dan ramah kepada


Ibu

bersalin.

Agar

hubungan

yang

terjalin

antara

petugas

kesehatan dengan Ibu bersalin dapat terlaksana dengan baik. Dari


51 responden yang telah diwawancarai, maka diperoleh hasil
penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan Ibu bersalin di

67

Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh yang tertera pada
tabel 4.1. Dari data yang diperoleh tersebut akan menghasilkan
suatu tingkat kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yaitu
sebesar 98,03%.

TABEL 4.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
PELAYANAN KEBIDANAN YANG SOPAN DAN RAMAH
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa
n
Kenyat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

255

Pentin
Pentin
g
g
51
Sangat

Puas
Puas
Puas
Puas
aan
46
5
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
5. Jaminan

pelayanan

keamanan

dan

Bobot
Puas
0

kepercayaan

250
terhadap

pelayanan kebidanan
Rasa aman dan rasa percaya merupakan hal yang dibutuhkan
oleh setiap manusia, begitu juga halnya dengan pelayanan
kesehatan

yang

harus

ada

jaminan

keamanan

dan

kepercayaannya. Pada kenyataannya, pasien masih merasakan


sepenuhnya untuk mendapatkan jaminan keamanan pelayanan dan
kepercayaan terhadap pelayanan kebidanan. Dari 51 responden
yang telah diwawancarai, maka diperoleh hasil penilaiannya
terhadap harapan dan kenyataan Ibu bersalin di RSIA Kota Banda
Aceh yang tertera pada tabel 5.1. Dari data yang diperoleh tersebut
68

akan menghasilkan suatu tingkat kesesuaian antara harapan


dengan kenyataan yaitu sebesar 99,21%.

TABEL 5.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP JAMINAN
PELAYANAN KEAMANAN DAN KEPERCAYAAN TERHADAP
PELAYANAN KEBIDANAN
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa
n

Kenyat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

255

Pentin
Pentin
g
g
51
Sangat

0
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
49
2
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

253

6.1.1.6 Analisis Empati (Emphaty)


1. Perhatian secara khusus kepada setiap Ibu bersalin
Perhatian secara khusus kepada setiap Ibu bersalin sangat
diperlukan,

karena

hal

ini

sangat

membantu

dalam

proses

penyembuhan pasien. Untuk itu, petugas kesehatan diharapkan


memberikan perhatian khusus kepada Ibu bersalin yang menjalani
persalinan. Dari 51 responden yang telah diwawancarai, maka
diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan Ibu
bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang tertera pada tabel 1.1. Dari
data yang diperoleh tersebut akan menghasilkan suatu tingkat

69

kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yaitu sebesar


96,86%.

TABEL 1.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
PERHATIAN SECARA KHUSUS KEPADA SETIAP IBU BERSALIN
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

255

Pentin

Harapa

Pentin

g
51
Sangat

Kenyat

0
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
43
8
0
0
Sumber : Data Primer (diolah)Desember 2014
aan

Puas
0

247

2. Sikap ramah dan sopan santun bidan dan perawat dalam


melayani Ibu bersalin
Dalam memberikan pelayanan, diharapkan sikap ramah dan
sopan santun dari petugas kesehatan. Hal ini akan menunjang
hubungan yang terjalin antara petugas kesehatan terhadap pasien
dengan baik. Oleh karena itu, petugas kesehatan seharusnya
memberikan pelayanan dengan sikap ramah dan sopan santun
kepada setiap pasien yang berada di rumah sakit. Dari 51
responden yang telah diteliti, maka diperoleh hasil penilaiannya
terhadap harapan dan kenyataan Ibu bersalin di RSIA Kota Banda

70

Aceh yang tertera pada tabel 2.1. Dari data yang diperoleh tersebut
akan menghasilkan suatu tingkat kesesuaian antara Harapan
dengan Kenyataan yaitu sebesar 98,03%.

TABEL 2.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP SIKAP
RAMAH,
SOPAN SANTUN BIDAN DAN PERAWAT DALAM MELAYANI IBU
BERSALIN
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa
n

Kenyat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

255

Pentin
Pentin
g
g
51
Sangat

Puas
Puas
Puas
Puas
aan
46
5
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014

Bobot
Puas
0

250

3. Perhatian dokter terhadap keluhan Ibu bersalin


Dokter harus lebih memperhatikan dari setiap keluhan yang
dirasakan oleh pasiennya. Dengan adanya perhatian yang diberikan
oleh dokter, pasien akan lebih mudah memahami penyakit yang
dideritanya, Selain itu, Ibu bersalin juga mendapatkan kenyamanan
pada saat proses persalinan berlangsung. Dari 51 responden yang
telah diteliti, maka diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan
dan kenyataan Ibu bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang tertera

71

pada

tabel

3.1.

Dari

data

yang

diperoleh

tersebut

akan

menghasilkan suatu tingkat kesesuaian antara harapan dengan


kenyataan yaitu sebesar 98,43%.

TABEL 3.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
PERHATIAN DOKTER, TERHADAP KELUHAN IBU BERSALIN
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

255

Pentin

Harapa

Pentin

g
51
Sangat

Kenyat

0
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
47
4
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014

Puas
0

aan

4. Perhatian

bidan

dan

perawat

terhadap

Ibu

bersalin

251

yang

menyampaikan keluhannya
Sama halnya dengan yang dilakukan oleh dokter, bidan dan
perawat

juga

harus

melakukan

hal

yang

demikian

dalam

memperhatikan pasien yang menyampaikan keluhannya. Ditambah


dengan adanya bantuan dari dokter, perawat berusaha dengan
baik untuk mengatasi dari setiap keluhan yang dirasakan oleh
pasien. Dari 51 responden yang telah diteliti, maka diperoleh hasil

72

penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan Ibu bersalin di RSIA


Kota Banda Aceh yang tertera pada tabel 4.1. Dari data yang
diperoleh tersebut akan menghasilkan suatu tingkat kesesuaian
antara harapan dengan kenyataan yaitu sebesar 99,21%.

TABEL 4.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
PERHATIAN DOKTER TERHADAP PASIEN YANG
MENGUTARAKAN KELUHANNYA
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa
n

Kenyat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

255

Pentin
Pentin
g
g
51
Sangat

0
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
49
2
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

253

5. Pelayanan kepada semua Ibu bersalin tanpa memandang status


sosial
Pelayanan yang diberikan kepada Ibu bersalin berjalan
dengan baik tanpa memandang status sosial pasien. Pelayanan ini
yang diberikan ini dapat diterima dan dirasakan oleh semua Ibu
bersalin yang menjalani proses persalinan yang termasuk ke fase
laten dan fase aktif. Dari 51 responden yang telah diteliti, maka
diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan Ibu

73

bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang tertera pada tabel 5.1. Dari
data yang diperoleh tersebut akan menghasilkan suatu tingkat
kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yaitu sebesar
98,82%.

TABEL 5.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
PELAYANAN
KEBIDANAN KEPADA SEMUA IBU BERSALIN
TANPA MEMANDANG STATUS SOSIAL DAN LAIN-LAIN
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa
n

Kenyat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

255

Pentin
Pentin
g
g
51
Sangat

Puas
Puas
Puas
Puas
aan
48
3
0
0
Sumber : Data Primer (diolah )Desember 2014

Bobot
Puas
0

252

6. Komunikasi Ibu bersalin dengan dokter,bidan dan perawat


berjalan baik dan lancar
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam
memberikan

pelayanan

kesehatan.

Semakin

baik

hubungan

komunikasi yang dijalin pasien dengan dokter, bidan dan perawat

74

maka akan semakin baik pelayanan kesehatan tersebut. Demikian


pula kenyataannya komunikasi yang terjalin antara Ibu bersalin
dengan dokter, bidan dan perawat di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Kota Banda Aceh. Dari 51 responden yang telah diwawancarai,
maka diperoleh hasil penilaiannya terhadap harapan dan kenyataan
Ibu bersalin di RSIA Kota Banda Aceh yang tertera pada tabel 6.1.
Dari data yang diperoleh tersebut akan menghasilkan suatu tingkat
kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yaitu sebesar
99,21%.
TABEL 6.1
HARAPAN DAN KENYATAAN RESPONDEN TERHADAP
KOMUNIKASI IBU BERSALIN DENGAN DOKTER, BIDAN DAN
PERAWAT BERJALAN BAIK DAN LANCAR
DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014
Sangat
Harapa
n

Kenyat

Cukup

Kurang

Tidak

Pentin

Pentin

Pentin

Bobot

g
0
Cukup

g
0
Kurang

g
0
Tidak

255

Pentin
Pentin
g
g
51
Sangat

0
Puas

Bobot

Puas
Puas
Puas
49
2
0
0
Sumber : Data Primer (diolah) Desember 2014
aan

Puas
0

253

Tabel 6.1.1.2 hasil penilaian importance-performance analysis tiap


variabel kualitas pelayanan kebidanan dan perhitungan tingkat
kesesuaian harapan dan kenyataan ibu bersalin di RSIA

75

TABEL 6.1.1.2
RATA-RATA KUALITAS PELAYANAN KEBIDANAN TERHADAP
KEPUASAN IBU BERSALIN DI RSIA KOTA BANDA ACEH TAHUN
2014

Variabel
Kenyataan (Tangibel)
Kehandalan (Reliability)
Ketanggapan
(Responsiveness)
Jaminan (Ansurance)
Empati (Emphaty)
Rata-rata

Rata

Rata Rata

Kualitas

Rata

Kenyataa

Pelayanan

Harapan
4,89
4,84

n
4,88
4,84

(Tki)
100,20
100,00

4,90
4,98
4,90
5,00

4,78
4,94
4,82
4,92

102,51
100,81
101,66
101,04

Berdasarkan tabel 6.1.1.2 di atas diketahui rata-rata harapan


pervariabel kualitas pelayanan adalah 5,00 dan rata-rata kenyataan
pervariabel kualitas pelayanan adalah 4,92 dari masing-masing
kualitas pelayanan dari hasil skor penilaian responden adalah
101,04%.
6.2

Pembahasan Penelitian

76

6.2.1 Kenyataan (Tangibel)


Pelayanan ini tidak bisa dilihat, tidak bisa dicium dan tidak
bisa diraba. Pasien akan menggunakan indera penglihatan untuk
menilai

suatu

mempengaruhi

kualitas

pelayanan.

persepsi

pasien

Tangible

dan

yang

harapan

baik

pasien

akan

karena

tangible yang baik maka harapan pasien menjadi lebih tinggi


(Muninjaya, 2004).
Pelayanan yang terjadi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota
Banda Aceh sudah dilakukan dengan cukup baik. Hal ini terlihat
pada kerapian dan kebersihan penampilan petugas kesehatan.
Pasien menilai bahwa petugas kesehatan cukup baik dalam
berpenampilan yang terlihat dengan penampilan yang baik, sopan
dan keseragaman dalam menjalankan tugasnya.
Dari hasil analisis, diperoleh bahwa nilai harapan (X) lebih
tinggi daripada nilai kenyataan (Y) ditinjau dari dimensi kenyataan
(tangibel). Dengan demikian didapatkan adanya kesesuaian dari
dimensi kenyataan (tangibel) terhadap tingkat kepuasan pasien.
6.2.2 Kehandalan (Reliability)
Kehandalan

adalah

kemampuan

untuk

menolong

dan

memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pasien dan


kesediaan

untuk

melayani

dengan

baik,

dan

penyampaian

informasi yang jelas. Kurangnya kemampuan komunikasi petugas,


merupakan penyebab tidak jelasnya informasi yang diberikan
kepada

pasien.

komunikasi

Untuk

petugas

itu

perlu

dengan

meningkatkan

mengadakan

77

kemampuan

pelatihan

cara

berkomunikasi yang baik, sehingga diharapkan petugas dapat


berkomunikasi dengan baik serta dapat memberikan informasi
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien. Salah satu
saran yang bisa diberikan sebagai strategi untuk mencegah
terjadinya keluhan adalah dengan meningkatkan kemampuan
komunikasi para praktisi kesehatan yang terlibat, karena hampir
separuh dari semua keluhan yang muncul berhubungan dengan
komunikasi yang buruk (Muninjaya, 2004).
Petugas kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda
Aceh sudah melakukan komunikasi dengan pasien secara efektif.
Hal ini mengakibatkan komunikasi dan kolaborasi yang terjalin
antara pasien dengan petugas kesehatan sangat baik . Hal ini perlu
dipertahankan karena komunikasi merupakan faktor yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan yang dapat
memberikan kepuasan kepada pasien.
Dari hasil analisis, diperoleh bahwa nilai harapan (X) sama
dengan nilai kenyataan (Y) yang ditinjau dari dimensi kehandalan
(reliability). Dengan demikian didapatkan adanya kesesuaian dari
dimensi kehandalan (reliability) terhadap tingkat kepuasan pasien.
6.2.3 Ketanggapan (Responsiveness)
Kepuasan terhadap responsiveness ini adalah berdasarkan
persepsi dan bukan aktualnya. Karena persepsi mengandung aspek
psikologis lain maka waktu komunikasi dan situasi fisik di sekeliling

78

pasien yang menerima pelayanan merupakan hal yang penting


dalam mempengaruhi penilaian pasien (Muninjaya, 2004).
Pasien yang berada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda
Aceh

mengharapkan

ketanggapan

yang

baik

dari

petugas

kesehatan. Dengan memberikan informasi terhadap prosedur


penyampaian informasi yang jelas dan mudah dimengerti pasien
akan merasakan manfaat yang sangat berarti bagi si pasien.
Dari hasil analisis, diperoleh bahwa nilai harapan (X) lebih
tinggi

daripada

ketanggapan

nilai

kenyataan

(responsiveness).

(Y)

Dengan

ditinjau

dari

demikian

dimensi

didapatkan

adanya kesesuaian dari dimensi ketanggapan (responsiveness)


terhadap tingkat kepuasan pasien.
6.2.4 Jaminan (Ansurance)
Dimensi jaminan kualitas berhubungan dengan kemampuan
rumah sakit dan prilaku front line staff dalam menanamkan rasa
percaya dan keyakinan kepada para pasien. Berdasarkan banyak
riset yang dilakukan ada empat aspek dari dimensi ini yaitu :
keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan (Muninjaya,
2004).
Dimensi jaminan juga merupakan kemampuan petugas untuk
memberikan perlindungan dan rasa aman kepada pengguna
layanan yang disebabkan oleh penyelenggara pelayanan. Pasien
meyakini bahwa petugas memiliki pengetahuan dan ketrampilan
yang dapat menyelesaikan atau membantu pasien mengatasi
keluhan atau penyakitnya (Sulastomo, 2000).

79

Pasien sangat membutuhkan rasa aman ketika petugas


kesehatan

memberikan

perawatan

yang

baik.

Semakin

baik

pelayanan kesehatan yang diberikan petugas kesehatan di Rumah


Sakit Ibu Dan Anak Kota Banda Aceh maka akan semakin baik pula
tingkat kepuasan yang dirasakan oleh si pasien.
Dari hasil analisis, diperoleh bahwa nilai harapan (X) lebih
tinggi daripada nilai kenyataan (Y) ditinjau dari dimensi jaminan
(ansurance). Dengan demikian didapatkan adanya kesesuaian dari
dimensi jaminan (ansurance) terhadap tingkat kepuasan pasien.

6.2.3 Empati (Emphaty)


Dimensi yang memberikan peluang besar untuk memberikan
pelayanan yang bersifat suprice. Sesuatu yang tidak diharapkan
pasien ternyata diberikan oleh penyedia jasa (Azwar, 1996).
Di tengah-tengah permasalahan yang dihadapi, rumah sakit
mempunyai

peran

pelayanan

kepada

yang

cukup

penting

masyarakat,

dalam

maka

memberikan

dalam

kegiatan

operasionalnya

selalu berupaya untuk membuat para pemakai

jasanya

menjadi

untuk

puas

dan

percaya

melalui

sistem

penyampaian jasa yang baik dan strategi peningkatan kepuasan


pasien (costumer satisfaction).
Dari hasil analisis, diperoleh bahwa nilai harapan (X) lebih
tinggi daripada nilai kenyataan (Y) ditinjau dari dimensi empati
(emphaty). Dengan demikian didapatkan adanya kesesuaian dari
dimensi empati (emphaty) terhadap tingkat kepuasan pasien.

80

GAMBAR 3
DIAGRAM KARTESIUS DARI TINGKAT KEPUASAN IBU
BERSALIN TERHADAP MUTU PELAYANAN KEBIDANAN DI UNIT
BERSALIN (VK) RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA BANDA
ACEH TAHUN 2014

81

Dari Diagram Kartesius terlihat bahwa letak dari atribut yang


mempengaruhi kepuasan pasien terbagi menjadi empat bagian.
Adapun

interpretasi

dari

Diagram

Kartesius

tersebut

dapat

dijelaskan sebagai berikut :


1.Kuadran A
Menunjukan atribut yang mempengaruhi kepuasan pasien
berada dalam kuadran ini dan penanganannya perlu diprioritaskan
oleh rumah sakit karena keberadaan faktor inilah yang dinilai
sangat penting oleh pasien, sedangkan kenyataanya masih belum
memuaskan.
2.
Kuadran B
Menunjukkan atribut yang mempengaruhi kepuasan pasien
berada dalam kuadran ini perlu dipertahankan, karena pada

82

umumnya tingkat pelaksanaannya telah sesuai dengan kenyataan


dan harapan pasien, sehingga dapat memuaskan pasien.
3.
Kuadran C
Menunjukkan bahwa hal yang mempengaruhi kepuasan
pasien berada dalam kuadran ini dinilai masih dianggap kurang
penting bagi pasien, sedangkan pelaksanaannya biasa atau cukup
saja. pada harapannya sangat penting.
4.
Kuadran D
Menunjukkan bahwa hal yang mempengaruhi kepuasan
pasien

berada

kenyataannya,

dalam
hal

ini

kuadran
terutama

ini

dinilai

berlebihan

disebabkan

karena

menganggap tidak terlalu penting tarhadap hal tersebut,

83

dalam
pasien

83
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
tingkat kepuasan ibu bersalin terhadap Mutu pelayanan kebidanan
di unit bersalin (VK) RSIA Kota Banda Aceh Tahun 2014, didapatkan
hasil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis, kualitas pelayanan tingkat kepuasan ibu
bersalin berdasarkan harapan dan kenyataan ditinjau dari
dimensi kenyataan (tangibel) di RSIA Kota Banda Aceh di atas
100% (100,20% > 100%) yang berarti sangat memuaskan
dengan demikian hipotesis diterima/terbukti.
2. Dari hasil analisis, kualitas pelayanan tingkat kepuasan ibu
bersalin berdasarkan harapan dan kenyataan ditinjau dari
dimensi kehandalan (reliability) di RSIA Kota Banda Aceh
sama dengan 100% (100% = 100%) yang berarti telah
memuaskan dengan demikian hipotesis diterima/terbukti.
3. Dari hasil analisis, kualitas tingkat kepuasan ibu bersalin
berdasarkan harapan dan kenyataan ditinjau dari dimensi
ketanggapan (responsiveness) di RSIA Kota Banda Aceh
diatas

100%

(102,51%

<

100%)

yang

berarti

sangat

memuaskan dengan demikian hipotesis diterima/terbukti.


4. Dari hasil analisis, kualitas tingkat kepuasan ibu bersalin
berdasarkan harapan dan kenyataan ditinjau dari dimensi

jaminan (asurance) di RSIA Kota Banda Aceh diatas 100%


(100,81% < 100%) yang berarti sangat memuaskan dengan
demikian hipotesis diterima/terbukti.
5. Dari hasil analisis, kualitas tingkat kepuasan ibu bersalin
berdasarkan harapan dan kenyataan ditinjau dari dimensi
empati (emphaty) di RSIA Kota Banda Aceh dibawah 100%
(101,66% < 100%) yang berarti sangat memuaskan dengan
demikian hipotesis diterima/terbukti.
6. Dari hasil analisis, dapat diperoleh bahwa aspek-aspek
pelayanan

kebidanan

dari

kelima

dimensi

perlu

dipertahankan
7.2 Saran
1. Rumah sakit ibu dan anak
Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan informasi
kepada pihak rumah sakit mengenai kepuasan ibu bersalin
terhadap

mutu

pelayanan

kebidanan

sehingga

dapat

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk perencanaan


program asuhan persalinan normal.
2. Bagi bidan dan perawat
Perlunya penyebaran informasi pada masyarakat tentang
mutu

pelayanan

kebidanan

terutama

tentang

asuhan

persalinan normal.
3. Bagi pendidikan
Diharapkan dapat menambah sumber bacaan perpustakaan
dan

mengukur

kemampuan

penelitian.
4. Bagi peneliti
Diharapkan dapat

menambah

mahasiswa

dalam

pengetahuan

dan

suatu

dapat

menerapkan metode penelitian yang telah diberikan dalam

84

perkuliahan agar lebih menyempurnakan hasil karya tulis


yang telah dilakukan.
5. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan

dapat

membantu

menambah

pengetahuan masyarakat dalam menghadapi masalah ibu


bersalin.

85

Anda mungkin juga menyukai