Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PRODI AKUNTANSI
CHAPTER 2
Variabel Penelitian, Pengukuran Variabel, dan Alat Ukur
Mata Kuliah

: Metodelogi Penelitian

Program Studi

: S2, Program Magister Akuntansi

Hari/Tanggal

: Selasa, 3 Maret 2015

Dosen

: Dr. Hj. Dian Agustia, SE.,M.Si.,Ak.

Team

: 1. Tri Aprilian Jani

041414253001

2. Sepni Darmanengsih 041414253008


3. Yulliana Ekaningrum 041414253030
I. Variabel Penelitian
Pada dasarnya, variabel penelitian merupakan suatu obyek dalam bentuk apapun
yang telah ditetapkan peneliti untuk memperoleh informasi yang selanjutnya akan ditarik
kesimpulannya. Variabel sangatlah bervariasi. Variabel yang tidak bervariasi dikatakan
bukan sebagai variabel. Secara teoritis, Hatch dan Farhady (1981), dinyatakan dalam
Sugiyono (2012:60) bahwa variabel dianggap sebagai atribut suatu obyek atau seseorang
yang bervariasi antara satu objek dengan objek lainnya. Dengan demikian, apabila
peneliti akan memilih variabel penelitian, maka harus bervariasi. Untuk dapat bervariasi,
peneliti harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau objek yang bervariasi.
Berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, variabel
dibedakan menjadi:
a. Variabel Independen
Ada beberapa istilah untuk variabel independen, yaitu variabel stimulus,
prediktor, antecedent dan yang paling dikenal adalah variabel bebas. Variabel
independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain (variabel
dependen).
Contoh hipotesis:
Terdapat pengaruh jumlah jam mengajar guru dalam seminggu terhadap kualitas
mengajar.
Variabel independen : Jumlah jam mengajar
Variabel dependen

: Kualitas mengajar

b. Variabel Dependen

Ada sebutan lain bagi variabel dependen, yaitu variabel output, kriteria, dan
konsekuen. Istilah yang terkenal bagi sebutan variabel dependen adalah variabel
terikat. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.
c. Variabel Moderator
Variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan
antara variabel independen dan dependen.
Contoh hipotesis:
Terdapat hubungan motivasi dan prestasi siswa apabila peran guru dalam menciptakan
KBM sangat baik.
Variabel independen : Motivasi
Variabel dependen : Prestasi
Variabel moderator : KBM
d. Variabel Intervening
Secara teoritis, variabel intervening mempengaruhi hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen yang menjadikan hubungan tidak langsung dan
tidak dapat diamati dan diukur.
Contoh hipotesis:
Tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap
harapan hidup.
Variabel independen : Penghasilan
Variabel dependen

: Harapan hidup

Variabel intervening : Gaya hidup


Variabel moderator

: Lingkungan tempat tinggal

e. Variabel Kontrol
Variabel ini dikontrol sehingga hubungan variabel independen terhadap
dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Peneliti menggunakan
variabel ini apabila akan melakukan penelitian yang sifatnya membandingkan.
Contoh hipotesis:
Terdapat pengaruh letak kampus terhadap pemilihan jurusan pada saat pendaftaran di
kalangan calon mahasiswi baru.
Variabel independen : Penghasilan
Variabel dependen

: Harapan hidup

Variabel intervening : Gaya hidup

II. Pengukuran Variabel


Pengukuran adalah proses dalam pembuatan definisi operasional sehingga ukuranukuran tersebut reliabel dan valid dalam ukuran numerik berbagai konstruk variabel.
Level pengukuran tergantung pada bagaimana cara suatu konstruk dikonseptualisasikan.
Level pengukuran tersebut akan berdampak pada berbagai indikator yang dipilih dan
dikaitkan dengan asumsi dasar dalam sebuah definisi konstruk. Secara umum ada empat
jenis pengukuran, yaitu:
a. Nominal
Ukuran nominal adalah ukuran yang paling sederhana dimana angka diberikan
kepada obyek hanya mempunyai arti sebagai label saja dan tidak mempunyai
tingkatan apa-apa. Obyek dikelompokkan ke dalam set-set dan kepada semua anggota
set diberikan angka. Set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan bersisa.
Contohnya:
Untuk mengukur jenis kelamin, obyek dibagi dalam dua set yaitu pria dan wanita.
Kemudian masing-masing anggota set diberikan angka. Misalnya angka 1 untuk pria
dan angka 2 untuk wanita. Angka 1 dan 2 tersebut tidak memiliki arti apa-apa dan
bukan merupakan tingkatan. Angka itu hanya merupakan label saja.
b. Ordinal
Ukuran ordinal adalah angka yang diberikan kepada obyek mengandung
pengertian tingkatan. Ukuran ordinal digunakan untuk mengurutkan obyek dari yang
terendah ke tertinggi atau sebaliknya. Ukuran ordinal hanya memberikan urutan saja
dan tidak memberikan nilai absolut pada obyek.
Contohnya:
Dalam suatu perlombaan renang, ada lima perenang yaitu A, B, C, D dan E. D berhasil
mencapai finish dalam waktu 49 detik, A 51 detik, C 54 detik, B 56 detik, dan E 58
detik. Maka D adalah urutan pertama, A urutan kedua, C urutan ketiga, B urutan
keempat dan E urutan kelima. Ukuran ordinal hanya menyatakan urutan dan tidak
mempunyai suatu nilai yang absolut seperti suatu interval yang harus sama, dan lainlain.
c. Interval
Ukuran interval adalah suatu pemberian angka kepada obyek yang mempunyai
sifat ordinal dan mempunyai jarak yang sama. Pada ukuran interval memperlihatkan
jarak yang sama dari ciri atau sifat obyek yang diukur. Namun demikian, ukurna
interval tidak memberikan jumlah atau angka absolut dari obyek yang diukur.
Contohnya:
3

Terdapat lima orang mahasiswa A, B, C, D, dan E yang mengikuti ujian dengan hasil
nilai masing-masing 40, 50, 60, 70 dan 80. Apabila nilai menjadi indikator kepandaian
mahasiswa itu, maka mahasiswa yang paling pandai adalah E karena memiliki nilai
80. Interval E dan A adalah 80-40 = 40. Namun tidak dapat dikatakan bahwa E
memiliki kepandaian dua kali kepandaian A. Karena itu dikatakan bahwa ukuran
interval tidak mempunyai angka absolut yang dapat dibandingkan atau dikalikan
antara yang satu dengan yang lain.
d. Rasio
Ukuran rasio adalah ukuran yang mencakup semua ukuran diatas dan
memberikan nilai absolut untuk obyek yang diukur. Ukuran rasio mempunyai titik nol.
Karena mempunyai titik nol maka ukuran rasio dapat dibandingkan maupun dikalikan.
Angka pada ukuran rasio menunjukkan nilai yang sebenarnya dari obyek yang diukur.
Contohnya:
Ada tiga orang A, B, dan C. Mereka masing-masing mempunyai berat badan 40 kg, 80
kg, dan 100 kg. Dari ukuran tersebut dapat dikatakan bahwa berat badan B adalah dua
kalinya berat badan A (80/40 = 2), dan berat badan C adalah dua setengah kalinya
berat badan A (100/40 = 2,5).
III.Alat Ukur
Dalam penelitian, suatu alat ukur harus dapat mengukur apa yang harus diukur
dari suatu konstruk (valid) secara konsisten dan dapat diandalkan (reliabel). Instrumen
(alat ukur) untuk pengumpulan data mempunyai peran penting, karena data merupakan
penggambaran variabel yang diteliti, dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis.
Benar tidaknya data bergantung pada baik atau tidaknya instrumen pengumpul data.
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yakni valid dan reliabel.
Instrumen baik

Data benar

Kesimpulan sesuai dengan kenyataan

Kesimpulan penelitian yang berupa jawaban atau pemecahan masalah penelitian

Instrumen tidak baik

Data tidak benar Kesimpulan tidak sesuai dengan kenyataan

dibuat berdasarkan hasil proses pengujian data yang meliputi: pemilihan, pengumpulan

dan analisis data. Kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data.
Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (juga mengukur variabel) kerena
4

instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang reliabel atau dapat dipercaya/handal akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga dan bila digunakan untuk mengukur obyek
yang sama akan menghasilkan data (ukuran) yang sama.
Secara teoritis, untuk melihat reliabilitas suatu instrumen, maka pertama-tama
harus ada alat yang standar. Ukuran yang diperoleh dengan menggunakan alat standar ini
dinamakan ukuran yang sebenarnya, atau skor yang sebenarnya. Skor yang diperoleh dari
alat yang digunakan dinamakan skor yang diperoleh. Selisih antara skor yang sebenarnya
dengan skor yang diperoleh disebut dengan error ukuran (salah ukur). Berikut contoh ini
dua anak yang menukur panjang kayu, Anak 1 menggunakan hastanya dan anak ke dua
mengukur dengan langkahnya.
Kayu
A
B
C
D
E
F

Ukuran sebenarnya
Mutlak
Rank
17
1
16
2
12
3
10
4
9
5
6
6

Ukuran anak 1
Mutlak
Rank
16
1
15
2
13
3
10
4
8
5
5
6

Ukuran anak 2
Mutlak
Rank
14
2
9
4
10
3
7
5
15
1
4
6

Dari data diatas tampak bahwa hasil ukuran dari kedua anak tersebut ternyata
kurang tepat dengan ukuran sebenarnya. Namun secara ranking, hasil ukuran anak 1 lebih
tepat daripada hasil ukuran 2. Dengan demikian, ukuran hasta anak 1 lebih reliable dari
pada ukuran anak 2.
Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas yakni: reliabilitas eksternal dan
reliabilitas internal. Dengan pengertian bahwa jika ukuran atau kriterianya berada di luar
instrumen, maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal, sedangkan
reliabilitas internal diperoleh berdasarkan data dari instrumen saja
a. Reliabilitas Eksternal
Dalam pengujian reliabilitas eksternal digunakan dua cara yaitu teknik paralel
(double test double trial) dan teknik ulang. Dengan menggunakan teknik (double test
double trial) atau teknik paralel peneliti menyusun dua perangkat instrumen. Kedua
instrumen tersebut sama-sama diuji cobakan kepada sekelompok responden saja
(responden mengerjakan dua kali) emudian hasil dua kali tes uji coba tersebut
dikorelasikan dengan korelasi Pearson. Tinggi rendahnya indeks korelasi akan
menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas instrumen atau alat ukur.
Pengujian dengan teknik ulang, peneliti hanya perlu menyusun satu perangkat
alat ukur. Alat ukur tersebut diujicobakan pada sekelompok responden dan hasilnya
5

dicatat. Pada saat lain, alat ukur tersebut diberikan pada sekelompok yang sama untuk
dikerjakan lagi, dan hasil yang kedua ini juga dicatat lagi. Selanjutnya kedua hasil
tersebut dikorelasikan
b. Reliabilitas Internal
Reliabilitass internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu hasil
pengujian. Untuk menguji reliabilitas internal dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Salah satunya adalah rumus Alpha. Penggunaan rumus Alpha didasarkan atas
pertimbangan bahwa rumus ini dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen
yang skornya berbentuk skala 1 5. Selain itu, teknik ini pun cocok dilakukan untuk
mencari reliabilitas tes bentuk uraian.
Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu
instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas sering
diartikan dengan kesahihan. Suatu alat ukur disebut memiliki validitas bilamana alat ukur
tersebut isinya lanyak mengukur obyek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria
tertentu (Thoha, 1990). Artinya ada kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran
dan sasaran pengukuran.
Menurut Grondlund (Ibrahim & Wahyuni, 2012) validitas mengarah kepada
ketepatan interpretasi hasil penggunan suatu prosedur evaluasi sesuai dengan tujuan
pengukurannya. Validitas merupakan suatu keadaan apabila suatu instrument evaluasi
dapat mengukur apa yang sebenarnya harus diukur secara tepat. Suatu alat ukur hasil
belajar matematika dikatakan valid apabila alat ukur tersebut benar-benar mengukur hasil
belajar matematika.Validitas alat ukur tidak semata-mata berkaitan dengan kedudukan alat
ukur sebagai alat, tetapi terutama pada kesesuaian hasilnya, sesuai dengan tujuan
penyelanggaraan alat ukur (Surapranata, 2004).
Validitas tes perlu ditentukan untuk mengetahui kualitas tes dalam kaitannya
dengan mengukur hal yang seharusnya diukur. Nunnaly (Surapranata, 2004) menyatakan
bahwa pengertian validitas senantiasa dikaitkan dengan penelitian empiris dan
pembuktian-pembuktiannya bergantung kepada macam validitas yang digunakannya.
6

Anastasi (Surapranata, 2004) mengemukakan bahwa validitas adalah suatu tingkatan yang
menyatakan bahwa suatu alat ukur telah sesuai dengan apa yang diukur. Para pengembang
tes memiliki tanggung jawab dalam memuat tes yang benar-benar valid dan reliabel. Oleh
karena itu validitas dapat digunakan dalam memeriksa secara langsung seberapa jauh
suatu alat telah berfungsi.

Jenis-jenis Validitas
a. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi (Content Validity) adalah ketepatan suatu alat ukur ditinjau dari isi
alat ukur tersebut. Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas isi apabila isi atau
materi atau bahan alat ukur tersebut betul-betul merupakan bahan yang representatif
terhadap bahan pembelajaran yang diberikan. Artinya, isi alat ukur diperkirakan
sesuai dengan apa yang telah diajarkan berdasarkan kurikulum.
Cara menyelidiki validitas isi alat ukur Matematika dapat dilakukan dengan
menggunakan pendapat suatu panel yang terdiri dari ahli-ahli dalam bidang
matematika dan ahli-ahli dalam pengukuran. Bila cara tersebut sulit untuk dilakukan,
maka dapat dikerjakan dengan cara membandingkan materi alat ukur tersebut dengan
bahan-bahan dalam penyusunan alat ukur, dengan analisis rasional. Apabila materi alat
ukur cocok dengan materi penyusunan alat ukur, berarti alat ukur tersebut memiliki
validitas isi.

b. Validitas Konstruk (construct Validity)


Validitas konstruk (Construct Validity) berkaitang dengan konstruksi atau
konsep bidang ilmu yang akan diuji validitas alat ukurnya. Validitas konstruk merujuk
pada kesesuaian antara hasil alat ukur dengan kemampuan yang ingin
diukur. Pembuktian adanya validitas konstruk alat ukur matematika pada dasarnya
merupakan usaha untuk menunjukan bahwa skor yang dihasilkan suatu alat ukur
matematika benar-benar mencerminkan konstruk yang sama dengan kemampuan yang
dijadikan sasaran pengukurannya.
7

Suatu alat ukur matematika dikatakan memiliki validitas konstruk yang tinggi
apabila hasil alat ukur sesuai dengan ciri-ciri tingkah laku yang diukur. Dengan kata
lain, apabila diuraikan akan tampak keselarasan rincian kemampuan dalam butir alat
ukur dengan rincian kemampuan yang akan diukur. Validitas kontruk dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi dan memasangkan butir-butir soal dengan tujuan-tujuan
tertentu yang dimaksudkan untuk mengungkap tingkatan aspek kognitif tertentu pula.
Seperti halnya dalam validitas isi, untuk menentukan tingkatan validitas konstruk,
penyusunan butir soal dapat dilakukan dengan mendasarkan diri pada kisi-kisi alat
ukur.

4. Validitas Ukuran
Validitas ukuran/norma/standar alat ukur matematika menunjuk pada
pengertian seberpa jauh siswa yang sudah diajarkan dalam bidang matematika
menunjukan kemampuan yang lebih tinggi dari dapa yang belum diajarkan. Sebagai
contoh, siswa yang telah diajarkan tentang materi aljabar akan mempunyai
kemampuan penguasaan terhadap materi aljabar yang lebih dari siswa yang belum
diajarkan. Validitas ukuran dapat diuji dengan cara dua kelompok siswa diuji dengan
alat ukur yang sama. Kelompok pertama telah diajarkan materi yang dialat ukurkan,
sedangkan kelonpok kedua belum diajarkan materi itu. Perbedaan nilai rata-rata kedua
kelompok itu diuji dengan teknik T-tes untuk mengetahui signifikansi perbedaan nilai
rata-rata tersebut.

5. Validitas Sejalan (Concurrent Validity)


Validitas sejalan atau validitas sama saat menunjuk pada pengertian apakah
tingkat kemampuan seorang pada suatu bidang yang diteskan mencerminkan atau
sesaui dengan skor bidang yang lain yang mempunyai persamaan karakteristik.
Validitas sejalan diuji dengan mengorelasikan antara hasil tes yang diuji dengan hasil
tes bidang lain yang sekarakteristik. Sebagai contoh, akan diuji validitas sejalan tes
penguasaan kosakata secara aktif reseptif. Penguasaan kosakata secara aktif reseptif
mempunyai persamaan dengan kemampuan menulis karena sama-sama bersifat aktif
8

reseptif. Hasil tes penguasaan kosakata terse but kemudian dikorelasikan dengan nilai
tes menulis yang telah diperoleh sebelumnya. Tinggi rendah koefisien korelasi yang
diperoleh dari perhitungan tersebut akan menentukan tinggi randahnya tingkat
validitas sejalan tes penguasaan kosakata yang diuji.

IV. Skala Pengukuran


Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Macammacam skala pengukuran dapat berupa:
Skala Nominal
Skala Ordinal
Skala Interval
Skala Rasio
Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi,
pendidikan dan social antara lain adalah :
Skala Likert
Skala Guttman
Semantic Deferential
Rating Scale
Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dengan skala likert, maka variable yang
akan diukur dijabarkan menjadi indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Untuk
keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya :
1.
2.
3.
4.
5.

Setuju/selalu/sangat positif diberi skor


5
Setuju/sering /positif diberi skor
4
Ragu-ragu/kadang-kadang /netral diberi skor
3
Tidak setuju/hampir tidak pernah/ negative diberi skor
2
Sangat tidak setuju/tidak pernah/ diberi skor
1
Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk
checklist ataupun pilihan ganda.
Skala Guttman
Skala pengukuran tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas yaitu ya-tidak ;
benar-salah ; pernah-tidak pernah ; positif-negatif dan lain-lain.
Contoh :
9

1. Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat kepala sekolah di sini ?
a. Setuju
b. Tidak setuju
2. Pernahkah pemilik sekolah melakukan pemeriksaan di ruang kelas anda ?
a. Tidak pernah
b. Pernah
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat
dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah
nol.
Semantic Defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk Semantic Defferensial dikembangkan oleh
Osgood. Skala ini juga digunakan dalam mengukur sikap, hanya bentuknya tidak
pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang
jawabannya sangat positifnya terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang
sangat negative terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh
adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
Contoh :
Mohon diberi nilai gaya kepemimpinan kepala sekolah
Bersahabat
Tepat janji
Bersaudara
Memberi pujian
Mempercayai

5
5
5
5
5

4
4
4
4
4

3
3
3
3
3

2
2
2
2
2

1
1
1
1
1

Tidak Bersahabat
Lupa janji
Memusuhi
Mencela
Mendominasi

Rating Scale
Dari ke tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang
diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi
dengan rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka yang kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Hal terpenting bagi penyusun instrument
dengan rating scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada
alternative jawaban pada setiap item instrument.
Daftar Pustaka
Muhammad. 2008. Metode Penelitian Ekonomi Kuantitatif. Rajawali Pres : Jakarta.
Prasetyo, Bambang, Jannah. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. PT.
RajaGrafindo : Jakarta.
10

Sudarsono, Rachmat. 2009. Pengukuran: Validitas dan Reliabilitas. FE-UNPAD.


Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendekatan Kuantatif, Kualitatif, dan R&D.
ALFABETA : Bandung.

11

Anda mungkin juga menyukai