Anda di halaman 1dari 11

Penelitian Business Process Reengineering dari Manajemen Mesin Industri

didasarkan pada Design Structure Matrix


Hui Wang, Hongmai Wu, Jing Sun, dan Guang Cheng
Translator: Shahnaz Nadiva-1206262323-Teknik Industri Universitas Indonesia
Abstrak
Artikel ini didasarkan pada metode manajemen peralatan dengan business process
reengineering sebagai objek penelitian dan bertujuan untuk memodelkan dan
mengoptimalkan

proses

bisnis

manajemen

peralatan.

Business

process

reengineering dari manajemen peralatan menggunakan analisis metode kuantitatif,


melalui teori design structure matrix (DSM) dan perhitungan dengan fuzzy
mathematics serta membangun struktur matrix dari model bisnis proses,
mengelompokkan, menggabungkan dengan teori dan metode dari business
process reengineering. Dapat diverifikasi bahwa melalui suku cadang dari proses
bisnis dan peralatan dapat memperkuat hubungan antara masing-masing hubungan
bisnis, sehingga mengurangi waktu tunggu yang meletakkan dasar teoritis untuk
integrasi manajemen dan manajemen peralatan teknologi informasi konstruksi
ICT.
Kata Kunci: Manajemen Rantai Pasok, Manajemen Mesin Industri, Business
Process Reengineering
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi serta jaringan teknologi yang pesat,
memberikan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan China untuk memperbaiki
daya saing utama mereka. Pembangunan ICT dalam manajemen peralatan salah
satunya digunakan sehingga sebagian besar perusahaan bisa mendapatkan
keunggulan kompetitifnya secara bertahap, tetapi masih banyak perusahaan yang
mendapatkan investasi yang kecil, problem ini disebut juga investasi tanpa dasar
black hole (Jiang, 2004). Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana mengganti
tipe awal dari manajemen perusahaan, yang akan menjadi integrasi dari

manajemen dan teknologi informasi dari manajemen informasi perusahaanperusahaan China yang sekarang masih menjadi permasalahan kritis. Business
Process Reengineering perusahaan merupakan cara yang paling efektif dalam
menyelesaikan masalah ini.
SEKILAS

MENGENAI

BUSINESS

PROCESS

REENGINEERING

MANAJEMEN PERALATAN
Sistem manajemen peralatan terdiri dari dimensi waktu, dimensi ruang,
sumber daya, dan dimensi fungsional dari ruang empat dimensi (Li et al., 2004).
Dalam dimensi waktu, proses bisnis dilakukan sesuai dengan proses linear, dalam
aliran bisnis, aliran informasi tidak berarah, seringkali dari satu acara ke
selanjutnya tiba-tiba informasi muncul tidak melalui audit, yang menyebabkan
masalah iterasi serta menunggu aktivitas transfer informasi selesai. Dalam
dimensi spasial, proses bisnis terdiri dari sejumlah sector independen, seperti
departemen manajemen peralatan, gudang, dan departemen pengadaan. Dalam
dimensi informasi, informasi diikuti dengan transmisi dalam proses bisnis
berbagai kegiatan dengan input berupa informasi aktivitas, lalu informasi
diproses, dan output dialirkan ke aktivitas selanjutnya seperti yang ditunjukkan
Gambar 1.
S p ace

Space
T im e
Time

P r o c e ss
Process

Process
P r o c ess

P r o c ess
Process

P r o c ess
Process

SubS u bprocess
P r o c ess

SubSubprocess
P r o c e ss

SubS u bprocess
P r o c e ss

Activity
A c tiv ity

SubS u bPprocess
r o c e ss

Activity
A c tiv ity
Activity
A c ti v i ty
Activity
A c tiv ity

I n f o r m a tio n

Information

Gambar 1: Model Grafik Proses Bisnis PMIS


Business Process Reengineering (BPR) dalam hal ini memikirkan bisnis
proses yang dasar sehingga menghasilkan perbaikan yang dramatis dalam hal
harga, kualitas, layanan, dan kecepatan. Di dalam beberapa aspek flow chart,

activity cost analysis, hierarchical colored Petri, serta IDEF digunakan dalam
tahap memperoleh data dan memodelkannya, dalam proses evaluasi dan diagnosis
biasanya digunakan analisis fishbone, cognitive maps, dan matrix technology.
Metode-metode ini dievaluasi dengan investigasi lapangan, kuesioner, statistics
process activities, dan banyak juga yang menggunakan metode kualitatif untuk
melihat redudansi dalam aliran aktivitas. Oleh karena itu, cara menggunakan
metode kuantitatif dibutuhkan dalam memodelkan proses bisnis manajemen
peralatan untuk menyelesaikan masalam dalam proses manajemen peralatan di
perusahaan
ANALISIS DARI MANAJEMEN PERALATAN MENGGUNAKAN BISNIS
PROSES DENGAN MODEL DSM DAN METODE REKONSTRUKSI
DSM ditawarkan pertama kali oleh sarjana Amerika Dr. Steward, untuk
merencanakan dan analisis perangkat matrix dari proses pengembangan produk
(Steward, 1981). DSM merupakan permodelan sistem dalam bentuk matrix, alat
bantu (Huang et al., 2008) yang mendeskripsikan setiap bagian dari hubungan
sistem dengan berbagai keuntungan (Qian et al., 2008) yaitu:

Mendeskripsikan komposisi dan struktur dari sistem, terutama struktur

kopel dan sirkulasi


Sederhana, padat, visualisasinya kuat, dan gampang dikomunikasikan ke

pengguna lain
Melalui bentuk matrix, analisis kualitatif dan algoritma kuantitatif bisa
digabungkan agar optimisasi sistem proses lebih kondusif

Informasi proses bisnis manajemen peralatan merupakan istilah umum untuk


berbagai aktivitas dari pengetahuan manajemen peralatan, data, grafik.
Berdasarkan analisis dari karakteristik aktivitas proses manajemen peralatan,
berdasarkan interaksi informasi antara aktivitas-aktivitas yang berbeda, struktur
dasar dari model proses manajemen peralatan dapat dibagi menjadi tiga jenis pola
dasar yaitu seri, parallel, dan kopel serta struktur matrix Boolean (Gao, 2009),
seperti yang ditunjukkan di Gambar 2.

T im e
Time

P r o c e ss
Process

Process
P r o c e ss

r o c ess
Process

P r o c ess
Process

SubS u bprocess
P r o c ess

SubSubprocess
P r o c ess

SubS u bprocess
P r o c e ss

Activity
A c tiv ity

SubS u bPprocess
r o c ess

Activity
A c tiv ity
Activity
A c ti v i t y
Activity
A c tiv ity

tion

Gambar 2(a-c): Model proses bisnis dari pola dasar interaksi informasi (a) pola
dasar (b) Boolean dan (c) Struktur Matrix
Membangun Struktur Matrix Model Bisnis Proses
Berdasarkan manajemen bisnis proses, proses dibagi menjadi 3 tingkat: aliran
utama, level 2, dan aliran proses level 3. Pengumpulan dari proses-proses
mendeskripsikan bisnis peralatan utama yang releven dalam manajemen dari
semua aliran proses. Deskripsi proses dari tahap 2 akan menjadi proses bisnis
setelah perbaikan lebih lanjut dari aktivitas dan hubungan antar proses bisnis.
Stuktur hierarkikal dari bisnis proses untuk manajemen peralatan
ditunjukkan di Gambar 3.

Gambar 3: Diagram Hierarki Bisnis proses dari Manajemen Peralatan

Struktur matrix dari diagram tersebut direpresentasikan sebagai berikut:

Fo merupakan struktur matrix dari total proses dan Mi merupakan aliran umum dari
matrix Fo. Melalui informasi bisnis proses yang menghubungkan antara konstruksi
matrix proses, jika matrix M1, Ai, Aj masing masing ditujukan untuk 2 aktivitas di
proses yang sama, Rij merupakan aktivitas dependen dari aktivitas Ai dan Aj.
Dalam tipe seri, dapat dilihat dari Gambar 2, aktivitas Aj mendapatkan output
informasi dari aktivitas Ai alias aktivitas Aj bergantung dengan informasi aktivitas
Ai dengan model matrix:

Untuk tipe parallel,

tidak

ada

hubungan

informasi antara aktivitas yang satu dengan yang lainnya, dengan model matrix:

Untuk mode kopel, aktivitas

Aj dengan eksistensi dari

informasi dependensi aktivitas Ai dan aktivitas Ai memiliki dependensi informasi


dengan aktivitas Aj. Model matrix bisa diekspresikan sebagai berikut:

Analisis

berdasarkan

metode dari Model DSM

dan BPR
Manajemen peralatan perusahaan bisa dilihat sebagai kumpulan dari bisnis proses,
informasi manajemen peralatan dari tiap-tiap departemen dan tiap-tiap hubungan,
akhirnya mendapatkan manajer peralatan yang membutuhkan informasi. Untuk
mengekspresikan serta mempelajarinya, maka dibuat asumsi-asumsi berikut untuk
bisnis proses manajemen peralatan:

Setiap proses terdiri dari jumlah aktivitas bisnis


Bisnis proses dalam semua aktivitas bisnis adalah diskrit
Tiap aktivitas bisnis bisa dilihat sebagai sebuah data prosesor
Interaksi informasi bisa diekspresikan dalam hal hubungan mereka

dengan kekuatan numerical


Pembelajaran ini hanya dari dimensi informasi bisnis proses dari
manajemen peralatan, tanpa mempertimbangkan factor lain

Asumsi (1) merupakan perbaikan multistage process, tidak termasuk diskusi


antar proses dan jaringan kompleks dari hubungan-hubungannya. Asumsi (2) dan
(3) merupakan bisnis proses dari aktivitas-aktivitas bisnis direpresentasikan
dengan grafik berarah. Asumsi (4) digunakan untuk mengkuantifikasikan interaksi
informasi dan bisa menggunakan fuzzy mathematics untuk dihitung. Asumsi (5)
merupakan efek beberapa factor terhadap aktivitas-aktivitas bisnis.
Definisi dari Hubungan Fuzzy
Keputusan fuzzy dalam kumpulan domain U mengacu kepada (Li dan Wang,
1993) hubungan u U, yang menentukan jumlah yang sesuai dengan [1] [0,1]
dan bisa dibilang sebagai derajat subordinatif (derajat membership).
Untuk membangun sebuah mapping, model struktur proses harus diciptakan
untuk membangun matrix struktur proses yang sesuai, hubungan antar aktivitas
merupakan hubungan yang fuzzy, diekspresikan sebagai hubungan matrix.
Hubungan dari derajat membership mengekspresikan dependensi antar aktivitas,
dependensi struktur dan aktivitas untuk memahami process dan intensitas
dependensi yang akan membuat proses optimasi dan reengineering lebih efektif.
Pengelompokan
Berdasarkan bisnis proses dari manajemen peralatan yang telah disempurnakan,
aliran bisnis digambar dalam bentuk grafik berarah dan dari gambar tersebut
dibuat matrix structural, maka diantara berbagai aktivitas bisnis dalam bisnis
proses terjadi pergantian informasi antara kalkulasi numerical. Dalam model
bisnis proses, jumlah pangkat dari elemen-elemen pengelompokkan mengandung

ukuran pengelompokkan. Agar pengelompokkan lebih masuk akal, maka asumsiasumsi beriku dibuat:

Bobot antara aliran informasi dan koneksi antar elemen

proporsional terhadap peringkat-peringkat


Manajemen pengelompokkan dengan skala besar jauh lebih mudah
Untuk merendahkan elemen-elemen manajemen kontak dengan
pengelompokan internal yang sama lebih sulit dibandingkan dengan

elemen-elemen manajemen kontak yang berbeda


Pengelompokkan dengan jumlah elemen-elemen yang ada di
peringkat pengelompokkan bertambah lebih banyak

Metode pengelompokkan berdasarkan transformasi pengelompokkan baris


dan kolom. Pertama-tama, untuk mencegah pengaruh yang besar dari ikatan yang
lemah dari hasil pengelompokkan, di dalam nilai numerical dari ikatan yang
lemah, pisahkan koneksi yang lemah dari struktur proses yang akan dimodelkan
dalam bentuk matrix, agar mengurangi kompleksitas dalam pengelompokkan;
kedua, setelah koneksi yang lemah dipisahkan, elemen-elemen independen
dipisahkan; kemudian setelah model transformasi matrix didapatkan dari 2
langkah diatas, maka posisi diagonal dari model dipangkatkan sedekat mungkin
dengan sel yang bukan 0; lalu, koneksi yang lemah, elemen-elemen independen
ditambahkan ke model; akhirnya, berdasarkan sel matrix yang bukan 0 yang
didapatkan dari model dibagi menjadi jumlah pengelompokkan.
METODE DARI BUSINESS PROCESS REENGINEERING
Dalam struktur dari diagram matrix,

process reengineering perlu

mengelompokkan pangkat elemen-elemen yang memiliki struktur yang sama.


Untuk

pengelompokkan,

tidak

hanya

sampai

disitu.

Struktur

matrix

pengelompokkan dianalisis kembali, dan digabungkan dengan teori BPR. Metode


BPR yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Integrasi Bisnis Proses

Dari struktur matrix pengelompokkan yang ditunjukkan pada Gambar 4, dapat


diketahui bahwa diantara aktivitas menunggu informasi dan masalah iterasi, perlu
diterapkan metode BPR, yaitu integrasi bisnis proses.

Gambar 4: Struktur Model Dependensi Informasi


Dalam model, elemen-elemen yang bukan 0 berada di garis diagonal dekat
Ai-1, Ai, Ai+1, 3 aktivitas bisnis ini dibagi ke kelas yang sama. Dalam
pengelompokkan Ai-1 terlihat bahwa aktivitas Ai memiliki hubungan. Hubungan
ini akan membuat informasi jadi menunggu dan aktivitas jadi berulang-ulang,
maka hubungan antar aktivitas harus diperkecil.

Dalam manajemen peralatan, hubungan antar aktivitas perlu pemeriksaan


dan persetujuan. Namun kegiatan ini jika terlalu banyak dilakukan akan

mengurangi efisiensi dari manajemen peralatan.


Oleh karena itu, integrasi bisnis proses dilakukan untuk situasi perusahaan
peralatan sekarang untuk mencegah hubungan antar aktivitas di semua
proses. Contohnya, penggunaan teknologi informasi untuk koordinasi
pekerjaan antar departemen sehingga pekerjaan jadi lebih praktis.

Penyederhanaan Bisnis Proses


Setelah pengelompokkan struktur matrix ditunjukkan pada Gambar 5, dapat
diidentifikasi dependensi informasi secara lengkap.

Gambar 5: Stuktur Model Dependensi Informasi secara Lengkap


Dari gambar, dapat dilihat aktivitas Ai diterima dari output informasi Ai-1,
aktivitas Ai+1 menerima output informasi Ai-1, sehingga aktivitas Ai tidak ada
output informasi. Dalam proses yang ada, bisnis proses berada di bawah kegiatan
Ai-1, Ai, Ai+1, jadi bisa kita analisis bahwa aktivitas bisnis Ai merupakan output
informasi Ai-1 yang secara langsung merupakan aktivitas bisnis Ai+1, tapi ini
merupakan manajemen bukan pemrosesan informasi. Dalam transformasi bisnis
proses, langkah-langkah yang tidak memiliki nilai bisa dikurangi jika diperlukan.
KESIMPULAN
Studi ini menganalisis bisnis proses manajemen peralatan, menggunakan
teori DSM dan metode perhitungan fuzzy mathematics, lalu struktur matrix untuk
membangun model bisnis proses, pengelompokkan, dan menggabungkannya
dengan teori dan metode business process reengineering untuk merekayasa bisnis
proses. Sehingga organisasi yang tidak mengalami penyesuaian prinsip, bisa
memiliki sistem informasi untuk manajemen peralatan dalam memaksimalkan
realisasi dari seluruh sistem. Dan juga computer memiliki analisis statistika untuk

menjalankan fungsi pemrosesan data, sehingga efisiensi pekerja dalam


manajemen peralatan bisa meningkat secara pesat.

REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai