Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI DAN TUJUAN SAMPLING AUDIT

Ikatan Akuntansi Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 350
mendefinisikan sampling audit sebagai :
Penerapan prosedur audit terhadap unsure-unsur suatu saldo akun atau kelompok
transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian
maupun pengujian substantive. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan
sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya
jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam
prosedur pengujian yang berupa Jaminan,catatan dan konfirmasi. Sampling audit, jika
diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai
dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
KETIDAKPASTIAN DAN SAMPLING AUDIT
Semakin banyak sampel yang diambil, semakin banyak waktu dan biaya yang
diperlukan. Auditor juga mengakui adanya konsekuensi negative dari kemungkinan kesalahan
pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data sampel
semata. Apabila auditor ingin mengurangi kemungkinan kesalahan keputusan tersebut,
auditor harus menambah jumlah sampel. Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya dan waktu
yang diperlukan. Sebaliknya, apabila auditor ingin mengurangi biaya dan waktu untuk
melakukan pemeriksaan, maka auditor harus mengurangi jumlah sampel. Hal ini akan
memperbesar kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan atas
kesimpulan hasil audit terhadap data sampel tersebut.
Ketidakpastian meliputi :
a.
Ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh penggunaan sampling (resiko
sampling),
b.
Ketidakpastian yang disebabkan faktor selain sampling (resiko non sampling).
1)

Risiko Sampling
Tingkat risiko sampling mempunyai hubungan yang terbalik dengan ukuran sampel.
Semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya. Sebaliknya, semakin besar
ukuran sampel, semakin rendah risiko samplingnya. Risiko sampling dapt dibedakan atas :
a)
Risiko sampling dalam pengujian substantive atas detail atau rincian.
Auditor memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling, yang meliputi
1.
Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance)
2.
Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection)
b)
Risiko sampling dalam melaksanakan pengujian pengendalian
Auditor memperhatikan dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi :
1. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of
assessing control risk too low)
2. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of
assessing control risk too high)
2)
Risiko Non Sampling

Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan
sampling. Risiko ini tidak penah dapat diukur secara matematis. Risiko non sampling timbul
karena :
a.
Kesalahan manusia seperti gagal mengakui kesalahan dalam dokumen.
b.
Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak
sesuai dengan tujuan audit.
c. Salah interpretasi hasil sampel
PENDEKATAN SAMPLING AUDIT
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk
memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah :
1)

SAMPLING STATISTIK UNTUK UJI PENGENDALIAN


Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non statistik.
Namun, tingginya biaya dapat dikompensasi dengan tingginya manfaat yang dapat diperoleh
melalui pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik menguntungkan manajemen dalam
tiga hal berikut :
Perencanaan sampel yang efisien
Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun
Pengevaluasian hasil sampel
Standar Profesional Akuntan Publik 350 par 31 menyebutkan faktor-faktor yang harus
di pertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian pengendalian. Seperti
telah dikemukakan, bahwa dalam menyelenggarakan pengujian pengendalian, auditor
memberiakn dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi risiko penentuan tingkat
risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk to low) dan risiko
penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too
high).
Disamping itu, sampling statistik mendukung auditor untuk mengkuantufikasi dan
mengendalikan risiko sampling. Ada dua macam tehnik sampling statistik, yaitu :
A. Attribute Sampling
Tehnik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaannya adalah untuk
memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam
populasi.
Sampling atribut untuk pengujian pengendalian, meliputi tahap berikut :
1. Menentukan tujuan pengujian audit
2. Menspesifikasi atribut yang akan diperiksa dan kondisi penyimpangan
3. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
4. Menspesifikasikan tingkat penyimpangan yang dapat diterima
5. Menspesifikasikan risk of assessing control risk too low yang dapat
diterima atau acceptable risk of over reliance
6. Mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
7. Menentukan ukuran sampel
8. Menentukan metode pemilihan sampel
9. Melaksanakan prosedur audit
10. Mengevaluasi hasil sampel

Dalam melakukan evaluasi atas sampling atribut, auditor harus :


a. Menghitung tingkat penyimpangan sampel
b. Menentukan batas penyimpangan sampel
c. Menentukan cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko
d. sampling
B. Variables Sampling
Variable sampling tepat untuk diterapkan auditor, antara lain pada :
a.
Observasi dan penilaian persediaan
b.
Konfirmasi piutang dagang
c.
Cadangan untuk piutang tak tertagih
d.
Cadangan persediaan yang rusak
e.
Menilai persediaan dalam proses
f.
Menilai aktiva tetap dalam public utility company
g. Penilaian umur piutang
Ada tiga tehnik yang dapat digunakan dalam variable sampling, yaitu :
1.
Mean-per-unit (MPU)
Langkah-langkah dalam perencanaan estimasi MPU, meliputi :
a.
Menentukan tujuan rencana sampling
b.
Mendefinisikan kondisi kesalahan
c.
Mendefinisikan populasi dan unit sampling
d.
Menentukan ukuran sampel
e.
Menentukan metode pemilihan sampel
f.
Melaksanakan rencana sampling
g.
Mengevaluasi hasil sampel
2.
Difference estimation
Dalam sampling estimasi perbedaan ini, perbedaan dihitung untuk setiap item
sampel yang sama dengan nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Auditor
kemudian menggunakan rata-rata perbedaan untuk menghimpun estimasi nilai
populasi total. Variabilitas perbedaan tersebut digunakan untuk menentukan (achieved
precision) atau cadangan (allowance) yang dapat diterima oleh risiko sampling.
Ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan tehnik sampling ini, yaitu :
a.
Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor
b. Total nilai buku populasi harus diketahui auditor
c.
Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama dengan
total nilai buku populasi
d.
Harus ada perbedaan antara nilai audit dan nilai buku yang dapat
diharapkan
3.
Sampling Estimasi Rasio
Dalam sampling ini, auditor menentukan nilai audit untuk setiap item sampel. Rasio
dihitung dengan menghitung hasil pembagian jumlah nilai audit dibagi jumlah nilai
buku item sampel. Rasio tersebut kemudian dikalikan dengan nilai buku total untuk
menghasilkan nilai populasi yang diestimasikan.
Sama dengan estimasi perbedaan, ada empat hal yang harus dipenuhi untuk
menggunakan tehnik sampling ini.

2)

SAMPLING NON STATISTIK UNTUK UJI SUBSTANTIF


Sampling non statistik merupakan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria
subyektif. Auditor dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam sampling non
statistik, dengan melakukan pertimbangan subyektif berdasarkan pengalamanannya.
Pelaksaan evaluasi atas sampel juga dilakukan berdasar kriteria subyektif dan pengalaman
auditor yang bersangkutan.
Standar Profesional Akuntan Publik 350. Par 16 menyebutkan berbagai faktor yang
harus dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian substantive. Faktorfaktor tersebut meliputi :
a
Hubungan antara sampel dengan tujuan audit yang relevan yang harus
dicapai.
b.
Pertimbangan pendahuluan atas tingkat tingkat materialitas.
c.
Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima auditor.
d.
Karakteristik populasi.
Disamping faktor tersebut diatas auditor harus cermat dalam mempertimbangkan pula hal-hal
berikut :
1.
Pemilihan sampel
2.
Pelaksanaan evaluasi atas hasil sampel
SAMPEL DENGAN TUJUAN GANDA
Auditor dalam situasi tertentu, dapat merancang sampel yang memenuhi dua tujuan
sekaligus, yaitu :
a.
Menentukan risiko pengendalian
b.
Menguji kebenaran jumlah moneter ransaksi yang dicatat
Untuk melakukan hal itu, auditor biasanya telah membuat estimasi pendahuluan
bahwa terdapat tingkat risiko yang rendah bahwa penyimpangan dari procedure atau
kebijakan struktur pengendalian intern yang ditetapkan dalam populasi, akan melebihi tingkat
penyimpangan yang dapat diterima. Ukuran sampel yang dirancang harus merupakan yang
terbesar diantara ukuran-ukuran sampel yang dirancang untuk masing-masing tujuan terpisah.
Penilaian untuk setiap tujuan harus dilakukan secara terpisah dengan menggunakan tingkat
risiko yang sesuai untuk masing-masing tujuan pengujian.

Rangkuman Materi Kuliah


AUDITING II

AUDIT SAMPLING

Oleh:

Raditya Shinta H
125020300111096

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Brawijaya Malang
2015

Anda mungkin juga menyukai