Anda di halaman 1dari 3

Bagaimana agar mencapai cinta Ilahi? Menurut Al-Ghazali cinta itu adalah inti keberagamaan.

Cinta
adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Maka menjadi sufi adalah menjadi pecinta, bahkan
pecinta yang mabuk, seperti dialami The Mother from the Grand Master, ibu bagi para sufi besar, yaitu
Rabi'ah al-Adawiyah. Begitu cintanya dia kepada Allah, Rabi'ah sampai tak menyisakan cintanya
kepada selain Allah. "Dalam hatiku sudah ada cinta kepada Allah; tak tersisa
lagi untuk mencintai manusia" (hal 23).
Kecintaan kepada Allah, dalam sufisme cinta Rabi'ah memang seolah menegasikan cinta kepada
manusia. Jika Peter L Berger mengatakan dunia harus kita ciptakan agar masing-masing individu
memiliki dunianya, Rabi'ah melampaui semua itu.
Rabi'ah menciptakan dunia di luar dunianya orang banyak (baca: awam).
Itulah dunia cinta, dunia di mana antara makhluk dan Khaliknya sudah
tidak berjarak. Semuanya sublim ke dalam irama cinta. Tentang cinta,
menurut Kang Jalal, seluruh aliran tarekat dalam tasawuf yang
keberagamaannya didasarkan pada cinta atau mahabbah bermuara pada
Imam Ali dan keturunannya. Bagi Kang Jalal, Imam Ali-lah yang menjadi
pendiri mazhab cinta, sejenis keberagamaan yang didasarkan dan
berorientasi pada cinta.
Mazhab cinta itu, nantinya, mendorong lahirnya tarekat-tarekat,
seperti tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah, Jabariyah, yang banyak
dianut pecinta tasawuf di Tanah Air (hal 295).
Pengalaman rohani seorang sufi seperti Rabi'ah di atas tentu saja
sangat eksotik; tidak bisa ditiru dan dikonversi langsung dalam
kehidupan nyata. Eksotisme cinta Rabi'ah adalah arketipe. Dan
arketipe-arketipe seperti itulah yang dipelihara Kang Jalal agar bisa
dijadikan sebagai "tamasya rohani" untuk mendapatkan berbagai bentuk
kearifan, kebijaksanaan, dan hikmah.
Sebaliknya rujukan tokoh yang sangat luas, menjangkau banyak
pengalaman dari Ali bin Abi Thalib sampai Utsman bin Mazh'un; dari
Fathimah sampai Rabi'ah Al-Adawiyah; dari Al-Ghazali, Abu Ali Fudhail
bin 'Iyadh sampai Jalaluddin Rumi, membuat buku ini lebih bernas dan
kaya perspektif.
http://groups.yahoo.com/group/tasawuf/message/2397
Tahap-tahap menuju wahana cinta kepada Allah adalah sebagai berikut:
1. Membaca al-Quran dengan merenung dan memahami kandungan maknanya sesuai dengan
maksudnya yang benar. Itu tidak lain adalah renungan seorang hamba Allah yang hafal dan mampu
menjelaskan al-Quran agar difahami maksudnya sesuai dengan kehendak Allah swt. Al-Quran
merupakan kemuliaan bagi manusia yang tidak bisa ditandingi dengan kemuliaan apapun. Ibnu Sholah
mengatakan Membaca Al-Quran merupakan kemuliaan, dengan kemuliaan itu Allah ingin
memuliakan manusia di atas mahluk lainnya. Bahkan malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan
semacam itu, malah mereka selalu berusaha mendengarkannya dari manusia.

2. Taqarub kepada Allah swt, melalui ibadah-ibadah sunnah setalah melakukan ibadah-ibadah fardlu.
Orang yang menunaikan ibadah-ibadah fardhu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai
Allah. Sementara orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah,
mereka itu adalah orang yang dicintai Allah. Ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada
Allah, antaranya ialah: solat sunat, puasa-puasa sunat,sedekah sunat dan amalan-amalan sunat dalam
Haji dan Umrah.
3. Melazimkankan zikir kepada Allah dalam segala tingkah laku, melalui lisan, kalbu, amal dan
perilaku. Kadar kecintaan seseorang terhadap Allah bergantung kepada kadar zikirnya kepadaNya.
Zikir kepada Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang yang dicintai Allah.
Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah aza wajalla berfirman :Aku bersama
hambaKu,selama ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk berdzikir) kepadaKu.
4. Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri. Mengutamakan cinta kepada Allah di atas
cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayang-bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih
mencintai diri sendiri. Ertinya ia rela mencintai Allah meskipun berisiko tidak dicintai oleh mahluk.
Inilah darjat para Nabi, di atas itu darjat para Rasul dan di atasnya lagi darjat para rasul Ulul Azmi, lalu
yang paling tinggi adalah darjat Rasulullah Muhammad s.a.w. sebab beliau mampu melawan kehendak
dunia seisinya demi cintanya kepada Allah.
5.Kesinambungan musyahadah (menyaksikan) dan marifat (mengenal) Allah s.w.t. Penglihatan
kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya. Kesedaran dan penglihatan kalbunya
berkelana di taman marifatullah (pengenalan Allah yang paling tinggi). Barang siapa marifat kepada
asma-asma Allah, sifat-sifat dan afal-afal Allah dengan penyaksian dan kesedaran yang mendalam,
niscaya akan dicintai Allah.
6. Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah lahir dan batin akan menyampaikann kepada
cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab
itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan mata
batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan
suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang
memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah secara lahir dan
batin, akan menghantarkan kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya.
7. Ketundukan hati secara total di hadapan Allah, inilah yang disebut dengan khusyu. Hati yang
khusyu tidak hanya dalam melakukan solat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan
menyampaikan kepada cinta Allah yang hakiki.
8. Menyendiri bersama Allah ketika Dia turun. Yaitu saat sepertiga terakhir malam. Pada saat itulah
Allah s.w.t. turun ke dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba untuk
mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan solat malam agar mendapatkan cinta Allah.
9. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka iapun akan mendapatkan cinta Allah s.w.t.
10. Hindari terhadap hal-hal yang bisa menghalangi hati untuk mengingat Allah.
http://marifath.blogspot.com/2010/06/menggapai-cinta-allah-swt.html
Sungguh, suatu karunia yang tiada ternilai, bila seorang hamba bisa meraih cinta dari Rabb-nya.
Semoga kita diberi hidayah Allah sehingga menjadi hamba yang mempunyai keinginan kuat untuk

mendapatkan cinta Allah. Apakah kita sebagai hamba yang biasa-biasa ini sanggup meraih cinta-Nya?
Ya, tentu, Allah memberikan kesempatan yang sama kepada semua hamba-hamba-Nya. Untuk
mengundang cinta-Nya, kita harus berupaya untuk melakukan amal perbuatan yang menunjukkan
kecintaan kita kepada Allah, tiada tuhan melainkan Dia. Semoga kita menjadi hamba yang taat dan
patuh kepada semua perintah dan larangan-Nya.
http://harapansatria.blogspot.com/2009/08/tips-meraih-cinta-allah.html
Allah SWT berjanji dengan janji yang pasti ditepati, dalam Al-Qur'an : "Sesungguhnya Allah sangat
mencintai orang yang bertaubat dan orang yang mensucikan dirinya...." didalam ayat lain : "Amat
sangat beruntung, sukses, menang, orang yang mensucikan jiwa nya dan merugi orang yang
mengotorinya..."
Dengan kata lain : Apapun..., yang membuat kita bisa bertaubat itu adalah Rizki, karunia, jalan menuju
cinta Allah. Apapun...,, Kejadian bentuk apapun yang membuat kita bisa bertaubat itu semua adalah
jalan untuk mendapat cinta Allah.
Kejadian apapun, sepahit apapun, segetir apapun yang membuat kita semakin bersih maka itu adalah
nikmat dari Allah, Karunia yang membuat kita bisa termasuk orang yang dicintai Allah.
Jangan sibuk melihat kemudahan, kelapangan, pujian, penghargaan, mendapatkan apa yang kita
inginkan, mencapai apa yang kita sukai... Tunggu dulu..!!, itu belum tentu nikmat, itu belum tentu jalan
untuk mendapat cinta Allah.
Naik pangkat, diwisuda, dapet jodoh, sehat, banyak uang, populer, itu belum tentu jalan untuk
mendapatkan cinta Allah....,
Apapun yang membuat kita tersungkur taubat itu adalah jalan menuju cinta Allah...
http://club-pecinta-alquran.com/index.php?option=com_content&view=article&id=233&Itemid=234

Anda mungkin juga menyukai