ISSN 1410-9891
Pendahuluan
Dalam era tahun 2000-an persyaratan lingkungan tentang gas buang kendaraan bermotor akan semakin
ditingkatkan. Sehubungan dengan hal tersebut, motor bakar dan bahan bakar telah berkembang secra bersamaan
sehingga motor bakar memerlukan suatu bahan bakar yang mempunyai persyaratan (spesifikasi) tinggi.
Persyaratan lingkungandan tekanan untuk menurunkan polusi dari gas buang telah menyebabkan
penyempurnaan desain atau rancangan motor bakar, antara lain pemakaian catalytic converter yang berakibat
pula pada peningkatan mutu bahan bakarnya.
Peningkatan rasio kompressi motor bahan bakar bensin akan membutuhkan bahan bakar bensin berangka oktana
tinggi, sedangkan untuk menurunkan polusi gas buang kendaraan bermotor akan membatasi baik komponen
hidrokarbon bensin (aromatik, benzena dan olefin) maupun kadar non-hidrokarbonnya (senyawa sulfur-organik).
Pengaruh komposisi hidrokarbon dari beberapa jenis komponen bensin pada angka oktananya, dan komposisi
komponen bensin untuk pembuatan bahan bakar bensin ramah lingkungan akan disajikan pada makalah ini.
2.
Komponen bensin mempunyai kisaran titik didih antara 40oC sampai dengan 225oC yang mengandung
golongan atau grup hidrokarbon: parafin, olefin, naftena dan aromatik dengan variasi harga angka oktananya
cukup besar.
Angka oktana bensin dapat dinyatakan dalam tiga jenis: Angka Oktana Riset (Research Octane Number
RON), Angka Oktana Motor (Motor Octane Number), dan Distribusi Angka Oktana (Octane Number
Distribution). Pada umumnya nilai atau harga RON bensin diamati lebih besar daripada nilai MON nya,
sedangkan selisih nilai oktana bensin antara RON dan MON disebut Sensitivitas (S) atau S = RON MON.
Bensin yang baik mempunyai nilai RON dan MON yang tinggi, sensitivitas yang rendah dan distribusi angka
oktananya homogen.
Berdasarkan kandungan hidrokarbon, komponen bensin dapat dibagi tiga golongan sebagai beriukut:
- Komponen bensin parafinik
- Komponen bensin olefinik
- Komponen bensin aromatik
2.1 Komponen Bensin Parafinik
Komponen bensin parafinik adalah bensin dengan kandungan parafinnya banyak yaitu bensin distilasi
(straight-run gasoline) dari produk proses distilasi minyak bumi, nafta ringan hidrorengkah (light hydrocracked
naphtha) dari produk proses hidrorengkah distilat berat, isomerat (isomerate) dari produk hidroisomerisasi nafta
ringan, dan alkilat (alkylate) dari proses alkilasi campuran antara iso-butana dan propilena/butilena/amilena.
Sensitivitas ketiga jenis komponen bensin tersebut adalah rendah.
Bensin distilasi mengandung banyak normal parafin, dengan nilai RON dan MON-nya rendah dengan
distribusi angka oktananya tidak homogen. Nafta ringan hidrorengkah dan isomerat mengandung banyak
senyawa iso-parafin bercabang sedikit (rendah) dengan nilai RON dan sensivitas rendah. Kedua komponen
bensin tersebut mempunyai distribusi angka oktana yang homogen. Alkilat mengandung iso-parafin bercabang
banyak (~ 100% vol), sehingga alkilat tersebut mempunyai nilai RON dan MON-nya tinggi dan distribusi angka
oktananya homogen.
2.2 Komponen Bensin Olefinik
Komponen bensin olefinik adalah bensin dengan kandungan olefinnya banya yaitu bensin polimer (polygasoline
dan
dimater)
dari
produk
proses
polimerisasi
dan/atau
dimerisasi
senyawa
etilena/propilena/butilena/amilena; pyro-gasoline dari produk proses termal reforming nafta dan bensin
rengkahan katalitik (cat. cracked gasoline) dari produk proses perengkahan katalitik distilat berat dari residu.
Bensin polimer mengandung ~ 100% vol olefin. Sesuai dengan pengamatan, sensitivitas dari ketiga jenis
komponen bensin berkadar olefin tinggi tersebut sangat tinggi.
Nilai RON dari bensin polimer, pyro-gasoline dan bensin rengkahan katalitik adalah tinggi dengan distribusi
angka oktananya homogen.
2.3 Komponen Bensin Aromatik
Komponen bensin aromatik adalah bensin dengan kandungan aromatiknya banyak yaitu reformat
(reformate) produk dari proses reforming katalitik nafta berat, dan juga kedua jenis komponen bensin olefinik
3.
Komposisi hidrokarbon bensin ramah lingkungan dibatasi, antara lain: total aromatik, benzena, dan olefin
sehingga proporsi komponen-komponen bensin seperti bensin polimer, pyro-gasoline, reformat dan bensin
rengkahan katalitik dibatasi; sedangkan isomerat dan alkilat harus ditingkatkan proporsinya dalam pembuatan
bensin ramah lingkungan. Rendahnya angka oktana bensin distilasi, membatasi proporsinya dalam pembuatan
bensin berangka oktana tinggi yang ramah lingkungan tersebut.
Dalam rangka menurunkan polusi dari gas buang (SOX) dari hasil pembakaran molekul non-hidrokarbon
sulfur, maka proporsi bensin rengkahan katalitik yang mengandung banyak sulfur pada pembuatan bensin ramah
lingkungan perlu dibatasi pula.
Untuk peningkatan proporsi reformat dalam bensin ramah lingkungan berkadar benzena 1%-berat, maka
reformat tersebut harus difraksinasi untuk pemisahan bagian ringan reformatnya yang mengandung iso-parafin
bercabang sedikit (rendah) berangka oktana rendah dan benzena, dan selanjutnya fraksi tersebut
dihidroisomerisasi untuk peningkatan angka oktananya dan sekaligus penurunan kadar benzenanya. Penurunan
kadar sulfur dari bensin rengkahan katalitik dilakukan dengan bantuan proses hidropemurnian selektif agar
supaya kadar hidrokarbon aromatik berangka oktana tinggi tidak banyak terhidrogenasi atau tidak hilang.
Empat jenis komponen bensin utama (bensin rengkahan katalitik, reformat, isomerat dan alkilat) banyak
dipakai dalam pembuatan bensin ramah lingkungan. Komposisi komponen bensin untuk pembuatan bensin
ramah lingkungan dan spesifikasi bensin ramah lingkungan dari berbagai Negara disajikan pada Tabel 5 dan
Tabel 6. Sedangkan spesifikasi Bahan Bakar Bensin untuk Indonesia disajikan pada Tabel 7. Dalam pembuatan
bensin ramah lingkungan, komponen bensin bermutu tinggi perlu ditingkatkan baik jumlah unit prosesnya
maupun kapasitas umpannya pada kilang minyak yaitu unit proses katalitik perengkahan, katalitik reforming,
isomerisasi dan alkilasi.
4.
Kesimpulan
Dalam menyongsong era tahun 2000-an, spesifikasi bahan bakar minyak, khususnya bensin semakin
meningkat sehingga konfigurasi kilang perlu dilakukan untuk pembuatan komponen-komponen bensin unggulan
seperti bensin rengkahan katalitik, reformat, isomerat dan alkilat.
Untuk peningkatan potensi pembuatan bensin ramah lingkungan, perlu kiranya dilakukan penelitian prosesproses yang tepat dalam peningkatan angka oktana dari komponen bensin yang diproduksi di setiap unit
pengolahan minyak. Mengingat akan diberlakukannya spesifikasi bensin maka perlu persiapan peningkatan jenis
dan jumlah produksi komponen-komponen bensin utama agar supaya batasan kadar hidrokarbon, sulfur dan
persyaratan angka oktana dapat dipenuhi.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
Daftar Pustaka
Rahman, A., and Road, T. (2000), Taking Steps: A Community Action to People-Centered, Equitable
and Sustainable Urban Transport, the SUSTRAN Network, Feb.
Aakko, P. (2000), Reformulated Gasoline: Lower Particulate Emissions, 6th Annual Fuels & Lubes
Conference, Singapore, January 25-28
(1996) Special Report, Fuel Quality Standards for Year 2000 Proposed by the European Commission,
Fuels and Lubes International, Dec., Vol. 2, No. 12, pp 10-11
(1999) World-Wide Fuel Charter, 5th Annual Fuels of Lubes Asia Conference, Singapore, Jan. 25-28
Parameter
CO
HC
Aromatik (45%
vol 20% vol
Olefin (20 % vol
5 % vol)
MTBE (0% vol
15% vol)
T90 (455 411K)
-13%
-6%
NOX
Emisi
Butadiena Formaldehida
Naik
Ozone
Benzena
Turun
+6%
-10%
-10%
Turun
-11%
-5%
Naik
-22%
+5%
Turun
Turun
Turun
Turun
Turun
Asetaldehida
Naik
Parafin
Total
Iso
Naftena
Olefin
Total
Iso
(Dalam %-vol)
Aromatik
RON
Total
Benze
na
90.0-91.7
44.1-63.5
62.0-69.0
5.3*
45.2-54.8
-
6.8-7.9
24.5-44.5
21-29.0
-
1.0-1.5
10.9-11.8
5.0-15.0
34.0
1.0-1.5
16.8
69.9-72.0
50.0-60.0
90.0
30.0-44.0
25.0-30.0
13.0-17.0
14.18-45.0
0.95-2.0
52.084.87
16.16
86.6-98.3
37.0-82.0
46.0-48.0
33.0
67.5-89.5
100
-
26.0-53.0
100
-
15.0-54.0
44.0-55.0
55.0
2.7-5.3
-
100
100
1.0-9.0
3.0-5.0
12.0
1.5-1.7
-
1.0-9.0
-
25.045.0
25.0
70.0-88.0
51.0-53.0
68.0
80.5-89.0
93.3-95.5
96.0101.0
90.6-93.3
23-47*
9. Bensin Rengkah
Katalitik
Catatan: (*) = Parafin+Naftena
Reformat
21-41
444-451
391-422
50-85
3-8
Rendah
90-107
6-11
Buruk
Isomerat
76-97
1-2
1-2
Rendah
78-84
0-2
Baik
Alkilat
41-62
388-412
364-392
Rendah
93-96
1-3
Baik
Poly-gasoline
55-82
413-418
368-373
>94
Rendah
95-99
10-18
Baik
Straight-Run Light
Naphtha
40-80
1-4
Reformate
90-96
10-17
90-117
6-11
80
75
74
67
63
59
58
95
95
95
94
93
92
91
90
90
91
92
94
95
96
98
100
90
88
82
78
71
54
71
90
111
116
115
113
112
111
100
2004-CARB
Phase 3
25
US EPA
2000
25
EU-2000
Phase 3
35
Indonesia
Pertamax
50
0,8
1,0
1,0
5,0
2,5
1,0
1,0
6,0
8,5
8,5
20
10
10
20
130
130
1000
200
30
Free-S
1000
2,0
2,0
2,0
2,7
2,7
2,7
2,7
10
SATUAN
PREMIUM
PERTAMAX
RON
Kg/m3
gr/lt
k.Pa
mg/100 ml
Menit
%-massa
%-vol
88
0,30
62
4
240
0,20
Negatif
0,0020
91
715 - 780
0,013
45-60
4
240
0,10
50
Negatif
0,0020
74
88-125
180
205
2.0
Marketable
70
77-110
180
205
2,0
Marketable
%-massa
o
C
C
o
C
o
C
% vol
o
PERTAMAX
PLUS
95
0,013
45-60
4
240
0,10
50
Negatif
0,0020
METODA
UJI
D-2699
D-1298
D-2547
D-323
D-381
D-525
D-1266
D-1319
IP-30
D-1219
D-86
70
77-110
180
205
2.0
Marketable