Anda di halaman 1dari 13

LABORATORIUM PILOT PLAN

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014/2015

MODUL

: LAS LISTRIK

PEMBIMBING

: Shoerya Shoelarta, LRSC, M.T

Praktikum : 29 September 2014


Penyerahan : 6 Oktober 2014
(Laporan)

Oleh :
Kelompok

: XI (sebelas)

Nama

: 1. Sandra Sopian

NIM.121411058

3. Widya Piqra

NIM.121411061

2. Yulia Endah Permata

NIM.121411062

Kelas

: 3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014

I.

II.

TUJUAN
1.
2.

Mengetahui teknik pemotongan dan pengelasan batang besi.


Mengetahui cara kerja alat las listrik serta dapat menggunakan alat listrik sesuai

3.

dengan prosedur yang benar.


Memotong dan mengelas besi membentuk sebuah kerangka.

LANDASAN TEORI
Penyambungan logam adalah suatu proses yang dilakukan untuk menyambung dua

bagian logam atau lebih. Penyambungan bagianbagian logam ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam metoda sesuai dengan kondisi dan bahan yang digunakan. Setiap metode
penyambungan yang digunakan mempunyai keuntungan tersendiri dari metoda lainnya, sebab
metoda penyambungan yang digunakan pada suatu konstruksi sambungan harus disesuaikan
dengan kondisi yang ada, hal ini mengingat efisiensi sambungan. Pemilihan metoda
penyambungan yang tepat dalam suatu konstruksi sambungan harus dipertimbangkan
efisiensi sambungannya, dengan mempertimbangkan beberapa faktor diantaranya: faktor
proses pengerjaan sambungan, kekuatan sambungan, kerapatan sambungan, penggunaan
konstruksi sambungan dan faktor ekonomis.
Salah satu teknologi penyambungan logam adalah dengan pengelasan. Teknik
penyambungan logam terbagi dalam dua kelompok besar,yaitu :
1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambungan logam yang
dapat dilepas kembali.
2. Penyambungan tetap (permanent joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan
cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam
pengisi. Termasuk dalam kelompok ini adalah solder, brazing dan pengelasan. Proses
pengelasan terdiri dari las listrik dan las gas.
Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan
atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Lingkup
penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan,
rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya. Disamping untuk
pembuatan, proses las dapat juga digunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubanglubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang
sudah aus, dan macam reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi
hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Oleh karena

itu rancangan las dan cara pengelasan harus memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian
antara sifat-sifat las dengan kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya.
Contoh pemilihan metoda yang tepat untuk suatu konstruksi sambumgam dapat
dilihat pada perakitan file cabinet. Metoda perakitan file cabinet yang digunakan adalah
metoda penyambungan dengan las titik. Pertimbangan pemilihan ini mengingat proses
penyambungan dengan las titik ini sedehana, mempunyai kekuatan sambungan yang baik dan
hasil penyambungannya tidak menimbulkan cacat pada plat. Metoda-metoda penyambungan
yang umum digunakan untuk kostruksi sambungan plat-plat tipis ini diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Metoda penyambungan dengan lipatan


Metoda penyambumgan dengan keling
Metoda penyambungan dengan solder
Metoda penyanmbungan dengan las titik
Metoda las busur
Metoda las oksi-asetilen
Metoda penyambungan baut dan mur
Masing-masing metoda penyambungan ini mempunyai proses pengerjaan yang

berbeda-beda
2.1

Las listrik
Pengelasan dengan las listrik merupakan ikatan metalurgi antara bahan dasar yang

dilas dengan elektroda las yang digunakan, melalui energi listrik. Panas yang ditimbulkan
dari hasil proses pengelasan ini melebihi dari titik lebur bahan dasar dan elektroda yang di
las. Kisaran temperature yang dapat dicapai pada proses pengelasan ini mencapai 2000
sampai 3000 C. Pada temperatur ini daerah yang mengalami pengelasan melebur secara
bersamaan menjadi suatu ikatan metalurgi logam lasan.
Pada prinsipnya beberapa teknik yang harus diketahui dan dilakukan seorang juru las
dalam melakukan proses pengelasan adalah:
1.
2.
3.
4.

2.2

Teknik Menghidupkan Busur Nyala


Teknik Ayunan Elektroda
Posisi-posisi Pengelasan
Teknik dan Prosedur Pengelasan pada berbagai konstruksi sambungan.

Mesin las listrik


Mesin las merupakan sumber tenaga yang memberi jenis tenaga listrik yang

diperlukan serta tegangan yang cukup untuk terus melangsungkan suatu lengkung listrik las.
Sumber tenaga mesin las dapat diperoleh dari: Motor bensin atau diesel, atau gardu induk.

Tegangan pada mesin las listrik biasanya: 110 volt, 220 volt, 380 volt. Busur nyala
terjadi apabila dibuat jarak tertentu antara elektroda dengan benda kerja dan kabel massa
dijepitkan ke benda kerja.
Jenis mesin las listrik
a. Transformator AC (arus bolak-balik)

Mesin ini memerlukan sumber arus bolak-balik dengan tegangan yang lebih rendah
pada lengkung listrik. Keuntungan keuntungan mesin las AC antara lain:
-

Busur nyala kecil, sehingga memperkecil kemungkinan timbunya keropos padarigi-rigi

las
Perlengkapan dan perawatan lebih murah

b. Rectifier arus searah (DC)

Mesin ini mengubah arus listrik bolak-balik (AC) yang masuk, menjadi arus listrik
searah (DC) keluar. Pada mesin AC, kabel masa dan kabel elektroda dapat dipertukarkan
tanpa mempengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala. Keuntungankeuntungan mesin las DC antara lain :
-

Busur nyala stabil


Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut
Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut
Dapat mengelas pelat tipis dalam hubungan DCRP
Dapat dipakai untuk mengelas pada tempat-tempat yang lembab dan sempit

2.3

Teknik Dasar Pengelasan

a.

Pembentukan busur listrik pada proses penyulutan

Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan
mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda).Dari kutub positif mengalir
partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang udara diantara anoda
dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus listrik (diionisasikan)
dan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion
positif. Jika elektroda misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah, maka
arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi
jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah
elektroda). Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan
dilas, berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik
yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja
menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja, dan
dengan demikian tetap mengalir. Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan segera
melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan. Di dalam rentetan yang cepat partikel
elektroda menetes, mengisi penuh celah sambungan las dan membentuk kepompong las.
Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat
pelelehan elektrodayang terus menerus menetes.
b. Proses Penyulutan
Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan
disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
c. Menyalakan busur listrik
Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arus (ampere) yang tepat
sesuai dengan tipe dan ukuran elektroda, Menyalakan busur dapat dilakukan dengan 2 (dua)
cara yakni :

Bila mesin Ias yang dipakai mesin Ias AC, menyalakan busur dilakukan dengan

menggoreskan elektroda pada benda kerja.


Menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda hanya disentuhkan.
d. Memadamkan busur listrik
Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan

maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan
dari logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian
elektroda dijauhkan dengan arah agak miring.

III.

METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1
Alat dan Bahan

Kawat las

Transformator

Alat Pelindung Diri

Elektroda

Pemegang elektroda

III.2

Kabel elektroda
Kabel tenaga
Kabel massa

Langkah Kerja
Memotong besi sesuai dengan ukuran rangka yang akan di sambung.

Memasangkan besi yang telah dipotong tadi pada rangka sampai tidak
ada lagi pergeseran potongan besi.

Menyalakan Transformator

Memasangkan elektroda pada penjepit (katoda)

Menghubungkan penjepit (anoda) dari trafo ke rangka

Menyambungkan besi dan rangka dengan cara di las menggunakan


elektroda dengan tanda adanya bunga api pada gesekan ektroda dengan
rangka

III.3
Cara Kerja
1. Persiapan
a. Sebelum pekerjaan dimulai, menyiapkan dan memeriksa alat utamanya dan semua
peralatan bantunya.
b. Memakai alat-alat pelindung yang sudah disediakan yaitu kacamata las listrik.
c. Menyiapkan benda kerja dan elektrodanya.

d. Memasang elektroda pada penjepitnya dan memasang penjepit benda kerja pada benda
kerja (bisa pada meja kerjanya). Memperhatikan sebelum mesin las dihidupkan, letak dari
penjepit elektroda jangan sampai menempel penjepit logam atau logam induknya.
e. Mengatur besarnya arus dengan memutar handel pada mesin las, dengan memperhatikan
besarnya diameter elektroda, sesuai dengan tabel yang sudah ada.

2. Pelaksanaan
1) Latihan menyalakan busur listrik dan membuat rigi-rigi las serta mengatur panjang busur
(jarak antara ujung elektroda ke benda kerja).
a. Bila panjang busur tepat (kurang lebih garis tengah elektroda) dan kecepatan pengelasan
yang tepat maka akan menghasilkan bunyi mendesis yang tetap dan halus (tidak meledakledak) dengan lebar jalur las sebesar kurang lebih dua kali garis tengah elektroda, karena
cairan elektroda akan mengalir dan mengendap dengan baik. Hasilnya rigi-rigi las yang
halus dan baik, tembusan las yang baik, dan terak halus dan mengkilat.
b. Bila busur terlalu panjang, maka timbul bagian-bagian yang berbentuk bola (percikanpercikan kecil) dari cairan elektroda. Hasilnya rigi-rigi las kasar, tembusan las dangkal
(melebar), dan percikan teraknya kasar.
c. Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, kalau terjadi kontak butiran logam
cair yang menyambung elektroda dan logam induknya maka akan terjadi hubungan
singkat dan busur akan mati, sehingga elektroda akan menempel kuat pada benda kerja.
2) Posisi Elektroda
Pada pengelasan dengan elektroda terbungkus yang biasanya dengan mesin las
konvensional maka posisi elektroda terhadap benda kerja berdasarkan eksperimen dan
pengalaman yang paling baik hasilnya adalah yang sebagai berikut :
a. Posisi elektroda bersudut 70 -80 dengan arah memanjang las dan bersudut 90 arah
melintang las.
b. Melatih gerakan-gerakan tangan dengan arah. memutar arah kanan maupun kiri dengan
diameter yang relatif kecil.
c. Elektroda pada ujungnya akan mencair secara kontinyu sehingga perlu digerakkan searah
dengan sumbunya secara kontinyu pula.
3) Gerakan Elektroda.
Gerakan-gerakan elektroda pada pengelasan ada dua cara yaitu :
a. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda.
b. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda.

Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak (panjang busur) agar tetap, hal tersebut
disebabkan karena busur pada ujungnya mencair terus menerus sehingga mengalami
pemendekan.
c. Gerakan ayunan elektroda.
Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki.
4) Pengaruh kecepatan elektroda.
Kecepatan menggerakkan elektroda harus stabil, sehingga menghasilkan rigi-rigi las
yang rata dan halus.
a. Jika elektroda digerakkan terlalu lambat akan didapatkan jalur yang lebar, kasar dan kuat
tetapi dapat menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya).
b. Jika elektroda digerakkan terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal karena kurangnya waktu
pemanasan bahan dasar dan kurangnya waktu untuk cairan elektroda menembus bahan
dasar.
c. Jika kecepatan geraknya elektroda tepat, daerah perpaduan dengan bahan dasar dan
tembusan lasnya baik.

IV.

DATA PENGAMATAN
Persiapan Awal

No
.

Gambar

Keterangan

1.

Pelat besi dan batang


besi yang akan di las

2.

Elektroda

3.

Penjepit elektroda
(Katoda)

4.

Penjepit besi (anoda)

5.

APD yang wajib


digunakan saat
pengelasan

6.

Transformator

Proses Pengelasan
No
.
1.

2.

Gambar

Keterangan
Proses pemotongan besi yang akan
dilas

Proses pengelasan

V. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk memotong dan mengetahui teknik pemotongan
juga mengelas besi membentuk sebuah kerangka. Selain itu, tujuannya untuk mengetahui
cara kerja alat las listrik serta dapat menggunakannya sesuai dengan prosedur yang benar.
Penyambungan logam adalah suatu proses yang dilakukan untuk menyambung dua
bagian logam atau lebih. Salah satu caranya yaitu dengan pengelasan (welding) yang
merupakan teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan
logam pengisi. Dapat dilakukan dengan tekanan atau tanpa tekanan dan dengan logam atau
tanpa logam penambah hingga menghasilkan sambungan yang kontinyu. Sebelum dilakukan
pengelasan, pelat dan batang besi dipotong sesuai kebutuhan. Untuk pelat besi dipotong
dengan panjang 80 cm 2 buah dan lebar 30 cm sebanyak 2 buah juga, sedangkan batang besi
dipotong dengan panjang 35 cm sebanyak 10 buah. Kemudian pelat besi dibuat kerangka
persegi panjang dengan cara pengelasan. Elektroda yang digunakan adalah . Pada bagian
yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan
busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari
elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari
kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam
tersebut. Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi
sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Elektroda atau logam pengisi
dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las.
Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus,
kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur.

Anda mungkin juga menyukai