Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KELOMPOK

PASAR KEUANGAN DAN LEMBAGA KEUANGAN

KARTU PLASTIK

OLEH :
I Nyoman Febri Mahardika

1306205105

Marcellus Ivan Novandi

1306205107

M Hatta Diman Arde

1306205118

Andika Djunaidi Putra

1306205138

I Gusti Ngurah Bagus Adi Mas Putra

1306205141

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2015
BAB I
1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dewasa ini, pertumbuhan di berbagai sektor perekonomian mengalami

perkembangan pesat. Tidak terkecuali dalam melakukan transaksi, dapat


digunakan berbagai cara untuk pembayaran, mulai dari cara tradisional hingga
cara yang modern. Pada awal sebelum dikenalnya uang manusis melakukan
pembayaran dengan cara barter baik antara barang dengan barang atau barang
dengan jasa bisa juga jasaa dengan jasa. Didalam perjalanan sistem ini banyak
sekali kendala yan dihadapi seperti membutuhkan waktu yang lama (efisien),
hingga tidak terjadinya persamaan pemenuhan kebutuhan yang diinginkan.
Dalam perkembangan selanjutnya ditemukan cara yang paling efektif dan
efisien untuk melakukan transaksi yaitu dengan menggunakan uang. Dewasa ini
penggunaan uang sebagai alat untuk melakukan pembayaran sudah dikenal luas
dan penggunaan uang sebagai sarana pembayaran sudah merupakan kebutuhan
pokok hampir di setiap kegiatan masyarakat.
Namun dalam perjalanannya penggunaan uang mengalami berbagai
hambatan tertentu. Jika penggunaan dalam jumlah besar hambatannya adalah
resiko membawa uang tunai sngat besar. Resiko yang timbul dan harus dihadapi
adalah seperti resiko kehilangan pemalsuan atau terkena perampokan. Akibatnya
penggunaan uang tunai sebagai alat pembayaran mulai berkurang penggunaannya.
Adalah kartu plastik atau yang lebih dikenal dengan nama kartu kreditatau
uang plastik yang mampu menggantikan fungsi uang sebagai alat pembayaran.
Disamping itu kartu plastik ini dapat pula digunakan untuk berbagai keperluan
sehingga kegunaannya menjadi multi fungsi.
Resiko seperti di atas sedikit banyak dapat dieliminir dengan penggunaan
kartu plastik ini. Penggunaan kartu kredit dirasakan lebih aman dan praktis untuk
segala keperluan seperti untuk berpergian, apalagi kartu kredit dewasa ini sudah
dapat dipergunakan unuk segala kegiatan secara internasional seperti visa card
dan master card.

1.2

Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Apa yang dimaksud dengan kartu plastik ?


Apa saja jenis-jenis kartu plastik ?
Apa peran Bank Indonesia dalam regulasi kartu plastik ?
Bagaimana konsep kartu kredit ?
Apa saja kasus tentang pelanggaran-pelanggaran dan kasus kriminal
tentang kartu plastik ?

1.3

Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui pengertian dari kartu plastik


Untuk mengetahui jenis-jenis kartu plastik
Untuk mengetahui peran Bank Indonesia dalam regulasi kartu plastik
Untuk mengetahui konsep kartu kredit
Untuk mengetahui kasus tentang pelanggaran-pelanggaran dan kasus
kriminal tentang kartu plastik

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Kartu Plastik


Kartu plastik merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu

lembaga keuangan dan dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi


keuangan yang dilakukan oleh masyarakat khususnya para pemegang kartu yang
dikeluarkan oleh lembaga keungan yang bersangkutan. Perkembagan penggunaan
kartu plastic dalam berbagai bentuknya menunjukkan bahwa alat ini tidak hanya
digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dalam transaksi yang dilakukan
tetapi juga untuk suatu tujuan lain seperti penarikan uang tunai para nasabah yang
memiliki sejumlah modal yang ditabung disuatu lembaga keungan yang dia
percayai, jika suatu saat dia sedang membutuhkan sejumlah uang untuk
pembiayaan sutu transaksi, dia bisa langsung menggunakan layanan dari kartu
yang dimilikinya sebagai tanda penarikan sejumlah dana yang dimilikinya dengan
batasan jumlah yang dimilikinya dilembaga keuangan tersebut. Serta Berdasarkan
suatu pertimbangan kartu tersebut juga dapat dibawa berpergian kemana saja
dengan praktis tanpa harus membawa sejumlah lembaran kertas atau koin disaku,
karna dari itulah lembaga keuangan menerbitkan suatu karu plastik untuk
memberi kemudahan bagi para masyarakat khususnya yang memiliki dana dibank
dan melampirkan kepemilikan kartu plastik tersebut, selain dari itu kartu plastik
juga dapat digunakan sewaktu-waktu disaat dalam keadaan santai maupun dalam
keadaan gentingpun dan kemudahan penggunaan yang lain kartu plastic ini
semakin luas dan juga bisa digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan
di berbagai negara.
Kartu plastik mulai diperkenalkan kepada kartu kredit dan kartu ATM.
Citibank dan Bank Duta adalah bank-bank yang termasuk pelopor penggunaan
kartu plastic di Indonesia melalui kerja samanya dengan Visa International dan
Mastercard International. Perkembangan kartu plastic semakin pesar dengan
dibangunnya jaringan perbankan di seluruh Indonesia, dan nama-nama kartu yang
lain mulai diperkenalkan seperti Amex Card, BCA Card, Astra Card, Procard,
Exim Smart, dan lain-lain sesuai dengan fungsi keunggulannya masing-masing.
2.2

Jenis-Jenis Kartu Plastik

Kartu plastik dapat digunakan sebagai macam transaksi keuangan.


Lingkup geografis penggunaan kartu ada yang domestik dan ada juga yang
internasional. Kartu dengan lingkup internasional berarti kartu tersebut tidak
hanya dapat digunakan dalam batas wilayah satu Negara saja melainkan dapat
juga digunakan di berbagai negara. Atas dasar bentuk penggunaannya tersebut,
jenis kartu plastik terdiri dari:
a) Kartu kredit
Kartu kredit (credit card) atau merupakan alat berbentuk kartu yang
diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan dan dapat digunakan sebagai alat
pembayaran transaksi pembelian barang dan jasa yang pembayaran
pelunasannya dapat dilakukan oleh pembeli secara sekaligus atau angsuran
pada jangka waktu tertentu setelah kartu digunakan sebagai alat
pembayaran. Dengan mempunyai kartu kredit, seseorang dapat melakukan
pembelian barang dan jasa pada tempat-tempat khusus yang menjalin kerja
sama dengan perusahaan kartu kredit yang bersangkutan tanpa harus
menggunakan uang tunai.
Pembayaran pembelian dilakukan dengan cara menggesekkan kartu kredit
pada perangkat yang sudah disiapkan oleh penjual barang dan jasa,
sehingga transaksi pembelian tersebut tercatat pada alat tersebut dan dapat
dilacak. Pembayaran atau angsuran oleh pemilik kartu diberikan secara
langsung kepada perusahaan kartu kredit atau melalui pihak lain yang
ditunjuk.
b. Charge Card
Charge Card sedikit berbeda dengan kartu kredit. Charge Card biasanya
tidak memiliki batasan jumlah pembayaran, pemegang carge card dapat
berbelanja sebanyak-banyaknya, namum harus langsung melunasi penuh
tagihan yang dikirimkan. Charge card merupakan alat berbentuk kartu
yang diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan dan dapat digunakan
sebagai alat pembayaran transaksi pembelian barang dan jasa yang
pembayaran pelunasannya harus dilakukan oleh pembeli secara sekaligus
pada jangka waktu tertentu setelah kartu digunakan sebagai alat

pembayaran.
Pembayaran dilakukan pada akhir bulan yang sama dengan tanggal
transaksi atau pada bulan berikutnya dengan disertai biaya tambahan.
Penyelenggara kartu ada yang menetapkan biaya tambahan dan ada juga
yang tidak, sehingga pelunasan yang dibayarkan oleh pemilik kartu ada
yang terdiri dari pokok pinjaman beserta biaya tambahan dan ada pula
yang hanya berupa pokok pinjaman saja.
Contoh: Seorang yang bernama Putu (sebagai pemilik kartu) mempunyai
charge card dengan nama BCA Card yang diperoleh melalui sebuah
kantor cabang BCA di Jl. Mataram, Jakarta (sebagai acquirer). Pada
tanggal 12 Maret 2010, Putu melakukan pembelian sepatu di toko
Matahari, Atrium Plaza Senen (sebagai merchant) seharga Rp 325.000
dengan menggunakan BCA Card. Sesuai dengan ketentuan yang telah
ditentukan oleh penerbit (issuer) kartu, jatuh tempo pembayaran adalah
pada tanggal 1 bulan berikutnya, sehingga Putu harus melunasi
kewajibannya paling lambat pada tanggal 1 Mei 2010. pada tanggal 1 Mei
2010, Putu melakukan pembayaran atas tagihan dari penerbit dari penerbit
BCA Card melalui kantor cabang BCA di Jl.Mataram sebesar Rp 325.000.
pembayaran tersebut dapat disertai dengan biaya lain yang tergantung pada
ketentuan yang telah ditetapkan oleh penerbit kartu.
c. Kartu debit (Debit card)
Kartu debit (debit card) atau merupakan suatu alat berbentuk kartu yang
diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan dan dapat digunakan sebagai alat
pembayaran transaksi pembelian transaksi pembelian barang dan jasa
dengan cara mendebit atau mengurangi saldo rekening simpanan pemilik
kartu (card holder) serta pada saat yang sama mengkredit saldo rekening
penjual (merchant) sebesar nilai transaksi barang dan jasa. Sistem
penggunaan kartu debit ada yang sudah on line dan ada juga yang belum
on

line.

Sistem yang belum on line berarti bahwa pada saat pemilik kartu
menggunakan kartunya untuk berbelanja maka transaksi pendebitan

rekening simpanannya tidak secara otomatis pada saat yang bersamaan.


Pendebitan rekening pemilik kartu dan pengkreditan rekening penjual pada
bank pengelola kartu hanya akan dilakukan setelah merchant menyerahkan
bukti penggunaan kartu (pembayaran dengan kartu debit) pada toko atau
tempat usahanya. System ini mengandung risiko bahwa saldo rekening
simpanan pemilik kartu tidak cukup untuk menutup transaksi pembelian
yang telah dilakukan. Apabila system ini telah on line, maka saat pemilik
kartu menggunakan kartunya untuk berbelanja pada saat itu juga merchant
dapat melihat saldo rekening simpanan pemilik kartu pada bank pengelola
kartu debit tersebut. Dengan cara ini merchant dapat menentukan apakah
kartu tersebut masih cukup untuk menutup nilai transaksi yang akan
dilakukan ataukah tidak. Pada saat yang bersamaan mesin atau peralatan
yang ada pada merchant dapat melakukan pendebitan rekening simpanan
pemilik kartu debit dan sekaligus pengkreditan rekening merchant sendiri.
Dengan demikian, setiap kali pemilik kartu menggunakan kartu debitnya
untuk berbelanja, maka saat yang bersamaan saldo rekening pinjamannya
akan berkurang dalam nilai yang sama.
Keuntungan
Keuntungan memiliki kartu ATM atau kartu Debit antara lain :
1. Mudah, karena tidak perlu datang ke Bank untuk melakukan transaksi
atau memperoleh informasi
2. Aman, karena tidak perlu membawa uang tunai untuk melakukan
transaksi belanja di toko
3. Fleksibel, karena transaksi penarikan tunai / pembelanjaan via ATM /
EDC dapat dilakukan dijaringan bank sendiri, jaringan lokal dan jaringan
internasional
4. Leluasa, karena dapat bertransaksi setiap saat meskipun hari libur

d. Cash card

Cash card merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu
lembaga keuangan dan dapat digunakan sebagai alat penarikan uang tunai
secara manual melalui teller bank atau melalui ATM. Penjelasan tersebut
menunjukkan bahwa terdapat dua cara penarikan uang tunai dengan cash
card, yaitu:
1) melalui petugas/teller pada kantor cabang bank pengelola
2) melalui ATM yang terdapat pada berbagai tempat Pihak bank atau
pengelola kartu biasanya sudah menetapkan batas jumlah penarikan
maksimum per hari atau per minggu yang dapat dilakukan dengan
menggunakan cash card. Mengingat cara penarikan dengan menggunakan
ATM adalah sangat mudah, dapat dilakukan di banyak tempat yang telah
disediakan, tanpa konfirmasi atau berhubungan dengan petugas bank, dan
untuk mengantisipasi kemungkinan adanya kerusakan pada perangkat ATM,
maka batas penarikan ini ditetapkan. Dengan adanya batas tersebut, jumlah
penarikan yang dilakukan dengan masing-masing kartu relative lebih dapat
dikendalikan.

Batas

jumlah

penarikan

ini

juga

diterapkan

untuk

mengantisipasi keterbatasan penyediaan uang tunai dalam ATM yang dapat


dilakukan oleh pihak bank.
Berbagai jenis kartu plastik yang diuraikan diatas adalah berdasarkan atau
kegunaan yang dapat diberikan oleh sebuah kartu plastik. Dalam kenyataannya,
pihak pengelola atau penerbit kartu biasanya cenderung memberikan lebih dari
satu fungsi pada sebuah kartu yang diterbitkan. Sebagai contoh, sebuah kartu
Dinners Club ada yang bisa berfungsi sebagai charge card, sekaligus sebagai debit
card. Pengelola kartu tertentu bahkan menambahkan fungsi transaksi perbankan
lain pada sebuah kartu plastic yang diterbitkan, antara lain fungsi pentransferan
dana antarrekening, informasi saldo rekening. Sebagai contoh, sebuah BCA Card
dapat digunakan sebagai cash card dan sekaligus dapat juga digunakan untuk
membayar tagihan pulsa telepon.

2.3

Peran Bank Indonesia dalam Regulasi Kartu Plastik

Peraturan Bank Indonesia No.14/2/PBI/2012 tanggal 6 Januari 2012 ini


merupakan Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No.11/11/PBI/2009 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu.
Berikut adalah Ringkasan dari Peraturan Bank Indonesia No.14/2/PBI/2012 :
1. Surat Edaran Bank Indonesia ini diterbitkan untuk meningkatkan aspek
perlindungan konsumen pengguna Kartu Kredit di Indonesia serta
mendukung praktek pemberian Kartu Kredit yang lebih memperhatikan
manajemen risiko pemberian kredit.
2. Pokok-pokok materi perubahan yang dimuat dalam Peraturan Bank
Indonesia ini antara lain meliputi:

penegasan definisi Acquirer dalam rangka memperjelas peran dan cakupan


kegiatan Acquirer, serta pencantuman definisi Penyerahan Sebagian
Pelaksanaan Pekerjaan kepada Pihak Lain, yang dikenal dengan Alih
Daya.

pengaturan batas maksimum suku bunga Kartu Kredit, yang besarnya


ditetapkan Bank Indonesia dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

pengaturan persyaratan dalam pemberian fasilitas Kartu Kredit seperti


batas minimum usia, batas minimum pendapatan, batas maksimum plafon
kredit, dan jumlah maksimum Penerbit yang dapat memberikan fasiltas
Kartu Kredit yang akan diatur secara rinci dengan Surat Edaran Bank
Indonesia.

penerapan prinsip kehati-hatian dan perlindungan konsumen seperti


penyeragaman pola perhitungan bunga Kartu Kredit, pengenaan biaya dan
denda, serta kewajiban penyampaian informasi kepada pemegang kartu.

pengaturan kerjasama dengan pihak lain dengan mengacu pada PBI


tentang Alih Daya (outsourcing) terutama yang terkait dengan penagihan
utang Kartu Kredit.

pengaturan peningkatan keamanan transaksi alat pembayaran berupa


kewajiban implementasi transaction alert kepada Pemegang Kartu Kredit.

kewajiban penyediaan sistem yang dapat saling dikoneksikan.

penegasan kewenangan Bank Indonesia dalam perizinan dan pengenaan


sanksi dalam penyelenggaraan APMK.

3. Pengaturan mengenai penetapan batas maksimum suku bunga Kartu


Kredit, pengaturan persyaratan dalam pemberian fasilitas Kartu Kredit
berlaku secara efektif per 1 Januari 2013.
4. Dalam rangka pengaturan persyaratan pemberian fasilitas Kartu Kredit,
Penerbit diwajibkan melakukan pembaruan data Pemegang Kartu seperti
data pendapatan per bulan. Disamping itu Penerbit juga diwajibkan
melakukan penyesuaian fasilitas Kartu Kredit yang telah diperoleh dengan
diberikan tenggat waktu selama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal 1
Januari 2013.
5. Beberapa ketentuan lain secara rinci akan diatur lebih lanjut dengan Surat
Edaran Bank Indonesia, seperti tata cara penyampaian informasi,
penentuan batas maksimum suku bunga Kartu Kredit dan pokok-pokok
etika penagihan Kartu Kredit

2.4

Konsep Kartu Kredit

2.4.1

Sejarah Kartu Kredit

10

Sejarah kartu kredit bisa kita telusuri dan pahami. Cikal bakal
kemunculannya itu sendiri sudah pernah diramalkan oleh seorang novelis
sekaligus pengacara bernama Edward Bellamy dari Massachusetts di tahun 1887.
Dalam novelnya yang berjudul"Looking Backward", Tuan Bellamy menyebut atau
menggunakan istilah "kartu kredit" kurang lebih ada 11 kali. Inilah yang menjadi
inspirasi atau pendorong untuk mewujudkan hayalan seperti ini menjadi
kenyataan.
Seperti yang pernah dijelaskan di bagian sejarah uang, meski uang dalam
bentuk kertas dan logam sudah sangat bagus, tetap saja memiliki beberapa
kekurangan yang terkadang sangat merepotkan. Untuk mengatasi berbagai
kekurangan seperti itulah diperlukan terobosan-terobosan baru. Kartu kredit itu
sendiri

memiliki

banyak keunggulan

dibandingkan

transaksi

tunai.

Awal tahun 1900-an beberapa perusahaan pengisian bahan bakar umum (SPBU)
dan department store di Amerika Serikat sebenarnya sudah memperkenalkan
semacam kartu belanja yang bisa dipergunakan oleh langganan mereka. Kartu
belanja ini diterbitkan oleh perusahaan dan fungsinya hanya sebatas sebagai
kartu member seperti

yang

sering

kita

jumpai

saat

ini.

Misalnya

kartu membermatahari club card, kartu diskon, dsb. Tujuan dibuatkannya kartukartu ini agar konsumen menjadi lebih loyal dan ada manajemen yang lebih rapi
untuk mengurus data-data konsumen untuk keperluan marketing di masa yang
akan datang.
Pada tahun 1946 mulai diperkenalkan ke masyarakat sebuah sistem
pembayaran kredit yang diprakarsai oleh institusi perbankan. Adalah seorang
bankir bernama John Biggins dari Flatbush National Bank of Brooklyn yang
memperkenalkan sistem ini dengan julukan "charge it". Tujuannya adalah untuk
memudahkan konsumen (nasabah bank tersebut) bertransaksi dengan toko-toko
ataumerchant-merchant yang

juga

menjadi

nasabah

di

bank

tersebut.

Jadi merchant-merchant harus menyerahkan slip bukti transaksi di mana bank


akan menagih kepada nasabah yang menggunakan fasilitas "charge-it" ini. Proses
ini mengharuskan si nasabah memiliki rekening koran atau dana tabungan di bank
tersebut.

11

Perkembangan berikutnya adalah apa yang disebut dengan Diners Club


Card.

Bermula

di

tahun

1949

ketika

secara

tidak

sengaja

seorang businessmanbernama Frank McNamara ketinggalan dompet setelah acara


makan malam di sebuah restoran ternama. Pada saat tagihan datang, dirinya baru
sadar bahwa dompetnya tertinggal. Dari kejadian ini Frank McNamara memulai
debutnya untuk mencari solusi pengganti uang tunai atau dompet yang sering
tertinggal yang mungkin banyak dialami orang lain juga. Tahun 1950, Frank
McNamara bersama rekannya Ralph Schneider kembali ke restoran tersebut
dengan menggunakan sebuah kartu pembayaran yang unik. Inilah cikal bakal
kartu kredit yang kita kenal hingga saat ini. Semuanya bermula dari Diners
Club yang saat itu adalah jenis kartu "charge card".
Kartu "charge" adalah kartu kredit dalam arti konsumen bisa menunda
pembayaran pada saat bertransaksi atau berbelanja. Bank yang akan membayar
terlebih dulu. Tagihan akan ditagih di bulan depan tetapi harus dibayar
penuh(full) oleh si pemakai. Sedikit berbeda dengan kartu kredit yang kita kenal
sekarang. Namun demikian adalah benar bahwa sejarah kartu kredit berawal dari
Diners Club. Karena Diners Club adalah kartu dengan sistem penundaan
pembayaran (kredit) pertama buat konsumen. Semua konsumen pemilik Diners
Club bisa makan minum di semua restoran tanpa perlu membawa uang tunai atau
takut dompetnya tertinggal. Perusahaan Diners Club yang akan membayarnya
terlebih dulu kepada toko atau restoran, lalu baru akan ditagihkan di bulan
berikutnya kepada si pemilik kartu. Sejak saat itu (1951) penggunaan kartu Diners
Club begitu terkenal di Amerika dan pada tahun yang bersamaan ditemukanlah
bahan pembuat kartu dengan bahan dasar plastik yang membuatnya semakin
mempesona. Sebab waktu dulu kartu masih menggunakan bahan dasar kertas.
Tak mau kalah, tahun 1958 American Express mengeluarkan kartu
kreditnya yang dikenal dengan julukan AMEX (American Express). Pada awalnya
jenis kartu kredit ini juga adalah kartu charge sama seperti Diners Club. Menyusul
beberapa tahun kemudian Bank of America (VISA) mengeluarkan kartu kredit
mereka juga. Era tahun 1960 merupakan era edukasi manfaat kartu kredit secara
besar-besaran buat para pelancong yang sering berpindah-pindah kota di Amerika.

12

Dan pada pertengahan tahun 1970 pemerintah Amerika Serikat melalui kongres
menetapkan regulasi kebijakan terhadap penggunaan kartu kredit. Aturan main
semakin diperjelas agar industri kartu kredit bertumbuh dengan baik sesuai
jalurnya. Sejak itulah kartu kredit berkembang sedemikian rupa di Amerika
Serikat dan akhirnya menular ke negara-negara di Eropa, Arab, Australia, Asia
termasuk ke Indonesia.
2.4.2
1.

Pihak yang Terkait Penggunaan Kartu Kredit

Pihak Penerbit ( Issuer )

Pihak penerbit kartu kredit ini terdiri dari :


a. Bank.
b.

Lembaga Keuangan yang khusus bergerak di bidang penerbitan kartu

kredit.
c. Lembaga Keuangan yang di samping bergerak di dalam penerbitan kartu
kredit, bergerak juga di bidang kegiatan-kegiatan lembaga keuangan
lainnya.
Kepada para pihak penerbit ini oleh hukum dibebankan kewijiban sebagai
berikut :
a. Memberikan kartu kredit kepada pemegangnya.
b. Melakukan pelunasan pembayaran harga atau jasa atasbills yang
disodorkan oleh penjual.
c. Memberitahukan kepada pemegang kartu kredit terhadap setiap
tagihannya dalam suatu periode tertentu, biasanya tiap satu bulan.
d. Memberitahukan kepada pemegang kertu kredit berita-berita lainnya yang
menyangkut dengan hak, kewajiban dan kemudahan bagi pemegang
tersebut.
Selanjutnya pihak penerbit kartu kredit oleh hukum diberikan hak-hak berikut :
a. Menagih dan menerima dari pemegang kartu kredit pembayaran kembali
uang harga pembelian barang atau jasa.
b. Menagih dan menerima dari pemegang kartu kredit pembayaran lainnya,
seperti bunga, uang pangkal, uang tahunan, denda, dan sebagainya.
c. Menerima komisi dari pembayaran tagihan kepada perantara penagihan
atau kepada penjual.
13

2.

Pihak Pemegang Kartu Kredit ( Card Holder )

Secara hukum, pihak pemegang kartu kredit mempunyai kewajiban sebagai


berikut:
a. Tidak melakukan pembelian dengan kartu kredit yang melebihi batas
maksimum.
b. Menandatangani slip pembelian yang disodorkan oleh pihak penjual
barang/jasa.
c. Melakukan pembayaran kembali harga pembelian sesuai dengan tagihan
oleh pihak penerbit kartu kredit.
d. Melakukan pembayaran-pembayaran lainya, seperti uang pangkal, uang
tahunan, denda, dan sebagainya.
Selanjutnya pihak pemegang kartu kredit mempunyai hak-hak sebagai berikut :
a. Hak untuk membeli barang/jasa dengan memakai kartu kredit, sedang atau
tanpa batas maksimum.
b. Kebanyakan kartu kredit juga memberi hak kepada pemegangnya untuk
mengambil uang cash baik pada mesin teller tertentu dengan memakai
nomor kode tertentu ataupun via bank-bank lain atau bank penerbit.
c. Hak untuk mendapatkan informasi dari penerbit tentang perkembangan
kreditnya dan tentang kemudahan-kemudahan.
3.

Pihak Penjual Barang/Jasa


Pihak penjual barang atau jasa terhadap mana kartu kredit akan atau telah

dipergunakan, secara hukum mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut :


a. Memperkenalkan pihak pemegang kartu kredit untuk membeli barang atau
jasa dengan memakai kartu kredit.
b. Bila perlu melakukan pengecekan atau otorisasi tentang penggunaan dan
keabsahan kartu kredit yang bersangkutan.
c. Menginformasikan kepada pemagang/pembeli barang/jasa tentang charge
tambahan selain harga jika ada.
d. Menyodorkan slip pembelian

untuk

ditandatangani

oleh

pihak

pembeli/pemegang kartu kredit.


e. Membayar komisi ketika melakukan penagihan kepada perantara (jika
dipakai perantara) atau kepada penerbit (jika dilakukan langsung kepada
penerbit).
Sedangkan yang menjadi hak dari penjual barang/jasa adalah sebagai berikut:

14

a. Meminta pelunasan harga barang/jasa yang dibeli oleh pembelinya dengan


memakai kartu kredit.
b. Meminta pembeli/pemegang kartu kredit untuk menandatangani slip
pembelian.
c. Menolak untuk menjual barang/jasa jika tidak terdapat otoriosasi dari
penerbit kartu kredit.
4.

Pihak Perantara

Pihak perantara ini terdiri dari :


a. Pihak perantara penagihan (antara penjual dan penerbit) yang disebut
denganacquirer, adalah pihak yang meneruskan tagihan kepada penerbit
berdasarkan tagihan yang masuk kepadanya yang diberikan oleh penjual
barang/jasa.
b. Pihak perantara pembayaran (antara pihak pemegang dengan pihak
penerbit) adalah bak-bank dimana pembayaran kredit/harga dilakukan oleh
pemilik kartu kredit.
2.4.3

Manfaat Kartu Kredit


Secara umum, penggunaan kartu kredit sangat bermanfaat bagi

peningkatan efisiensi dan keamanan transaksi jual beli. Apabila ditinjau dari sisi
pihak-pihak yang terkait dalam penggunaan kartu kredit, maka manfaat dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bagi pemilik kartu
Risiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah, karena
kalaupun kartub hilang, pemilik kartu dapat segera menghubungi
issuer atau acquirer untuk memblokir kartu. Kartu yang telah
diblokir tidk dapat digunakan lagi sebagai alat pembayaran pada

merchant.
Lebih praktis, karena tidak perlu membawa uang tunai dalam

jumlah besar.
Mengatasi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek tanpa
harus mengajukan permohonan kredit kepada bank atau lembaga
keuangan lain.

15

Fasilitas lain yang ditawarkan oleh issuer pada kartu kredit yang
diterbitkan

seperti

asuransi,

informasi

dokter,

kemudahan

pembelian barang dan jas apada merchant tertentu, dan lain-lain.


2. Bagi issuer
Manfaat utam yang dapat diterima oleh issuer adalah adanya penerimaan
yang berasal dari:
Uang pangkal
Iuran tahunan
Diskon terhadap pembayaran kepada merchant
Bunga atas sisa tagihan yang belum dibayar
Bunga atas pelanggaran batas maksimum kredit
Denda atas keterlambatan pembayaran
3. Bagi merchant
Risiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah, karena

pembayaran oelh pembeli tidak dengan uang tunai.


Lebih praktis, karena tidak perlu menyimpan uang tunai di kasir

dalam jumlah besar


Peningkatan penjualan karena pembeli dapat membeli secara kredit

melalui issuer
4. Bagi acquirer
Penerimaan berupa interchange fee
Pemilik kartu dapat disyaratkan untuk memiliki rekening simpan

pada acquireryang berupa bank


Acquirer yang berupa bank berkesempatan untuk menawarkan
produk-produknya yang lain pada pemilik kartu.

2.4.4

Mekanisme Kartu Kredit

1. Melibatkan Pihak Acquirer


a. Penerbitan kartu oleh issuer
b. Perjanjian antara issuer dengan merchant
c. Perjanjian antara issuer dengan acquirer
d. Permohonan kartu kredit oleh calon pemilik kartu
e. Analisis oleh acquirer atau issuer mengenai kelayakan calon untuk
menjadi pemilik kartu. Limit kredit yang lebih tinggi biasanya disertai
persyaratan yang lebih berat bagi calon pemilik kartu.
f. Perjanjian antara issuer dengan pemilik kartu melalui atau tanpa bantuan
acquirer

16

g. Pemberian kartu kredit kepada pemilk kartu melalui atau tanpa acquirer
h. Penggunaan kartu oleh pemilik kartu untuk pembelian merchant yang
telah ditunjuk dan menjalin kerja sama dengan issuer. Merchant biasanya
memasang logo penerbit kartu pada kasir atau tempat lain agar calon
pembeli mudah mengetahui apakah kartu kreditnya dapat digunakan pada
penjual tersebut. Merchant tertentu menetapkan biaya sekitar 2% dari nilai
transaksi yang menggunakan kartu kredit yang dibebankan pada pemilik
kartu. Tahap ini meliputi:
Pemilik kartu menyerahkan kartu dan menerima barang atau jasa

yang dibeli
Merchant memeriksa keabsahan kartu
Merchant mencatat transaksi melalui alat khusus
Mencetak transaksi pada slip khusus
Pemilik kartu menandatangani slip
Merchant memeriksa keabsahan tanda tangan
Merchant memberikan salinan slip kepada pemilik kartu
Kartu dikembalikan kepada pemilik kartu

i. Merchant melakukan penagihan kepada acquirer dengan menggunakan


slip penjualan. Saat/periode atau jangka waktu penagihan sudah ditentukan
sebelumnya dalam perjanjian antara merchant dengan issuer.
j. Acquirer memeriksa keabsahan slip penjualan
k. Acquirer membayar kepada merchant. Jumlah yang dibayar adalah sebesar
transaksi setelah dikurangi diskon. Besarnya diskon telah ditentukan
sebelumnya dalam perjanjian antara issuer dengan merchant (kurang lebih
sekitar 4% dari nilai transaksi).
l. Acquirer melakukan penagihan pada issuer (termasuk interchangefee
sekitar 2% dari nilai transaksi). Besarnya interchange fee sudah ditentukan
pada perjanjian semula antara acquirer dengan issuer.
m. Issuer membayar kepada acquirer (reimbursement ditambah interchange
fee).
n. Issuer melakukan penagihan kepada pemilik kartu sesuai waktu yang telah
diperjanjikan semula, melalui atau tanpa acquirer. Pemilik kartu wajib
membayar sebesar pembayaran minimum yang semula telah ditetapkan.

17

Apabila pemilik kartu langsung melunasi seluruh tagihan maka tahapnya


selesai sampai di sini, sedangkan apabila pemilik kartu hanya membayar
sebagian atau sampai sebatas besarnya pembayaran minimum maka sisa
pembayaran harus dilunasi pada jangka waktu tertentu sejak penagihan
dengan ditambah dengan bunga. Laporan tagihan yang dikirimkan secara
periodik pada tanggal tertentu oleh issuer kepada pemilik kartu berisi
antara lain :

Nomor kartu
Tanggal tagihan dari laporan tagihan tersebut
Tanggal jatuh tempo pembayaran atas tagihan tersebut
Tanggal posting
Tanggal transaksi
Jumlah tagihan
Besarnya pembayaran minimum (biasanya berkisar 20% dari

jumlah tagihan)
Batas maksimum kredit
Tunggakan

o. Pemilik kartu melakukan pembayaran kepada issuer melalui atau tanpa


acquirer (pembayaran minimum, angsuran, bunga, dan biaya lainnya).
2.

Tidak Melibatkan Pihak Acquirer


a.
b.
c.
d.

Penerbitan kartu oleh issuer


Perjanjian antara issuer dengan merchant
Permohonan kartu kredit oelh calon pemilik kartu
Analisis oleh issuer mengenai kelayakan calon untuk menjadi pemilik
kartu. Limit kredit yang lebih tinggi biasanya disertai persyaratan yang

lebih berat bagi calon pemilik kartu


e. Perjanjian antara issuer denga pemilik kartu
f. Pemberian kartu kredit kepada pemilik kartu
g. Penggunaan kartu oleh pemilik kartu untuk pembelian merchant yang telah
ditunjuk dan menjalin kerja sama dengan issuer. Merchant biasanya
memasang logo penerbit kartu pada kasir atau tempat lain agar calon
pembeli mudah mengetahui apakah kartu kreditnya dapat digunakan pada
penjual tersebut. Merchant tertentu menetapkan biaya sekitar 2% dari nilai

18

transaksi yang menggunakan kartu kredit yang dibebankan pada pemilik


kartu. Tahap ini meliputi:

Pemilik kartu menyerahkan kartu dan menerima barang atau jasa

yang dibeli
Merchant memeriksa keabsahan kartu
Merchant mencatat transaksi melalui alat khusus
Mencetak transaksi pada slip khusus
Pemilik kartu menandatangani slip
Merchant memeriksa keabsahan tanda tangan
Merchant memberikan salinan slip kepada pemilik kartu
Kartu dikembalikan kepada pemilik kartu

h. Merchant melakukan penagihan kepada issuer dengan menggunakan slip


penjualan. Saat/periode atau jangka waktu penagihan sudah ditentukan
sebelumnya dalam perjanjian antara merchant dengan issuer.
i. Issuer memeriksa keabsahan slip penjualan
j. Issuer membayar kepada merchant. Jumlah yang dibayar adalah sebesar
transaksi setelah dikurangi diskon. Besarnya diskon telah ditentukan
sebelumnya dalam perjanjian antara issuer dengan merchant (kurang lebih
sekitar 4% dari nilai transaksi).
k. Issuer melakukan penagihan kepada pemilik kartu sesuai waktu yang telah
diperjanjikan semula. Pemilik kartu wajib membayar sebesar pembayaran
minimum yang semula telah ditetapkan. Apabila pemilik kartu langsung
melunasi seluruh tagihan maka tahapnya selesai sampai di sini, sedangkan
apabila pemilik kartu hanya membayar sebagian atau sampai sebatas
besarnya pembayaran minimum maka sisa pembayaran harus dilunasi pada
jangka waktu tertentu sejak penagihan dengan ditambah dengan bunga.
Laporan tagihan yang dikirimkan secara periodik pada tanggal tertentu
oleh issuer kepada pemilik kartu berisi antara lain :

Nomor kartu
Tanggal tagihan dari laporan tagihan tersebut
Tanggal jatuh tempo pembayaran atas tagihan tersebut
Tanggal posting
Tanggal transaksi
Jumlah tagihan
19

Besarnya pembayaran minimum (biasanya berkisar 20% dari

jumlah tagihan)
Batas maksimum kredit
Tunggakan

l. Pemilik kartu melakukan pembayaran kepada issuer melalui atau tanpa


acquirer (pembayaran minimum, angsuran, bunga, dan biaya lainnya).
2.5

Pelanggaran-Pelanggaran dan Kasus-Kasus Kriminal Berbasis Kartu


Plastik
Carding
Cardingmerupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu

kredit milik orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan di internet.
Kasus 1 :
Kasus Carding Kartu Kredit Polisi Mabes Kena Sikat
Reporter: Ni Ketut Susrini detikcom Jakarta,
Kejahatan memang tak pandang bulu, terlebih kejahatan di internet. Di
dunia maya ini, Polisi dari Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes
Polri) pun kebobolan kartu kredit. Brigjen Pol Gorries Mere, yang saat ini
menyandang jabatan Direktur IV Narkoba Badan Reserse dan Kriminal Mabes
Polri, dikabarkan menjadi korban kasus carding. Sampai berita ini diturunkan,
Gorries Mere tidak berhasil dihubungi untuk diminta konfirmasinya.
Ketika dikonfirmasi ke Setiadi, Penyidik di Unit Cybercrime Mabes Polri,
pihaknya membenarkan hal itu. Memang ada laporan kalau pak Gorries Mere
menjadi korban carding. Tapi saya belum lihat detil laporannya di e-mail saya,
kata Setiadi kepada detikcom, Minggu (27/3/2005).
Menurut Setiadi, kejadiaannya berlangsung melalui warung internet di
Semarang, Jawa Tengah. Dan kasus ini sudah ditangani oleh Poltabes Semarang.
Tapi dia tidak menceritakan lebih lengkap, dengan alasan untuk melindungi
informasi yang akan digunakan dalam penyidikan. Selain itu, Setiadi mengaku
bahwa pihaknya masih harus mengonfirmasikan hal tersebut dengan penyidik dari
Poltabes Semarang. Keterangan dari sumber yang dekat dengan Mabes Polri

20

mengatakan, kartu kredit Gorries Mere diperkirakan telah digunakan sebanyak Rp


10 juta.
Kejahatan carding bermodus memanfaatkan kartu kredit orang lain untuk
berbelanja di internet. Korbannya memang bisa siapa saja, selama memiliki dan
menggunakan kartu kredit. Apa yang dialami Gorries Mere membuktikan bahwa
seorang aparat keamanan sekali pun, tidak bisa berkelit dari hal ini. Selama ini,
kejahatan carding memang telah merajalela di Indonesia. Hal ini malah mengantar
Indonesia sebagai salah satu negara dengan kasus carding terbanyak di dunia.
Tidak hanya sampai disitu, perusahaan pembayaran online internasional,
Paypal, bahkan tidak menerima segala macam kartu kredit asal Indonesia untuk
bertransaksi di internet. Meski kondisinya sudah sedemikian parah, tidak ada
kasus carding yang berhasil diseret ke pengadilan. Tidak hanya itu, undangundang untuk menindak hal ini pun tak kunjung diresmikan. Rancangan UndangUndang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), sudah berumur empat tahun
dari sejak dirumuskan. Namun begitu, nasibnya masih belum jelas. Kondisi ini
disesalkan banyak pihak karena diyakini akan menghalangi langkah Indonesia
untuk masuk ke percaturan e-commerce dunia. (nks)
Kasus 2 :
Data di Mabes Polri, dari sekitar 200 kasus cyber crime yang ditangani
hampir 90 persen didominasi carding dengan sasaran luar negeri. Aktivitas
internet memang lintas negara. Yang paling sering jadi sasaran adalah Amerika
Serikat, Australia, Kanada dan lainnya. Pelakunya berasal dari kota-kota besar
seperti Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Semarang, Medan serta Riau. Motif utama
adalah ekonomi.
Kasus pembobolan kartu kredit, Rizky Martin, 27, alias Steve Rass, 28, dan
Texanto alias Doni Michael melakukan transaksi pembelian barang atas nama Tim
Tamsin Invex Corp, perusahaan yang berlokasi di AS melalui internet. Keduanya
menjebol kartu kredit melalui internet banking sebesar Rp350 juta. Dua pelaku
ditangkap aparat Cyber Crime Polda Metro Jaya pada 10 Juni 2008 di sebuah
warnet di kawasan Lenteng Agung, Jaksel. Awal Mei 2008 lalu, Mabes Polri
menangkap hacker bernama Iqra Syafaat, 24, di satu warnet di Batam, Riau,

21

setelah melacak IP addressnya dengan nick name Nogra alias Iqra. Pemuda
tamatan SMA tersebut dinilai polisi hanya mengandalkan scripts modifikasi
gratisan hacking untuk melakukan aksinya dan cukup dikenal di kalangan hacker.
Dia pernah menjebol data sebuah website lalu menjualnya ke perusahaan
asing senilai Rp600 ribu dolar atau sekitar Rp6 miliar Dalam pengakuannya,
hacker lokal ini sudah pernah menjebol 1.257 situs jaringan yang umumnya milik
luar negeri. Bahkan situs Presiden SBY pernah akan diganggu, tapi dia
mengurungkan niatnya. Kasus lain yang pernah diungkap polisi pada tahun 2004
ialah saat situs milik KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang juga diganggu hacker.
Tampilan lambang 24 partai diganti dengan nama partai jambu, partai cucak
rowo dan lainnya. Pelakunya, diketahui kemudian, bernama Dani Firmansyah,24,
mahasiswa asal Bandung yang kemudian ditangkap Polda Metro Jaya. Motivasi
pelaku, konon, hanya ingin menjajal sistem pengamanan di situs milik KPU yang
dibeli pemerintah seharga Rp 200 miliar itu. Dan ternyata berhasil.
Upaya penyelesaian masalah atau solusi dari kasus tersebut menurut kelompok
kami. penanggulangan cybercrime adalah :
1. Melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum acaranya,
yang diselaraskan dengan konvensi internasional yang terkait dengan
kejahatan tersebut.
2. Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai
standar internasional.
3. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum
mengenai upaya pencegahan, investigasi dan penuntutan perkara-perkara
yang berhubungan dengan cybercrime.
4. Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah cybercrime
serta pentingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi.
5. Meningkatkan kerjasama antar negara, baik bilateral, regional maupun
multilateral, dalam upaya penanganan cybercrime, antara lain melalui
perjanjian ekstradisi dan mutual assistance treaties.
Undang-undang yang mengatur Carding.

22

Saat ini di Indonesia belum memliki UU khusus Cyber Law yang


mengatur mengenai Cybercrime, walaupun UU tersebut sudah ada sejak tahun
2000 namun belum disahkan oleh pemerintah dalam upaya menangani kasuskasus yang terjadi. Menangani kasus carding para penyidik (khususnya Polri)
melakukan analogi atau perumpamaan dan persamaan terhadap pasal-pasal yang
ada dalam KUHP pada Cybercrime. Sebelum lahirnya UU no.1 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronika (ITE), maka mau tidak mau Polri harus menggunakan
pasal-pasal di dalam KUHP seperi pasal pencurian, pemalsuan dan penggelapan
untuk menjerat para carder dan ini jelas menimbulkan berbagai kesulitan dalam
pembuktiannya karena mengingat karakteristik dari cybercrime sebagaimana telah
disebutkan diatas yang terjadi secara nonfisik dan lintas negara.Di Indonesia
carding dikategorikan sebagai kejahatan pencurian dimana pengertian pencurian
menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam pasal 362 KUHP
yaitu : Barang siapa mengambil suatu denda yang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena
pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak
Rp. 900. Untuk menangani kasus carding diterapkan pasal 362 KUHP yang
dikenakan untuk kasus carding dimana pelaku mencuri nomor kartu kredit milik
orang lain walaupun tidak secara fisik karena hanya nomor kartunya saja yang
diambil dengan menggunakan software card generator di internet untuk
melakukan transaksi di e-commerce. Setelah dilakukan transaksi dan barang
dikirimkan, kemudian penjual yang ingin mencairkan uangnya di bank ternyata
ditolak karena pemilik kartu bukanlah orang yang melakukan transaksi.
Kemudian dengan lahirnya UU ITE, khusus kasus carding dapat dijerat
dengan menggunakan pasal 31 ayat 1 dan 2 yang membahas tentang hacking.
Karena dalam salah satu langkah untuk mendapatkan nomor kartu kredit carder
sering melakukan hacking ke situs-situs resmi lembaga penyedia kartu kredit
untuk menembus sistem pengamannya dan mencuri nomor-nomor kartu tersebut.
Bunyi pasal 31 yang menerangkan tentang perbuatan yang dianggap melawan
hukum menurut UU ITE berupa ilegal access :

23

Pasal 31 ayat 1 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan

hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi

elektronika atau dokumen elektronik secara tertentu milik orang lain.


Pasal 31 ayat 2 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum melakukan intersepsi atau transmisi elektronik atau
dokumen elektronik yang tida tersidat publik dari, ke dan didalam suatu
komputer dan atau sistem menyebabkan perubahan, penghilangan atau
penghentian informasi elektronik atau dokumen elektronik yang
ditransmisikan.
Jadi sejauh ini kasus carding di Indonesia baru bisa diatasi dengan regulasi

lama yaitu pasal 362 dalam KUHP dan pasal 31 ayat 1 dan 2 dalam UU ITE.
Penanggulangan kasus carding memerlukan regulasi yang khusus mengatur
tentang kejahatan carding agar kasus-kasus seperti ini bisa berkurang dan bahkan
tidak ada lagi. Tetapi selain regulasi khusus juga harus didukung dengan
pengamanan sistem baik software maupun hardware, guidelines untuk pembuat
kebijakan yang berhubungan dengan computer-related crime dan dukungan dari
lembaga khusus.

BAB III
PENUTUP

24

3.1

Simpulan
Dari uraian yang telah kami jelaskan bisa ditarik sebuah kesimpulan yaitu

bahwa Kartu pelastik merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu
lembaga keuangan untuk mempermudah para konsumen atau masyarakat dalam
kegiatan transaksi keuangan ekonominya, serta dalam keadaan situasi gentingpun
masyarakat bisa menggunakannya untuk alat pembayaran serta juga untuk tujuan
lain seperti penarikan uang tunai dimanapun dia berada, selain itu berdasarkan
pertimbangannya juga dapat dibawa berpergian dengan praktis tanpa harus
membawa kantongan uang dengan jumlah yang besar ditangan kita sehingga
keamananpun bisa terjaga dan juga dapat digunakan sewaktu waktu dan
kemudahan penggunaan yang lain kartu plastik inisemakin luas digunakan untuk
berbagai macam transaksi.

25

Anda mungkin juga menyukai