PKLK
PKLK
KARTU PLASTIK
OLEH :
I Nyoman Febri Mahardika
1306205105
1306205107
1306205118
1306205138
1306205141
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini, pertumbuhan di berbagai sektor perekonomian mengalami
1.2
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
1.3
Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
pembayaran.
Pembayaran dilakukan pada akhir bulan yang sama dengan tanggal
transaksi atau pada bulan berikutnya dengan disertai biaya tambahan.
Penyelenggara kartu ada yang menetapkan biaya tambahan dan ada juga
yang tidak, sehingga pelunasan yang dibayarkan oleh pemilik kartu ada
yang terdiri dari pokok pinjaman beserta biaya tambahan dan ada pula
yang hanya berupa pokok pinjaman saja.
Contoh: Seorang yang bernama Putu (sebagai pemilik kartu) mempunyai
charge card dengan nama BCA Card yang diperoleh melalui sebuah
kantor cabang BCA di Jl. Mataram, Jakarta (sebagai acquirer). Pada
tanggal 12 Maret 2010, Putu melakukan pembelian sepatu di toko
Matahari, Atrium Plaza Senen (sebagai merchant) seharga Rp 325.000
dengan menggunakan BCA Card. Sesuai dengan ketentuan yang telah
ditentukan oleh penerbit (issuer) kartu, jatuh tempo pembayaran adalah
pada tanggal 1 bulan berikutnya, sehingga Putu harus melunasi
kewajibannya paling lambat pada tanggal 1 Mei 2010. pada tanggal 1 Mei
2010, Putu melakukan pembayaran atas tagihan dari penerbit dari penerbit
BCA Card melalui kantor cabang BCA di Jl.Mataram sebesar Rp 325.000.
pembayaran tersebut dapat disertai dengan biaya lain yang tergantung pada
ketentuan yang telah ditetapkan oleh penerbit kartu.
c. Kartu debit (Debit card)
Kartu debit (debit card) atau merupakan suatu alat berbentuk kartu yang
diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan dan dapat digunakan sebagai alat
pembayaran transaksi pembelian transaksi pembelian barang dan jasa
dengan cara mendebit atau mengurangi saldo rekening simpanan pemilik
kartu (card holder) serta pada saat yang sama mengkredit saldo rekening
penjual (merchant) sebesar nilai transaksi barang dan jasa. Sistem
penggunaan kartu debit ada yang sudah on line dan ada juga yang belum
on
line.
Sistem yang belum on line berarti bahwa pada saat pemilik kartu
menggunakan kartunya untuk berbelanja maka transaksi pendebitan
d. Cash card
Cash card merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu
lembaga keuangan dan dapat digunakan sebagai alat penarikan uang tunai
secara manual melalui teller bank atau melalui ATM. Penjelasan tersebut
menunjukkan bahwa terdapat dua cara penarikan uang tunai dengan cash
card, yaitu:
1) melalui petugas/teller pada kantor cabang bank pengelola
2) melalui ATM yang terdapat pada berbagai tempat Pihak bank atau
pengelola kartu biasanya sudah menetapkan batas jumlah penarikan
maksimum per hari atau per minggu yang dapat dilakukan dengan
menggunakan cash card. Mengingat cara penarikan dengan menggunakan
ATM adalah sangat mudah, dapat dilakukan di banyak tempat yang telah
disediakan, tanpa konfirmasi atau berhubungan dengan petugas bank, dan
untuk mengantisipasi kemungkinan adanya kerusakan pada perangkat ATM,
maka batas penarikan ini ditetapkan. Dengan adanya batas tersebut, jumlah
penarikan yang dilakukan dengan masing-masing kartu relative lebih dapat
dikendalikan.
Batas
jumlah
penarikan
ini
juga
diterapkan
untuk
2.3
2.4
2.4.1
10
Sejarah kartu kredit bisa kita telusuri dan pahami. Cikal bakal
kemunculannya itu sendiri sudah pernah diramalkan oleh seorang novelis
sekaligus pengacara bernama Edward Bellamy dari Massachusetts di tahun 1887.
Dalam novelnya yang berjudul"Looking Backward", Tuan Bellamy menyebut atau
menggunakan istilah "kartu kredit" kurang lebih ada 11 kali. Inilah yang menjadi
inspirasi atau pendorong untuk mewujudkan hayalan seperti ini menjadi
kenyataan.
Seperti yang pernah dijelaskan di bagian sejarah uang, meski uang dalam
bentuk kertas dan logam sudah sangat bagus, tetap saja memiliki beberapa
kekurangan yang terkadang sangat merepotkan. Untuk mengatasi berbagai
kekurangan seperti itulah diperlukan terobosan-terobosan baru. Kartu kredit itu
sendiri
memiliki
banyak keunggulan
dibandingkan
transaksi
tunai.
Awal tahun 1900-an beberapa perusahaan pengisian bahan bakar umum (SPBU)
dan department store di Amerika Serikat sebenarnya sudah memperkenalkan
semacam kartu belanja yang bisa dipergunakan oleh langganan mereka. Kartu
belanja ini diterbitkan oleh perusahaan dan fungsinya hanya sebatas sebagai
kartu member seperti
yang
sering
kita
jumpai
saat
ini.
Misalnya
kartu membermatahari club card, kartu diskon, dsb. Tujuan dibuatkannya kartukartu ini agar konsumen menjadi lebih loyal dan ada manajemen yang lebih rapi
untuk mengurus data-data konsumen untuk keperluan marketing di masa yang
akan datang.
Pada tahun 1946 mulai diperkenalkan ke masyarakat sebuah sistem
pembayaran kredit yang diprakarsai oleh institusi perbankan. Adalah seorang
bankir bernama John Biggins dari Flatbush National Bank of Brooklyn yang
memperkenalkan sistem ini dengan julukan "charge it". Tujuannya adalah untuk
memudahkan konsumen (nasabah bank tersebut) bertransaksi dengan toko-toko
ataumerchant-merchant yang
juga
menjadi
nasabah
di
bank
tersebut.
11
Bermula
di
tahun
1949
ketika
secara
tidak
sengaja
12
Dan pada pertengahan tahun 1970 pemerintah Amerika Serikat melalui kongres
menetapkan regulasi kebijakan terhadap penggunaan kartu kredit. Aturan main
semakin diperjelas agar industri kartu kredit bertumbuh dengan baik sesuai
jalurnya. Sejak itulah kartu kredit berkembang sedemikian rupa di Amerika
Serikat dan akhirnya menular ke negara-negara di Eropa, Arab, Australia, Asia
termasuk ke Indonesia.
2.4.2
1.
kredit.
c. Lembaga Keuangan yang di samping bergerak di dalam penerbitan kartu
kredit, bergerak juga di bidang kegiatan-kegiatan lembaga keuangan
lainnya.
Kepada para pihak penerbit ini oleh hukum dibebankan kewijiban sebagai
berikut :
a. Memberikan kartu kredit kepada pemegangnya.
b. Melakukan pelunasan pembayaran harga atau jasa atasbills yang
disodorkan oleh penjual.
c. Memberitahukan kepada pemegang kartu kredit terhadap setiap
tagihannya dalam suatu periode tertentu, biasanya tiap satu bulan.
d. Memberitahukan kepada pemegang kertu kredit berita-berita lainnya yang
menyangkut dengan hak, kewajiban dan kemudahan bagi pemegang
tersebut.
Selanjutnya pihak penerbit kartu kredit oleh hukum diberikan hak-hak berikut :
a. Menagih dan menerima dari pemegang kartu kredit pembayaran kembali
uang harga pembelian barang atau jasa.
b. Menagih dan menerima dari pemegang kartu kredit pembayaran lainnya,
seperti bunga, uang pangkal, uang tahunan, denda, dan sebagainya.
c. Menerima komisi dari pembayaran tagihan kepada perantara penagihan
atau kepada penjual.
13
2.
untuk
ditandatangani
oleh
pihak
14
Pihak Perantara
peningkatan efisiensi dan keamanan transaksi jual beli. Apabila ditinjau dari sisi
pihak-pihak yang terkait dalam penggunaan kartu kredit, maka manfaat dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bagi pemilik kartu
Risiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah, karena
kalaupun kartub hilang, pemilik kartu dapat segera menghubungi
issuer atau acquirer untuk memblokir kartu. Kartu yang telah
diblokir tidk dapat digunakan lagi sebagai alat pembayaran pada
merchant.
Lebih praktis, karena tidak perlu membawa uang tunai dalam
jumlah besar.
Mengatasi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek tanpa
harus mengajukan permohonan kredit kepada bank atau lembaga
keuangan lain.
15
Fasilitas lain yang ditawarkan oleh issuer pada kartu kredit yang
diterbitkan
seperti
asuransi,
informasi
dokter,
kemudahan
melalui issuer
4. Bagi acquirer
Penerimaan berupa interchange fee
Pemilik kartu dapat disyaratkan untuk memiliki rekening simpan
2.4.4
16
g. Pemberian kartu kredit kepada pemilk kartu melalui atau tanpa acquirer
h. Penggunaan kartu oleh pemilik kartu untuk pembelian merchant yang
telah ditunjuk dan menjalin kerja sama dengan issuer. Merchant biasanya
memasang logo penerbit kartu pada kasir atau tempat lain agar calon
pembeli mudah mengetahui apakah kartu kreditnya dapat digunakan pada
penjual tersebut. Merchant tertentu menetapkan biaya sekitar 2% dari nilai
transaksi yang menggunakan kartu kredit yang dibebankan pada pemilik
kartu. Tahap ini meliputi:
Pemilik kartu menyerahkan kartu dan menerima barang atau jasa
yang dibeli
Merchant memeriksa keabsahan kartu
Merchant mencatat transaksi melalui alat khusus
Mencetak transaksi pada slip khusus
Pemilik kartu menandatangani slip
Merchant memeriksa keabsahan tanda tangan
Merchant memberikan salinan slip kepada pemilik kartu
Kartu dikembalikan kepada pemilik kartu
17
Nomor kartu
Tanggal tagihan dari laporan tagihan tersebut
Tanggal jatuh tempo pembayaran atas tagihan tersebut
Tanggal posting
Tanggal transaksi
Jumlah tagihan
Besarnya pembayaran minimum (biasanya berkisar 20% dari
jumlah tagihan)
Batas maksimum kredit
Tunggakan
18
yang dibeli
Merchant memeriksa keabsahan kartu
Merchant mencatat transaksi melalui alat khusus
Mencetak transaksi pada slip khusus
Pemilik kartu menandatangani slip
Merchant memeriksa keabsahan tanda tangan
Merchant memberikan salinan slip kepada pemilik kartu
Kartu dikembalikan kepada pemilik kartu
Nomor kartu
Tanggal tagihan dari laporan tagihan tersebut
Tanggal jatuh tempo pembayaran atas tagihan tersebut
Tanggal posting
Tanggal transaksi
Jumlah tagihan
19
jumlah tagihan)
Batas maksimum kredit
Tunggakan
kredit milik orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan di internet.
Kasus 1 :
Kasus Carding Kartu Kredit Polisi Mabes Kena Sikat
Reporter: Ni Ketut Susrini detikcom Jakarta,
Kejahatan memang tak pandang bulu, terlebih kejahatan di internet. Di
dunia maya ini, Polisi dari Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes
Polri) pun kebobolan kartu kredit. Brigjen Pol Gorries Mere, yang saat ini
menyandang jabatan Direktur IV Narkoba Badan Reserse dan Kriminal Mabes
Polri, dikabarkan menjadi korban kasus carding. Sampai berita ini diturunkan,
Gorries Mere tidak berhasil dihubungi untuk diminta konfirmasinya.
Ketika dikonfirmasi ke Setiadi, Penyidik di Unit Cybercrime Mabes Polri,
pihaknya membenarkan hal itu. Memang ada laporan kalau pak Gorries Mere
menjadi korban carding. Tapi saya belum lihat detil laporannya di e-mail saya,
kata Setiadi kepada detikcom, Minggu (27/3/2005).
Menurut Setiadi, kejadiaannya berlangsung melalui warung internet di
Semarang, Jawa Tengah. Dan kasus ini sudah ditangani oleh Poltabes Semarang.
Tapi dia tidak menceritakan lebih lengkap, dengan alasan untuk melindungi
informasi yang akan digunakan dalam penyidikan. Selain itu, Setiadi mengaku
bahwa pihaknya masih harus mengonfirmasikan hal tersebut dengan penyidik dari
Poltabes Semarang. Keterangan dari sumber yang dekat dengan Mabes Polri
20
21
setelah melacak IP addressnya dengan nick name Nogra alias Iqra. Pemuda
tamatan SMA tersebut dinilai polisi hanya mengandalkan scripts modifikasi
gratisan hacking untuk melakukan aksinya dan cukup dikenal di kalangan hacker.
Dia pernah menjebol data sebuah website lalu menjualnya ke perusahaan
asing senilai Rp600 ribu dolar atau sekitar Rp6 miliar Dalam pengakuannya,
hacker lokal ini sudah pernah menjebol 1.257 situs jaringan yang umumnya milik
luar negeri. Bahkan situs Presiden SBY pernah akan diganggu, tapi dia
mengurungkan niatnya. Kasus lain yang pernah diungkap polisi pada tahun 2004
ialah saat situs milik KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang juga diganggu hacker.
Tampilan lambang 24 partai diganti dengan nama partai jambu, partai cucak
rowo dan lainnya. Pelakunya, diketahui kemudian, bernama Dani Firmansyah,24,
mahasiswa asal Bandung yang kemudian ditangkap Polda Metro Jaya. Motivasi
pelaku, konon, hanya ingin menjajal sistem pengamanan di situs milik KPU yang
dibeli pemerintah seharga Rp 200 miliar itu. Dan ternyata berhasil.
Upaya penyelesaian masalah atau solusi dari kasus tersebut menurut kelompok
kami. penanggulangan cybercrime adalah :
1. Melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum acaranya,
yang diselaraskan dengan konvensi internasional yang terkait dengan
kejahatan tersebut.
2. Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai
standar internasional.
3. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum
mengenai upaya pencegahan, investigasi dan penuntutan perkara-perkara
yang berhubungan dengan cybercrime.
4. Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah cybercrime
serta pentingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi.
5. Meningkatkan kerjasama antar negara, baik bilateral, regional maupun
multilateral, dalam upaya penanganan cybercrime, antara lain melalui
perjanjian ekstradisi dan mutual assistance treaties.
Undang-undang yang mengatur Carding.
22
23
Pasal 31 ayat 1 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan
lama yaitu pasal 362 dalam KUHP dan pasal 31 ayat 1 dan 2 dalam UU ITE.
Penanggulangan kasus carding memerlukan regulasi yang khusus mengatur
tentang kejahatan carding agar kasus-kasus seperti ini bisa berkurang dan bahkan
tidak ada lagi. Tetapi selain regulasi khusus juga harus didukung dengan
pengamanan sistem baik software maupun hardware, guidelines untuk pembuat
kebijakan yang berhubungan dengan computer-related crime dan dukungan dari
lembaga khusus.
BAB III
PENUTUP
24
3.1
Simpulan
Dari uraian yang telah kami jelaskan bisa ditarik sebuah kesimpulan yaitu
bahwa Kartu pelastik merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu
lembaga keuangan untuk mempermudah para konsumen atau masyarakat dalam
kegiatan transaksi keuangan ekonominya, serta dalam keadaan situasi gentingpun
masyarakat bisa menggunakannya untuk alat pembayaran serta juga untuk tujuan
lain seperti penarikan uang tunai dimanapun dia berada, selain itu berdasarkan
pertimbangannya juga dapat dibawa berpergian dengan praktis tanpa harus
membawa kantongan uang dengan jumlah yang besar ditangan kita sehingga
keamananpun bisa terjaga dan juga dapat digunakan sewaktu waktu dan
kemudahan penggunaan yang lain kartu plastik inisemakin luas digunakan untuk
berbagai macam transaksi.
25