PENDAHULUAN
- Dalam tugas dan profesi dokter --> seorang
ahli, sering melakukan pemeriksaan /
perawatan korban suatu tindak pidana, baik
korban hidup / mati.
- Juga terhadap BB lain dari tubuh manusia.
- Untuk melakukan tugas tersebut, maka pihak
penyidik akan menyertainya dengan SPVR.
- Hasil pemeriksaan dokter --> dilaporkan secara
tertulis kepada pihak peminta visum
(penyidik) --> Visum et Repertum.
PENDAHULUAN
- visum et repertum --> sebagai ganti BB.
Oleh karena BB tersebut berhubungan dgn
tubuh manusia (luka, mayat atau bgn tubuh)
segera akan berubah -->sembuh atau busuk.
- KUHAP -->tidak mencantum kata visum et
repertum. Namun visum et repertum --> alat
bukti yang sah.
- Mengingat pentingnya visum et repertum,
maka seorang dokter perlu mempelajarinya
dengan baik.
1. Penyidik
2. Hakim pidana
3. Hakim perdata
4. Hakim agama
1. Ahli kedokteran
kehakiman
2. Dokter atau ahli lainnya.
BENTUK SPVR
1. Sudut kanan atas --> alamat tujuan SPVR
(Rumah sakit atau dokter), dan tgl SPVR.
Rumah sakit (Direktur) :
* Kepala bagian / SMF Bedah
* Kepala bagian / SMF Obsgyn
* Kepala bagian / SMF Penyakit dalam
* Kepala bagian I.K.Forensik.
BENTUK SPVR
3. Bagian tengah :
* Disebutkan SPVR korban hidup / mati
* Identitas korban (nama, umur, kelamin,
kebangsaan, alamat, agama dan pekerjaan).
* Peristiwanya (modus operandi) antara lain
- Luka karena . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
- Keracunan (obat/racun . . . . . . . . . .).
- Kesusilaan (perkosaan/perzinahan/cabul).
- Mati karena (listrik, tenggelam, senjata
api/tajam/tumpul dsb.).
BENTUK SPVR
3.Bagian tengah :
* Permintaan pengobatan/perawatan.
* Permintaan untuk melaporkan
kepada penyidik bila korban sembuh,
pindah dokter/rumah sakit lain,
pulang paksa, melarikan diri atau
meninggal
* Kolom untuk keterangan lain kalau
perlu.
BENTUK SPVR
4. Kanan bawah :
Identitas penyidik (peminta VetR),
tentang nama, pangkat, kesatuan,
NRP dan alamat. Kemudian tanda
tangan penyidik dan stempel dinas.
5. Kiri bawah :
Identitas penerima SPVR (petugas
RS) al, nama, tanda tangan, tanggal
dan jam SPVR diterima.
BAGIAN-BAGIAN V et R
1. PRO JUSTISIA.
Kata ini dicantumkan disudut kiri
atas, dan dengan demikian visum et
repertum tidak perlu bermaterai,
sesuai dengan pasal 136 KUHAP.
BAGIAN-BAGIAN VetR
2. PENDAHULUAN.
Bagian ini memuat antara lain :
- Identitas pemohon visum et repertum.
- Identitas dokter yang memeriksa /
membuat visum et repertum.
- Tempat dilakukannya pemeriksaan
(misalnya rumah sakit X Surabaya).
- Tanggal dan jam dilakukannya
pemeriksaan.
BAGIAN-BAGIAN VetR
2. PENDAHULUAN
- Identitas korban.
- Keterangan dari penyidik mengenai
cara kematian, luka, dimana korban
dirawat, waktu korban meninggal.
- Keterangan mengenai orang yang
menyerahkan / mengantar korban
pada dokter dan waktu saat korban
diterima dirumah sakit.
BAGIAN-BAGIAN VetR
3. PEMBERITAAN.
- Identitas korban menurut pemeriksaan
dokter, (umur, jenis kel,TB/BB), serta
keadaan umum.
- Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang
ditemukan pada korban.
- Tindakan-tindakan / operasi yang telah
dilakukan.
- Hasil pemeriksaan tambahan.
BAGIAN-BAGIAN V et R
3. PEMBERITAAN.
Syarat-syarat :
- Memakai bahasa Indonesia yg mudah
dimengerti orang awam.
- Angka harus ditulis dengan hurup, (4 cm
ditulis empat sentimeter).
- Tidak dibenarkan menulis diagnose luka,
(luka bacok, luka tembak dll).
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
- Memuat hasil pemeriksaan yang
objektif
(sesuai apa yang dilihat dan
BAGIAN-BAGIAN V et R
4. KESIMPULAN.
- Bagian ini berupa pendapat pribadi dari
dokter yang memeriksa, mengenai hasil
pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan
yang sebaik-baiknya.
- Seseorang melakukan pengamatan dengan
kelima panca indera (penglihatan,
pendengaran, perasa, penciuman dan
perabaan).
- Sifatnya subjektif.
BAGIAN-BAGIAN VetR
5. PENUTUP.
- Memuat kata Demikianlah visum et
repertum ini dibuat dengan mengingat
sumpah pada waktu menerima jabatan.
- Diakhiri dengan tanda tangan, nama
lengkap/NIP dokter.
Pencabutan SPVR.
- Penyidik dibenarkan mencabut SPVR
(Instr. Kapolri No.Pol:INS/E/20/IX/75):
Bila ada keluarga korban/mayat keberatan
jika diadakan visum et repertum bedah
mayat, maka adalah kewajiban dari petugas
Polri cq. Pemeriksa untuk secara persuasif
memberikan penjelasan perlu dan
pentingnya autopsi untuk kepentingan
penyidik, kalau perlu ditegakkannya
pasal 222 KUHP.
Pencabutan SPVR
- Pada dasarnya penarikan/pencabutan kembali
visum et repertum tidak dapat dibenarkan.
- Bila terpaksa visum et repertum yang sudah
diminta harus diadakan pencabutan/penarikan
kembali, maka hal tersebut hanya dapat
diberikan oleh Komandan Kesatuan paling
rendah setingkat Komres dan untuk kota besar
hanya oleh Dantabes.
KUALIFIKASI LUKA
* Pada kesimpulan visum et repertum
untuk orang/korban hidup, yaitu pada
visum et repertum lanjutan, harus
dilengkapi dengan kualifikasi luka.
* Kualifikasi luka akan memudahkan
hakim untuk menjatuhakn pidana.
KUALIFIKASI LUKA
Kualifikasi luka (KUHP) terdiri dari :
1. Luka yang tergolong luka yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan
atau pencaharian (Psl.352)
2. Luka yg tergolong luka yg menimbulkan
penyakit atau halangan utk menjalankan
pekerjaan atau pencaharian (Psl.351 [1]).
3. Luka yang tergolong luka berat (Psl.90[2]).