TINJAUAN PUSTAKA
1.1.4. Prosedur
I. Teknik Seksio Sesaria Klasik (Corporal)
b.
c.
d.
Solusio plasenta
b. Indikasi janin
Gawat janin
a.
b.
c.
11
h. Setelah mencapai di atas dinding vagina serviks, pada sisi depan serviks
dibuat irisan sagital dengan pisau, kemudian melaui insisi tersebut dinding
vagina dijepit dengan cunam Oshner melingkari serviks dan dinding
vagina dipotong tahap demi tahap. Pemotongan dinding vagina dapat
dilakukan dengan gunting atau pisau. Rahim akhirnya dapat diangkat.
i. Puntung vagina dijepit beberapa cunam Kocher untuk hemostasis. Mulamula puntung kedua ligamentum kardinal dijahitkan pada ujung kiri dan
kanan puntung vagina, sehingga terjadi hemostasis pada kedua ujung
puntung vagina. Puntung vagina dijahit secara jelujur untuk hemostasis
dengan catgut kromik. Puntung adneksa yang telah dipotong dapat
dijahitkan digantungkan pada puntung vagina, asalkan tidak terlalu
kencang. Akhirnya puntung vagina ditutup dengan retroperitonealisasi
dengan menutupkan bladder flap pada sisi belakang puntung vagina.
j. Setelah kulit perut dibersihkan dari sisa darah, luka perut ditutup lapis
demi lapis. 7,8
12
1.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi setelah tindakan seksio sesarea sebagai berikut:
a. Infeksi Puerperal (nifas)
Infeksi puerperal terbagi 3 tingkatan, yaitu:
a. Ringan: kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja
b. Sedang: kenaikan suhu tubuh lebih tinggi, disertai dehidrasi dan sedikit
kembung.
c. Berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama. 7,8
13
b. Perdarahan
Perdarahan dapat disebabkan karena banyaknya pembuluh darah yang
terputus dan terbuka, atonia uteri, dan perdarahan pada placental bed. Perdarahan
dapat mengakibatkan terbentuknya bekuan-bekuan darah pada pembuluh darah
balik di kaki dan rongga panggul.7,8
c. Luka Kandung Kemih
Tindakan seksio sesarea, apabila dilakukan dengan tidak hati-hati dapat
mengakibatkan luka pada organ lain seperti kandung kemih, yang dapat
menyebabkan infeksi.7
2. Letak Sungsang
Letak
sungsang
merupakan
keadaan
dimana
janin
terletak
PREVALENSI
14
(1-3)
(1)
Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 20032007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.
Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada
kematian perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih
tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat
janin dan jenis presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi
bokong : hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital.
Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3%
pada presentasi kepala (1,2,4).
PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang (6).
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan
cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala
(6)
Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam
posisi sungsang.
ETIOLOGI
15
Pemeriksaan
yang
teliti
dapat
17