Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya..1
Penyakit katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia, khususnya
negara berkembang seperti Indonesia. Tingginya angka kebutaan di Indonesia yang
mencapai 1,4% merupakan angka tertinggi di wilayah regional asia tenggara.
Berdasarkan data WHO tahun 2010, katarak merupakan penyebab dari 51% kebutaan
dari seluruh kebutaan yang ada di seluruh dunia atau sekitar 20 juta orang.2
Berikut akan disajikan sebuah laporan kasus pasien pria berusia 78 tahun
dengan diagnosis ODS Katarak Senil yang datang ke Poliklinik Mata RSUD Ulin
Banjarmasin. Akan dibahas mengenai gejala, pemeriksaan, diagnosis, dan
penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini dan akan disesuaikan dengan teori
yang sudah ada.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa mata
terletak di belakang iris, digantung oleh zonula Zinn, yang menghubungkannya
dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus dan di
sebelah posteriornya humor vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran yang
semipermeable (sedikit lebih permeabel daripada dinding kapiler) yang akan
memperoleh air dan elektrolit masuk.1,3

Gambar 2.1. Anatomi Mata


Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam
mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang
terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan
menipis pada saat terjadinya akomodasi. Akomodasi merupakan suatu mekanisme

perubahan fokus pada lensa mata sehingga gelombang cahaya dari objek yang dekat
dapat difokuskan dengan baik dan dapat dilihat dengan jelas.1
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan
jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih
cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem
saraf otonom. Serat-serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk
penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot
untuk penglihatan dekat.3

Gambar 2.2 Akomodasi mata


Enam puluh lima persen terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan protein
tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh) dan sedikit sekali mineral yang biasa ada
di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada
dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada rasa nyeri, pembuluh darah atau syaraf di
lensa.2
Struktur lensa terdiri dari:1,4
1. Kapsula lensa

Merupakan suatu membran hialin tipis dan transparan yang melapisi lensa dan
lebih tebal pada permukaan anterior (14m) dibandingkan permukaan posterior lensa
(3m).
2. Epitel lensa
Terletak di bagian anterior lensa dan ekuator antara kapsul dan serat lensa.
Lapisan epitel lensa terbentuk dari selapis sel kuboid. Pada bagian ekuator sel ini
menjadi sel kolumnar yang secara aktif membelah untuk membentuk serat lensa yang
baru.
3. Nukleus dan korteks lensa
Epitel lensa akan membentuk

serat

lensa

terus-menerus

sehingga

mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk


nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu
dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat
dibedakan nukleus embrional, fetal, infantile, dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini
terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang
terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan
dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras
dibanding korteks lensa yang lebih muda.

Gambar 2.3 Struktur Lensa Mata


Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:1
1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung.
2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan.
3. Terletak di tempatnya.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:1
1.Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia.
2. Keruh atau apa yang disebut katarak.
3. Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.
II. Katarak
2.1. Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap

keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan
mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.1
Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam
penglihatan yang menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa
tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Pada mata akan
tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini
juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.1
2.2 Epidemiologi
Berdasarkan data WHO tahun 2010, katarak merupakan penyebab dari 51%
kebutaan di seluruh dunia atau sekitar 20 juta orang. Secara global katarak
menyebabkan disabilitas sedang sampai berat pada 53,8 juta orang dimana 52,2 juta
orang terdapat di negara berkembang. Berdasarkan studi cross-sectional prevalensi
katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70%
pada usia lebih dari 75 tahun.2,3
Tingginya angka kebutaan akibat katarak di Indonesia yang mencapai 1,4%
merupakan angka tertinggi di wilayah regional asia tenggara. Di indonesia sendiri
berdasarkan survei kesehatan indera 2004-2005 oleh Depkes RI, katarak juga
penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.2
2.3. Patogenesis
Patogenesis terjadinya katarak masih belum sepenuhnya diketahui. Namun pada
lensa yang mengalami katarak ditemukan agregasi protein yang menghamburkan
cahaya dan mengurangi transparansi lensa. Efek lainnya dari perubahan protein yang
6

terjadi adalah perubahan warna lensa menjadi kekuningan atau kecoklatan. Temuan
tambahan dapat meliputi vesikel diantara serat lensa atau migrasi dan pembesaran
abnormal dari sel epitel. Faktor yang diduga berkontribusi terjadinya pembentukan
katarak meliputi kerusakan oksidatif (dari reaksi radikal bebas), kerusakan akibat
sinar ultraviolet, dan malnutrisi. Tidak ada terapi obat-obatan yang mendasari
perubahan kimia yang terjadi pada pembentukan katarak. Namun, beberapa bukti
terbaru menunjukkan efek protektif dari makanan karotenoid (lutein), namun studi
evaluasi dari efek tersebut masih diperdebatkan.3
2.4. Gambaran Klinik
Adapun gejala dari katarak adalah:1
a. Penglihatan kabur dan berkabut.
b. Merasa silau terhadap sinar matahari.
c. Kadang merasa seperti ada film didepan mata.
d. Seperti ada titik gelap didepan mata.
e. Penglihatan ganda.
f. Sukar melihat benda yang menyilaukan.
g. Halo, warna disekitar sumber sinar.
h. Warna manik mata berubah atau putih.
i. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
j. Penglihatan dimalam hari lebih berkurang.
k. Sukar mengendarai kendaraan dimalam hari.
l. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah.
m. Sering berganti kacamata.
n. Penglihatan menguning.
o. Untuk sementara jelas melihat dekat
2.5. Klasifikasi
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan, yaitu katarak kongenital,
katarak juvenil, dan katarak senil.1
a. Katarak Kongenital1
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital sering
7

ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella,
galaktosemia, homosisteinuri, diabetes mellitus, hipoparatirodism, homosisteinuri,
toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histopalsmosis. Penyakit lain yang
menyertai katarak kongenital biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti
mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokrimia, lensa ektopik,
displasia retina, dan megalo kornea.
b. Katarak Juvenil1
Katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3
bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolik dan penyakit lainnya seperti :
1. Katarak metabolik
a) Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)
b) Katarak hipokalsemik (tetanik)
c) Katarak defisiensi gizi
d) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
e) Penyakit Wilson
f) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain.
2. Otot Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
a) Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia,
pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis).
b) Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner
dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).
c) Katarak anoksik
d) Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, dan
besi).

e) Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit


(sindermatik),

tulang

(disostosis

kraniofasial,

osteogenesis

inperfekta,

khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom.


f) Katarak radiasi
c. Katarak Senil1
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia diatas 50 tahun.
Perubahan lensa pada usia lanjut :
1. Kapsul
a) Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak).
b) Mulai presbiopia
c) Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur.
d) Terlihat bahan granular
2. Epitel makin tipis
a) Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat.
b) Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.
3. Serat lensa :
a) Lebih irregular
b) Pada korteks jelas kerusakan serat sel.
c) Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein
nukleus ( histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat
protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal.
d) Korteks tidak berwarna karena: - Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi
fotooksidasi. - Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Katarak senil biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, kekeruhan
lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi
pada usia lebih dari 60 tahun. Katarak senil secara klinik dikenal empat stadium
yaitu: insipien, intumesen, imatur, matur, hipermatur morgagni.
Katarak Insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut: Kekeruhan
mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak
kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular posterior,

kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat
lensa dan dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak
insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu
yang lama.
Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lensa degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai
pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga
bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa
ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi
pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan
ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Katarak Imatur. Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume
lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder.
Katarak Matur. Pada keadaan matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa
lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila
katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,
sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh

10

lensa yang bila mana akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan
berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang
keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
Katarak Hipermatur. Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami
proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa
yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan
kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul
yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks
akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak
Morgagni.
Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak
nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus
dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan
biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum
memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.

Tabel 2.1. Perbedaan Stadium Katarak Senil


Insipien

Imatur

11

Matur

Hipermatur

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah
(air masuk)

Normal

Berkurang
(air+masa lensa
keluar)

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik mata

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut bilik
mata

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow test

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopos

Penyulit

Glaukoma

Uveitis+Glaukoma

Berdasarkan lokasi terjadinya, katarak terbagi atas:


a. Katarak Inti atau Nuklear.
Katarak inti atau nuklear merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya
terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.
Keluhan yang biasa terjadi :
1. Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat dan untuk melihat
dekat melepas kaca matanya.
2. Setelah mengalami penglihatan kedua ini (melihat dekat tidak perlu kaca mata)
penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning. Lensa lebih coklat.
3. Menyetir malam silau dan sukar.
4. Sukar membedakan warna biru dan ungu.
b. Katarak Kortikal.
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruh-an
putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan.
Banyak pada penderita diabetes mellitus. Keluhan yang biasa terjadi :
1. Penglihatan jauh dan dekat terganggu.
2. Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra.
c.Katarak Subkapsular.

12

Katarak Subkapsular dimulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa,


tepat pada lajur jalan sinar masuk. Adanya riwayat diabetes mellitus, renitis
pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat
mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata. Keluhan yang
biasa terjadi :
1. Mengganggu saat membaca.
2. Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya.
3. Mengganggu penglihatan
2.6. Penatalaksanaan
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan
apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma
dan uveitis.1
Beberapa pembedahan katarak yang dikenal adalah:
1. Operasi katarak ekstrakapsular, atau ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKIK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut, kemudian dikeluarkan melalui
insisi 9-10 mm, lensa intraokular diletakkan pada kapsul posterior.1
Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien dengan katarak imatur, kelainan endotel,
keratoplasti, implantasi lensa intra okular posterior, implantasi sekunder lensa intra
okular, kemungkinan dilakukan bedah glaukoma, predisposisi prolaps vitreous,
sebelumnya mata mengatasi ablasi retina, dan sitoid makular edema.1
2. Fakoemulsifikasi

13

Pembedahan dengan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan


nukleus yang kemudian diaspirasi melalui insisi 2,5-3mm, dan kemudian dimasukkan
lensa intraokular yang dapat dilipat. Keuntungan yang didapat dengan tindakan insisi
kecil ini adalah pemulihan visus lebih cepat, induksi astigmatis akibat operasi
minimal, komplikasi dan inflamasi pasca bedah minimal.1
3. Operasi katarak intrakapsular, atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat
dilakukan pada zonula Zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. EKIK
dikontraindikasikan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun

yang masih

mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyuliy yang dapat terjadi pada operasi ini
astigmat, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.1
2.7. Pencegahan
Pencegahan utama penyakit katarak dilakukan dengan mengontrol penyebab
yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat
pertumbuhan katarak. Cara pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah:1
1. Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas
dalam tubuh, sehingga resiko katarak akan bertambah.
2. Atur makanan sehat, makan yang banyak buah dan sayur, seperti wortel.
3. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar ultraviolet mengakibatkan katarak
pada mata.
4. Jaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya

14

BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Pekerjaan
No. RM
Tgl. Pemeriksaan

: Tn. M. Arsyad Noor


: Laki-laki
: 78 tahun
: Kelayan B gang baja no.98 RT 07 Banjarmasin
: Tidak Bekerja
: 1144873
: 24 Maret 2015

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : Penglihatan berasap pada kedua mata
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik mata RSUD Ulin dengan keluhan penglihatan
berasap pada kedua matanya. Keluhan dirasa sejak 3 bulan yang lalu. Pasien
mengaku penglihatannya menurun pada kedua matanya sejak 3 bulan lalu dan terjadi
perlahan-lahan bertambah berat. Pasien mengaku sering keluar air mata pada kedua
matanya, sehari 2 kali. Pasien juga mengaku bahwa merasa penglihatannya lebih jelas
di tempat gelap daripada di tempat terang. Pasien menyangkal adanya nyeri dan gatal
pada kedua matanya. Pasien tidak pernah mencoba mengobati keluhan pada kedua
matanya sebelum datang ke RSUD Ulin.
3.

Riwayat penyakit dahulu


15

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
4.

Riwayat keluhan mata (kabur,nyeri,merah,dll) sebelumnya


Riwayat Diabetes Melitus
Riwayat hipertensi
Riwayat penggunaan kacamata
Riwayat trauma pada mata
Riwayat penggunaan steroid jangka lama
Riwayat alergi makanan dan obat

Riwayat penyakit keluarga


a. Riwayat penyakit serupa
b. Riwayat Hipertensi
c. Riwayat Cancer
d. Riwayat Diabetes Melitus
e. Riwayat alergi
C. Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Respirasi Rate

: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)

: compos mentis
: 130/80 mmHg.
: 80x/menit.
: 36,7oC.
: 18x/ menit

D. Status Oftalmologi
Pemeriksaan
VISUS
PALPEBRA

Okuli sinistra
4/60
Edema superior (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Ekropion (-)
Entopion (-)
BULBUS
Gerak mata normal
Enoftalmus (-)
OKULI
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)
KONJUNGTIVA Hiperemis (-)
Injeksi silier (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Bangunan patologis (-)
Secret (-)

16

Okuli dextra
4/60
Edema superior (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Ekropion (-)
Entopion (-)
Gerak mata normal
Enoftalmus (-)
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)
Hiperemis (-)
Injeksi silier (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Bangunan patologis (-)
Secret (-)

SCLERA
KORNEA

Warna putih keruh


Arcus senilis (-)
Permukaaan licin (+)
Edema (-)
Benda asing (-)
Normal
Iris tampak selubung

COA
IRIS & PUPIL

putih,
diameter

3mm,

Sulit dievaluasi
& Sulit dievaluasi

RETINA
TIO
N
Proyeksi SINAR Baik
dan

sentral, pupil

sentral,

diameter

reflek 3mm,

reflek

cahaya

cahaya direk/indirek (+/+)


keruh
Sulit dievaluasi

LENSA
FUNDUS
MEDIA
PAPIL
MAKULA

pupil

Warna putih keruh


Arcus senilis (-)
Permukaaan licin (+)
Edema (-)
Benda asing (-)
Normal
Iris tampak selubung putih,

direk/indirek (+/+)
keruh
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
N
Baik

Proyeksi

Warna
SHADOW TEST Positif
Positif
E. Diagnosis Banding (berdasarkan penurunan visus)
ODS katarak senil
ODS katarak diabetika
ODS katarak traumatik
F. Diagnosis Kerja
ODS katarak senil
G. Penatalaksanaan
- Pro pembedahan
H. Prognosis

17

Quo
Ad Vitam
Ad cosmetican
Ad fungsionam

Okuli Dextra
ad bonam
ad bonam
Dubia ad bonam

Okuli Sinistra
ad bonam
ad bonam
Dubia ad bonam

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus Tn.M.A.N. ditegakkan diagnosis ODS katarak senil dari
anamnesis dan pemeriksaan ophtalmologi. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata
dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang
lama.
Dari identitas penderita, penderita berumur 78 tahun datang dengan keluhan
utama penglihatan berasap pada kedua mata, penurunan penglihatan kedua mata
disertai keluarnya air mata tanpa adanya kemerahan di sekitar bola mata. Dari
keluhan pemderita tersebut dapat diketahui kemungkinan gejala yang timbul
diakibatkan adanya katarak pada lensa mata.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dan keadaan umum pasien
dalam batas normal, dengan pemeriksaan lokalis yang ditemukan: pada OD visus
4/60, lensa keruh. Sedangkan pada OS visus 4/60 dan lensa keruh.
18

Pada pemeriksaan tonometri didapatkan TIO OD 9,3 mmHg dan OS 13,3


mmHg yang berarti masih dalam batas normal dan meniadakan kemungkinan pasien
menderita glaukoma.
Tn. M.A.N. berusia 78 tahun, dan pada pasien tidak didapatkan riwayat
Diabetes Melitus (-), hipertensi (-), penggunaan kacamata (-), trauma pada mata (-),
penggunaan steroid jangka lama (-), alergi makanan dan obat (-) pada dirinya dan
juga keluarga. Tidak adanya riwayat DM dan trauma mata maka meniadakan
kemungkinan katarak diabetik atau katarak traumatik. Pasien termasuk katarak senil
karena umurnya lebih dari 50 tahun.
Penatalaksanaannya adalah melakukan pembedahan baik Ekstraksi katarak
ekstra

kapsular

(EKIK),

Ekstraksi

katarak

intrakapsular

(EKIK),

atau

fakoemulsifikasi.
Prognosis kedua mata pada pasien ini adalah dubia ad bonam dikarenakan
masih terdapatnya komplikasi pasca pembedahan seperti katarak sekunder dan
perdarahan.

19

Anda mungkin juga menyukai