PENDAHULUAN
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya..1
Penyakit katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia, khususnya
negara berkembang seperti Indonesia. Tingginya angka kebutaan di Indonesia yang
mencapai 1,4% merupakan angka tertinggi di wilayah regional asia tenggara.
Berdasarkan data WHO tahun 2010, katarak merupakan penyebab dari 51% kebutaan
dari seluruh kebutaan yang ada di seluruh dunia atau sekitar 20 juta orang.2
Berikut akan disajikan sebuah laporan kasus pasien pria berusia 78 tahun
dengan diagnosis ODS Katarak Senil yang datang ke Poliklinik Mata RSUD Ulin
Banjarmasin. Akan dibahas mengenai gejala, pemeriksaan, diagnosis, dan
penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini dan akan disesuaikan dengan teori
yang sudah ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa mata
terletak di belakang iris, digantung oleh zonula Zinn, yang menghubungkannya
dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus dan di
sebelah posteriornya humor vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran yang
semipermeable (sedikit lebih permeabel daripada dinding kapiler) yang akan
memperoleh air dan elektrolit masuk.1,3
perubahan fokus pada lensa mata sehingga gelombang cahaya dari objek yang dekat
dapat difokuskan dengan baik dan dapat dilihat dengan jelas.1
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan
jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih
cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem
saraf otonom. Serat-serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk
penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot
untuk penglihatan dekat.3
Merupakan suatu membran hialin tipis dan transparan yang melapisi lensa dan
lebih tebal pada permukaan anterior (14m) dibandingkan permukaan posterior lensa
(3m).
2. Epitel lensa
Terletak di bagian anterior lensa dan ekuator antara kapsul dan serat lensa.
Lapisan epitel lensa terbentuk dari selapis sel kuboid. Pada bagian ekuator sel ini
menjadi sel kolumnar yang secara aktif membelah untuk membentuk serat lensa yang
baru.
3. Nukleus dan korteks lensa
Epitel lensa akan membentuk
serat
lensa
terus-menerus
sehingga
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan
mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.1
Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam
penglihatan yang menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa
tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Pada mata akan
tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini
juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.1
2.2 Epidemiologi
Berdasarkan data WHO tahun 2010, katarak merupakan penyebab dari 51%
kebutaan di seluruh dunia atau sekitar 20 juta orang. Secara global katarak
menyebabkan disabilitas sedang sampai berat pada 53,8 juta orang dimana 52,2 juta
orang terdapat di negara berkembang. Berdasarkan studi cross-sectional prevalensi
katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70%
pada usia lebih dari 75 tahun.2,3
Tingginya angka kebutaan akibat katarak di Indonesia yang mencapai 1,4%
merupakan angka tertinggi di wilayah regional asia tenggara. Di indonesia sendiri
berdasarkan survei kesehatan indera 2004-2005 oleh Depkes RI, katarak juga
penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.2
2.3. Patogenesis
Patogenesis terjadinya katarak masih belum sepenuhnya diketahui. Namun pada
lensa yang mengalami katarak ditemukan agregasi protein yang menghamburkan
cahaya dan mengurangi transparansi lensa. Efek lainnya dari perubahan protein yang
6
terjadi adalah perubahan warna lensa menjadi kekuningan atau kecoklatan. Temuan
tambahan dapat meliputi vesikel diantara serat lensa atau migrasi dan pembesaran
abnormal dari sel epitel. Faktor yang diduga berkontribusi terjadinya pembentukan
katarak meliputi kerusakan oksidatif (dari reaksi radikal bebas), kerusakan akibat
sinar ultraviolet, dan malnutrisi. Tidak ada terapi obat-obatan yang mendasari
perubahan kimia yang terjadi pada pembentukan katarak. Namun, beberapa bukti
terbaru menunjukkan efek protektif dari makanan karotenoid (lutein), namun studi
evaluasi dari efek tersebut masih diperdebatkan.3
2.4. Gambaran Klinik
Adapun gejala dari katarak adalah:1
a. Penglihatan kabur dan berkabut.
b. Merasa silau terhadap sinar matahari.
c. Kadang merasa seperti ada film didepan mata.
d. Seperti ada titik gelap didepan mata.
e. Penglihatan ganda.
f. Sukar melihat benda yang menyilaukan.
g. Halo, warna disekitar sumber sinar.
h. Warna manik mata berubah atau putih.
i. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
j. Penglihatan dimalam hari lebih berkurang.
k. Sukar mengendarai kendaraan dimalam hari.
l. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah.
m. Sering berganti kacamata.
n. Penglihatan menguning.
o. Untuk sementara jelas melihat dekat
2.5. Klasifikasi
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan, yaitu katarak kongenital,
katarak juvenil, dan katarak senil.1
a. Katarak Kongenital1
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital sering
7
ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella,
galaktosemia, homosisteinuri, diabetes mellitus, hipoparatirodism, homosisteinuri,
toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histopalsmosis. Penyakit lain yang
menyertai katarak kongenital biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti
mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokrimia, lensa ektopik,
displasia retina, dan megalo kornea.
b. Katarak Juvenil1
Katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3
bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolik dan penyakit lainnya seperti :
1. Katarak metabolik
a) Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)
b) Katarak hipokalsemik (tetanik)
c) Katarak defisiensi gizi
d) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
e) Penyakit Wilson
f) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain.
2. Otot Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
a) Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia,
pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis).
b) Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner
dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).
c) Katarak anoksik
d) Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, dan
besi).
tulang
(disostosis
kraniofasial,
osteogenesis
inperfekta,
kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat
lensa dan dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak
insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu
yang lama.
Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lensa degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai
pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga
bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa
ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi
pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan
ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Katarak Imatur. Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume
lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder.
Katarak Matur. Pada keadaan matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa
lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila
katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,
sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh
10
lensa yang bila mana akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan
berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang
keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
Katarak Hipermatur. Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami
proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa
yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan
kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul
yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks
akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak
Morgagni.
Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak
nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus
dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan
biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum
memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.
Imatur
11
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan lensa
Normal
Bertambah
(air masuk)
Normal
Berkurang
(air+masa lensa
keluar)
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Bilik mata
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Sudut bilik
mata
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow test
Negatif
Positif
Negatif
Pseudopos
Penyulit
Glaukoma
Uveitis+Glaukoma
12
13
yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyuliy yang dapat terjadi pada operasi ini
astigmat, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.1
2.7. Pencegahan
Pencegahan utama penyakit katarak dilakukan dengan mengontrol penyebab
yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat
pertumbuhan katarak. Cara pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah:1
1. Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas
dalam tubuh, sehingga resiko katarak akan bertambah.
2. Atur makanan sehat, makan yang banyak buah dan sayur, seperti wortel.
3. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar ultraviolet mengakibatkan katarak
pada mata.
4. Jaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya
14
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Pekerjaan
No. RM
Tgl. Pemeriksaan
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : Penglihatan berasap pada kedua mata
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik mata RSUD Ulin dengan keluhan penglihatan
berasap pada kedua matanya. Keluhan dirasa sejak 3 bulan yang lalu. Pasien
mengaku penglihatannya menurun pada kedua matanya sejak 3 bulan lalu dan terjadi
perlahan-lahan bertambah berat. Pasien mengaku sering keluar air mata pada kedua
matanya, sehari 2 kali. Pasien juga mengaku bahwa merasa penglihatannya lebih jelas
di tempat gelap daripada di tempat terang. Pasien menyangkal adanya nyeri dan gatal
pada kedua matanya. Pasien tidak pernah mencoba mengobati keluhan pada kedua
matanya sebelum datang ke RSUD Ulin.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
4.
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: compos mentis
: 130/80 mmHg.
: 80x/menit.
: 36,7oC.
: 18x/ menit
D. Status Oftalmologi
Pemeriksaan
VISUS
PALPEBRA
Okuli sinistra
4/60
Edema superior (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Ekropion (-)
Entopion (-)
BULBUS
Gerak mata normal
Enoftalmus (-)
OKULI
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)
KONJUNGTIVA Hiperemis (-)
Injeksi silier (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Bangunan patologis (-)
Secret (-)
16
Okuli dextra
4/60
Edema superior (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Ekropion (-)
Entopion (-)
Gerak mata normal
Enoftalmus (-)
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)
Hiperemis (-)
Injeksi silier (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Bangunan patologis (-)
Secret (-)
SCLERA
KORNEA
COA
IRIS & PUPIL
putih,
diameter
3mm,
Sulit dievaluasi
& Sulit dievaluasi
RETINA
TIO
N
Proyeksi SINAR Baik
dan
sentral, pupil
sentral,
diameter
reflek 3mm,
reflek
cahaya
LENSA
FUNDUS
MEDIA
PAPIL
MAKULA
pupil
direk/indirek (+/+)
keruh
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
N
Baik
Proyeksi
Warna
SHADOW TEST Positif
Positif
E. Diagnosis Banding (berdasarkan penurunan visus)
ODS katarak senil
ODS katarak diabetika
ODS katarak traumatik
F. Diagnosis Kerja
ODS katarak senil
G. Penatalaksanaan
- Pro pembedahan
H. Prognosis
17
Quo
Ad Vitam
Ad cosmetican
Ad fungsionam
Okuli Dextra
ad bonam
ad bonam
Dubia ad bonam
Okuli Sinistra
ad bonam
ad bonam
Dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus Tn.M.A.N. ditegakkan diagnosis ODS katarak senil dari
anamnesis dan pemeriksaan ophtalmologi. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata
dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang
lama.
Dari identitas penderita, penderita berumur 78 tahun datang dengan keluhan
utama penglihatan berasap pada kedua mata, penurunan penglihatan kedua mata
disertai keluarnya air mata tanpa adanya kemerahan di sekitar bola mata. Dari
keluhan pemderita tersebut dapat diketahui kemungkinan gejala yang timbul
diakibatkan adanya katarak pada lensa mata.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dan keadaan umum pasien
dalam batas normal, dengan pemeriksaan lokalis yang ditemukan: pada OD visus
4/60, lensa keruh. Sedangkan pada OS visus 4/60 dan lensa keruh.
18
kapsular
(EKIK),
Ekstraksi
katarak
intrakapsular
(EKIK),
atau
fakoemulsifikasi.
Prognosis kedua mata pada pasien ini adalah dubia ad bonam dikarenakan
masih terdapatnya komplikasi pasca pembedahan seperti katarak sekunder dan
perdarahan.
19