Anda di halaman 1dari 148

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL

TEACHING (PENGAJARAN BERBALIK) TERHADAP HASIL


BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA KONSEP PROTISTA
(Eksperimen di MAN 2 Bogor)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
SANTI APRILIA
105016100524

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN


PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1431 H

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI


PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL
TEACHING (PENGAJARAN BERBALIK) TERHADAP HASIL
BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA KONSEP PROTISTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
SANTI APRILIA
NIM. 105016100524

Di bawah Bimbingan

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd.


NIP. 19650115 198703 1 020

Eny S. Rosyidatun, S.Si.,M.A.


NIP. 19750924 200604 2 001

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching


(Pengajaran Berbalik) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Protista
( Eksperimen di MAN 2 Bogor) oleh Santi Aprilia, NIM 105016100524, diajukan
kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 8 Maret 2010 di
hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar
Sarjana S.1 ( S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Biologi.

Jakarta, 11 Maret 2010


Panitia Ujian Munaqasyah
Tanggal

Tanda Tangan

Ketua Panitia ( Ketua Prodi Biologi)


Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd.
NIP. 150 299 933

...

Sekretaris ( Sekretaris Jurusan )


Nengsih Juanengsih, M. Pd.
NIP. 19790510 200604 2 001

....

Penguji I
Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd.
NIP. 150 299 933

....

....

Penguji II
Dr. Zulfiani, M. Pd.
NIP. 19760309 200501 2 002

Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.


NIP. 19571005 198703 1 003

Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret 2010


Santi Aprilia

ABSTRACT
Santi Aprilia, The Influence of Using Reciprocal Teaching Model to Students
Biology achievement in Protista Concept (Experiment in Madrasah Aliyah
Negeri 2 Bogor). Undergraduate Thesis, Biology Education Program, Science
Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of Syarif
Hidayatullah State Islamic University.
The purpose of this research was to know the influence of using
reciprocal teaching model to students biology achievement in protista concept.
This research had been carried out in MAN 2 Bogor. This research was used
quasi experiment method with pretest-posttest control group design. The sample
was taken by using purposive sampling technique. The amount of the research
sample was 40 persons for the experiment class and 40 persons for the control
class. The data was taken using test instrument in essay form which had tested its
validity and reliability, questionnaire that also had tested its validity and
reliability, and observation sheet. The hypothesis in this research is there is
influence of using reciprocal teaching model to students biology achievement in
protista concept. The data analysis was used t-test, from the result of calculating
differentiation mean data between the two group, obtained the value of t-count
was equal to 2,67, while t-table at the level of significant 5% with degree of
freedom (df) = 78 that is equal to 1,99. So, it can be said that t-count > t-table
that meant the alternative hypothesis (Ha) was accepted and zero hypothesis (Ho)
was refused. It showed that there was influence of using reciprocal teaching
model to students biology achievement in protista concept.
Key Word : Reciprocal teaching, students biology achievement

ABSTRAK
Santi Aprilia, Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Protista (Eksperimen di
MAN 2 Bogor). Skripsi, Program Studi Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
reciprocal teaching terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista.
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Bogor. Metode penelitian yang digunakan
adalah eksperimen semu dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Sampel penelitian berjumlah 40 orang untuk kelas eksperimen dan 40 orang untuk
kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes essay yang
telah diuji validitas dan reliabilitasnya, angket yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya, serta lembar observasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah terdapat pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap
hasil belajar biologi siswa pada konsep protista. Analisis data menggunakan uji-t,
data hasil penghitungan perbedaan rata-rata postes kedua kelompok diperoleh
nilai t hitung sebesar 2,67, sedangkan t tabel dengan taraf signifikansi 5% dan
derajat kebebasan (dk) = 78 sebesar 1,99, maka dapat dikatakan bahwa t hitung > t
tabel yang berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
reciprocal teaching terhadap hasil belajar biologi siswa.
Kata Kunci : Reciprocal teaching, hasil belajar biologi siswa.

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya
untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana pendidikan. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Saw, beserta
keluarga, para sahabat dan pengikutnya.
Sehubungan dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Dengan segenap ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq

Hana Susanti, M. Sc, selaku Ketua Jurusan,

Ibu Nengsih

Juanengsih, M. Pd, selaku Sekretaris Jurusan, dan Bapak Dr. Sujiyo Miranto,
M.Pd, selaku Ketua Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd, selaku dosen pembimbing I dan Ibu Eny S.
Rosyidatun, S.Si.,M.A., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan, nasehat, saran, motivasi, serta bimbingannya dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Pendidikan IPA khususnya Program Studi
Pendidikan Biologi, yang telah mencurahkan ilmu dan mendidik dengan tulus
ikhlas. Semoga ilmu yang penulis peroleh dapat bermanfaat.
5. Segenap Pimpinan dan Staf Karyawan / Karyawati Perpustakaan Utama UIN
dan Perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
meminjamkan referensi.
6. Bapak H. Kosasih Ismatullah, M.Pd.I, selaku Kepala MAN 2 Bogor dan Ibu
Yani Maryani, S.Pd, selaku Wakil Bidang Kurikulum MAN 2 Bogor yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas X1 dan X-2.

iii

7. Ibu Retno Mujiarti, M.Si., selaku guru bidang studi Biologi yang telah
memberikan pengarahan, nasehat, saran, motivasi, serta bimbingannya dalam
pelaksanaan penelitian.
8. Seluruh staf dan guru MAN 2 Bogor yang telah membantu dalam pelaksanaan
penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi.
9. Siswa-siswi kelas X-1 dan X-2 MAN 2 Bogor yang berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran selama penelitian.
10. Novia, Lulu, dan Ratna selaku rekan observer dalam pelaksanaan penelitian.
11. Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Rahmat Susanto dan Ibu Tuti Handayani, serta
Kakak dan Adik tersayang yang telah mencurahkan segala doa, kasih sayang,
dukungan, suport, dan jerih payahnya dengan penuh keikhlasan kepada
penulis. Semoga Allah SWT selalu mengasihi dan meridhoinya.
12. Teman-teman biologi angkatan 2005

yang telah membantu hingga

terselesaikannya skripsi ini, khususnya Seha, Ana, Vea, Huda, Icha, Risna,
Maya, Nia, Halimah, dan Gustini, terima kasih atas doa dan motivasinya.
Semoga kesuksesan selalu bersama kita.
13. Sahabat setia selama kuliah, Riri Purnama, SKM dan Nusra Arini, SHI,
terimakasih atas segala perhatian, persahabatan, motivasi, bantuan, dan
doanya selama ini.
14. Kakak Ita Rodiah M.S, terimakasih atas inspirasinya.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan


yang setinggi-tingginya. Semoga Allah SWT membalas amal dan kebaikan
mereka dengan pahala yang berlipat ganda serta rahmat dan barokah yang tiada
henti, Amin. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat dan dapat
dijadikan masukan bagi guru IPA dan mahasiswa lain untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
Jakarta, Januari 2010

Penulis

iv

DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................i
KATA PENGANTAR .........................................................................................iii
DAFTAR ISI .................................v
DAFTAR TABEL ......................vii
DAFTAR GAMBAR .................viii
DAFTAR LAMPIRAN ...............ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah .5
C. Pembatasan Masalah 6
D. Perumusan Masalah .6
E. Manfaat Penelitian ...6

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS


A. Deskripsi Teoretis 7
1. Pembelajaran Konstruktivisme ..7
2. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching ......11
a. Reciprocal Teaching (Pengajaran Berbalik) ........11
b. Tahapan kegiatan Reciprocal Teaching .......13
3. Hakikat Hasil Belajar ........15
a. Definisi Belajar ..15
b. Hasil Belajar ...17
c. Hasil Belajar Biologi ..20
4. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ....22
5. Prinsip-Prinsip Belajar.......24
6. Hasil Penelitian yang Relevan ........ 24
B. Kerangka Pikir ...26
C. Hipotesis Penelitian ...30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tujuan Penelitian ...31
B. Tempat dan Waktu Penelitian 31
C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ..........................................31
D. Variabel Penelitian .............................................................................32
E. Populasi dan Sampel ...33
F. Instrumen Penelitian ......33
G. Prosedur Penelitian ........35
H. Teknik Pengumpulan Data ....38
I. Teknik Analisis Data .....39
J. Hipotesis Statistik ..43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Tes Essay ..............................................44
B. Hasil Observasi ......55
C. Interpretasi Data .........58
D. Pembahasan ....60

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 65
B. Saran .......65

DAFTAR PUSTAKA .....66

LAMPIRAN 70

vi

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Desain Penelitian .................................................................................31
Tabel 3.2. Kategori Hasil Observasi ....................................................................43
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Eksperimen ...................................44
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Kontrol ..........................................45
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Postes Kelas Eksperimen ..................................46
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Postes Kelas Kontrol .........................................47
Tabel 4.5. Perbandingan Nilai Rata-Rata (Mean) Pretes dan
Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ........48
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Pretes .................................................................49
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Postes ................................................................49
Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Pretes .....50
Tabel 4.9. Hasil Uji Homogenitas Postes ....50
Tabel 4.10. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretes .......................................51
Tabel 4.11. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Postes ......................................51
Tabel 4.12. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain .....................................52
Tabel 4.13. Perbandingan Nilai Rata-Rata (Mean) Pretes,
Postes, dan Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol .............................53
Tabel 4.14. Kategorisasi kemampuan berkomunikasi
siswa selama pembelajaran ...............................................................55

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir .....................................................................29


Gambar 4.1. Histogram Distribusi Skor Pretes Kelas Eksperimen .....................45
Gambar 4.2. Histogram Distribusi Skor Pretes Kelas Kontrol ............................46
Gambar 4.3. Histogram Distribusi Skor Postes Kelas Eksperimen .....................47
Gambar 4.4. Histogram Distribusi Skor Postes Kelas Kontrol ...........................48
Gambar 4.5. Persentase Kategori N-gain Kelompok Eksperimen ..54
Gambar 4.6. Persentase Kategori N-gain Kelompok Kontrol .54

viii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen ................ ............................................... ..70
Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol ...................................................................... ..79
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Model Reciprocal Teaching ...............87
Lampiran 4. Lembar Wacana Protista ..................................................................90
Lampiran 5. Lembar Observasi Model Reciprocal Teaching ......96
Lampiran 6. Instrumen Tes Essay ( Untuk Uji Validasi) .....................................97
Lampiran 7. Hasil Validitas dan Reliabilitas Tes Essay (SPSS.12) ......101
Lampiran 8. Rekapitulasi Validasi Tes Essay ......103
Lampiran 9. Instrumen Tes Essay ( Hasil Validasi) ..........................................104
Lampiran 10. Skor Penilaian Butir Soal Tes Essay ...........................................107
Lampiran 11. Data Skor Pretes (Tes Essay) Kelas Eksperimen ... 108
Lampiran 12. Data Skor Postes (Tes Essay) Kelas Eksperimen .. 109
Lampiran 13. Data Skor Pretes (Tes Essay) Kelas Kontrol ......... 110
Lampiran 14. Data Skor Postes (Tes Essay) Kelas Kontrol ...... 111
Lampiran 15. Perhitungan Mean, Median, Modus, dan Standar Deviasi .........112
Lampiran 16. Distribusi Frekuensi Pretes (Tes Essay) ........ 113
Lampiran 17. Distribusi Frekuensi Postes (Tes Essay) .... 117
Lampiran 18. Perhitungan Uji Normalitas ...................................................... 121
Lampiran 19. Tabel Perhitungan Uji Normalitas ...............................................122
Lampiran 20. Perhitungan Uji Homogenitas ....................................................125
Lampiran 21. Pengujian Hipotesis Data Pretes (Tes Essay) .... 127
Lampiran 22. Pengujian Hipotesis Data Postes (Tes Essay) .... 128
Lampiran 23. Uji N-Gain ................................................................................. 129
Lampiran 24. Rekapitulasi Observasi Pertemuan I (Kelas Eksperimen) ...134
Lampiran 25. Rekapitulasi Observasi Pertemuan II (Kelas Eksperimen) ..136
Lampiran 26. Rekapitulasi Observasi Pertemuan III (Kelas Eksperimen) ....138

ix

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia senantiasa mengalami pembelajaran dalam seluruh proses
kehidupannya. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak manusia sepanjang
hayat, tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan
terbelakang. Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan sepanjang hayat (lifelong
education) yang dicanangkan oleh organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan PBB (UNESCO).1
Pendidikan merupakan proses transfer ilmu pengetahuan dan nilai,
bertujuan untuk menyempurnakan kecerdasan-kecerdasan yang secara alamiah
telah dimiliki oleh setiap manusia sebagai potensi yang telah diberikan oleh Sang
Pencipta

agar

manusia

dapat

menjadi manusia

seutuhnya

dan dapat

mempertahankan kehidupannya. 2
Seutuhnya dalam artian keutuhan antara dua dimensi, jasmani dan rohani
sehingga proses pendidikan yang berlangsung harus berkesinambungan yang
meliputi keseluruhan aspek baik kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan
yang meliputi keseluruhan aspek akan menghasilkan manusia yang berkualitas
dan mampu bersaing, bukan hanya pintar tetapi juga memiliki budi pekerti luhur
dan moral yang baik.3
Makna pendidikan tidak hanya sekedar dalam lingkup sekolah. Dalam
arti yang luas pendidikan terjadi melalui tiga upaya utama, yaitu pembiasaan,
pembelajaran dan peneladanan.4 Hal ini sesuai dengan hakikat manusia sebagai
makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik. Sedangkan sekolah hanya
salah satu bentuk upaya pendidikan dan segala sesuatu yang terselenggara di
sekolah tidak sepenuhnya steril dari berbagai pengaruh luar sekolah.
1

Fuad Hassan, Pendidikan Adalah Pembudayaan, dalam Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta:
Kompas, 2004), h.53.
2
Abdurrahman, Meaningful Learning, Reinvensi Kebermaknaan Pembelajaran, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007), h. 4.
3
Ibid, h. 74.
4
Fuad Hassan, Op. Cit, h.52.

Dunia pendidikan memiliki tanggung jawab dan kontribusi penuh


terhadap perkembangan manusia untuk menjadi manusia seutuhnya yang
kompeten dan berakhlak mulia. Karena itu perubahan dan rekonstruksi menuju
arah yang lebih baik senantiasa dilakukan dalam dunia pendidikan seiring dengan
perkembangan zaman yang terus berlangsung.
Sekolah sebagai salah satu lingkup pendidikan turut bertanggungjawab
mengadakan perubahan dan rekonstruksi, di antaranya dengan melaksanakan
berbagai program pembaharuan yang efektif dan efisien sesuai dengan
perkembangan zaman,

situasi,

kondisi dan

perkembangan anak didik.

Pembaharuan yang dilaksanakan dimulai dari pembaharuan pemikiran, sistem


pendidikan, kurikulum, struktur pendidikan, sampai pembaharuan dalam proses
transfer keilmuan/pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan.
Belajar memiliki peran utama dalam pendidikan, dengan belajar
seseorang mengalami pendidikan. Proses pembelajaran sebagai bagian dari proses
pendidikan pada pelaksanaannya cenderung masih monoton dan konvensional
dengan memusatkan guru sebagai sumber ilmu pengetahuan (teacher centered).
Siswa dianggap sebagai objek penerima wawasan guru yang tidak mempunyai
kreativitas dan pengetahuan awal.5
Dalam memperbaharui sistem transfer pengetahuan, salah satu langkah
empiris yang dilaksanakan adalah dengan memperbaharui sistem pembelajaran
konvensional ke arah yang lebih berkembang, yaitu dengan cara menggunakan
strategi-strategi baru, model maupun metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar.
Program pembaharuan yang efektif dapat diaplikasikan apabila semua
pemeran dalam dunia pendidikan turut bekerjasama, mulai dari pemerintah
sebagai pemegang otoritas tertinggi sampai pada para pelaksana proses
pendidikan baik formal maupun informal. Salah satu faktor utama dalam

Zurinal, Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 118.

pendidikan formal yang secara langsung turut menentukan keberhasilan


pendidikan adalah guru. Guru dapat mengarahkan dan membimbing peserta didik
sehingga terbentuk peserta didik yang berkualitas baik secara akademis,
keterampilan, moral, dan spiritual. Walaupun tidak semua tanggung jawab
dibebankan kepada guru (karena orang tua siswa dan lingkungannya pun turut
berperan membangun akademis, keterampilan, moral dan spiritual siswa), namun
guru sebagai pendidik hendaknya tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga turut
mendidik siswa meraih nilai-nilai kehidupan dan akhlak mulia sehingga siswa
dapat memiliki meaningfull life (kehidupan bermakna) dalam hidupnya.6 Siswa
diharapkan dapat menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang. Dalam
usaha pencapaian semua tujuan pendidikan tersebut, maka diperlukan sosok guru
yang terkualifikasi, berkompetensi, dan berdedikasi tinggi.
Guru yang memiliki profesionalisme tinggi memahami bagaimana
seharusnya mendidik sehingga kemampuan anak didik dari berbagai segi dapat
berkembang optimal. Peran lain yang diperankan guru adalah sebagai fasilitator
yang dapat memberi wadah untuk perkembangan kreativitas anak didik. Salah
satunya adalah dengan menyediakan model/pendekatan pembelajaran yang baik,
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Dengan pendekatan pembelajaran
yang sesuai, hasil belajar siswa diharapkan dapat meningkat.
IPA adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang alam. Dalam
kamus umum bahasa Indonesia disebutkan bahwa IPA berhubungan
dengan alam. Menurut Hugerford dkk (1990) IPA dibagi menjadi dua
elemen yaitu proses dan produk. IPA sebagai proses difokuskan pada
cara yang digunakan untuk memperoleh produk IPA, prosesnya terdiri
dari mengamati, bereksperimen, menggolongkan, mengukur,
memprediksi,
mengkomunikasikan, dan sebagainya.
Dengan
menggunakan proses tersebut para ilmuan memperoleh penemuanpenemuan berupa fakta, konsep dan teori. Penemuan-penemuan inilah
yang disebut sebagai produk IPA, sedangkan proses yang dilakukan
ilmuan disebut keterampilan proses IPA.7
Memahami hakikat IPA secara utuh dalam pembelajaran biologi tidak
dapat dilakukan hanya dengan menginformasikan secara verbal atau
6

Abdurrahman, Op. Cit, h.26.


Ahmad Sofyan, Perilaku Belajar Biologi Siswa MAN dalam Didaktika Islamika, jurnal
kependidikan, keislaman dan kebudayaan, Vol IV No.1 Juni 2003.

ceramah saja, melainkan juga dengan menyeimbangkan antara


pengembangan IPA sebagai proses maupun sebagai produk. Karena itu
menurut Driver (seperti dikutip Suparno, 1997) siswa dapat memahami
IPA bila terlibat aktif dalam dialog, diskusi dan melakukan percobaanpercobaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran aktif siswa itu
sendiri yang turut memberikan kontribusi dalam mencapai keberhasilan
memahami hakikat IPA.8
Merujuk

pada

pandangan

Driver

tersebut,

pembelajaran

IPA

membutuhkan keaktifan siswa baik dalam berdialog, melakukan diskusi maupun


melakukan percobaan-percobaan. Dengan kata lain, kemampuan berkomunikasi
siswa turut mempengaruhi dan membantu tercapainya kreativitas siswa dalam
berpikir yang nantinya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kemampuan
berkomunikasi itu sendiri merupakan salah satu keterampilan proses yang
berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyampaikan atau menerima
gagasan, ide, secara efektif, baik melalui lisan maupun tulisan. Hal ini sejalan
dengan pendapat Nuryani R. bahwa kemampuan berkomunikasi memegang
peranan penting

karena

membantu

dalam

proses

penyusunan

pikiran,

menghubungkan gagasan satu dengan lainnya, sehingga dapat mengisi hal-hal


yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan siswa.
Kenyataan di lapangan banyak yang menunjukkan kurangnya variasi
dalam pembelajaran sains, baik dari segi strategi pembelajaran, media atau alat
bantu pembelajaran, maupun kreativitas guru dalam menerapkan pembelajaran.
Hal tersebut dapat menghambat proses pembelajaran yang dapat berdampak pada
rendahnya hasil belajar siswa.
Peran guru menjadi faktor yang cukup menentukan hasil belajar siswa.
Guru dituntut kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran, di antaranya
dengan memilih dan menentukan strategi, model, maupun metode pembelajaran
yang cocok untuk setiap materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Model-model pembelajaran terdapat beragam dan dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran di kelas. Pemanfaatan model pembelajaran yang beragam

Ibid.

dapat mengurangi kejenuhan siswa yang biasanya terjadi dalam pembelajaran


konvensional. 9
Model reciprocal teaching menuntut keaktifan siswa untuk memperoleh
pengetahuan. Model ini berlandaskan asas konstruktivisme dan beberapa
keterampilan proses dalam KPS. Model ini bertujuan memahami bagaimana anakanak berpikir, berkomunikasi, berdiskusi dan belajar mandiri. Melalui penerapan
model reciprocal teaching siswa diharapkan dapat belajar efektif dan bermakna
dengan mengkonstruk pemahamannya sendiri sehingga hasil belajarnya dapat
meningkat.
Berbagai asumsi teoretis di atas melandasi penulis menyusun dan
melaksanakan sebuah penelitian tentang hasil belajar siswa dalam pembelajaran
sains khususnya biologi. Dalam penelitian ini diharapkan hasil belajar siswa dapat
meningkat. Oleh karena itu penulis menggunakan model pembelajaran yang
sekiranya dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran
reciprocal teaching.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan,
penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Proses belajar mengajar cenderung masih monoton dan konvensional
dengan metode ceramah yang menekankan aspek hafalan sehingga siswa
cenderung

terbatasi

dalam

mengembangkan

kemampuan

dan

kreativitasnya.
2. Kurangnya kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran.
3. Hasil belajar siswa masih rendah.
4. Masih kurangnya variasi dalam pembelajaran sains, baik dari segi strategi
pembelajaran, media atau alat bantu pembelajaran, maupun kreativitas
guru dalam menerapkan pembelajaran.

Yusri Panggabean, dkk., Strategi, Model, dan Evaluasi, Pembelajaran Kurikulum 2006,
(Bandung : Bina Media Informasi, 2007), h.71.

5. Metode pembelajaran konvensional membuat siswa menjadi kurang aktif


dan pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered).
6. Model pembelajaran yang dapat memfasilitasi pengembangan keaktifan
dan kreativitas siswa masih belum banyak digunakan dan kurang dikenal
oleh para pendidik.
7. Guru belum memposisikan dirinya sebagai model dan fasilitator bagi
siswa.
C. Pembatasan Masalah
Pembahasan dalam skripsi ini dibatasi pada pengaruh model pembelajaran
reciprocal teaching (pengajaran berbalik) terhadap hasil belajar biologi siswa
pada konsep Protista. Permasalahan difokuskan pada ranah kognitif yaitu hasil
belajar biologi siswa. Ranah psikomotorik pada kelas eksperimen turut
diperhatikan sebagai data sekunder atau data pendukung berupa kemampuan
berkomunikasi siswa selama pembelajaran.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh model reciprocal teaching
terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista?
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan
khususnya dalam bidang pengajaran dan pembelajaran. Model pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
guru dalam mengembangkan proses pembelajaran di sekolah. Siswa diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan cara belajar mandiri. Siswa juga
diharapkan dapat berdiskusi, berkomunikasi maupun melakukan tanya jawab
dengan baik bila ada hal yang kurang dimengerti. Peneliti juga berharap penelitian
ini dapat memotivasi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan.

BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa


perkembangan kognitif merupakan suatu proses, anak secara aktif membangun
sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi
mereka. 1 Pemahaman konstruktivisme bertolak belakang dengan pandangan lama
yang menganggap siswa tidak tahu apa-apa atau tidak memiliki pengetahuan awal.
Konstruktivisme memandang siswa sebagai individu yang tengah mengalami fase
perkembangan kognitif dari mulai bayi telah memiliki suatu pemikiran atau
pengetahuan awal sebagai dasar pengetahuannya yang disebut prior knowledge.
Konstruktivis berasal dari kata construction yang berarti membentuk atau
membangun.2 Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan belajar yang
menekankan peran siswa dalam membentuk pengetahuan mereka, guru tidak
hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa sendiri
harus turut membangun pengetahuan dalam benaknya. Guru memberikan
kemudahan dalam proses ini dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, atau dengan kata lain
membangun

pemahaman

melalui

pengetahuan

yang

dimiliki.3

Karena

pengetahuan itu sendiri bukan hanya seperangkat konsep, fakta, atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat, melainkan hasil konstruksi manusia melalui
interaksi dengan obyek, pengalaman, dan lingkungan. 4
Titik fokus yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah
penekanan pada siswa dalam proses belajar. Guru berperan sebagai mediator dan
1

2
3

Haris, Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching).


Tersedia On Line: http://man2barabai.blogspot.com/2008/02/makalah-kimia/ html. diakses 20
Januari 2009.
Ibid.
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta, Prestasi
Pustaka Publisher, 2007), h. 13.
Suwarna, dkk., Pengajaran Mikro, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 120.

fasilitator yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik. 5
Konstruktrivisme, sebagai teori perkembangan dari berbagai teori psikologi
kognitif, memandang bahwa siswalah yang harus aktif mengembangkan
pengetahuannya, bukan guru atau orang lain. Pembelajaran harus dikemas
menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses
pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan
aktifnya.6
Siswa belajar dengan cara mengkonstruksi pengetahuan dan
pemahamannya melalui suatu pengalaman dan memikirkan kejadian
tersebut. Siswa memadukan antara yang telah diketahuinya dengan apa
yang baru di alaminya. Pemahaman dimaknai sebagai proses
pembentukan pengetahuan dengan memadukan apa yang telah
diketahuinya dan apa yang baru diterimanya. 7
Keaktifan dan kreativitas siswa akan membantunya untuk mandiri
membentuk pengetahuan, sedangkan guru berperan sebagai mediator dan
fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa dapat berjalan dengan baik.
Paradigma pembelajaran konstruktivisme memandang bahwa guru
menyajikan persoalan dan mendorong (encourage) siswa untuk mengidentifikasi,
mengeksplorasi, berhipotesis, menggeneralisasi, dan inkuiri dengan cara mereka
sendiri

untuk

menyelesaikan

persoalan

yang

disajikan.8

Pembelajaran

konstruktivisme membuat jenis komunikasi yang dilakukan antara guru-siswa


lebih bersifat negosiasi sehingga peran guru sebagai fasilitator terwujud. Kondisi
tersebut membuat suasana menjadi kondusif, siswa belajar mengkonstruksi
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya dengan pemaknaan yang lebih
baik. Siswa membangun sendiri konsep atau struktur materi yang dipelajarinya,
tidak melalui pemberitahuan oleh guru sebelumnya. Siswa tidak lagi menerima
paket-paket konsep atau aturan yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa
5

6
7

Djunaedatul Munawaroh dan Siti Khadijah, Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme, dalam


Jurnal Didaktika Islamika, Vol. IX No.2, Desember, 2008. h 191.
Suwarna, dkk., Op. Cit, h.121.
Retno Widyaningrum, Model Pembelajaran Konstruktivistik pada Matematika, dalam jurnal
Cendekia, Vol.6 No.2, 2008. h. 208.
Erman Suherman, Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. Tersedia
on line: http://peta konsep anak bangsa.blogspot.com/2008/04.html. di akses 20 Januari 2009.

sendiri yang mengemasnya. Mungkin saja kemasannya tidak akurat, siswa yang
satu dengan siswa lainnya berbeda, atau mungkin terjadi kesalahan, di sini guru
memberikan bantuan dan arahan sebagai fasilitator dan pembimbing. Peran guru
sebagai fasilitator adalah memfasilitasi proses pembelajaran yang berlangsung di
kelas. Guru membantu dan mengarahkan murid untuk melakukan sendiri aktivitas
pembelajaran.9Hal
pembelajaran,

dan

inilah

yang

memang

disebut

dengan

pembelajaran

konstruktivisme

pada

hakikatnya

dalam
adalah

konstruksivisme, karena pembelajaran adalah aktivitas siswa yang sifatnya


proaktif dan reaktif dalam membangun pengetahuan.
Pendekatan belajar konstruktivis memiliki beberapa prinsip dasar
(Rustana, 2001) sebagai berikut:
1. Pengetahuan awal/dasar (Prior Knowledge)
Ausubel menyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
proses belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa. 10 Prior knowledge ini
juga dikenal sebagai konsepsi awal atau kerangka acuan alternatif siswa yang
memegang peran penting sebagai basis pengetahuan dalam proses perubahan
konseptual (conceptual-change process) dari konsepsi awal menjadi konsep yang
dapat diterima secara ilmiah. Dengan memiliki pengetahuan awal, siswa dapat
mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasanya sendiri
dan dapat berbagi gagasan dengan temannya dalam proses pembelajaran. 11
2. Pembentukan pengetahuan (Knowledge construction)
Proses pembentukan pengetahuan (knowledge construction) dalam
perspektif konstruktivis diturunkan berdasarkan formula Piaget dari dua proses
kognitif (asimilasi dan akomodasi) yang berada di bawah kontrol pikiran. 12 Van
9

Adi W. Gunawan, Genius learning Strategy, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h.165.
Haris, Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching).
Tersedia On Line: http://man2barabai.blogspot.com/2008/02/makalah-kimia/ html. di akses 20
Januari 2009.
11
Nuryani Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, ( Malang: Penerbit Universitas
Negeri Malang, 2005), h. 171.
12
Haris, Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching),
Op.Cit.
10

10

Glasserfeld lebih jauh mengemukakan bahwa dalam proses asimilasi suatu


organisme menyerap data dalam lingkungannya dan menggabungkannya dalam
struktur kognitif yang telah ada melalui aktivitas fisik ataupun mental. Struktur
kognitif ini kemudian secara efektif digunakan untuk berbagai tujuan penyesuaian
dan diintegrasi dengan akomodasi. Pada tahap ini, seleksi pengetahuan terjadi.
Pengetahuan ini akan terseleksi bila dipandang sesuai dengan pengalaman
individu tersebut, atau disebut juga sebagai viable.
3. Perubahan konseptual (Conceptual-change process)
Proses perubahan konseptual (conceptual-change process) merupakan
sebuah proses di mana siswa dituntut untuk mengemukakan pengetahuan awal
(konsepsi) yang mereka peroleh berdasarkan pengalaman kesehariannya, memberi
alasan dan berargumentasi ketika dihadapkan pada konsep yang ditawarkan,
menganalisis konsep tersebut, serta menarik kesimpulan yang dijadikan sebagai
konsep akhir yang dapat diterima secara pribadi maupun ilmiah, meskipun tetap
bersifat tentatif atau dengan kata lain konsep tersebut masih dapat tergeser oleh
konsep lain yang lebih dapat diterima.13 Konsep yang baru tidak begitu saja
ditambahkan pada konsep yang telah ada untuk membangun perubahan
konseptual, melainkan saling berinteraksi terlebih dahulu dalam proses transmisi
yang melibatkan daya interpretasi siswa.14
Penjelasan tentang pembelajaran konstruktivisme memberikan gambaran
tentang proses pembelajaran bermakna (meaningful learning) di mana siswa
mengkonstruk sendiri pemahaman dari pengetahuan yang telah dimiliki dan yang
baru didapatkannya untuk kemudian diproses dalam pikirannya melalui daya
interpretasi siswa. Dari proses tersebut didapatkan perubahan konseptual yang
dapat diterima secara ilmiah. Proses untuk mendapatkan pemahaman beserta
perubahan konseptual tersebut tidak terlepas dari berbagai komponen terkait
seperti lingkungan belajar, kondisi siswa, pengarahan guru, interaksi dan
kerjasama antar siswa, serta daya interpretasi dan imajinatif siswa.

13
14

Ibid.
Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, (Yogyakarta : Kanisius, 2007), h. 22.

11

2. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching


a. Reciprocal Teaching (Pengajaran Berbalik)
Model pembelajaran reciprocal teaching dikembangkan oleh Anna Marie
Palincsar dan Ann Brown untuk mengajar siswa strategi-strategi kognitif serta
untuk

membantu

mereka

memahami

bacaan.

Palincsar

dan

Brown

mengidentifikasi empat strategi dalam reciprocal teaching untuk meningkatkan


kemampuan membaca siswa yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan,
memprediksi pemecahan masalah/soal, dan mengklarifikasikan istilah-istilah yang
sulit dipahami.15
Reciprocal teaching memiliki tiga komponen utama yaitu strategi
membaca, dialog antara guru dengan siswa maupun antara sesama siswa, dan
pengalihan tanggungjawab pembelajaran dari guru ke siswa. 16 Karena itu
pelaksanaan reciprocal teaching dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil.
Palincsar dan Brown menyatakan bahwa Reciprocal teaching is an
instructional strategy based on modeling and guided practice, in which the
instructor first models a set of reading comprehension strategies and then
gradually cedes responsibility for these strategies to the students

17

Bila diterjemahkan berarti Reciprocal teaching adalah aktivitas


pembelajaran berdasarkan pemodelan dan latihan terbimbing dengan guru yang
berperan sebagai model dan pembimbing pada awal pembelajaran lalu secara
berangsur-angsur tanggungjawab belajar diambil alih oleh siswa.
Reciprocal Teaching adalah model pembelajaran yang mengharuskan
siswa belajar mandiri, memperoleh pengetahuan dengan caranya sendiri dan tidak
terlalu bergantung pada penjelasan guru.18 Pada dasarnya pembelajaran resiprokal

15

Daniel M. Rosyid dan Ibrahim Muslimin, Reciprocal Teaching. Tersedia on line: http://
supraptojielwongsolo. wordpress.com/ 2008_09_01_archive.html. di akses 20 Januari 2009.
16
Peter E. Doolittle, dkk., Reciprocal Teaching for Reading Comprehension in Higher Education:
A Strategy for Fostering the Deeper Understanding of Texts, International Journal of Teaching
and Learning in Higher Education, volume 17, 2006, h.106. Tersedia on line : http: //www.
isetl.org/. di akses 31 Desember 2009.
17
Ibid, h. 106.
18
Lidjin Aulia, Pengaruh Reciprocal Teaching terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada
Konsep Pencemaran Lingkungan, Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung, 2008: Tidak
diterbitkan. h. 12.

12

menekankan pada siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk
sedemikian rupa agar setiap anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman
dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar
pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya. Dengan demikian kegiatan
pertukaran informasi materi terjadi antar sesama siswa dengan empat strategi yang
dilakukan dalam kelompok diskusi.
Reciprocal teaching is characterized as a dialogue taking place
between the teacher and student that results in students learning how to construct
meaning when they are placed in must read situation19
Bila diterjemahkan berarti Reciprocal teaching menekankan dialog
antara guru dengan siswa atau antara sesama siswa dalam kelompok belajar.
Dialog yang dilakukan bertujuan untuk mengkonstruksi pemahaman siswa
Salah satu dasar model pembelajaran reciprocal teaching adalah teori
sosial Vygotsky yaitu dialog dalam suatu interaksi sosial sebagai dasar pokok
dalam proses pembentukan pengetahuan. Menurut Vygotsky, berpikir keras dan
mendiskusikan hasil pemikirannya dapat membantu proses klarifikasi dan revisi
dalam berpikir pada saat belajar. 20
Pada saat dialog dalam kelompok siswa berperan sebagai pengajar
menggantikan peran guru untuk mengajar teman-temannya. Sementara itu guru
lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi
kemudahan, dan pembimbing yang melakukan scaffolding.
Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu
kepada orang yang kurang atau belum tahu (misalnya guru kepada siswa atau
siswa yang pandai dengan siswa lain yang kurang pandai). Bimbingan yang
diberikan pada tahap awal dilakukan secara ketat, kemudian secara berangsurangsur tanggung jawab belajar diambil alih oleh siswa yang belajar. Dengan
scaffolding diharapkan kemampuan aktual siswa, yaitu kemampuan yang mampu

19

Carolyn J. Carter dan Diane F. Fekete, Reciprocal Teaching: The Aplication of a Reading
Improvement Strategy on Urban Students in Highland Park, Tersedia on line: http://unesdoc
.unesco.org/ images/ 0012/ 001247/124762e.pdf. di akses 31 Desember 2009.
20
Farida Nurhasanah, Reciprocal Teaching, Tersedia on line : http://digilib.unej.ac.id/print.php. di
akses 23 Mei 2009.

13

dicapai oleh siswa dengan belajar sendiri dapat berkembang lebih tinggi dan lebih
baik sehingga dicapai kemampuan potensialnya.
Dengan demikian proses pembelajaran reciprocal teaching mengubah
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centered). Hal ini merupakan komponen
penting dalam proses reciprocal teaching.21
Dari berbagai definisi di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa
dengan

menggunakan

model

pembelajaran

reciprocal

teaching

proses

pembelajaran yang terjadi berpusat pada siswa (student centered), model ini
sesuai untuk melatih kemandirian siswa dalam menemukan dan mengembangkan
pengetahuannya, dan juga menuntut siswa untuk mampu menjelaskan wacana
yang dibaca secara mandiri kepada teman-temannya baik dalam bentuk
rangkuman, pertanyaan, atau prediksi wacana tersebut.
Prosedur pengajaran berbalik dilakukan pertama-tama dengan guru
menugaskan siswa membaca bacaan dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian
guru memodelkan empat keterampilan (merangkum bacaan, mengajukan
pertanyaan yang bisa diajukan, memprediksi pemecahan masalah/soal dan
mengklarifikasi hal-hal yang sulit, berat ataupun salah).22 Selanjutnya siswa
bergantian

menjadi

pengajar

dalam

kelompoknya,

menyampaikan

pemahamannya kepada teman kelompoknya, dan guru beralih peran sebagai


fasilitator, mediator, pelatih, pemberi dukungan serta umpan balik bagi siswa. 23
b. Tahapan kegiatan Pengajaran Berbalik (Reciprocal Teaching)
1) Prosedur Awal
Prosedur awal pengajaran berbalik adalah guru memperagakan semua
langkah pembelajaran berbalik, lalu membagi kelompok siswa sebanyak 5 orang
dalam satu kelompok. Siswa diminta melakukan langkah-langkah reciprocal
bersama teman-teman dalam kelompoknya.

21

Peter E. Doolittle, dkk., Op. Cit. h.107.


Mohamad Nur, Strategi-Strategi Belajar, (Surabaya : Unesa Press, 2000), h. 49.
23
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi
Pustaka, 2007), h.97.
22

14

Guru kelas melakukan scaffolding, di antaranya bertindak sebagai


anggota kelompok membantu siswa yang mengalami kesulitan pada langkahlangkah tertentu. Pendekatan dialogis antara guru dengan siswa ataupun siswa
dengan siswa perlu ditekankan. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dialog
yang baik serta teliti dan peka dalam mengamati siswanya pada saat menjalani
proses pembelajaran reciprocal. Misalnya pada saat berlangsungnya pembelajaran
reciprocal ada saja siswa yang memiliki kecenderungan diam, maka guru harus
melakukan teknik scaffolding untuk membangkitkan keaktifan siswa, di antaranya
dengan cara mengarahkan, memberitahu, dan meyakinkan siswa tersebut untuk
turut aktif dalam diskusi kelompoknya, tidak perlu ragu dan takut untuk
mengungkapkan pendapatnya.
2) Prosedur Harian
Siswa tidak hanya dituntut menguasai keterampilan kognitif saja pada
saat pembelajaran Biologi sebagai sains, tetapi juga diharapkan dapat menerapkan
pembelajaran yang bermakna, terutama pada saat pelaksanaan proses IPA yang
akhirnya menghasilkan produk IPA. Melalui pendekatan reciprocal teaching,
dalam pembelajaran biologi siswa dituntut untuk bisa melakukan keterampilan
merangkum, menjelaskan, membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi,
memprediksi pemecahan masalah/soal yang diberikan, dan mengklarifikasi hal
yang sulit dipahami dari materi.
Reciprocal teaching sebagai model pembelajaran belum biasa dilakukan
guru, siswa juga belum akrab dengan model ini, karena itu bila guru ingin
menggunakan model ini dalam pembelajaran harus memperkenalkannya terlebih
dahulu kepada siswa. Guru perlu menjadi model terlebih dahulu dengan menjadi
pengajar pertama dengan tujuan memberikan contoh bagaimana melakukan
empat keterampilan dasar resiprokal. Setelah itu, pada saat diskusi kelompok tiba
giliran siswa untuk menjadi pengajar dalam kelompoknya. Pengajar di sini
maksudnya adalah yang menyampaikan pemahaman pada teman kelompoknya
saat diskusi, jadi siapapun dalam kelompok dapat bergiliran menjadi
guru/pengajar

dengan

cara

menyampaikan

pemahamannya

pada

teman

kelompoknya tentang materi yang sedang dibahas. Sebelumnya siswa telah dibagi

15

ke dalam kelompok-kelompok diskusi kecil, dibagikan LKS untuk dikerjakan, dan


rangkuman materi untuk dibahas guna menyelesaikan soal LKS. Masing-masing
anggota kelompok tersebut lalu mendiskusikan, merangkum, membuat pertanyaan
dan bergiliran berperan sebagai guru selama kegiatan membaca dalam kelompok
atau dengan kata lain berdiskusi untuk mencari pemecahan soal LKS.
3. Hakikat Hasil Belajar
a. Definisi Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku. Beberapa ahli
mendefinisikan belajar sesuai dengan aliran filsafat yang dianutnya. Menurut
Skinner belajar adalah suatu perilaku, sedangkan menurut Gagne belajar
merupakan suatu kegiatan yang kompleks, dengan belajar seseorang memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.24
Ernest ER. Hilgrad mendefinisikan belajar sebagai suatu tindakan yang
dilakukan seseorang dengan cara latihan-latihan sehingga seseorang tersebut
mengalami perubahan.25
Menurut Reber definisi belajar dibatasi dengan dua macam definisi.
Pertama, belajar adalah The Process of Acquiring Knowledge, yakni proses
memperoleh pengetahuan. Kedua, A relatively permanent change in respons
potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. 26
Jadi menurut Reber belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan,
memperoleh kemampuan yang bersifat tetap sebagai hasil dari latihan-latihan
yang berkesinambungan.
Belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang selama
menjalani kehidupan, kompleks, berkesinambungan dan saling terkait antar
pengalaman satu dengan pengalaman lainnya.
24

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 9-10.
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), h. 4.
26
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2008), h. 91.
25

16

Cronbach menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku


sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Cronbach belajar yang baik melibatkan
seluruh panca indra, dengan kata lain belajar adalah suatu proses mengamati,
membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.27
Menurut Good dan Brophy dalam bukunya Educational Psychology: A
Realistic Approaach mengemukakan arti belajar dengan kata-kata Learning is
the development of new associations as a result of experience yang berarti
belajar adalah suatu proses internal, tidak dapat dilihat secara empiris, dan terjadi
dalam diri seseorang yang sedang mengalami proses belajar. 28
Menurut Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilaisikap.29
Degeng menyatakan bahwa belajar merupakan pengaitan pengetahuan
baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki pembelajar. Pembelajar akan
menghubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya
kemudian menghubungkan pengetahuan tersebut dengan pengetahuan yang
baru.30 Pandangan Degeng tersebut mengacu pada asas konstruktivisme dalam
pembelajaran. Dengan kata lain, menurut degeng belajar adalah suatu proses
untuk mengubah performansi seseorang yang tidak terbatas pada keterampilan,
tetapi juga meliputi fungsi-fungsi skill, persepsi, proses berpikir, emosi yang
semuanya saling terkait menghasilkan perbaikan performansi seseorang.
Dari berbagai pengertian belajar menurut beberapa ahli yang telah
dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh individu melalui latihan dan pengalaman yang menghasilkan
perubahan intelektual serta tingkah laku.
Menurut Piaget, intelektual seseorang mengalami perubahan melalui
beberapa fase perkembangan intelektual yaitu fase sensori-motori (usia 0-2
27

Yatim Riyanto, Op. Cit, h. 5.


Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 85.
29
Yatim Riyanto, Loc. Cit.
30
Yatim Riyanto, Loc. Cit.
28

17

tahun), fase pra-operasional (2-7 tahun), fase operasional konkret (7-11 tahun),
dan fase operasional formal (11 tahun ke atas).31 Pada fase sensori-motori anak
mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan
perabaan. Dengan kata lain anak belajar mengenal lingkungan di sekitarnya
dengan panca inderanya. Fase pra-operasional anak telah mampu menggunakan
simbol, bahasa, serta konsep sederhana. Pada tahap fase operasional konkret anak
mulai dapat mengembangkan pikiran logis. Dan pada tahap operasi formal anak
dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa.
Perubahan tingkah laku mencakup seluruh aspek tingkah laku,

jika

seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami keterampilan,


pengetahuan, dan sebagainya. 32
b. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran merupakan tujuan konkret
yang ingin dicapai oleh semua pemeran dunia pendidikan. Untuk mencapai tujuan
ini banyak faktor yang mempengaruhi yang terdapat selama pelaksanaan proses
pembelajaran, di antaranya adalah dengan menggunakan model, strategi, dan
metode pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran. Semakin tepat
pemilihan metode atau model pembelajaran pada suatu kondisi diharapkan hasil
belajar yang dicapaipun semakin baik.
Hasil belajar yang baik di dapat melalui proses pembelajaran yang
bermakna. Proses pembelajaran yang bermakna salah satunya dapat diperoleh
melalui mekanisme diskusi. Diskusi dalam proses belajar mengajar dikelas dapat
mendukung tercapainya pembelajaran bermakna, karena mekanisme diskusi
memungkinkan siswa terbiasa mengemukakan pendapat secara argumentatif dan
dapat mengkaji dirinya, apakah hal yang telah diketahuinya itu benar atau tidak.
Dalam diskusi siswa dapat berkomunikasi dengan sesama siswa untuk
menggali

pemahamannya.

Mendiskusikan

suatu

konsep

pelajaran

turut

meningkatkan intelektualitas siswa. Pembelajaran dalam bentuk diskusi biasanya


31
32

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 13-14.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 121123.

18

terjadi dalam kelompok-kelompok kecil, siswa berdiskusi dengan teman dalam


kelompoknya. Dalam kelompok belajar terdapat proses komunikasi berupa
pertukaran informasi dua arah, setiap anggota dalam kelompok belajar dapat
berperan sebagai sumber (source) maupun penerima (receiver) informasi.33
Katherine Adams (2001) mengungkapkan bahwa kelompok biasanya
merupakan sarana pemecah masalah yang lebih baik daripada individu
perorangan, kelompok lebih memiliki akses ke banyak informasi daripada yang
dimiliki seorang individu, dapat melihat kelemahan dan bias dalam pemikiran satu
sama lain, dan kemudian berpikir mengenai hal yang mungkin gagal
dipertimbangkan oleh seorang individu.34 Karena itu kelompok belajar atau
kelompok diskusi kelas dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
Menurut Vygotsky, siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari
pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Faktor sosial sangat penting
artinya bagi perkembangan fungsi mental, lebih tinggi untuk pengembangan
konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan.35 Semuanya saling
berkesinambungan menghasilkan hasil belajar siswa yang baik.
Pengertian hasil belajar itu sendiri banyak dikemukakan oleh para pakar
pendidikan. Hasil belajar menurut Agus Suprijono merupakan pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. 36
Hasil Belajar menurut Skinner merupakan respon (tingkah laku) yang
baru. Gagne (1977) berpendapat belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulasi dari lingkungan menjadi beberapa tahapan pengolahan
informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapabilitas yang baru. Kapabilitas
inilah yang disebut hasil belajar. Ini berarti bahwa belajar itu menghasilkan
berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan, sikap,

33

Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 101.


Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h. 278.
35
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2007), h.26 - 27.
36
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasinya, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2009), h. 5-6.
34

19

keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai. Berbagai tingkah laku yang


berlainan inilah yang disebut kapabilitas hasil belajar.37
Menurut Gagne dan Briggs (1979) ada lima kategori kapabilitas hasil
belajar, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
keterampilan motorik dan sikap.38
Informasi verbal merupakan kemampuan menuangkan pikiran dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan intelektual yaitu
kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang yang dimiliki seseorang
untuk membedakan, mengabstraksikan suatu objek, menghubung-hubungkan
konsep sehingga dapat menghasilkan suatu pengertian, dan memecahkan suatu
percobaan. Sedangkan yang dimaksud dengan strategi kognitif yaitu kemampuan
seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Keterampilan motorik
yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan serangkaian gerakan jasmani dan
badan secara terpadu dan terkoordinasi. Sikap yaitu kemampuan yang dimiliki
seseorang berupa kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek
berdasarkan penilaian atas objek tersebut. 39
Hasil belajar dalam dunia pendidikan saat ini lebih dikenal dengan
taksonomi Bloom, yang dimaksud taksonomi ini adalah cara mengklasifikasikan
hal-hal yang kompleks, maksudnya mengklasifikasikan secara bertingkat, dari
kemampuan yang paling sederhana sampai yang paling rumit.
Kompetensi belajar dalam taksonomi Bloom dibagi menjadi tiga domain
(ranah atau kawasan) yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Bloom
mengartikan ranah-ranah ini sebagai kompetensi dasar atau perilaku-perilaku yang
harus dicapai oleh peserta didik dalam cara-cara tertentu, misalnya bagaimana
mereka berfikir (ranah kognitif), bagaimana mereka bersikap dan merasakan
sesuatu (ranah afektif), dan bagaimana mereka berbuat (ranah psikomotorik).
Ketiga ranah kejiwaan tersebut saling terkait erat dan bahkan tidak boleh

37

Nurdin Ibrahim, Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif Untuk Perataan Kualitas Hasil Belajar,
dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 044. Thn ke-9, September 2003, h. 735.
38
Ibid, h. 735.
39
Agus Suprijono, Loc. Cit.

20

diabaikan dalam kegiatan pembelajaran. Muara atau tujuan dari ketiga kompetensi
tersebut mengarah kepada kecakapan hidup siswa (life skill).40
Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau
prinsip yang telah dipelajari, kemampuan intelektual seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berfikir. Ranah afektif berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi. Meliputi minat, sikap, dan nilai yang
ditanamkan melalui proses belajar mengajar. Ranah psikomotorik berisi perilakuperilaku yang menekankan aspek keterampilan fisik (motorik) seperti menulis,
mengetik, menyusun alat-alat percobaan, dan melakukan percobaan.41
Bloom memberi pemetaan ranah kognitif dalam kategori tingkat berpikir.
Ia membagi tingkat berpikir menjadi enam tingkat yakni tingkat berpikir
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluatif. 42
Berbagai macam kompetensi yang dihasilkan oleh ketiga ranah tersebut
merupakan kapabilitas hasil belajar yang didapat oleh siswa melalui proses belajar
yang kontinu dan berkesinambungan.
c. Hasil Belajar Biologi
Hasil belajar

biologi dicapai setelah siswa mengalami proses

pembelajaran biologi. Hasil belajar biologi pada ranah kognitif dapat diperoleh
dari hasil tes tertulis. Pemberian tes dilakukan dengan mengacu pada indikator
dan keterampilan berpikir tertentu.
Biologi merupakan pelajaran sains, pembelajaran biologi diharapkan
dapat berlangsung efektif dan aktif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Untuk menguasai konsep dengan baik siswa mengalami dua macam penyesuaian
yaitu asimilasi (penerapan konsep yang dimiliki pada situasi baru) dan akomodasi
(mengubah konsep yang lama berdasarkan situasi baru). Keseimbangan antara

40

Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), h. 13.
41
Ibid, h. 14.
42
Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas Yang Dinamis, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h. 89.

21

asimilasi dan akomodasi diperlukan untuk mengembangkan penalaran dan


pengetahuan siswa, memantapkan penguasaan siswa dalam belajar konsep. 43
Dalam belajar biologi ketiga ranah taksonomi bloom tidak dapat
dipisahkan karena saling mendukung untuk mencapai keberhasilan pembelajaran.
Keterampilan proses juga perlu dikembangkan agar pengalaman belajar siswa
semakin kompleks yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Semakin aktif siswa secara intelektual, manual dan sosial akan semakin
memberi makna pada pengalaman belajar siswa.
IPA sendiri, menurut Hugerford dkk (1990), dibagi menjadi dua elemen
yaitu proses dan produk. IPA sebagai proses difokuskan pada cara yang
digunakan untuk memperoleh produk IPA, prosesnya terdiri dari mengamati,
menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, memprediksi, mengkomunikasikan,
dan sebagainya. Dengan menggunakan proses tersebut para ilmuwan memperoleh
penemuan-penemuan berupa fakta, konsep, dan teori. Penemuan-penemuan inilah
yang disebut sebagai produk. 44Oleh karena itu dalam pembelajaran IPA tidak
cukup bila hanya ditekankan pada penyampaian produk, konsep dan teori IPA
saja, melainkan juga perlu adanya penyampaian proses IPA.
Pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran sains lebih
menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan

hasilnya. 45Namun

dalam

pelaksanaannya

jenis-jenis

keterampilan proses dalam KPS dapat dikembangkan secara terpisah-pisah,


bergantung pada metode yang digunakan.46
Berdasarkan pendapat tersebut perlu digarisbawahi bahwa dalam
penelitian ini tidak digunakan metode praktikum atau percobaan untuk
mendapatkan data empiris, melainkan

hanya menggunakan metode diskusi

berdasarkan model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran


reciprocal teaching. Adapun jenis keterampilan proses yang digunakan adalah
43

Nuryani Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang : UM Press, 2005), h. 33.
Ahmad Sofyan, Perilaku Belajar Biologi Siswa MAN dalam Didaktika Islamika, jurnal
kependidikan, keislaman dan kebudayaan, Vol IV No.1 Juni 2003.
45
Singgih Trihastuti dan Yoko Rimy, Pembelajaran Keterampilan Proses, Inquiry dan Discovery
Learning, Tersedia on line: http://umifatmawati.blog.uns.ac.id/. diakses 24 Oktober 2009.
46
Nuryani Rustaman, dkk., Op. Cit, h. 78

44

22

keterampilan proses yang dapat diselaraskan dengan metode tersebut yaitu


keterampilan

mengklasifikasi,

keterampilan

berkomunikasi

(meliputi

mengkomunikasikan pemahaman dengan gambar dan tabel), serta keterampilan


penerapan konsep. Tujuannya agar penguasaan konsep siswa dapat tercapai dan
hasil belajar siswa meningkat.
Seperti

yang

telah

dijelaskan

dalam

bab

pendahuluan

bahwa

pembelajaran IPA membutuhkan keaktifan siswa baik dalam berdialog,


melakukan diskusi maupun melakukan percobaan-percobaan demi terciptanya
pemahaman IPA. Semua itu tidak terlepas dari kemampuan siswa dalam
berkomunikasi,

dapat

dikatakan

kemampuan

komunikasi

siswa

dapat

mempengaruhi dan membantu tercapainya kreatifitas siswa dalam berpikir yang


nantinya diharapkan turut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:47
a. Faktor internal siswa, yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
b. Faktor eksternal siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran.
Menurut Ngalim Purwanto faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor individual dan sosial. 48
a. Faktor Individual, terdiri atas:
1) Faktor kematangan/individual, mengajarkan sesuatu harus sesuai
dengan taraf perkembangan anak, baik perkembangan fisik
maupun mental. Mengajarkan suatu hal baru dapat berhasil jika
taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya. Potensi-

47
48

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Tangerang: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 130.
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 102-105.

23

potensi jasmani dan rohani anak telah matang untuk belajar suatu
hal.
2) Kecerdasan, seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan baik dan
berhasil dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasannya.
3) Latihan, karena sering latihan dan mengulang sesuatu maka
kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki anak semakin dikuasai
dan mendalam. Tanpa latihan pengalaman-pengalaman belajar
yang dimilki anak dapat menjadi hilang atau berkurang.
4) Motivasi, merupakan pendorong bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu. Seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu dengan
sebaik-baiknya jika ia memiliki motivasi dan mengetahui betapa
penting hasil yang akan dicapai dari belajarnya bagi dirinya.
5) Faktor pribadi, atau sifat pribadi seseorang seperti keras hati,
berkemauan keras, tekun dalam segala usaha, rajin, dan
sebagainya,

turut

mempengaruhi

sampai dimanakah

hasil

belajarnya dapat tercapai.


b. Faktor Sosial, terdiri atas:
1) Faktor keluarga, suasana dan keadaan keluarga turut menentukan
bagaimana dan sampai di mana belajar dialami dan dicapai oleh
anak didik.
2) Guru dan cara mengajarnya, bagaimana sikap dan kepribadian
guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan
bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan kepada anak-anak
didiknya turut menentukan hasil belajar yang dicapai anak.
3) Alat-alat pembelajaran, sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan
perlengkapan pembelajaran akan mempermudah dan mempercepat
belajar anak didik.
4) Lingkungan dan kesempatan yang tersedia, seperti keadaan dan
kondisi lingkungan, baik buruknya lingkungan, serta waktu atau
kesempatan yang tersedia bagi anak didik turut mempengaruhi
belajar anak didik.

24

5) Motivasi sosial, motivasi yang diberikan oleh orang lain di sekitar


anak didik, seperti orang tua, saudara, dan teman.
5. Prinsip Prinsip Belajar
Prinsip belajar adalah konsep-konsep ataupun asas (kaidah dasar) yang
harus diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Prinsip-prinsip belajar adalah
landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi proses belajar sehingga
tercipta proses belajar yang dinamis dan terarah. 49
Prinsip belajar banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan, di
antaranya adalah prinsip belajar menurut Gestalt, serta prinsip belajar menurut
Dimyati dan Mudjiono yang relatif berlaku umum.50
Prinsip belajar menurut Gestalt di antaranya yaitu:
1) Belajar berdasarkan keseluruhan
2) Belajar adalah proses perkembangan
3) Siswa sebagai organisme keseluruhan
4) Terjadi transfer dalam belajar
5) Belajar berlangsung terus menerus
Prinsip belajar menurut Dimyati dan Mudjiono di antaranya yaitu:
1) Perhatian dan Motivasi
2) Keaktifan
3) Keterlibatan Langsung/Pengalaman
4) Pengulangan
5) Tantangan
6) Balikan dan Penguatan
7) Perbedaan Individual
6. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini dilaksanakan dengan merujuk dari beberapa hasil penelitian
pendidikan yang relevan, di antaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Hartini, Pendidikan Matematika, FITK UIN Syarif Hidayatullah, tahun akademik
49

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), h. 62
50
Ibid, h. 72.

25

2007, penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pengajaran


berbalik pada pokok bahasan segitiga ternyata dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa dan hasilnya lebih baik dibandingkan dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional.51
Penelitian yang dilakukan oleh Hadiana Rosida, Pendidikan Fisika,
FPMIPA UPI Bandung, 2007, menunjukkan bahwa model pembelajaran
reciprocal teaching dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa dalam ketiga
ranah taksonomi Bloom yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.52
Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh Evi Nurmiyanti,
Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Bandung, 2008, menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan kemampuan berkomunikasi siswa yang signifikan pada setiap
siklusnya dengan penerapan model pembelajaran reciprocal teaching.53
Penelitian yang dilakukan oleh Cucu Herawati, Pendidikan Matematika,
FPMIPA UPI Bandung, 2006, menunjukkan bahwa model pembelajaran
reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada
pembelajaran matematika.54
Penelitian yang dilakukan oleh Lidjin Aulia, Pendidikan Biologi,
FPMIPA UPI Bandung, 2008, menunjukkan bahwa model pembelajaran
reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada
konsep pencemaran lingkungan. 55

51

Hartini, Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Matematika Siswa, Skripsi jurusan Pendidikan Matematika, FITK UIN Syarif Hidayatullah,
2007. Tidak diterbitkan.
52
Hadiana Rosida, Pengembangan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching untuk
Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Fisika di SMA, Skripsi jurusan Pendidikan Fisika,
FPMIPA UPI Bandung, 2007. Tidak diterbitkan.
53
Evi Nurmiyanti , Upaya Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Siswa pada Pembelajaran
Fisika melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching), Skripsi jurusan
Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Bandung, 2008. Tidak diterbitkan.
54
Cucu Herawati, Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Reciprocal Teaching dalam
Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP, Skripsi jurusan Pendidikan
Matematika, FPMIPA UPI Bandung, 2006. Tidak diterbitkan.
55
Lidjin Aulia, Pengaruh Model Reciprocal Teaching terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
pada Konsep Pencemaran Lingkungan, Skripsi jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI
Bandung, 2008. Tidak diterbitkan.

26

Penelitian yang dilakukan oleh Cahya Irawan, Pendidikan Biologi,


FPMIPA UPI Bandung, 2005, menunjukkan bahwa pembelajaran reciprocal
teaching kurang efektif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. 56
B. Kerangka Pikir
Bahan kajian protista merupakan bahan kajian yang terdapat dalam
pembelajaran biologi. Protista adalah makhluk hidup eukariot atau uniseluler yang
sudah memiliki ciri-ciri seperti hewan, tumbuhan, maupun jamur. Perlu berbagai
sumber untuk mempelajarinya beserta gambar-gambar yang mencerminkan
struktur dan cara hidup protista. Materi ini cukup sukar dan banyak siswa yang
masih sulit memahaminya. Sifatnya pun cenderung hafalan dan pemahaman
berdasarkan materi yang abstrak, sedangkan materi yang abstrak cenderung sulit
dipahami siswa karena obyeknya tidak dapat dilihat langsung. Selain menghafal
siswa

juga

dituntut

untuk

dapat

menjelaskan,

menganalisis

dan

mengkomunikasikan pemahamannya tentang protista. Dengan begitu diharapkan


penguasaan konsep siswa dapat tercapai yang nantinya akan meningkatkan hasil
belajar siswa.
Untuk mewujudkan hasil belajar siswa yang baik diperlukan penerapan
model pembelajaran yang berbeda yang dapat menciptakan proses pembelajaran
efektif. Karena apabila siswa dapat belajar secara efektif dan bermakna dengan
rekonstruksi pemahaman maka diharapkan hasil belajarnya dapat meningkat.
Selain model pembelajaran yang berbeda, peran semua pihak yang terkait juga
dibutuhkan, seperti guru yang komunikatif dalam memberikan bimbingan, arahan
dan penjelasan materi serta siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi.
Model pembelajaran yang digunakan adalah model belajar yang
interaktif, menarik, dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu
model reciprocal teaching. Model pembelajaran ini menuntut keaktifan dan
semangat belajar siswa, sedangkan guru lebih berperan menjadi fasilitator bagi

56

Cahya Irawan, Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Reciprocal Teaching terhadap


Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Keanekaragaman Hewan, Skripsi jurusan
Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI Bandung, 2005. Tidak diterbitkan.

27

siswa. Penerapan model reciprocal teaching merupakan salah satu alternatif untuk
mengalihkan sistem pembelajaran teacher centered menjadi student centered.
Interaksi siswa dalam diskusi juga penting, misalnya siswa diharapkan
dapat menerangkan dan menjelaskan kembali tentang protista uniseluler sesuai
dengan tingkat pemahamannya kepada siswa lain sehingga siswa yang lain itu
dapat memahaminya pula, disini terjadi proses interaksi antar siswa untuk
menggali pemahaman.
Tingkat pemahaman setiap siswa berbeda-beda, saat diskusi berlangsung
adalah saat dimana siswa mengkonstruksi pemahamannya pada materi, disinilah
peran guru sebagai pembimbing sekaligus fasilitator memberi bantuan dan arahan
agar konsep yang dipahami siswa tidak keluar dari basis keilmiahannya. Hal ini
sesuai dengan teori konstruktivisme dimana siswa belajar mengkonstruksi
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya. Siswa membangun sendiri
konsep atau struktur materi yang dipelajarinya, tidak melalui pemberitahuan oleh
guru sepenuhnya. Siswa tidak lagi menerima paket-paket konsep atau aturan yang
telah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri yang mengemasnya. Guru
memberikan bantuan dan arahan (scalffolding) sebagai fasilitator dan pembimbing
apabila konsep yang dikemas siswa tidak akurat atau terjadi kesalahan dan tidak
sesuai dengan nilai ilmiahnya.
Beberapa keterampilan dasar dalam pendekatan KPS juga terkait dalam
usaha

meningkatkan

hasil

belajar

siswa,

seperti

keterampilan

proses

mengklasifikasi, mengkomunikasikan pemahaman dengan tabel dan gambar, serta


penerapan konsep. Seperti yang telah dibahas dalam deskripsi teoritis bahwa
keterampilan-keterampilan dasar dalam KPS dapat dikembangkan secara terpisahpisah bergantung pada metode yang digunakan. Maka dalam penelitian ini
keterampilan dasar KPS yang digunakan hanya sebagian tidak semuanya karena
metode yang digunakan berupa metode diskusi kelompok, jadi keterampilan dasar
yang digunakan adalah keterampilan yang dapat diselaraskan dengan metode
diskusi.
Secara keseluruhan, tugas-tugas dalam LKS reciprocal teaching dibuat
untuk meningkatkan hasil belajar siswa, contohnya seperti siswa disuruh

28

memahami gambar reproduksi protista, lalu siswa menjelaskan pemahamannya


dari gambar tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawaban yang berkaitan
dengan gambar tersebut. Jadi LKS reciprocal secara tidak langsung mendukung
pembelajaran siswa dan melatih siswa agar penguasaan konsep dapat tercapai
sehingga hasil belajar pun meningkat.
Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa jika guru menggunakan
model pembelajaran reciprocal teaching dalam pembelajaran biologi khususnya
pada konsep protista maka hasil belajar siswa dapat meningkat.

29

Materi Sukar,
Siswa pasif

Model Reciprocal
Teaching

Guru komunikatif,
Siswa aktif,
Kohesivitas Kelompok,
Diskusi efektif,
Waktu dan Situasi kondusif.

Konstruktivisme
pemahaman

Keterampilan Proses
Sains (KPS)

Peningkatan Hasil
Belajar Siswa

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

30

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan teoretis dan kerangka pikir yang telah dikemukakan


maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching terhadap
hasil belajar siswa pada konsep protista.
Ha : Terdapat pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching terhadap hasil
belajar siswa pada konsep protista.

31

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
reciprocal teaching terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MAN 2 Bogor, Jl. Raya Pajajaran No.6 Kota
Bogor.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah pada tanggal 5 Oktober 9 November 2009.
C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperimen, yaitu metode eksperimen semu, tidak dapat mengontrol semua
variabel yang mempengaruhi jalannya penelitian.
Desain penelitian yang digunakan berupa Pretest-Posttest Control Group
Design.1 Bentuk desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Pemilihan sampel

Pre test

Perlakuan

Post test

(eksperimen)

O1

O2

(kontrol)

O1

O2

Keterangan :
X

: Perlakuan untuk kelompok siswa yang diajarkan dengan


menggunakan model Reciprocal teaching.

: Perlakuan untuk kelompok siswa yang diajarkan dengan metode


ceramah.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.86.

31

32

O1 : Pretest untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa sebelum diberi


perlakuan.
O2 : Posttest untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa setelah diberi
perlakuan.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (variabel X)
dan variabel terikat (variabel Y). Variabel bebas adalah model pembelajaran
reciprocal teaching (pengajaran berbalik), sedangkan variabel terikat adalah hasil
belajar biologi siswa.
1. Variabel X ( Model Pembelajaran Reciprocal Teaching)
a. Definisi konsep
Reciprocal teaching adalah model pembelajaran yang terdiri dari empat
strategi pemahaman spesifik yaitu merangkum bacaan, mengajukan
pertanyaan,

memprediksi

pemecahan

masalah

soal,

dan

mengklarifikasikan istilah-istilah yang sulit dipahami.


b. Definisi operasional
Reciprocal Teaching adalah model pembelajaran yang mengharuskan
siswa belajar mandiri, memperoleh pengetahuan dengan caranya sendiri
dan tidak terlalu bergantung pada penjelasan guru. Aktivitas pembelajaran
berdasarkan pemodelan dan latihan terbimbing dengan guru yang berperan
sebagai model dan pembimbing pada awal pembelajaran lalu secara
berangsur-angsur tanggungjawab belajar diambil alih oleh siswa. Dalam
penelitian ini, pembelajaran reciprocal teaching akan dilakukan dengan
pengerjaan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara berkelompok. Masingmasing siswa dalam kelompok memiliki tugas yang berbeda (merangkum,
bertanya, memprediksi, dan mengklarifikasi).
2. Variabel Y ( Hasil Belajar Biologi Siswa)
a. Definisi konsep
Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang
dilakukan oleh siswa yang meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif

33

(sikap), dan psikomotorik (keterampilan), setelah berinteraksi dengan


lingkungan luar dalam kondisi pembelajaran.
b. Definisi Operasional
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar
biologi siswa. Hasil belajar biologi siswa adalah hasil yang telah dicapai
siswa setelah melalui proses pembelajaran biologi pada konsep protista.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MAN 2 Bogor
dan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas X MAN 2 Bogor.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah siswa kelas X yang diambil dengan
menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan
atas adanya tujuan tertentu. 2 Tujuan pengambilan sampel dengan
purposive sampling adalah untuk memperoleh dua sampel yang memiliki
ciri-ciri, sifat dan kemampuan yang hampir sama. Hasil dari pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling diperoleh dua kelas yaitu kelas
X-2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-1 sebagai kelas kontrol.
F. Instrumen Penelitian
Hasil belajar biologi siswa dalam penelitian ini dapat diketahui dari
instrumen tes berupa tes essay. Instrumen non tes berupa lembar observasi juga
turut digunakan pada kelas eksperimen untuk melihat kemampuan berkomunikasi
siswa selama pembelajaran.
Tes essay terdiri dari 7 butir soal, diberikan sebelum dan sesudah
pembelajaran pada kedua kelas. Lembar observasi digunakan pada kelas
eksperimen saja. Lembar observasi terdiri dari 10 aspek pengukuran yang
menginterpretasikan keaktifan berkomunikasi siswa selama pembelajaran di kelas

Ibid, h.139.

34

eksperimen. Penyusunan aspek lembar observasi mengacu pada kerangka teori


Parera.3
Lembar observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat fenomena
yang muncul dalam variabel terikat. 4 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar siswa, jadi fenomena yang dicatat berupa aspek yang mendukung
hasil belajar, yaitu keaktifan siswa atau kemampuan berkomunikasinya selama
proses pembelajaran. Lembar observasi yang digunakan berdasarkan format yang
dikembangkan oleh Flanders.5 Format tersebut dimodifikasi oleh peneliti sesuai
dengan keperluan.

1. Kisi-Kisi Instrumen
a. Tes Tertulis (Essay)
SK/KD

Sub Konsep

Aspek Kognitif
C1

2. Memahami prinsip-prinsip

Protista

pengelompokan makhluk

(secara umum)

hidup.

Protista mirip hewan

2.3. Menyajikan ciri-ciri umum

Protista mirip

filum dalam kingdom

tumbuhan

Protista, dan peranannya

Protista mirip jamur

Jml.

C2
1, 2

3, 5, 6

bagi kehidupan
Jml.

Keterangan:
- C1 (pengetahuan)
- C2 (pemahaman)

J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 248-249.


Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 182.
5
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), h.50.
4

35

b. Observasi
No
1

Aspek Psikomotorik

Indikator

Butir
Pernyataan

Kemampuan

- Kecakapan berbicara

berkomunikasi siswa

- Keaktifan diskusi

1,10

- Kerjasama

7,8,9

- Kecakapan berpikir

- Kepercayaan diri

- Kecakapan berekspresi

- Penggunaan bahasa

Jumlah

10

G. Prosedur Penelitian
1. Tahap Perencanaan / Persiapan
Tahap perencanaan atau persiapan penelitian terdiri dari:
a. Studi pendahuluan berupa pengamatan ke sekolah terkait dan telaah
pustaka untuk menyusun rencana pembelajaran pada konsep protista.
b. Menyelesaikan surat izin penelitian.
c. Merancang rencana pembelajaran (RPP).
d. Menghubungi guru biologi yang bersangkutan untuk menentukan
waktu penelitian dan mendiskusikan prosedur jalannya penelitian, di
ambil kesepakatan berupa peneliti sebagai observer dan guru biologi
sebagai pelaksana RPP.
e. Menyusun instrumen penelitian (alat pengumpul data) berupa tes essay
dan lembar observasi.
f. Melakukan uji coba instrumen tes essay (validasi instrumen).
g. Mengolah data hasil uji coba instrumen tes essay kemudian
menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data, yaitu
soal yang valid.
h. Menyiapkan LKS reciprocal teaching.

36

2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretest kepada seluruh subjek penelitian (kelas
eksperimen dan kontrol).
b. Melaksanakan

pembelajaran

dengan

menggunakan

model

reciprocal teaching pada kelas eksperimen dan metode ceramah


konvensional pada kelas kontrol. Adapun prosedur harian
pelaksanaan

pembelajaran

menggunakan

model

reciprocal

teaching pada kelas eksperimen dapat mengikuti tahapan-tahapan


sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan materi pelajaran biologi (terdiri dari
kumpulan paragraf yang membentuk wacana).
2) Guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil (5
orang).
3) Guru

melakukan

pemodelan,

memperkenalkan

keempat

tahapan resiprokal, yaitu merangkum, membuat pertanyaan,


memprediksi pemecahan masalah/soal, dan mengklarifikasi hal
yang sulit.
4) Guru memberikan hak pada siswa dalam setiap kelompok
untuk berdiskusi menentukan dan membagi tugas setiap
anggota kelompok masing-masing, tugas tersebut berupa
keempat keterampilan reciprocal, masing-masing anggota
mendapat tugas melaksanakan satu keterampilan reciprocal.
5) Setiap siswa dalam kelompok mempelajari materi yang
dibagikan guru secara mandiri.
6) Setiap siswa dalam kelompok melaksanakan tugasnya masingmasing, 2 orang bertugas merangkum, 1 orang bertugas
membuat pertanyaan dan jawaban dari gambar yang diberikan,
1 orang bertugas memprediksi pemecahan masalah dari soal
yang diberikan, dan 1 orang bertugas mengklarifikasi hal yang
sulit dari materi yang sedang dibahas. Di sini pembelajaran
sudah berpusat pada siswa, walaupun setiap siswa memiliki

37

tugas

masing-masing,

mengerjakannya

dengan

tetapi

setiap

berdiskusi

siswa

berhak

bersama

teman

kelompoknya.
7) Setelah melakukan diskusi kelompok reciprocal, perwakilan
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Dari keseluruhan kelompok, dipilih 3 kelompok perwakilan
dengan jumlah 2 orang yang mewakili tiap kelompok.
8) Diskusi kelas berlangsung.
9) Guru membimbing dan mengarahkan siswa dalam diskusi
kelas, meluruskan hal atau konsep materi yang masih keliru
dari hasil diskusi kelas, menambahkan penjelasan materi serta
menarik kesimpulan di akhir pembelajaran.
10) Guru mengingatkan masih berlangsungnya pembelajaran
resiprokal di pertemuan-pertemuan berikutnya dan menugaskan
siswa mempelajari materi berikutnya terlebih dahulu. Guru
juga mengingatkan pada pertemuan-pertemuan berikutnya
setiap siswa berganti tugas dalam kelompoknya.
c. Memberikan posttest kepada seluruh subjek penelitian (kelas
eksperimen dan kontrol).
3. Tahap akhir
Tahap akhir penelitian terdiri dari :
a. Mengolah dan mengkonversi data hasil tes essay (pretes dan postes)
dalam bentuk nilai (angka/skor).
b. Mengolah data hasil tes essay dengan analisis statistik
c. Mengolah data hasil observasi dengan persentase dan kategorisasi.
d. Menganalisis hasil penelitian yang tertuang dalam pembahasan.
e. Menarik kesimpulan.

38

H. Teknik Pengumpulan Data


1. Cara Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini diambil dari kelas eksperimen (menggunakan
model reciprocal) dan kelas kontrol (menggunakan model konvensional). Data di
kumpulkan dengan menggunakan teknik tes dan non tes sebagai berikut :
a. Dilakukan pretes kepada seluruh subjek penelitian untuk mengetahui
hasil belajar biologi siswa sebelum diterapkan tindakan.
b. Dilakukan postes kepada seluruh subjek penelitian untuk mengetahui
hasil belajar biologi siswa setelah diterapkan tindakan.
c. Dilakukan non tes berupa observasi sebagai data sekunder untuk
mengetahui kemampuan berkomunikasi siswa selama pembelajaran pada
kelas eksperimen.
Selama berlangsungnya proses pembelajaran pada kelas eksperimen
dilakukan juga pengamatan menggunakan media bantu berupa rekaman video.
Karena itu selama berlangsungnya proses pembelajaran, peneliti yang bertindak
sebagai observer ditemani oleh rekan observer selaku perekam jalannya proses
pembelajaran.
2. Uji Coba Instrumen
Soal tes essay diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa kelas XI IPA
dengan jumlah siswa yang diambil sebanyak 40 orang. Soal berjumlah 9 butir
essay. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
3. Hasil Uji Coba Instrumen
a. Pengujian Validitas
Validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran
ukurnya. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tesebut dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini berupa validitas butir soal
dengan rumus korelasi product moment pearson menggunakan SPSS 12, hal ini
dikarenakan data atau butir soal yang diukur bersifat kontinu.

39

Hasil dari uji validitas tes essay diperoleh soal valid sebanyak 7 butir soal
dari 9 butir soal yang diujicobakan.6
b. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas berarti dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Jadi instrumen
yang reliabel adalah instrumen yang cukup baik dan dapat dipercaya untuk
mengungkap data. Reliabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan rumus Alpha
Cronbach menggunakan SPSS 12.
Dengan kriteria reliabilitas sebagai berikut:
0,00 0,20 : reliabilitas kecil
0,20 0,40 : reliabilitas rendah
0,40 0,70 : reliabilitas sedang
0,70 0,90 : reliabilitas tinggi
0,90 1,00 : reliabilitas sangat tinggi
Dari hasil pengujian reliabilitas tes essay untuk n = 40 dari 9 soal yang
telah diuji cobakan di dapat koefisien reliabilitas sebesar 0,780 (tergolong
reliabilitas tinggi).7

I. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berkenaan dengan hasil belajar siswa
yang diukur melalui tes essay. Data kualitatif adalah data pendukung berkenaan
dengan aktivitas berkomunikasi siswa selama proses pembelajaran pada kelas
eksperimen yang diambil dengan format observasi.
1. Pengolahan Data Kuantitatif ( Tes Essay)
Penganalisaan data untuk tes essay melalui beberapa tahap, yaitu :
a. Melakukan uji normalitas dengan uji Liliefors. Uji normalitas
dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi

6
7

Lampiran 7 & 8, h. 101 & 103


Ibid.

40

normal atau tidak. Langkah-langkah uji Liliefors adalah sebagai


berikut:8
1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar
2) Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus:
Zi = Xi X
S
Keterangan :
Zi = skor baku
Xi = skor data

X = mean
S = simpangan baku / standar deviasi (SD)
3) Tentukan Zt dengan mengkonsultasikan ke tabel Z.
4) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Ziberdasarkan
tabel Zi sebutkan dengan F ( Zi) dengan aturan jika Zi > 0, maka F
( Zi) 0,5 + nilai tabel, jika Zi < 0, maka F ( Zi) 0,5 nilai tabel.
5) Selanjutnya hitung proporsi Z 1, Z2, Z3Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S ( Zi) maka:
S ( Zi) = banyaknya Z1, Z2, Z3, Zn Zi
N
6) Hitung selisih nilai F ( Zi ) S ( Zi ), kemudian tentukan harga
mutlaknya.
7) Ambil nilai terbesar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut,
nilai ini di namakan Lo.
8) Memberi interpretasi Lo dengan membandingkan Lt. Lt adalah
harga yang di ambil dari tabel harga kritis uji Liliefors.
9) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah di
dapat. Apabila Lo < Lt maka sampel berasal dari distribusi normal.
b. Melakukan uji homogenitas menggunakan uji Fisher. Uji homogenitas
sebagai uji persyaratan analisis data yang bertujuan untuk mengetahui
8

Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 1992), h. 466.

41

apakah data berdistribusi homogen (sama) atau tidak. Uji homogenitas


dilakukan setelah data normalitas terpenuhi, yakni data berdistribusi
normal. Rumus uji Fisher adalah sebagai berikut:9
F=

S1

S2

Keterangan :
F

= Uji Fisher

S1 = Varians terbesar
S2 = Varians terkecil
Kriteria pengujian :
Jika Fhit < Ftab, maka Ho diterima, berarti kedua sampel homogen.
Jika Fhit > Ftab, maka Ho ditolak, berarti kedua sampel tidak
homogen.
c. Setelah data terbukti normal dan homogen, selanjutnya melakukan uji
hipotesis menggunakan Uji t. Pengujian ini untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model reciprocal
teaching terhadap hasil belajar siswa. Rumus uji t adalah sebagai
berikut:10
X1 X 2

t=
s

1
1

n1 n2

Keterangan :
X 1 = Mean / Rata-rata kelas eksperimen
X 2 = Mean / Rata-Rata kelas kontrol

= Simpangan Baku / Standar Deviasi

n 1 = Jumlah siswa kelas eksperimen


n 2 = Jumlah siswa kelas kontrol

9
10

Ibid, h. 249.
Ibid, h. 239.

42

d. Setelah didapat pengaruh yang signifikan penggunaan model


reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa yang telah terbukti
dengan uji t, kemudian dapat dilanjutkan dengan melakukan uji Ngain. Gain merupakan selisih antara nilai pretes dan postes, uji N-gain
menunjukkan perbedaan peningkatan hasil belajar siswa setelah
pembelajaran. Uji N-gain dilakukan untuk memperkuat hasil
kesimpulan dan untuk mengukur signifikansi peningkatan hasil belajar
siswa setelah pembelajaran.
Untuk mencari normal gain digunakan rumus sebagai berikut:11
N-Gain = Skor postes Skor pretes
Skor ideal Skor pretes
Dengan kategorisasi perolehan sebagai berikut:12
g-tinggi
g-sedang
g-rendah

: nilai (g) > 0,70


: nilai 0,70 > (g) > 0,30
: nilai (g) < 0,30

2. Pengolahan Data Kualitatif ( Observasi )


Hasil observasi direkapitulasi dan dijumlahkan skor masing-masing siswa
untuk setiap aspek. Skor yang diperoleh kemudian dihitung persentasenya
dengan menggunakan rumus :13
P =

skor total siswa


x 100%
skor maksimum ideal

Kemudian persentase yang didapat dikategorikan sesuai interpretasi


sebagai berikut : 14

11

David E. Meltzer,The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning


Gains in Physics. Tersedia on line: www.physiceducation.net/docs/addendum_on_normalized.
di akses 19 Desember 2009.
12
Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores, Indiana University USA, dikutip dari:
http//www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingCgange-Gain.pdf (12-08-09)
13
Evi Nurmiyanti, Upaya Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Siswa pada Pembelajaran
Fisika melalui Penerapan Model Pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching), Skripsi jurusan
Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Bandung, 2008, h. 50. Tidak Diterbitkan.
14
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA berbasis kompetensi, (Jakarta:UIN Jakarta
Press, 2006), h.89.

43

Tabel 3.2. Kategori Hasil Observasi

J.

Persentase

Kategori

90% A < 100%

Sangat Tinggi

75% B < 90%

Tinggi

55% C < 75%

Sedang

40% D < 55%

Rendah

0% E < 40%

Rendah sekali

Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0 : 1 = 2
Ha : 1 > 2
Keterangan:
1

: Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen.

Rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol.

44

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif dan
kualitatif yang diperoleh dari dua kelas yang berbeda (kelas eksperimen dan kelas
kontrol). Data kuantitatif adalah data yang berkenaan dengan hasil belajar siswa
yang diukur melalui instrumen tes essay. Data kualitatif merupakan data
pendukung

berkenaan

dengan

aktivitas

berkomunikasi

siswa

selama

berlangsungnya pembelajaran di kelas eksperimen yang diperoleh berdasarkan


pengamatan / observasi.
Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran reciprocal
teaching dan kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional (ceramah).
Berikut merupakan penjabaran hasil penelitian secara kuantitatif maupun
kualitatif.
A. Hasil Tes Essay
1. Data Hasil Pretes dan Postes dilihat dari Nilai Rata-Rata (mean),
Median, Modus dan Standar deviasi.
a. Pretes Kelas Eksperimen
Dari hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretes kelas
eksperimen diperoleh nilai tertinggi 77 dan nilai terendah 23, nilai rata-rata
(mean) 47,1; median 45,38; modus 35,78; standar deviasi 14,63; dan variansi
sebesar 214,04. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Eksperimen
No
1
2
3
4
5
6
7

Interval Kelas
23 30
31 38
39 46
47 54
55 62
63 70
71 78

Nlai Tengah (Xi)


26,5
34,5
42,5
50,5
58,5
66,5
74,5
Total

Batas Nyata
22,5 30,5
30,5 38,5
38,5 46,5
46,5 54,5
54,5 62,5
62,5 70,5
70,5 78,5

44

Frekuensi
Absolut Relatif
6
15%
8
20%
7
17,5%
5
12,5%
6
15%
6
15%
2
5%
100%

45

Frekuensi Absolut

8
7

23 30

31 38
39 46

47 54
4

55 62

43

63 70

71 78

1
0
Interval Kelas

Gambar 4.1. Histogram Distribusi Skor Pretes Kelas Eksperimen


Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1, terlihat bahwa skor pada interval
31-38 merupakan skor yang paling banyak diperoleh siswa, yaitu sebanyak 20%.
Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 47,1. Siswa yang mendapat skor di atas ratarata sebanyak 35% yaitu siswa pada kelas interval 55-62, 63-70, dan 71-78. Siswa
yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 52,5% yaitu siswa pada kelas
interval 23-30, 31-38, dan 39-46.
b. Pretes Kelas Kontrol
Dari hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretes kelas
kontrol diperoleh nilai tertinggi 74 dan nilai terendah 23, nilai rata-rata (mean)
45,3; median 44,5; modus 43,86; standar deviasi 12,07; dan variansi sebesar
145,76. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Kontrol
No
1
2
3
4
5
6
7

Interval Kelas
23 30
31 38
39 46
47 54
55 62
63 70
71 78

Nlai Tengah (Xi)


26,5
34,5
42,5
50,5
58,5
66,5
74,5
Total

Batas Nyata
22,5 30,5
30,5 38,5
38,5 46,5
46,5 54,5
54,5 62,5
62,5 70,5
70,5 78,5

Frekuensi
Absolut Relatif
5
12,5%
6
15%
12
30%
9
22,5%
5
12,5%
1
2,5%
2
5%
40
100 %

Frekuensi Absolut

46

13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

23 30
31 38
39 46
47 54
55 62
63 70
71 78

Interval Kelas

Gambar 4.2. Histogram Distribusi Skor Pretes Kelas Kontrol


Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.2, terlihat bahwa skor pada interval
39-46 merupakan skor yang paling banyak diperoleh siswa, yaitu sebanyak 30%.
Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 45,3. Siswa yang mendapat skor di atas ratarata sebanyak 47,5% yaitu siswa pada kelas interval 47-54, 55-62, 63-70, dan 7178. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 27,5% yaitu siswa
pada kelas interval 23-30, dan 31-38.
c. Postes Kelas Eksperimen
Dari hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari postes kelas
eksperimen diperoleh nilai tertinggi 97 dan nilai terendah 34, nilai rata-rata
(mean) 67,47; median 68,51; modus 71,03; standar deviasi 15,47; dan variansi
sebesar 239,5. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Postes Kelas Eksperimen
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Interval Kelas
34 42
43 51
52 60
61 69
70 78
79 87
88 96
97 105

Nilai Tengah (Xi)


38
47
56
65
74
83
92
101
Total

Batas Nyata
33,5 42,5
42,5 51,5
51,5 60,5
60,5 69,5
69,5 78,5
78,5 87,5
87,5 96,5
96,5 105,5

Frekuensi
Absolut Relatif
3
7,5 %
4
10 %
5
12,5 %
9
22,5 %
10
25 %
5
12,5 %
3
7,5 %
1
2,5 %
40
100 %

47

11

Frekuensi Absolut

10
9

34 42

43 51

52 60

61 69

70 78

79 87

88 96

97 105

1
0
Interval Kelas

Gambar 4.3. Histogram Distribusi Skor Postes Kelas Eksperimen


Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.3, terlihat bahwa skor pada interval
70-78 merupakan skor yang paling banyak diperoleh siswa, yaitu sebanyak 25%.
Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 67,47. Siswa yang mendapat skor di atas
rata-rata sebanyak 47,5% yaitu siswa pada kelas interval 70-78, 79-87, 88-96, dan
97-105. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 30% yaitu siswa
pada kelas interval 34-42, 43-51, dan 52-60.
d. Postes Kelas Kontrol
Dari hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari postes kelas
kontrol diperoleh nilai tertinggi 89 dan nilai terendah 23, nilai rata-rata (mean)
58; median 57; modus 55,3; standar deviasi 16,27; dan variansi sebesar 264,75.
Untuk lebih jelasnya data ditunjukkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Postes Kelas Kontrol
No
1
2
3
4
5
6
7

Interval Kelas
23 32
33 42
43 52
53 62
63 72
73 82
83 92

Nlai Tengah (Xi)


27,5
37,5
47,5
57,5
67,5
77,5
87,5
Total

Batas Nyata
22,5 32,5
32,5 42,5
42,5 52,5
52,5 62,5
62,5 72,5
72,5 82,5
82,5 92,5

Frekuensi
Absolut Relatif
3
7,5%
3
7,5%
9
22,5%
11
27,5%
6
15%
4
10 %
4
10 %
40
100 %

Frekuensi Absolut

48

12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

23 32
33 42
43 52
53 62
63 72
73 82
83 92

Interval Kelas

Gambar 4.4. Histogram Distribusi Skor Postes Kelas Kontrol


Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.4, terlihat bahwa skor pada interval
53-62 merupakan skor yang paling banyak diperoleh siswa, yaitu sebanyak
27,5%. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 58. Siswa yang mendapat skor di
atas rata-rata sebanyak 35% yaitu siswa pada kelas interval 63-72, 73-82, dan 8392. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 37,5% yaitu siswa
pada kelas interval 23-32, 33-42, dan 43-52.
Berdasarkan data nilai rata-rata pretes dan postes kelas eksperimen dan
kontrol, maka dapat dibuat tabel perbandingan sebagai berikut :
Tabel 4.5. Perbandingan Nilai Rata-Rata (Mean) Kelas Eksperimen dan Kontrol
Kelas

Pretes

Postes

Eksperimen

47,1

67,47

Kontrol

45,3

58

2. Pengujian Persyaratan Analisis Data


a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
berasal dari subjek penelitian berdistribusi normal atau tidak, dilakukan dengan uji
Liliefors. Kriteria uji normalitas adalah Ho diterima jika L hitung < L tabel dan

49

jika L hitung > L tabel maka Ho ditolak. Dengan diterimanya Ho berarti data
berasal dari populasi berdistribusi normal, sedangkan jika Ho ditolak berarti data
penelitian berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas
subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini dan perhitungan
lengkapnya dapat dilihat di lampiran.1
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Pretes
Statistik
Kelas Eksperimen
N
40
47,1
X
SD
14,63
Lo hitung
0,1049
L tabel
0,1401

Kelas Kontrol
40
45,3
12,07
0,0692
0,1401

Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 untuk n = 40. Dari tabel
4.6 dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal karena Lo hitung <
L tabel.
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Postes
Statistik
Kelas Eksperimen
N
40
67,47
X
SD
15,47
Lo hitung
0,0679
L tabel
0,1401

Kelas Kontrol
40
58
16,27
0,1238
0,1401

Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 untuk n = 40. Dari tabel
4.7 dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal karena memenuhi
kriteria Lo hitung < L tabel.
b. Uji Homogenitas
Setelah data penelitian terbukti berdistribusi normal, kemudian dicari
homogenitasnya menggunakan uji Fisher. Kriteria pengujian pada uji Fisher yaitu
subjek penelitian dinyatakan homogen apabila F hitung < F tabel yang diukur

Lampiran 19, h. 122.

50

pada taraf signifikansi 0,05. Hasil uji homogenitas subjek penelitian dapat dilihat
pada tabel di bawah ini dan perhitungan lengkapnya dapat dilihat di lampiran.2

Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Pretes


Statistik
N
S2
F hitung
F tabel

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


40
40
214,04
145,76
1,47
1,69

Dari tabel 4.8 didapat F hitung < F tabel (1,47 < 1,69) sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki varians homogen.
Tabel 4.9. Hasil Uji Homogenitas Postes
Statistik
N
S2
F hitung
F tabel

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


40
40
239,5
264,75
1,11
1,69

Dari tabel 4.9 didapat F hitung < F tabel (1,11 < 1,69) sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki varians homogen.
Karena persyaratan normalitas dan homogenitas terpenuhi, maka
selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t.
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan pada data pretes dan postes kedua kelas
yang terbukti berdistribusi normal dan homogen. Pengujian hipotesis pada data
pretes dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki nilai yang sama
atau tidak. Pengujian hipotesis pada data postes dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model reciprocal teaching
terhadap hasil belajar siswa.

Lampiran 20, h. 125.

51

Tabel 4.10. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretes


Keterangan
Jumlah sampel
X
S2
t hitung
t tabel
Kesimpulan

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


40
40
47,1
45,3
214,04
145,76
0,61
1,99
Nilai kedua kelas sama

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung 0,61 dan t tabel 1,99. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t hitung < t tabel (0,61 < 1,99)
dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai belajar yang sama antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.11. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Postes
Keterangan
Jumlah sampel
X
S2
t hitung
t tabel
Kesimpulan

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


40
40
67,47
58
239,5
264,75
2,67
1,99
Berpengaruh positif

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung 2,67 dan t tabel 1,99. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t hitung > t tabel (2,67 > 1,99)
dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa.
d. Uji Normal Gain
Gain merupakan selisih antara nilai pretes dan postes, gain menunjukkan
perbedaan peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran. Untuk
memperkuat hasil kesimpulan dan untuk mengukur signifikansi peningkatan hasil
belajar siswa setelah pembelajaran digunakan uji normal gain.

52

Untuk mencari normal gain digunakan rumus sebagai berikut :


N-Gain = Skor postes Skor pretes
Skor ideal Skor pretes
Dengan kategori perolehan :
(<g>) > 0,70

: Tinggi

0,70 (<g>) 0,30 : Sedang


(<g>) < 0,30

: Rendah

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar


yang signifikan antara kedua kelompok dilakukan uji t dengan rumus sebagai
berikut :
X1 X 2

t=
S

1
1

n1 n 2

dengan S =

(n1 1)S1 (n2 1)S 2


(n1 n2 2)

Jika t-hitung < t-tabel maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Jika t-hitung > t-tabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Dari perbandingan hasil pretes dan postes kedua kelas, serta perhitungan
normal gain, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.12. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain
Keterangan
Jumlah Sampel
X
S2
t-hitung
t-tabel
kesimpulan

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


40
40
0,4
0,2
0,04
0,12
3,16
1,99
Terdapat Perbedaan Peningkatan

53

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung 3,16 dan t tabel 1,99. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t hitung > t tabel (3,16 > 1,99)
dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan data nilai rata-rata pretes, postes, dan normal gain kelas
eksperimen dan kontrol, maka dapat dibuat tabel perbandingan sebagai berikut :
Tabel 4.13. Perbandingan Nilai Rata-Rata (Mean) Kelas Eksperimen dan Kontrol

Kelas

Nilai Rata-Rata (Mean)


Pretes

Postes

N-Gain

Eksperimen

47,1

67,47

0,4

Kontrol

45,3

58

0,2

Selain dilakukan uji t untuk melihat perbedaan peningkatan hasil belajar


yang signifikan antara kedua kelas, data N-gain setiap siswa pada kedua kelas
juga di kategorikan sesuai dengan kategori N-gain yang telah disediakan.
Pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata N-gain sebesar 0,4.
Siswa yang termasuk kategori tinggi terdapat 3 orang (7,5 %), kategori sedang 25
orang (62,5 %), dan kategori rendah 12 orang (30%), perhitungan dapat dilihat
pada lampiran.3
Persentase N-gain pada kelompok eksperimen ditunjukkan pada grafik
berikut:

Lampiran 23, h 131.

54

Kategori N-Gain

7.50%
30%
tinggi
sedang
rendah
62.50%

Gambar 4.5. Persentase Kategori N-gain Kelompok Eksperimen


Pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata N-gain sebesar 0,2. Siswa
yang termasuk kategori tinggi terdapat 1 orang (2,5 %), kategori sedang 14 orang
(35 %), dan kategori rendah 25 orang (62,5 %), perhitungan dapat dilihat pada
lampiran.4
Persentase N-gain pada kelompok kontrol ditunjukkan pada grafik di
bawah ini:
Kategori N-Gain

2.50%
35%

tinggi
sedang

62.50%

rendah

Gambar 4.6. Persentase Kategori N-gain Kelompok Kontrol


4

Ibid.

55

B. Hasil Observasi
Observasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui kemampuan
berkomunikasi siswa selama pembelajaran menggunakan model reciprocal
teaching. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
di

susun.

Rekapitulasi

hasil

observasi

berupa

persentase

kemampuan

berkomunikasi siswa selama pembelajaran menggunakan model reciprocal


teaching untuk selengkapnya tercantum pada lampiran.5
Adapun

data

hasil

observasi

berupa

kategorisasi

kemampuan

berkomunikasi siswa selama pembelajaran menggunakan model reciprocal


teaching diinterpretasikan pada tabel berikut:
Tabel 4.14. Kategorisasi kemampuan berkomunikasi siswa selama pembelajaran
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Aspek yang diamati


Menyampaikan informasi
penting terkait materi
Mendeskripsikan konsep
dengan benar dan baik
Menggunakan bahasa yang
baik
Tinggi rendah nada suara
Sikap yang
meyakinkan/percaya diri
Isyarat tubuh
Menanggapi pendapat
teman
Memperhatikan
Sikap peduli dalam diskusi
Bertanya dalam diskusi

Kategori
Pertemuan I Pertemuan II
Sedang
Tinggi

Pertemuan III
Sangat tinggi

Sedang

Tinggi

Tinggi

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

Rendah
Sedang

Sedang
Sedang

Sedang
Sedang

Rendah
Tinggi

Sedang
Sangat tinggi

Sedang
Sangat tinggi

Tinggi
Tinggi
Sedang

Sangat tinggi
Tinggi
Sedang

Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan kategori


kemampuan berkomunikasi siswa yang menggunakan model pembelajaran
reciprocal teaching di setiap aspek pada setiap pertemuannya.
Pada pertemuan pertama, aspek yang telah memiliki kategori tinggi
berupa aspek menanggapi pendapat teman, memperhatikan, dan sikap peduli

Lampiran 24, 25, & 26, h. 134, 136, & 138.

56

diskusi. Sedangkan aspek yang lainnya tergolong sedang. Hal ini dikarenakan
siswa baru mengenal model reciprocal teaching sebagai model pembelajaran yang
baru bagi mereka, siswa masih berada pada tahap penyesuaian sehingga kurang
lancar dalam melaksanakan diskusi reciprocal.
Pada pertemuan kedua, aspek menanggapi pendapat teman dan
memperhatikan sudah termasuk kategori sangat tinggi. Aspek yang tadinya
tergolong kategori sedang pada pertemuan pertama sudah meningkat menjadi
kategori tinggi pada pertemuan kedua. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai
terbiasa dalam melaksanakan setiap tahapan pada pembelajaran reciprocal
teaching, siswa juga sudah mulai terbiasa berdiskusi dengan teman kelompoknya.
Pada pertemuan ketiga, sudah banyak aspek yang termasuk pada kategori
sangat tinggi. Hal ini dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan ke empat tahapan
reciprocal teaching, siswa sudah mengetahui bagaimana seharusnya berdiskusi
untuk membangun pengetahuan serta mendapatkan pemahaman. Selain itu ratarata siswa juga tidak malu dalam menyampaikan pendapat maupun bertanya, baik
bertanya pada teman kelompoknya saat diskusi kelompok, maupun bertanya pada
saat berlangsungnya diskusi kelas.
Hasil observasi selama proses pembelajaran menggunakan model
reciprocal teaching pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa siswa
melaksanakan keempat strategi reciprocal sambil berdiskusi dan bertukar
informasi, disini siswa berperan sebagai pengajar menggantikan peran guru
untuk mengajar teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai
model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi kemudahan, dan
pembimbing yang melakukan scaffolding.
Guru melakukan scaffolding di antaranya dengan bertindak sebagai
anggota kelompok membantu siswa yang mengalami kesulitan pada langkahlangkah tertentu. Pendekatan dialogis antara guru dengan siswa ataupun siswa
dengan siswa sangat ditekankan. Kebetulan guru yang berperan dalam penelitian
ini memiliki kemampuan dialog yang baik serta teliti dan peka dalam mengamati
siswanya pada saat menjalani proses pembelajaran reciprocal. Misalnya pada saat
berlangsungnya pembelajaran reciprocal ada saja siswa yang memiliki

57

kecenderungan diam. Dalam kondisi ini guru melakukan teknik scaffolding untuk
membangkitkan keaktifan siswa. Teknik scaffolding yang dilakukan di antaranya
mengarahkan, memberitahu dan meyakinkan siswa tersebut untuk turut aktif
dalam diskusi kelompoknya, tidak perlu ragu dan takut untuk mengungkapkan
pendapat. Diskusi kelas juga berlangsung semakin afektif pada setiap
pertemuannya, hal ini terlihat dari respon siswa yang cukup positif pada saat
diskusi kelas, siswa terlihat bersemangat dan banyak siswa yang mengajukan
pertanyaan maupun memberi informasi terkait materi saat diskusi berlangsung.
Dari hasil observasi yang dilakukan observer secara kontinu pada setiap
pertemuan pembelajaran reciprocal teaching, maka dapat disimpulkan bahwa
keaktifan siswa dalam berkomunikasi selama proses pembelajaran merupakan
faktor yang turut mendukung peningkatan intelektualitas siswa atau dengan kata
lain keberhasilan belajar siswa.
Pada setiap pertemuan menggunakan model pembelajaran reciprocal
teaching, siswa dihadapkan pada beberapa tahapan proses pembelajaran
reciprocal teaching. Pada tahap pertama, guru memperkenalkan model reciprocal
teaching, menjelaskan bahwa reciprocal terdiri dari empat keterampilan yang
masing-masing akan dilaksanakan oleh siswa yang berbeda dalam kelompok.
Guru memodelkan empat keterampilan tersebut (merangkum bacaan dalam
bentuk tabel, mengajukan pertanyaan yang bisa diajukan, memprediksi
pemecahan masalah/soal dan mengklarifikasi hal-hal yang sulit).
Pada tahap kedua, siswa duduk dalam kelompoknya, guru menugaskan
siswa membaca bacaan terkait materi, kemudian masing-masing mengerjakan
tugas yang berbeda. Sebelumnya guru telah membagikan LKS dan rangkuman
materi pada setiap siswa dalam kelompok. Siswa I & II mengerjakan tugas
merangkum dalam bentuk tabel, siswa III membuat pertanyaan dari gambar yang
diberikan dan menjawabnya sendiri sesuai pemahamannya, siswa IV bertugas
memprediksi pemecahan masalah dari soal yang diberikan dan siswa V bertugas
menemukan hal sulit yang belum dipahami untuk kemudian didiskusikan dan
diklarifikasi.

58

Pada tahap ketiga siswa dihadapkan pada kegiatan diskusi kelas,


beberapa kelompok mengajukan perwakilan untuk mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas. Pada tahap ini siswa yang memiliki kemampuan dalam
presentasi dapat maju mewakili kelompoknya, tetapi siswa yang tidak terbiasa dan
kurang memiliki kemampuan presentasi lebih diutamakan, hal ini bertujuan untuk
melatih siswa tersebut agar terbiasa menyampaikan materi dan mengungkapkan
pendapat di depan kelas. Setelah presentasi diadakan sesi tanya jawab.
Tahap keempat berupa penutupan, pada tahap ini guru mengklarifikasi
pemahaman konsep siswa. Selama jalannya diskusi kelompok dan diskusi kelas,
hampir selalu terdapat kesalahan yang dilakukan siswa dalam memahami konsep
materi, guru bertugas meluruskan pemahaman konsep tersebut, menambahkan
penjelasan materi serta menarik kesimpulan di akhir pembelajaran.
C. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil pretes diketahui nilai rata-rata kelas eksperimen 47,1
dan kelas kontrol 45,3 sedangkan dari hasil postes diketahui nilai rata-rata kelas
eksperimen 67,47 dan kelas kontrol 58. Perbedaan nilai rata-rata pretes kelas
eksperimen dan kontrol adalah sebesar 1,8. Perbedaan nilai rata-rata postes kelas
eksperimen dan kontrol adalah sebesar 9,47. Pada kelas eksperimen, terjadi
peningkatan nilai rata-rata dari 47,1 menjadi 67,47 atau sebesar 20,37. Pada kelas
kontrol, terjadi peningkatan nilai rata-rata dari 45,3 menjadi 58 atau sebesar 12,7.
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa siswa yang belajar menggunakan
model reciprocal teaching memiliki kenaikan nilai rata-rata yang lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan model konvensional.
Berdasarkan hasil uji pretes maupun postes kedua kelas diketahui bahwa
data kedua kelas tersebut berada pada sampel yang berdistribusi normal.
Berdasarkan uji homogenitas didapat data kedua kelas memiliki varians homogen.
Karena persyaratan normalitas dan homogenitas terpenuhi, maka
selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t. Pengujian hipotesis
dilakukan pada data pretes dan postes kedua kelas yang terbukti berdistribusi
normal dan homogen. Pengujian hipotesis pada data pretes dilakukan untuk

59

mengetahui apakah kedua kelas memiliki nilai awal yang sama atau tidak.
Pengujian hipotesis pada data postes dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh yang signifikan penggunaan model reciprocal teaching terhadap hasil
belajar siswa.
Pengujian hipotesis data pretes kedua kelas dilakukan pada taraf
signifikansi 0,05. Diperoleh t-hitung sebesar 0,61 dan t-tabel 1,99. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t- hitung < t-tabel (0,61 > 1,99)
dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki nilai yang sama.
Pengujian hipotesis data postes kedua kelas dilakukan pada taraf
signifikansi 0,05. Diperoleh t-hitung sebesar 2,67 dan t-tabel 1,99. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t- hitung > t-tabel (2,67 > 1,99)
dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model reciprocal teaching
terhadap hasil belajar siswa. Artinya penggunaan model reciprocal teaching dapat
meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.
Berdasarkan hasil uji normal gain, diketahui nilai rata-rata normal gain
dari skor tes siswa kelas eksperimen sebesar 0,4 dan kelas kontrol sebesar 0,2.
Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa peningkatan hasil belajar pada kelas
eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. Hal ini juga dapat di lihat dari hasil
perhitungan uji t n-gain. Berdasarkan hasil uji t n-gain dengan taraf signifikansi
0,05 diperoleh t-hitung sebesar 3,16 dan t-tabel 1,99. Hasil pengujian yang
diperoleh menunjukkan bahwa t- hitung > t-tabel (3,16 > 1,99), dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang
signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Selain dilakukan uji t untuk melihat perbedaan peningkatan hasil belajar
yang signifikan antara kedua kelas, data N-gain setiap siswa pada kedua kelas
juga di kategorikan sesuai dengan kategori N-gain yang telah disediakan. Pada
kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata N-gain sebesar 0,4. Siswa yang
termasuk kategori tinggi terdapat 3 orang (7,5 %), kategori sedang 25 orang (62,5

60

%), dan kategori rendah 12 orang (30%). Pada kelas kontrol diperoleh nilai ratarata N-gain sebesar 0,2. Siswa yang termasuk kategori tinggi terdapat 1 orang (2,5
%), kategori sedang 14 orang (35 %), dan kategori rendah 25 orang (62,5 %).
Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi proses pembelajaran
reciprocal teaching, dapat di ketahui bahwa terdapat peningkatan keaktifan siswa
pada setiap pertemuannya. Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam
berkomunikasi selama proses pembelajaran turut mempengaruhi peningkatan hasil
belajar biologi siswa.
D. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan model reciprocal
teaching yang diterapkan di kelas eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar
siswa secara signifikan. Hal ini dibuktikan melalui pengujian hipotesis
menggunakan uji-t, diperoleh t hitung sebesar 2,67 dan t tabel sebesar 1,99 dengan
taraf signifikansi 0.05 (5%), maka terbukti t hitung > t tabel (2,67 >1,99).
Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran reciprocal
teaching, model ini terbukti lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa
karena mengharuskan siswa belajar mandiri, memperoleh pengetahuan dengan
caranya sendiri dan tidak terlalu bergantung pada penjelasan guru. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Cucu Herawati yang menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika melalui model reciprocal teaching dapat melatih kemandirian siswa. 6
Reciprocal teaching itu sendiri adalah suatu model pembelajaran
kontruktivis yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan,
mengajarkan keterampilan metakognitif melalui pengajaran, dan pemodelan oleh
guru. Dengan menggunakan model ini siswa diajarkan empat strategi pemahaman
yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi pemecahan
masalah/soal, dan mengklarifikasikan istilah-istilah yang sulit dipahami. Keempat
strategi tersebut terangkum dalam tugas di LKS.

Cucu Herawati, Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Reciprocal Teaching dalam


Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP, Skripsi jurusan Pendidikan
Matematika, FPMIPA UPI Bandung, 2006, h. 60. Tidak diterbitkan.

61

LKS reciprocal turut menunjang tercapainya hasil belajar yang lebih


baik, LKS reciprocal sengaja disusun sedemikian rupa agar siswa dapat berlatih
secara maksimal. Contohnya dalam LKS terkandung latihan membaca gambar
dan membuat tabel rangkuman, serta latihan penerapan konsep untuk
memecahkan masalah. Sedangkan dalam instrumen tes esay terdapat soal untuk
menggali kemampuan siswa dalam mengklasifikasi.
Pendekatan KPS (Keterampilan Proses Sains) juga turut digunakan
dalam pembelajaran reciprocal teaching. Namun yang perlu digaris bawahi dalam
penelitian ini adalah tidak digunakannya metode praktikum atau percobaan untuk
mendapatkan data empiris, melainkan

hanya menggunakan metode diskusi

berdasarkan model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran


reciprocal teaching.
Adapun keterampilan dasar dalam KPS dapat dikembangkan secara
terpisah-pisah, bergantung metode yang digunakan. Dalam penelitian ini metode
yang digunakan adalah metode diskusi kelompok dengan tujuan meningkatkan
hasil belajar siswa. Maka keterampilan dasar KPS yang dikembangkan adalah
keterampilan yang selaras dengan metode diskusi dan dapat menunjang
terciptanya hasil belajar siswa yang lebih baik, di antaranya yaitu keterampilan
komunikasi (meliputi mengkomunikasikan pemahaman dengan gambar dan
tabel), keterampilan mengklasifikasi serta keterampilan penerapan konsep. Hal
ini terinterpretasi dalam LKS reciprocal yang digunakan dalam pembelajaran.
Hasil observasi pada setiap tahap pembelajaran reciprocal teaching
menunjukkan bahwa siswa mengerjakan LKS secara kooperatif dengan teman
kelompoknya. Saat mengerjakan tugas tersebut, siswa berdiskusi dan berbagi
informasi yang diketahuinya dengan teman kelompoknya, di sinilah peran siswa
sebagai pengajar menggantikan peran guru untuk mengajar teman-temannya.
Sementara itu guru lebih berperan sebagai fasilitator yang memberi kemudahan,
dan pembimbing yang melakukan scaffolding yaitu di antaranya dengan bertindak
sebagai anggota kelompok membantu siswa yang mengalami kesulitan pada
langkah-langkah tertentu.

62

Ina Karlina juga mengemukakan bahwa dalam belajar kelompok atau


diskusi terdapat tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi secara terbuka antar anggota kelompok.7
Data observasi juga menunjukkan keaktifan siswa dalam berkomunikasi
selama proses pembelajaran menggunakan model reciprocal teaching, keaktifan
siswa semakin meningkat di setiap pertemuannya. Hal ini dapat di lihat dari hasil
persentase setiap pertemuan. Pada awalnya siswa masih sedikit canggung dalam
berdiskusi dan mengemukakan pendapat, tetapi pada pertemuan kedua dan ketiga
siswa terlihat lebih terbiasa dalam bertukar informasi dengan teman kelompok
maupun teman kelas pada saat presentasi, siswa juga lebih berani dalam
mengemukakan pendapat sehingga keaktifan siswa dalam pembelajaran terwujud.
Hasil ini dicapai karena penerapan model reciprocal teaching dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, yaitu belajar
menemukan konsep sendiri, berinteraksi dengan lingkungan, bekerjasama dan
berdiskusi sehingga kemampuan mengutarakan ide, mengklasifikasi ataupun
mengkomunikasikan pemahaman secara lisan maupun tulisan dapat tercapai.
Semua itu saling berkesinambungan menghasilkan hasil belajar siswa yang
meningkat.
Hal senada juga disampaikan oleh Evi Nurmiyanti, ia mengemukakan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan model reciprocal teaching mampu
melatih kemampuan siswa dalam belajar mandiri dan berinteraksi dalam kelas,
melatih kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, ide, dan gagasan,
meningkatkan kemampuan bernalar siswa, meningkatkan kemampuan siswa
dalam pemahaman konsep dan pemecahan masalah, serta mampu meningkatkan
keterampilan berkomunikasi siswa. 8
Pada dasarnya pembelajaran reciprocal menekankan pada siswa untuk
bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian rupa agar setiap
7

Ina Karlina , Kemampuan Berkomunikasi Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan melalui
penerapan model pembelajaran koperatif tipe Three Step Interview, Skripsi jurusan Pendidikan
Biologi, FPMIPA UPI Bandung, 2005, h. 52. Tidak diterbitkan.
Evi Nurmiyanti , Upaya Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Siswa pada Pembelajaran
Fisika melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching), Skripsi jurusan
Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Bandung, 2008, h. 71. Tidak diterbitkan.

63

anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat


ataupun bertanya dalam rangka bertukar informasi materi. Kegiatan pertukaran
informasi materi terjadi antar sesama siswa dengan empat strategi reciprocal yang
dilakukan dalam kelompok diskusi. Dengan adanya diskusi kelompok dapat
mendukung tercapainya pembelajaran aktif dengan komunikasi yang efektif
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Mekanisme diskusi memungkinkan
peserta didik terbiasa mengemukakan pendapat secara argumentatif dan dapat
mengkaji apakah hal yang telah diketahuinya itu benar atau tidak.
Selain itu Lidjin Aulia juga mengemukakan bahwa dengan model
pembelajaran reciprocal teaching siswa memiliki keaktifan yang baik. Keaktifan
siswa juga dapat menentukan pertukaran informasi yang terjadi. Semakin aktif
siswa maka pertukaran informasi akan berjalan semakin lancar. 9
Salah satu dasar model pembelajaran reciprocal teaching adalah teori
sosial Vygotsky, yaitu dialog dalam suatu interaksi sosial sebagai dasar pokok
dalam proses pembentukan pengetahuan. Menurut Vygotsky, berpikir keras dan
mendiskusikan hasil pemikirannya dapat membantu proses klarifikasi dan revisi
dalam berpikir pada saat belajar. Mengacu pada pemikiran Vygotsky tersebut,
maka diskusi dirasa cukup penting. Pentingnya komunikasi dalam bentuk diskusi
pada proses belajar mengajar dikarenakan diskusi bersifat intracommunication
dan intercommunication sehingga dapat meningkatkan intelektualitas siswa. Yang
dimaksud dengan intracommunication ialah komunikasi yang terjadi pada diri
seseorang, ia berkomunikasi dengan dirinya sendiri terlebih dahulu sebagai
persiapan untuk melakukan intercommunication dengan orang lain.
Jenis komunikasi yang dilakukan antara guru-siswa lebih bersifat
negosiasi dan membuat suasana menjadi kondusif. Siswa belajar mengkonstruksi
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya dengan pemaknaan yang lebih
baik. Siswa membangun sendiri konsep atau struktur materi yang dipelajarinya,
tidak melalui pemberitahuan oleh guru sebelumnya. Siswa tidak lagi menerima
paket-paket konsep atau aturan yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa
9

Lidjin Aulia, Pengaruh Model Reciprocal Teaching terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
pada Konsep Pencemaran Lingkungan, Skripsi jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI
Bandung, 2008, h. 84 85. Tidak diterbitkan.

64

sendiri yang mengemasnya. Karena itu terkadang kemasannya tidak akurat, siswa
yang satu dengan siswa lainnya dapat berbeda dalam memahami konsep, atau
mungkin terjadi kesalahan. Dalam kondisi ini guru meluruskan pemahaman
konsep tersebut serta menambahkan penjelasan materi agar lebih akurat.
Seperti yang telah dibahas dalam deskripsi teoretis, dengan berdiskusi
siswa secara tidak langsung telah melaksanakan pembelajaran konstruktivisme,
siswa membangun sendiri pemahamannya melalui keterlibatan aktifnya. Guru
memberikan kemudahan dalam proses ini dengan memberikan kesempatan pada
siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, atau dengan
kata lain membangun pemahaman melalui pengetahuan yang dimiliki.
Pengaruh model reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa dapat
terlihat dari hasil tes essay. Adapun observasi yang di terapkan pada kelas
eksperimen bertujuan untuk mengetahui perkembangan keaktifan siswa dalam
berkomunikasi selama pembelajaran.
Semua tahapan dalam pembelajaraan reciprocal teaching terbukti dapat
menunjang peningkatan hasil belajar siswa. Pengerjaan keempat strategi
reciprocal yang tercakup dalam LKS dapat melatih siswa menyampaikan
pemahamannya terkait materi secara tertulis, seperti mengubah bentuk penyajian
data ke dalam tabel (merangkum dalam bentuk tabel), membaca gambar,
memecahkan masalah dari persoalan yang di berikan, serta mengklarifikasi
konsep/materi yang belum di pahami. Sedangkan diskusi kelompok dan diskusi
kelas merupakan sarana untuk melatih kemampuan berkomunikasi siswa selama
proses pembelajaran, untuk mencapai pemahaman konsep siswa, serta untuk
meningkatkan intelektualitas siswa.
F. Keterbatasan Penelitian
Meskipun penelitian ini dapat dikatakan berhasil dalam meningkatkan
hasil belajar siswa, namun masih ditemukan beberapa kendala dalam
pelaksanaannya. Kendala-kendala yang dihadapi antara lain:
1. Jumlah siswa dalam satu kelas terlalu banyak.
2. Waktu yang tersedia sangat terbatas.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran reciprocal teaching
terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista. Hal ini terlihat pada
perhitungan uji t, diperoleh harga t hitung 2,67 dan t tabel 1,99 pada derajat
kebebasan (dk) = 78 dengan taraf signifikansi 5 %. Ini berarti t hitung > t tabel
(2,67 > 1,99).
Hasil belajar siswa pada konsep protista setelah pembelajaran dengan
model reciprocal teaching terbukti lebih tinggi daripada siswa yang tidak
menggunakan model reciprocal teaching. Hal ini terlihat dari perbedaan rata-rata
N-gain kedua kelas. Rata-rata N-gain kelas eksperimen sebesar 0,4 sedangkan
rata-rata N-gain kelas kontrol sebesar 0,2.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan ada beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan, di antaranya yaitu :
1. Dalam menerapkan model reciprocal teaching perlu dilakukan persiapan
yang matang agar diperoleh hasil yang optimal sesuai yang diharapkan.
2. Untuk meningkatkan

hasil belajar

siswa,

peran guru

sebagai

pembimbing yang efektif dan komunikatif sangat diperlukan, di samping


penerapan modelnya sendiri.
3. Soal latihan dalam LKS hendaknya disusun dengan efektif, komunikatif,
sederhana, dan mudah dipahami agar dapat digunakan untuk melatih
siswa meningkatkan hasil belajarnya.
4. Penyusunan instrumen hendaknya berdasarkan indikator yang mengacu
pada teori yang ada.

65

66

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman.
Meaningful
Learning,
reinvensi
pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

kebermaknaan

Ahmadi, Abu. dan W. Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka


Cipta, 1991.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Aulia, Lidjin. Pengaruh Reciprocal Teaching terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Skripsi
pada FPMIPA UPI Bandung, 2008. Tidak diterbitkan.
Bulaeng, Andi. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta:
Andi, 2004.
Carter, Carolyn J. dan D.F. Fekete. Reciprocal Teaching: The Aplication
of a Reading Improvement Strategy on Urban Students in Highland
Park. Tersedia on line: http:// unesdoc. unesco.org/images/0012/
001247 124762e.pdf. di akses 31 Desember 2009.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta,
2005.
Doolittle, Peter E., dkk. Reciprocal Teaching for Reading Comprehension
in Higher Education: A Strategy for Fostering the Deeper
Understanding of Texts. International Journal of Teaching and
Learning in Higher Education. Volume 17, 2006. Tersedia On Line:
http: //www. isetl.org/. di akses 31 Desember 2009.

Gunawan, Adi W. Genius Learning Strategy. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama, 2006.
Haris. Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Pengajaran Terbalik
(Reciprocal Teaching). Tersedia On Line: http:// man2barabai.
blogspot.com/2008/02/makalah-kimia/ html. diakses 20 Januari
2009.
66

67

Harsanto, Radno. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta :


Kanisius, 2007.
Hartini. Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi jurusan
Pendidikan Matematika, FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2007. Tidak
diterbitkan.
Hassan, Fuad. Pendidikan adalah Pembudayaan, dalam Pendidikan
Manusia Indonesia. Jakarta: Kompas, 2004.
Herawati, Cucu. Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan
Reciprocal Teaching
dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi jurusan Pendidikan Matematika,
FPMIPA UPI Bandung, 2006. Tidak diterbitkan.
Ibrahim, Nurdin. Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif untuk Perataan
Kualitas Hasil Belajar dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
No. 044, September, 2003.
Irawan, Cahya. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Reciprocal
Teaching terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep
Keanekaragaman Hewan. Skripsi jurusan Pendidikan Biologi,
FPMIPA UPI Bandung, 2005. Tidak diterbitkan.
Karlina, Ina. Kemampuan Berkomunikasi Siswa pada Konsep Pencemaran
Lingkungan melalui penerapan model pembelajaran koperatif tipe
Three Step Interview. Skripsi jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA
UPI Bandung, 2005. Tidak diterbitkan.
Meltzer, David E. The Relationship between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gains in Physics. Tersedia On Line:
www.physiceducation.net/docs/addendum_on_normalized. di akses
19 Desember 2009.
Munawaroh, Djunaedatul. dan S. Khadijah. Pembelajaran Berbasis
Konstruktivisme dalam Jurnal Didaktika Islamika. Vol. IX No. 2,
Desember 2008.
Nur, Mohamad. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya: Unesa Press, 2000.
Nurhasanah, Farida. Reciprocal Teaching. Tersedia On Line: http://
digilib.unej.ac.id/print.php. diakses 23 Mei 2009.

68

Nurmiyanti, Evi. Upaya Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Siswa


pada Pembelajaran Fisika melalui Penerapan Model Pembelajaran
berbalik (Reciprocal Teaching). Skripsi jurusan Pendidikan Fisika
FPMIPA UPI Bandung, 2008. Tidak diterbitkan.
Panggabean, Yusri., B. K. Purba., dan O. R. Hutabarat. Strategi, Model
dan Evaluasi. Bandung: Bina Media Informasi, 2007.
Parera, J.D. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga, 2004.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002.
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009.
Rosida, Hadiana. Pengembangan Model Pembelajaran Reciprocal
Teaching untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Fisika di
SMA. Skripsi jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Bandung,
2007. Tidak diterbitkan.
Rosyid, Daniel M. dan M. Ibrahim. Reciprocal Teaching. Tersedia On
Line:http://sainsmuslimin.blogspot.com/2008/09/pembelajaransains.html. diakses 20 Januari 2009.

Rustaman, Nuryani, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM


Press, 2005.
Sendjaja, Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka, 1999.
Sofyan, Ahmad, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Sofyan, Ahmad. Perilaku Belajar Biologi Siswa MAN, dalam Didaktika
Islamika, jurnal kependidikan, keislaman dan kebudayaan, Vol IV
No.1, Juni, 2003.
Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 1992.
Suherman, Erman. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi
Kompetensi Siswa. Tersedia On Line: http:// petakonsepanakbangsa.
com/2008/04/html. di akses 20 Januari 2009.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

69

Suprijono, Agus. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasinya.


Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009.
Suwarna, dkk. Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Tangerang: PT. Logos Wacana Ilmu,
1999.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2008.
Tirtamihardja, Samuel H. Mendengarkan adalah Emas, suatu seni
berkomunikasi. Tangerang: Yaski, 2005.
Trianto.
Model-Model
Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007.
Trihastuti, Singgih. dan Y. Rimy. Pembelajaran Keterampilan Proses,
Inquiry dan
Discovery Learning. Tersedia On Line:
http://umifatmawati.blog.uns.ac.id/. diakses 24 Oktober 2009.
West, Richard. dan L.H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi, Analisis
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika, 2008.
Widyaningrum, Retno. Model Pembelajaran Konstruktivis
Matematika dalam Jurnal Cendekia Vol.6 No.2, 2008.

pada

Zurinal. Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan


Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Rekapitulasi Observasi Pertemuan I (Kelas Eksperimen)


No
1

3
4
5

6
7

Aspek yang
Diamati
Menyampaikan
informasi penting
terkait materi

Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
2 2 3 2 3 2 2 3 1

Mendeskripsikan
konsep dengan
benar dan baik

2 2 3 2 3 2 1 3 2

Menggunakan
bahasa yang baik

3 2 3 2 2 1 2 3 3

Tinggi rendah nada


suara

2 1 2 1 1 2 1 3 1

2 2 2 2 3 2 3 3 2
2 2 3 2 2 3 2 3 3

2
1

2
3

2
2

3
3

3
3

3
3

3
2

2
2

3
2

3
3

2
2

1 1 2 1 2 2 1 2 1

Sikap yang
meyakinkan/percaya 3 1 3 1 1 3 1 3 1
diri
Isyarat tubuh
2 1 2 1 1 2 1 2 1
Menanggapi
2 2 2 2 3 3 2 3 2
pendapat teman

Memperhatikan

9
10

Sikap peduli diskusi


Bertanya dalam
diskusi

No
1

Aspek yang
Diamati
Menyampaikan
informasi penting
terkait materi
Mendeskripsikan
konsep dengan
benar dan baik

Menggunakan
bahasa yang baik

Tinggi rendah nada


suara
Sikap yang
meyakinkan/percaya
diri

Skor
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Jml
Skor
89

Kategori

74,16

sedang

87

72,5

sedang

88

73,33

sedang

65

54,16

rendah

70

58,33

sedang

6
7

Isyarat tubuh
Menanggapi
pendapat teman

61

50,83

rendah

96

80

tinggi

8
9

Memperhatikan
Sikap peduli diskusi

102

85

tinggi

95

79,16

tinggi

10

Bertanya dalam
diskusi

69

57,5

sedang

Rekapitulasi Observasi Pertemuan II (Kelas Eksperimen)


No
1

Aspek yang
Diamati
Menyampaikan
informasi penting
terkait materi
Mendeskripsikan
konsep dengan
benar dan baik
Menggunakan
bahasa yang baik

Tinggi rendah nada


suara

Sikap yang
meyakinkan/percaya
diri
Isyarat tubuh
Menanggapi
pendapat teman
Memperhatikan
Sikap peduli diskusi
Bertanya dalam
diskusi

6
7
8
9
10

Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
2 2 3 3 3 3 2 3 3

2 2 3 3 3 2 2 3 3

3 3 2 2 3 3 2 3 2

3 1 1 2 2 3 1 3 1

3 2 2 3 2 2 1 3 2

3 1 2 2 2 2 1 2 2

3 3 3 2 3 2 3 3 3

2 3 3 3 3 3 3 3 2
3 2 3 2 3 2 1 3 1

2
1

2
3

2
2

3
3

3
3

3
3

3
3

3
3

3
3

3
3

3
3

3 2 2 3 3 1 1 3 2

No

Skor
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Jml
Skor

Kategori

106

88,33

tinggi

Mendeskripsikan
konsep dengan
benar dan baik

100

83,33

tinggi

Menggunakan
bahasa yang baik

102

85

tinggi

Tinggi rendah nada


suara

74

61,66

sedang

Sikap yang
meyakinkan/percaya
diri
Isyarat tubuh

82

68,33

sedang

68

56,66

sedang

115

95,83

sangat
tinggi

111

92,5

sangat
tinggi

6
7

Aspek yang
Diamati
Menyampaikan
informasi penting
terkait materi

Menanggapi
pendapat teman

Memperhatikan

Sikap peduli diskusi

99

82,5

tinggi

10

Bertanya dalam
diskusi

87

72,5

sedang

Rekapitulasi Observasi Pertemuan III (Kelas Eksperimen)


No
1

Aspek yang
Diamati
Menyampaikan
informasi penting
terkait materi
Mendeskripsikan
konsep dengan
benar dan baik
Menggunakan
bahasa yang baik

Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
3 2 3 3 3 2 3 3 2

3 2 3 2 3 3 2 3 2

3 3 3 3 3 3 2 3 2

3 1 2 2 2 2 1 3 2

2 2 2 3 1 3 2

3 2 3 3 1 2 2

3 3 3 3 2 3 3

3 3 3 2 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3

2
3

3
3

3
3

3
3

3
3

3
2

3
3

3
3

3
3

3
3

3
3

3 2 2 3 3 3 3

Tinggi rendah nada


suara

Sikap yang
meyakinkan/percaya 3 2
diri
Isyarat tubuh
2 2
Menanggapi
3 2
pendapat teman
Memperhatikan
3 3
Sikap peduli diskusi 3 2
Bertanya dalam
3 2
diskusi

6
7
8
9
10

No
1

Aspek yang
Diamati
Menyampaikan
informasi penting
terkait materi
Mendeskripsikan
konsep dengan
benar dan baik
Menggunakan
bahasa yang baik

Tinggi rendah nada


suara

Sikap yang
meyakinkan/percaya
diri
Isyarat tubuh
Menanggapi
pendapat teman

6
7
8

Memperhatikan

Sikap peduli diskusi

10

Bertanya dalam
diskusi

Skor
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Jml
Skor

Kategori

108

90

sangat
tinggi

105

87,5

tinggi

110

91,6

sangat
tinggi

83

69,2

sedang

89

74,2

sedang

77

64,2

sedang

112

93,3

sangat
tinggi

117

97,5

114

95

103

85,8

sangat
tinggi
sangat
tinggi
sangat
tinggi

90% A < 100%

Sangat Tinggi

75% B < 90%

Tinggi

55% C < 75%

Sedang

40% D < 55%

Rendah

0% E < 40%

Rendah sekali

REKAPITULASI VALIDASI TES ESSAY


No.
Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Status
Catatan

5
5
5
1
5
4
5
3
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5
4
5
3
4
2
4
5
5
5
2
2
5
5
4
2
5
5
5
4
4
5
VALID

5
4
4
2
2
5
4
4
4
5
5
5
3
4
5
4
5
5
5
5
5
4
3
4
3
5
5
4
4
3
4
4
4
4
5
5
5
3
4
5
VALID

5
3
5
1
2
2
3
2
5
3
3
3
5
2
5
3
5
5
5
5
5
3
3
1
2
5
3
2
2
2
3
5
1
1
5
3
4
3
4
4
VALID

3
4
5
2
2
5
3
2
4
3
3
3
4
2
5
3
5
4
5
5
3
3
5
3
3
2
1
5
2
3
2
4
2
2
2
2
2
2
2
4
VALID

Nomor Soal
5
6
3
3
4
1
2
3
2
1
5
5
3
3
5
2
5
2
5
5
4
4
4
1
5
1
2
4
4
1
2
2
2
4
1
2
3
2
2
2
3
4
VALID

5
3
5
4
4
5
3
3
5
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
3
5
5
3
3
5
3
4
3
3
5
5
5
4
5
5
VALID

4
5
5
4
3
5
4
4
4
4
3
5
4
4
2
3
4
3
4
5
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
2
4
4
4
4
4
UNVALID

5
4
4
4
4
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
3
5
3
5
3
5
4
5
5
3
4
5
4
5
4
3
5
3
4
5
4
5
UNVALID

3
4
4
3
3
4
5
4
5
4
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5
4
4
5
5
4
3
5
4
3
4
3
4
5
4
4
4
4
VALID

Data berdasarkan hasil SPSS versi 12. Didapat 7 soal valid dari 9 butir soal.
Dari hasil SPSS.12 didapat koefisien reliabilitas sebesar 0,780.

LEMBAR OBSERVASI
Kemampuan Komunikasi Siswa pada Pembelajaran Model Reciprocal Teaching
Kelompok
:
Pertemuan ke- :
Diskusi Kelompok Reciprocal
Kode Subyek (Nama / Nomor)
No

Aspek yang diamati


1

1.

Menyampaikan informasiinformasi penting terkait


materi yang sedang dibahas.

2.

Mendeskripsikan suatu
konsep dengan benar dan
baik
Menggunakan bahasa yang
baik dan mudah dipahami
oleh teman kelompoknya.

3.

4.

Menyampaikan materi
dengan menarik (disertai
humor, tinggi rendah nada
suara, dll)

5.

Menampilkan sikap yang


meyakinkan saat berbicara
(percaya diri, yakin saat
menyampaikan, riang,
ramah, dll)

6.

Menggunakan gerak atau


isyarat tubuh saat berbicara
(gerak tangan, mata, dll)

7.

Menanggapi pendapat
teman kelompok

8.

Memperhatikan,
mendengarkan teman
kelompoknya yang sedang
menyampaikan pendapat /
materi diskusi.

9.

Menunjukkan sikap peduli


dalam diskusi.

10.

Bertanya dalam diskusi

Nama
:
Kelompok :
No.Tugas :

Lembar Kerja Siswa (LKS)


Konsep
Sub Konsep

: Protista
: Protista mirip hewan ( Protozoa)

Setelah membaca dan mempelajari sub konsep Protozoa, kerjakanlah LKS


berikut sesuai tugas masing-masing individu dalam kelompok. Lalu jelaskan
hasil pekerjaan kelompok kalian didepan kelas !
I.

Rangkumlah materi Protozoa, catat hal-hal yang dianggap penting


dari teks yang dibagikan !

II.

Buatlah pertanyaan dari


pertanyaan tersebut !

gambar

dibawah

ini

lalu

jawablah

Gambar Pembelahan Sel Amoeba

III.

Amoeba tidak memiliki bentuk tubuh yang tetap, tetapi dapat


berubah-ubah sesuai dengan gerakannya. Pada bagian luar Amoeba
terdapat membran plasma yang mengelilingi tubuhnya, membran ini
dapat membentuk pseudopodia sebagai alat gerak.
Menurut kamu bagaimana cara amoeba bergerak, menangkap dan
mencerna makanan? Jelaskan menurut pemahamanmu !

IV.

Tulislah hal-hal yang kurang jelas dan belum dipahami pada materi
Protozoa !
Diskusikan dengan teman kelompokmu untuk dicari pemecahannya!

Nama
:
Kelompok :
No.Tugas :

Lembar Kerja Siswa (LKS)


Konsep
Sub Konsep

: Protista
: Protista mirip tumbuhan (Alga)

Setelah membaca dan mempelajari sub konsep Alga, kerjakanlah LKS berikut
sesuai tugas masing-masing individu dalam kelompok. Lalu jelaskan hasil
pekerjaan kelompok kalian didepan kelas !
I.

Rangkumlah materi Alga, catat hal-hal yang dianggap penting dari


teks yang dibagikan !

II.

Buatlah pertanyaan dari


pertanyaan tersebut !

gambar

dibawah

ini

lalu

jawablah

Gambar Reproduksi Alga Spyrogyra


III.

Kebanyakan alga dapat berkembangbiak secara generatif dan


vegetatif. Perkembangbiakan generatif biasanya dengan fertilisasi
dan konjugasi. Perkembangan vegetatif biasanya dengan
pembelahan biner, fragmentasi maupun pembentukan zoospora.
Jelaskan menurut pemahamanmu, apa yang dimaksud dengan
fertilisasi, konjugasi, pembelahan biner, fragmentasi dan
pembentukan zoospora !

IV.

Tulislah hal-hal yang kurang jelas dan belum dipahami pada materi
Alga !
Diskusikan dengan teman kelompokmu untuk dicari pemecahannya!

Nama
:
Kelompok :
No.Tugas :

Lembar Kerja Siswa (LKS)


Konsep
Sub Konsep

: Protista
: Protista mirip jamur

Setelah membaca dan mempelajari sub konsep Protista mirip jamur,


kerjakanlah LKS berikut sesuai tugas masing-masing individu dalam kelompok.
Lalu jelaskan hasil pekerjaan kelompok kalian didepan kelas !
V.

Rangkumlah materi protista mirip jamur, catat hal-hal yang


dianggap penting dari teks yang dibagikan !

VI.

Buatlah pertanyaan dari


pertanyaan tersebut !

gambar

dibawah

ini

lalu

jawablah

Gambar Siklus Hidup Jamur Lendir Mixomycota

VII.

Jamur lendir tidak bersekat mengubah bentuk tubuh sebagai


respon atas perubahan lingkungan. Dalam keadan lingkungan yang
lembab, bentuk tubuhnya berupa massa berinti banyak yang disebut
plasmodium, lalu jamur ini mencari makan dengan bergerak
berpindah tempat di tanah lembab, daun maupun kayu busuk untuk
memakan bakteri. Fase ini berupa fase vegetatif yang mirip
Amoeba. Jika lingkungan kering, jamur ini berhenti bergerak dan
merubah bentuk tubuhnya, berupa tangkai yang ujungnya
membentuk struktur reproduksi. Fase ini berupa fase dewasa.
Jelaskan menurut pemahamanmu reproduksi jamur lendir pada fase
ini !

VIII. Tulislah hal-hal yang kurang jelas dan belum dipahami pada materi
protista mirip jamur !
Diskusikan dengan teman kelompokmu untuk dicari pemecahannya!

PENGUJIAN HIPOTESIS DATA PRETES (TES ESSAY)


Rumusan Hipotesis
Ho : 1 = 2
Ha : 1 > 2
Kriteria Pengujian
1. Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima
2. Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak
Dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 40+40-2 = 78

(n1 1) S1 + (n2 1) S 2
(n1 + n2 2)
2

S2 total =

(40 1)214,04 + (40 1)145,76


(40 + 40 2)

8347,56 + 5684,64
78

= 179,9
S

= 179,9
= 13,41

X1 X 2

1
1
s
+
n1 n 2

47,1 45,3
1
1
13,41
+
40 40

1,8
13,41x 0,05

= 0,61

Setelah t hitung diperoleh, ditentukan t tabel. Karena didalam tabel distribusi t


tidak terdapat nilai untuk dk=78, maka dipergunakan nilai terdekat yaitu 80,
diperoleh t tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,99.
Kesimpulan :
Karena didapat t hitung < t tabel (0,61<1,99) maka hipotesis nol (H0) diterima dan
hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Artinya kedua kelas pada dasarnya memiliki nilai
yang sama.

PENGUJIAN HIPOTESIS DATA POSTES (TES ESSAY)

Rumusan Hipotesis
Ho : 1 = 2
Ha : 1 > 2
Kriteria Pengujian
3. Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima
4. Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak
Dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 40+40-2 = 78
(n1 1) S1 + (n2 1) S 2
S total =
(n1 + n2 2)
2

(40 1)239,5 + (40 1)264,75


(40 + 40 2)

9340,5 + 10325,25
78

= 252,125
S

= 252,125
= 15,88

X1 X 2

1
1
+
s
n1 n 2

67,47 58
1
1
15,88
+
40 40

9,47
15,88 x 0,05

= 2,67

Setelah t hitung diperoleh, ditentukan t tabel. Karena didalam tabel distribusi t


tidak terdapat nilai untuk dk=78, maka dipergunakan nilai terdekat yaitu 80,
diperoleh t tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,99.
Kesimpulan :
Karena didapat t hitung>t tabel (2,67>1,99) maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan
hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan
penerapan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa pada konsep
protista.

PROTISTA
Sub Konsep : Protista mirip Tumbuhan (Alga)

Bacalah wacana di bawah ini, kemudian kerjakan LKS yang telah dibagikan sesuai tugas
masing-masing !
Alga dapat ditemukan di air laut, air tawar dan menempel di tempat-tempat yang
lembab. Alga ada yang hidup sendiri-sendiri (soliter) ada juga yang berkoloni. Sel-sel alga
dikelilingi oleh dinding sel sehingga memberikan bentuk yang tetap. Alga tidak memiliki akar,
batang dan daun sejati, tubuh seperti itu disebut talus, itulah sebabnya alga tidak dapat
dikelompokkan kedalam kingdom Plantae (tumbuhan).
Dalam sel alga terdapat berbagai plastida, yaitu organel sel yang mengandung zat
warna (pigmen). Plastida utama pada alga adalah kloroplas, kloroplas mengandung pigmen
klorofil yang berperan penting dalam proses fotosintesis, karena itu alga bersifat autotrof.
Pigmen lain yang terdapat pada sel alga adalah fikosianin (warna biru), xantofil (warna
kuning), karoten (warna keemasan), fikosantin (warna pirang) dan fikoeritrin (warna merah).
Berdasarkan zat warna (pigmen) yang dikandungnya, alga dibedakan menjadi beberapa filum,
yaitu : Euglenophyta, Chrysophyta, Pyrrhophyta, Chlorophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta.
1. E u g l e n o p h y t a
Euglenophyta adalah organisme satu sel yang memiliki ciri
mirip hewan sekaligus mirip tumbuhan. Dianggap mirip tumbuhan
karena memiliki klorofil dan dapat berfotosintesis. Dianggap mirip
hewan karena selnya tidak berdinding, dapat bergerak bebas dan
memiliki bintik mata. Hidup di air tawar, permukaan tanah dan
tempat lembab. Salah satu contohnya adalah Euglena. Bentuk sel
Euglena oval memanjang, pada salah satu ujungnya terdapat mulut
sel yang ditumbuhi satu cambuk atau flagella untuk bergerak.
Dekat mulut sel terdapat bintik mata (stigma) berwarna merah
untuk membedakan gelap dan terang. Didalam sitoplasma (cairan
sel) terdapat butir-butir kloroplas yang berisi klorofil, karena itu
Euglena berwarna hijau. Euglena memperoleh makanan dengan
fotosintesis dan memakan zat-zat organik, berkembangbiak dengan
membelah diri yaitu dengan pembelahan biner.
2, C h r y s o p h y t a (Alga keemasan)
Filum Alga ini dibagi menjadi tiga kelas, yaitu alga hijau-kuning (memiliki pigmen
xantofil (pigmen kuning) selain klorofil, contohnya Vaucheria), alga keemasan (memiliki
pigmen klorofil dan karoten (pigmen keemasan), contohnya Ochromonas), dan diatom
(contohnya Navicula).
3. P y r r h o p h y t a (Alga Api)
Alga api sering disebut Dinoflagellata, tubuhnya satu sel dan bergerak aktif. Ciri
utamanya adalah diluar sel terdapat celah dan alur yang masing-masing mengandung satu
flagella. Kebanyakan hidup dilaut, berkembangbiak dengan membelah diri. Alga api yang
hidup dilaut bersifat fosforesensi, yaitu memiliki fosfor yang memendarkan cahaya, karena
itu disebut alga api.

4. C h l o r o p h y t a ( Alga Hijau)
Sebagian besar hidup di air tawar, sebagian kecil di laut. Chlorophyta merupakan
bagian dari plankton (makanan hewan air dan ikan) di air tawar dan laut. Selnya dikelilingi
oleh dinding sel sehingga bentuknya tetap. Memiliki kloroplas yang mengandung klorofil a, b,
karoten dan xantofil. Didekat kloroplas terdapat pirenoid berbentuk bulat terang, pirenoid
adalah rongga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan berupa
amilum. Reproduksi secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual). Reproduksi
vegetatif dapat dengan pembelahan biner, pembentukan zoospora dan fragmentasi.
Zoospora adalah spora yang dapat bergerak dengan berenang menggunakan flagella.
Reproduksi generatif dengan penyatuan sel gamet jantan dan betina betina. Contoh alga
hijau diantaranya adalah Chlorella, Chlorococcum, Chlamydomonas, Volvox, Hydrodictyon,
Spirogyra, Oedogonium, Ulva dan Chara.
a. Chlorella
Bentuk sel bulat dengan kloroplas berbentuk mangkuk. Perkembangbiakan vegetatif,
dilakukan dengan pembelahan sel.
b. Chlamydomonas
Bentuk sel bulat telur dengan 2 flagela sebagai alat gerak. Dalam sel terdapat satu
vakuola, satu nukleus, dan kloroplas. Reproduksi vegetatif dengan membentuk zoospora,
generatif dengan konjugasi. Secara morfologi gamet jantan dan betina tidak dapat
dibedakan (isogami).
c. Spirogyra
Tubuhnya tersusun atas sel-sel yang membentuk untaian memanjang seperti benang.
Setiap sel mengandung kloroplas berbentuk pita spiral dan sebuah inti. Reproduksi vegetatif
dengan fragmentasi, generatif dengan konjugasi.
d. Ulva
Hidup menempel pada dasar perairan laut, berbentuk seperti lembaran daun.
5. P h a e o p h y ta ( Alga Coklat)
Alga ini berwarna kecoklatan karena memiliki pigmen fikosantin selain klorofil.
Sebagian besar hidup di air laut dangkal, Tubuhnya melekat pada batu-batuan dengan
pelekap (semacam akar) sedangkan talusnya terapung di air laut. Memiliki gelembunggelembung udara yang mengandung cadangan udara untuk respirasi. Reproduksi vegetatif
dengan fragmentasi, reproduksi generatif dengan cara membentuk alat kelamin yang
disebut konseptakel jantan dan betina. Dalam konseptakel jantan terdapat anteridium yang
menghasilkan spermatozoid, dalam konseptakel betina tedapat oogonium yang menghasilkan
ovum. Lalu spermatozoid membuahi ovum dan menghasilkan zigot.
6. R h o d o p h y t a ( Alga Merah)
Hidup dilaut, Tubuhnya bersel banyak, bentuknya seperti rumput sehingga sering
disebut rumput laut. Tubuh berwarna merah karena selain mengandung klorofil juga
mengandung pigmen fikoeritrin. Reproduksi seksual dengan peleburan antara spermatozoid
dan ovum menghasilkan zigot. Didalam laut, Rhodophyta tampak berwarna merah, tetapi saat
terdampar dipantai, cahaya akan merusak pigmen merah sehingga alga tampak berwarna
biru, cokelat atau hijau tua.

PROTISTA
Sub Konsep : Protista mirip Jamur

Bacalah wacana di bawah ini, kemudian kerjakan LKS yang telah dibagikan sesuai tugas
masing-masing !

Protista mirip jamur dibagi kedalam dua filum, yaitu jamur lendir dan jamur air.
Keduanya dimasukkan dalam kingdom protista karena struktur tubuh dan cara
reproduksinya berbeda dengan kelompok fungi. Reproduksi jamur lendir mirip reproduksi
fungi, tetapi pada fase vegetatifnya bergerak mirip Amoeba. Struktur membran sel jamur
air mirip Alga walaupun tidak berklorofil. Karena itu jamur lendir dan jamur air dimasukkan
kedalam kingdom protista dan bukan dimasukkan kedalam kingdom fungi.
1. Filum Jamur Lendir
Jamur lendir dapat dijumpai di hutan basah, tanah lembab, sampah
basah, batang kayu yang membusuk dan kayu lapuk. Struktur tubuh vegetatif
berbentuk seperti lendir atau plasmodium, yaitu suatu massa protoplasma
tanpa dinding yang berinti banyak (multinukleat). Pada fase vegetatif
tersebut sifat-sifat jamur mirip dengan Amoeba, tetapi reproduksinya mirip
dengan fungi.
Pada fase vegetatif, plasmodium bergerak ameboid untuk mengelilingi dan menelan
makanan yang berupa bahan organik. Makanan dicerna di dalam vakuola makanan, dan sisasisa yang tidak tercerna ditinggalkan sewaktu plasmodium bergerak. Selanjutnya jika telah
mencapai tingkat dewasa, plasmodium membentuk sporangium (kotak spora) yang mirip
dengan sporangium jamur. Bentuk sporangiumnya sangat kecil, bertangkai dan berisi banyak
spora. Sporangium yang matang akan pecah dan spora disebarkan angin.
Spora yang jatuh ditempat yang sesuai akan berkecambah dan membentuk sel gamet
yang berflagela atau sel gamet yang mirip Amoeba. Kedua bentuk sel tersebut dengan
mudah dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Sel-sel gamet ini bersifat
haploid. Sel-sel gamet melakukan singami. Singami adalah peleburan dua gamet yang bentuk
dan ukurannya sama dan tidak dapat dibedakan jantan atau betina. Maka singami dilakukan
antara sesama sel gamet yang berflagel atau sesama sel gamet yang mirip amoeba.
Hasil peleburan kedua gamet yang sama tersebut membentuk zigot. Zigot kemudian tumbuh
menjadi plasmodium dewasa.

Ada dua tipe jamur lendir sesuai namanya yaitu jamur lendir tidak bersekat
(Myxomycota) dan jamur lendir bersekat (Acrasiomycota). Keduanya ada yang uniseluler
atau multiseluler.
a. Jamur Lendir Tidak Bersekat (Myxomycota)
Massa berinti banyak (plasmodium) myxomycota bergerak berpindah tempat di tanah
atau sepanjang dasar hutan, di daun busuk, kayu busuk untuk memakan bakteri. Plasmodium
memiliki banyak inti tetapi tidak dapat dibagi menjadi beberapa sel-sel terpisah.
Myxomycota yang sedang bergerak berukuran sebesar buah anggur.
Jamur lendir mengubah bentuk tubuhnya sebagai respons atas perubahan lingkungan. Jika
lingkungan lembab dan makanan seperti bakteri dan kapang cukup banyak, jamur ini
berbentuk plasmodium (massa berinti banyak). Jika lingkungan kering atau kekurangan
makanan, jamur lendir tersebut berhenti bergerak dan membentuk tangkai yang ujungnya
membentuk struktur reproduksi. Struktur reproduksi ini akan melepaskan sel tunggal
(ameba), dan siklus kemudian dimulai kembali.
b. Jamur lendir bersekat (Acrasiomycota)
Pada Acrasiomycota, sel-sel individu tetap terpisah saat mereka bergabung
membentuk pseudoplasmodium atau massa multiseluler. Pada Acrasiomycota, jika makanan
berkurang, ameba mensekresikan zat kimia yang merangsang ameba untuk bergabung
membentuk pseudoplasmodium seperti siput tanpa cangkang. Pseudoplasmodium bergerak
kearah cahaya . Jika ada makanan pseudoplasmodium ini berhenti dan membentuk tubuh
buah bertangkai yang mengandung spora reproduksi. Sel tangkai akan menghilang dan spora
bertahan. Jika kondisi lingkungan baik, spora membentuk ameba dan siklus berulang.
2. Filum Jamur Air (Oomycota)
Oomycota merupakan protista mirip jamur yang hidup ditempat lembab atau di air.
Ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Tubuh terdiri dari benang-benang hifa tidak bersekat melintang
(senositik) sehingga didalamnya dijumpai inti dalam jumlah banyak.
b. Dinding selnya terdiri dari selulosa.
c. Melakukan reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora, yang
memiliki dua flagela untuk berenang didalam air.
d. Melakukan reproduksi seksual dengan membentuk gamet (sel
kelamin), setelah fertilisasi akan terbentuk zigot yang tumbuh
menjadi oospora.
Nama filum Oomycota diambil dari cirinya yang dapat menghasilkan oospora. Oospora
adalah spora yang dibentuk oleh zigot yang berdinding tebal, dan setelah itu terjadi fase
istirahat. Dinding tebal itu digunakan sebagai perlindungan. Jika kondisi memungkinkan,
spora akan tumbuh menjadi hifa baru. Contoh dari Oomycota adalah Saprolegnia,
Phythopthora, dan Pythium. Saprolegnia merupakan jamur yang hidup saprofit terutama
pada bangkai hewan di air.

PROTISTA
Sub Konsep : Protista mirip Hewan (Protozoa)

Bacalah wacana di bawah ini, kemudian kerjakan LKS yang telah dibagikan sesuai tugas
masing-masing !
Protista adalah makhluk hidup kecil berukuran mikroskopis yang sering ditemukan
di air kolam dan tempat-tempat lembab. Sebagian besar protista memiliki ciri yang mirip
dengan hewan dan tumbuhan. Ada yang berwarna hijau dan mampu melakukan fotosintesis
seperti tumbuhan, ada juga yang mampu bergerak seperti hewan.
Dalam pembahasannya, protista dikelompokkan menjadi protista mirip hewan,
protista mirip tumbuhan, dan protista mirip jamur karena ciri-ciri yang dimilikinya, yaitu
ada protista yang dapat bergerak seperti hewan, ada yang dapat berfotosinesis seperti
tumbuhan, ada pula yang bereproduksi seperti fungi (jamur).
Protista mirip Hewan
Berdasarkan alat geraknya protista mirip hewan dibedakan menjadi 4 filum, yaitu

Flagellata, Rhizopoda, Ciliata, dan Sporozoa.


Filum Flagellata
Flagellata bergerak dengan menggunakan flagel atau bulu cambuk. Salah satu
contohnya adalah Trypanosoma yang hidup parasit pada darah manusia.

Filum Rhizopoda,
Salah satu contohnya adalah Amoeba. bergerak dengan
kaki semu (pseudopoda), tidak mempunyai bentuk yang
tetap (bentuk selnya dapat berubah-ubah), membran
plasma yang lentur menyelubungi tubuhnya. Membran ini
dapat membentuk alat gerak
Pseudopoda, yakni dengan
menjulurkan membran kearah
luar. Amoeba berkembangbiak
dengan melakukan pembelahan
langsung
yang
disebut
pembelahan
biner,
yaitu
pembelahan yang tidak melalui tahap-tahap pembelahan
mitosis.

Jika ada makanan (seperti bakteri atau bahan organik lain), pseudopodanya
dijulurkan dan amoeba bergerak kearah makanan tersebut. Sesampainya di dekat makanan,
pseudopoda mengelilingi makanan itu lalu makanan tersebut masuk kedalam tubuh amoeba
melalui permukaan membran plasma, caranya pseudopoda yang mengelilingi makanan
bersatu hingga terbentuk rongga makanan yang disebut vakuola makanan. Vakuola makanan

beredar didalam sitoplasma. Makanan yang ada didalamnya dicerna, lalu sari-sari makanan
dimasukkan kedalam sitoplasma/cairan sel, sedangkan sisa-sisa makanan berbentuk padat
tetap berada didalam vakuola. Vakuola yang berisi sisa makanan tersebut kemudian menepi
ke membran dan membran plasma pecah sehingga sisa makanan tersebut dapat
dikeluarkan.

Filum Cilliata

Salah satu contohnya adalah Paramaecium. Permukaan tubuhnya memiliki banyak


rambut getar (silia). Paramaecium bergerak dengan menggetarkan silianya. Pada
permukaan sel yang melekuk terdapat mulut sel. Di sebelah dalam membran sel terdapat
sitoplasma, inti sel, dan vakuola. Paramaecium memiliki dua inti, yaitu inti kecil
(mikronukleus) dan inti besar (makronukleus), vakuola juga ada dua yaitu vakuola makanan
yang berfungsi untuk mencerna dan mengedarkan makanan dan vakuola berdenyut untuk
mengeluarkan sisa makanan cair.
Mulut sel berfungsi untuk memasukkan makanan ke
dalam sel. Jika silia di sekitar mulut sel digetarkan, maka
terjadi aliran air keluar masuk mulut sel. Bersamaan dengan
aliran air, terbawa makanan berupa bakteri dan sisa bahan
organik yang terkumpul didalam mulut sel, kemudian
dimasukkan ke dalam kerongkongan sel (sitofaring). Dari
kerongkongan sel makanan masuk ke dalam vakuola makanan.
Vakuola makanan dapat beredar keseluruh tubuh untuk
mencerna makanan. Lalu sari makanan masuk kedalam
sitoplasma/cairan sel, sedangkan sisa makanan berbentuk
padat tetap berada di vakuola, vakuola itu kemudian menepi ke
membran sel dan sisa makanan dikeluarkan melalui membran
selnya.
Filum Sporozoa
Semua anggota filum ini bersifat parasit. Sporozoa tidak memiliki alat gerak.
Contohnya adalah Plasmodium falciparum. Plasmodium mengalami dua fase dalam siklus
hidupnya, yaitu fase sporogoni dan fase skizogoni yang masing-masing terjadi pada dua
organisme yang berbeda. Fase sporogoni adalah fase pembentukan spora ditubuh nyamuk
Anopheles betina, sporanya disebut sporozoit. Fase skizogoni adalah fase pembentukan
gamet yang terjadi dalam tubuh manusia.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (R.P.P)


KELAS EKSPERIMEN

Sekolah

: MAN 2 Bogor

Mata Pelajaran

: IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

Kelas / Semester : X (Sepuluh) / 1 (Satu)


Alokasi Waktu

: 6 jam pelajaran (3 x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup.

B. Kompetensi Dasar
2.3. Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam kingdom Protista, dan peranannya bagi kehidupan.

C. Indikator
1. Menyampaikan pemahaman pada konsep protista
2. Menjelaskan alasan pengelompokan / dasar klasifikasi protista.
3. Menjelaskan struktur tubuh, cara gerak, cara makan, ciri-ciri dan reproduksi protista melalui tulisan,
gambar, atau tabel .

D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. Menjelaskan ciri-ciri protista berdasarkan kelompoknya.
2. Mengenali protista berdasarkan ciri morfologinya.
3. Menjelaskan fisiologi (fungsi alat tubuh) protista.

E. Materi Pembelajaran
Pertemuan pertama : Protista mirip Hewan ( Protozoa)
Pertemuan kedua

: Protista mirip Tumbuhan (Alga)

Pertemuan ketiga

: Protista mirip Jamur

F. Model / Metode Pembelajaran


Model Pembelajaran

Direct Instruction (DI)

Reciprocal Teaching

Metode Pembelajaran :

Ceramah

Diskusi kelompok Reciprocal

Diskusi kelas

Dialog Interaktif / Tanya Jawab

G. Skenario / Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Reciprocal Teaching


Pertemuan Pertama

Alokasi waktu
10

Kegiatan
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Motivasi
Guru meyakinkan siswa untuk dapat aktif berdiskusi dalam

kelompoknya sendiri maupun dalam

diskusi kelas.
b. Apersepsi
Guru membahas sedikit materi mengenai protista dan mengajukan pertanyaan sederhana apakah
protista merupakan hewan?
c. Prasyarat Pengetahuan
Protista adalah makhluk hidup mikroskopis.

60

2. Kegiatan Inti
a.Guru memperkenalkan model reciprocal (5)
b. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok. Masing-masing kelompok berjumlah 5 orang. (5)
c. Guru membagi tugas masing-masing siswa dalam setiap kelompok, tugas berupa 4 tahapan
reciprocal. Materi

tentang protista mirip hewan (protozoa), setiap siswa dalam kelompok memiliki

peran masing-masing :
1. Merangkum materi ( oleh 2 orang siswa)
2. Membuat pertanyaan
3. Membuat prediksi jawaban
4. Mengklarifikasikan hal yang sulit (5)
d. Siswa melaksanakan diskusi reciprocal, masing-masing siswa melaksanakan tugas masing-masing
dalam kelompok dan mendiskusikannya dengan teman kelompok. (20)
e. Perwakilan kelompok maju ke depan mempresentasikan hasil kerja
( dipilih 3 kelompok saja). (15)
f. Diskusi antar kelompok (10)

20

3. Kegiatan Penutup
a. Penjelasan singkat guru tentang hasil diskusi dan penjelasan guru tentang materi protozoa (20)
b. Guru memberitahu siswa bahwa pada pertemuan berikutnya pembelajaran masih menggunakan
model reciprocal, materi protista mirip tumbuhan (alga).
c. Guru memberitahu siswa di setiap kelompok agar melaksanakan 4 tahapan reciprocal secara
bergantian.

Pertemuan Kedua
Alokasi Waktu
10

Kegiatan
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Motivasi
Guru meyakinkan siswa untuk dapat aktif berdiskusi dalam

kelompoknya sendiri maupun dalam

diskusi kelas.
b. Apersepsi
Guru membahas sedikit materi mengenai protista mirip tumbuhan, dan mengajukan pertanyaan
sederhana Adakah protista yang dapat berfotosintesis?
c.

Prasyarat Pengetahuan
Protista ada yang memiliki ciri seperti tumbuhan.

60

2. Kegiatan Inti
a. Siswa duduk berdasarkan kelompok (5)
b. Siswa melaksanakan diskusi reciprocal (25)
c. Perwakilan kelompok maju ke depan mempresentasikan hasil kerja (dipilih 3 kelompok). (20)
d. Diskusi antar kelompok (10)

20

3. Kegiatan Penutup
a. Penjelasan singkat guru tentang hasil diskusi, dan penjelasan guru tentang materi alga. (20)
b. Guru memberitahu siswa bahwa pada pertemuan berikutnya pembelajaran masih menggunakan
model reciprocal, materi protista mirip jamur.
c. Guru memberitahu siswa di setiap kelompok agar melaksanakan 4 tahapan reciprocal secara
bergantian.

Pertemuan Ketiga
Alokasi waktu
10

Kegiatan
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Motivasi
Guru meyakinkan siswa untuk dapat aktif berdiskusi dalam kelompoknya sendiri maupun dalam
diskusi kelas.
b. Apersepsi
Guru membahas sedikit materi mengenai protista mirip jamur, sebelumnya mengajukan pertanyaan
ringan Apakah protista mirip jamur dapat bergerak?
c. Prasyarat Pengetahuan
Protista ada yang memiliki ciri seperti jamur.

60

2. Kegiatan Inti
a. Siswa duduk berdasarkan kelompok (5)
b. Siswa melaksanakan diskusi reciprocal (25)
c. Perwakilan kelompok maju ke depan mempresentasikan hasil kerja (dipilih 2 kelompok). (20)
d. Diskusi antar kelompok (10)

20

3. Kegiatan Penutup
a. Penjelasan singkat guru tentang hasil diskusi, dan penjelasan guru tentang materi protista mirip jamur.
(20)
b. Guru memberitahu siswa bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan harian protista.

H. Sumber Belajar
a. Buku IPA Jilid 1
b. LKS Reciprocal
c. Lembar Wacana Protista

I. Penilaian Hasil Belajar Ranah Kognitif

Indikator Pencapaian
Menyampaikan

Teknik
Uraian

Bentuk
Instrumen
Tes Essay

Instrumen
1. Amoeba termasuk kedalam protista mirip hewan. Amoeba tidak

pemahaman pada suatu

memiliki bentuk tubuh yang tetap, tetapi dapat berubah-ubah sesuai

konsep

dengan gerakannya. Bagaimana cara Amoeba bergerak, menangkap


dan mencerna makanan? Jelaskan menurut pemahamanmu !

Indikator Pencapaian
Menjelaskan

alasan

Teknik
Uraian

Bentuk

Instrumen

Instrumen
Tes Essay

pengelompokan / dasar

2. Mengapa kingdom protista dikelompokkan menjadi protista mirip


hewan, protista mirip tumbuhan dan protista mirip jamur? Jelaskan !

klasifikasi
Merefleksikan

Uraian

Tes Essay

pemahaman dari suatu

3. (Disajikan gambar)
Jelaskan proses pembelahan sel Amoeba dalam bentuk paragraf!

gambar
Menyebutkan informasi

Uraian

Tes Essay

4. (Disajikan tabel)

dan menjelaskan data

Berdasarkan tabel diatas, alga dapat bereproduksi secara generatif

yang didapat dari tabel.

maupun vegetatif. Jelaskan menurut pemahamanmu, bagaimana


reproduksi alga secara generatif dan vegetatif !

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (R.P.P)


KELAS KONTROL

Sekolah

: MAN 2 Bogor

Mata Pelajaran

: IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

Kelas / Semester : X (Sepuluh) / 1 (Satu)


Alokasi Waktu

: 6 jam pelajaran (3 x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup.

B. Kompetensi Dasar
2.3. Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam kingdom Protista, dan peranannya bagi kehidupan.

C. Indikator
1. Menyampaikan pemahaman pada konsep protista
2. Menjelaskan alasan pengelompokan / dasar klasifikasi protista.
3. Menjelaskan struktur tubuh, cara gerak, cara makan, ciri-ciri dan reproduksi protista melalui tulisan,
gambar, atau tabel .

D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
4. Menjelaskan ciri-ciri protista berdasarkan kelompoknya.
5. Mengenali protista berdasarkan ciri morfologinya.
6. Menjelaskan fisiologi (fungsi alat tubuh) protista.

E. Materi Pembelajaran
Pertemuan pertama : Protista mirip Hewan ( Protozoa)
Pertemuan kedua

: Protista mirip Tumbuhan (Alga)

Pertemuan ketiga

: Protista mirip Jamur

F. Model / Metode Pembelajaran


Model Pembelajaran

Direct Instruction (DI)

Metode Pembelajaran :

Ceramah

Dialog Interaktif / Tanya Jawab

G. Skenario / Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Metode Konvensional


Pertemuan Pertama
Alokasi Waktu
10

Kegiatan
4. Kegiatan Pendahuluan
a. Motivasi
Guru menggali ingatan siswa tentang makhluk hidup mikroskopis.
b. Apersepsi
Guru membahas sedikit materi mengenai protista dan mengajukan pertanyaan
sederhana apakah protista merupakan hewan?
c. Prasyarat Pengetahuan
Protista adalah makhluk hidup mikroskopis.

70

5. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan tentang materi protista mirip hewan.
b. Siswa duduk mendengarkan dan mencatat.
c. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan bila ada yg
kurang dimengerti
d. Siswa bertanya bila ada hal yg kurang dimengerti.

e. Guru bertanya pada siswa.


f. Siswa menjawab pertanyaan guru.
10

6. Kegiatan Penutup
a. Guru memberikan kesimpulan.

Pertemuan Kedua

Kegiatan

Alokasi
Waktu
10

2. Kegiatan Pendahuluan
a. Motivasi
Guru memberitahu siswa tentang adanya kelompok protista mirip tumbuhan
b. Apersepsi
Guru membahas sedikit materi mengenai protista mirip tumbuhan, dan mengajukan
pertanyaan sederhana Adakah protista yang dapat berfotosintesis?
c. Prasyarat Pengetahuan
Protista ada yang memiliki ciri seperti tumbuhan.

70

2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan tentang materi protista mirip tumbuhan
b. Siswa duduk mendengarkan dan mencatat.
c. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan bila ada yg
kurang dimengerti
d. Siswa bertanya bila ada hal yg kurang dimengerti.
e. Guru bertanya pada siswa.
f. Siswa menjawab pertanyaan guru.

10

3. Kegiatan Penutup
a. Guru memberikan kesimpulan.

Pertemuan Ketiga
Alokasi

Kegiatan

Waktu
10

1. Kegiatan Pendahuluan
a. Motivasi
Guru memberitahu siswa tentang adanya kelompok protista mirip jamur.
b. Apersepsi
Guru membahas sedikit materi mengenai protista mirip jamur, sebelumnya
mengajukan pertanyaan ringan Apakah protista mirip jamur dapat bergerak?
c. Prasyarat Pengetahuan
Protista ada yang memiliki ciri seperti jamur.

70

2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan tentang materi protista mirip jamur.
b. Siswa duduk mendengarkan dan mencatat.
c. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan bila ada yg
kurang dimengerti
d. Siswa bertanya bila ada hal yg kurang dimengerti.
e. Guru bertanya pada siswa.

f. Siswa menjawab pertanyaan guru.


10

3. Kegiatan Penutup
a. Guru memberikan kesimpulan.
b. Guru memberikan tugas rumah pada siswa.

H. Sumber Belajar
a. Buku IPA Jilid 1
b. Buku-buku yang relevan

I. Penilaian Hasil Belajar Ranah Kognitif


Indikator
Pencapaian
Menyampaikan

Teknik
Uraian

Bentuk

Instrumen

Instrumen
Tes Essay

1. Amoeba termasuk kedalam protista mirip hewan. Amoeba tidak

pemahaman pada

memiliki bentuk tubuh yang tetap, tetapi dapat berubah-ubah

suatu konsep

sesuai dengan gerakannya. Bagaimana cara Amoeba bergerak,


menangkap

dan

pemahamanmu !

mencerna

makanan?

Jelaskan

menurut

Indikator
Pencapaian
Menjelaskan

alasan

Teknik
Uraian

Bentuk

Instrumen

Instrumen
Tes Essay

5. Mengapa kingdom protista dikelompokkan menjadi protista

pengelompokan

mirip hewan, protista mirip tumbuhan dan protista mirip jamur?

/dasar klasifikasi

Jelaskan !

Merefleksikan

Uraian

Tes Essay

pemahaman dari

6. (Disajikan gambar)
Jelaskan proses pembelahan sel Amoeba dalam bentuk paragraf!

suatu gambar
Menyebutkan

Uraian

Tes Essay

7. (Disajikan tabel)

informasi dan

Berdasarkan tabel diatas, alga dapat bereproduksi secara generatif

menjelaskan data

maupun vegetatif. Jelaskan menurut pemahamanmu, bagaimana

yang didapat dari

reproduksi alga secara generatif dan vegetatif !

tabel.

Skor Penilaian Butir Soal Tes Essay


No. Butir Soal
3,5

Skor
5

Keterangan Skor
Benar, jelas, cara penyampaian berurutan.

Benar tetapi cara penyampaian tidak berurutan/kurang jelas.

Hanya sebagian yang benar dari yang ditanyakan, cara


penyampaian berurutan.

Hanya sebagian yang benar tetapi cara penyampaian tidak


berurutan/kurang jelas.

4,1,2

Salah

Benar, disertai penjelasan yang lengkap / alasan tepat

Benar tetapi penjelasan kurang lengkap / alasan kurang tepat.

Hanya sebagian yang benar, cara penyampaian jelas.

Hanya sebagian yang benar, cara penyampaian kurang jelas.

Salah

Menjelaskan arti/maksud dari gambar secara terperinci, lengkap,


konsep benar.

Menjelaskan arti/maksud dari gambar terperinci, lengkap, tetapi


konsep kurang benar.

Menjelaskan arti/maksud dari gambar kurang terperinci dan


lengkap, konsep benar.

Menjelaskan tidak lengkap, konsep kurang benar

Tidak dapat menjelaskan arti dari gambar, konsep salah.

7a

Memberi judul yang tepat

7b

Konsep benar, jelas dan tepat

Ada beberapa konsep yang salah, kurang jelas dan tepat

Menyebutkan informasi secara jelas, konsep benar.

Menyebutkan informasi kurang jelas.

7c

I. Jawablah pertanyaan berikut ini sesuai dengan pemahamanmu, dan

gunakan kata-katamu sendiri dalam menjelaskannya !


1. Mikro organisme atau makhluk hidup kecil disebut Protista. Sebagian
besar Protista memiliki ciri-ciri yang mirip dengan hewan dan
tumbuhan. Ada yang berwarna hijau dan mampu berfotosintesis seperti
tumbuhan, adapula yang mampu bergerak seperti hewan. Namun dalam
sistem klasifikasi 5 kingdom, Protista tidak dikelompokkan kedalam
kingdom Animalia maupun Plantae, melainkan berdiri sendiri dalam
kingdom Protista. Mengapa demikian? Jelaskan menurut pemahamanmu!
2. Mengapa kingdom protista dikelompokan menjadi protista mirip hewan,

protista mirip tumbuhan dan protista mirip jamur? Jelaskan!


3. Amoeba termasuk kedalam protista mirip hewan. Amoeba tidak
memiliki bentuk tubuh yang tetap, tetapi dapat berubah-ubah sesuai
dengan gerakannya. Bagaimana cara Amoeba bergerak, menangkap dan
mencerna makanannya? Jelaskan menurut pemahamanmu !
4. Mengapa jamur lendir dan jamur air dikelompokkan dalam kingdom

protista dan bukan dalam kingdom fungi ?


5. Jelaskan bagaimana cara Paramaecium makan dan mengeluarkan sisa
makanannya !
6. Berikut adalah gambar pembelahan sel Amoeba

Jelaskan proses pembelahan sel tersebut dalam bentuk Paragraph!

7. Berikut adalah gambar siklus hidup/reproduksi jamur lendir :

Jelaskan proses siklus tersebut dalam bentuk paragraph!

8. Berikut adalah daftar filum anggota Protista :

Mastigophora (Protista berbulu cambuk)

Sarcodina (Protista berkaki semu)

Ciliophora atau Ciliata (Protista bersilia)

Sporozoa (Protista berspora)

Euglenophyta (Euglena)

Chrysophyta (Alga keemasan)

Pyrrophyta (Alga api)

Chlorophyta (Alga hijau)

Phaeophyta (Alga coklat)

Rhodophyta (Alga merah)

Jamur lendir

Oomycota (Jamur air)

Golongkan filum tersebut ke dalam 3 kelompok protista (protista mirip


hewan, protista mirip tumbuhan dan protista mirip jamur) dalam
bentuk bagan !
9. Perhatikan tabel berikut ini :
Filum

Euglenophyta

Warna

Hijau (klorofil Keemasan

Dominan

a dan b,

(pigmen)
untuk

Chrysophyta Pyrrhophyta

Chlorophyta

Phaeophyta

Rhodophyta

Hijau

Cokelat

Merah

(klorofil a

(klorofil a

(klorofil a

kehitaman

karoten,

dan c,

dan b,

dan c,

(klorofil a,

xantofil)

karoten,

karoten)

karoten,

karoten,

xantrofil)

fikobilin, dan

Cokelat

xantofil)

fotosinte

beberapa

sis

mengandung
klorofil d)
Jumlah

1-3, di ujung

dan letak

1 atau 2, di

1 di tengah, 1

2 atau lebih,

2 di tengah

ujung

di ujung

terletak di

hanya pada

ujung

sperma

Selulosa

Selulosa dan

Selulosa dan

flagel
Komponen

Tanpa dinding

Senyawa

dinding

sel

pektin

beberapa

beberapa

dengan

polisakarida

polisakarida

Di air laut

Sebagian

sel

Selulosa

Tidak ada

silika
Habitat

Sebagian

Sebagian

Di laut dan di

Sebagian

besar di air

besar di air

air tawar

besar di air

tawar

tawar

tawar dan
sedikit di
laut

besar di laut

Reproduk

Pembelahan

Generatif

Pembelahan

Generatif

Generatif

si

biner

dan

biner

dan

dan

vegetatif

vegetatif

vegetatif

(pembentuk

(pembelahan

(fragmenta-

an zoospora)

biner,

si)

Generatif

fragmentasi,
pembentukan
zoospora)
Manfaat

Bahan

Bahan

Menghasilka

Makanan

penggosok,

makanan

n asam

suplemen

isolasi,

suplemen,

alginat

kesehatan,

bahan dasar

obat-obatan

sebagai

bahan

industri

dan kosmetik

pengental

pembuat

kaca, dan

dalam

agar-agar

penyaring

produk
makanan
(sirup, es
krim, dll)

Berdasarkan tabel diatas, jawablah pertanyaan berikut :


a. Beri judul yang sesuai untuk tabel diatas !
b. Berdasarkan tabel diatas, alga dapat bereproduksi secara generatif
maupun vegetatif. Jelaskan menurut pemahamanmu, bagaimana
reproduksi alga secara generatif dan vegetatif !
c. Informasi apa saja yang kalian dapatkan dari tabel di atas? Jabarkan
dengan kata-katamu sendiri!

I. Jawablah pertanyaan berikut ini sesuai dengan pemahamanmu, dan

gunakan kata-katamu sendiri dalam menjelaskannya !


1. Mikro organisme atau makhluk hidup kecil disebut Protista. Sebagian
besar Protista memiliki ciri-ciri yang mirip dengan hewan dan
tumbuhan. Ada yang berwarna hijau dan mampu berfotosintesis seperti
tumbuhan, adapula yang mampu bergerak seperti hewan. Namun dalam
sistem klasifikasi 5 kingdom, Protista tidak dikelompokkan kedalam
kingdom Animalia maupun Plantae, melainkan berdiri sendiri dalam
kingdom Protista. Mengapa demikian? Jelaskan menurut pemahamanmu!
2. Mengapa kingdom protista dikelompokan menjadi protista mirip hewan,

protista mirip tumbuhan dan protista mirip jamur? Jelaskan!


3. Amoeba termasuk kedalam protista mirip hewan. Amoeba tidak
memiliki bentuk tubuh yang tetap, tetapi dapat berubah-ubah sesuai
dengan gerakannya. Bagaimana cara Amoeba bergerak, menangkap dan
mencerna makanannya? Jelaskan menurut pemahamanmu !
4. Mengapa jamur lendir dan jamur air dikelompokkan dalam kingdom

protista dan bukan dalam kingdom fungi ?


5. Jelaskan bagaimana cara Paramaecium makan dan mengeluarkan sisa
makanannya !
6. Berikut adalah gambar pembelahan sel Amoeba

Jelaskan proses pembelahan sel tersebut dalam bentuk Paragraph!

7. Perhatikan tabel berikut ini :


Filum

Euglenophyta

Chlorophyta

Phaeophyta

Rhodophyta

Warna

Hijau (klorofil Keemasan

Hijau

Cokelat

Merah

Dominan

a dan b,

(klorofil a

(klorofil a

(klorofil a

kehitaman

(pigmen)

karoten,

dan c,

dan b,

dan c,

(klorofil a,

untuk

xantofil)

karoten,

karoten)

karoten,

karoten,

xantrofil)

fikobilin, dan

fotosinte

Chrysophyta Pyrrhophyta
Cokelat

xantofil)

beberapa

sis

mengandung
klorofil d)
Jumlah

1-3, di ujung

dan letak

1 atau 2, di

1 di tengah, 1

2 atau lebih,

2 di tengah

ujung

di ujung

terletak di

hanya pada

ujung

sperma

Selulosa

Selulosa dan

Selulosa dan

flagel
Komponen

Tanpa dinding

Senyawa

dinding

sel

pektin

beberapa

beberapa

dengan

polisakarida

polisakarida

Di air laut

Sebagian

sel

Selulosa

Tidak ada

silika
Habitat

Sebagian

Sebagian

Di laut dan di

Sebagian

besar di air

besar di air

air tawar

besar di air

tawar

tawar

besar di laut

tawar dan
sedikit di
laut

Reproduk

Pembelahan

Generatif

Pembelahan

Generatif

Generatif

si

biner

dan

biner

dan

dan

Generatif

vegetatif

vegetatif

vegetatif

(pembentuk

(pembelahan

(fragmenta-

an zoospora)

biner,

si)

fragmentasi,
pembentukan
zoospora)
Manfaat

Bahan

Bahan

Menghasilka

Makanan

penggosok,

makanan

n asam

suplemen

isolasi,

suplemen,

alginat

kesehatan,

bahan dasar

obat-obatan

sebagai

bahan

industri

dan kosmetik

pengental

pembuat

kaca, dan

dalam

agar-agar

penyaring

produk
makanan
(sirup, es
krim, dll)

Berdasarkan tabel diatas, jawablah pertanyaan berikut :


a. Beri judul yang sesuai untuk tabel diatas !
b. Berdasarkan tabel diatas, alga dapat bereproduksi secara generatif
maupun vegetatif. Jelaskan menurut pemahamanmu, bagaimana
reproduksi alga secara generatif dan vegetatif !
c. Informasi apa saja yang kalian dapatkan dari tabel di atas? Jabarkan
dengan kata-katamu sendiri!

Uji N-Gain
Kelas Eksperimen
No Pretes Postes
1
26
43
2
26
34
3
74
94
4
40
63
5
34
54
6
63
86
7
43
51
8
66
97
9
37
63
10
23
34
11
34
63
12
23
57
13
34
43
14
43
77
15
37
74
16
54
91
17
23
66
18
57
83
19
54
66
20
54
74
21
69
83
22
57
86
23
60
74
24
51
54
25
46
60
26
46
63
27
60
74
28
60
74
29
37
54
30
40
66
31
63
77
32
69
83
33
34
46
34
34
66
35
23
40
36
46
66
37
57
74
38
69
77
39
54
74
40
77
91

N-Gain
0.23
0.11
0.77
0.38
0.30
0.62
0.14
0.91
0.41
0.14
0.44
0.44
0.14
0.59
0.58
0.80
0.56
0.61
0.26
0.43
0.45
0.68
0.35
0.06
0.26
0.31
0.35
0.35
0.27
0.43
0.38
0.45
0.18
0.48
0.22
0.37
0.41
0.26
0.43
0.61
16.16

Kelas Kontrol
No Pretes Postes
1
43
60
2
48
69
3
57
69
4
48
46
5
37
54
6
43
43
7
57
89
8
54
83
9
28
26
10
43
83
11
46
71
12
74
89
13
46
71
14
37
80
15
60
43
16
43
66
17
34
63
18
37
51
19
60
60
20
51
46
21
46
40
22
34
31
23
23
49
24
51
80
25
40
57
26
37
23
27
46
57
28
48
60
29
26
34
30
43
60
31
23
57
32
43
60
33
51
49
34
51
80
35
43
77
36
68
57
37
74
49
38
57
60
39
23
34
40
54
51

N-Gain
0.29
0.40
0.28
-0.04
0.27
0
0.74
0.63
-0.02
0.70
0.46
0.57
0.46
0.68
-0.42
0.40
0.44
0.22
0
-0.10
-0.11
-0.04
0.33
0.59
0.28
-0.22
0.20
0.23
0.11
0.29
0.44
0.29
-0.04
0.59
0.60
-0.34
-0.96
0.07
0.14
-0.06
8.35

a. Kelas Eksperimen
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

X
0.06
0.11
0.14
0.18
0.22
0.23
0.26
0.27
0.3
0.31
0.35
0.37
0.38
0.41
0.43
0.44
0.45
0.48
0.56
0.58
0.59
0.61
0.62
0.68
0.77
0.80
0.91

F
1
1
3
1
1
1
3
1
1
1
3
1
2
2
3
2
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
40

Distribusi Frekuensi Skor N-Gain


b. Kelas Kontrol
F.X
0.06
0.11
0.42
0.18
0.22
0.23
0.78
0.27
0.3
0.31
1.05
0.37
0.76
0.82
1.29
0.88
0.9
0.48
0.56
0.58
0.59
1.22
0.62
0.68
0.77
0.8
0.91
16.16

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

F.X

-0.02
-0.04
-0.06
-0.1
-0.11
-0.22
-0.34
-0.42
-0.96
0
0.07
0.11
0.14
0.2
0.22
0.23
0.27
0.28
0.29
0.33
0.4
0.44
0.46
0.57
0.59
0.6
0.63
0.68
0.7
0.74

1
3
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
3
1
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
40

-0.02
-0.12
-0.06
-0.1
-0.11
-0.22
-0.34
-0.42
-0.96
0
0.07
0.11
0.14
0.2
0.22
0.23
0.27
0.56
0.87
0.33
0.8
0.88
0.92
0.57
1.18
0.6
0.63
0.68
0.7
0.74
8.35

Di mana :
X
= N-Gain
F
= Frekuensi (jumlah siswa)
Dengan kategori perolehan N-Gain :
(<g>) > 0,70
: Tinggi
0,70 (<g>) 0,30 : Sedang
(<g>) < 0,30
: Rendah
a. Kelas Eksperimen
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa :
1) Mean N-Gain sebesar 0,4 yang tergolong kategori sedang.

FX
F

16,16
= 0,404
40
2) Siswa yang termasuk kategori tinggi terdapat 3 orang.
Mean / Rata-rata =

3
x 100 % = 7,5 %
40
3) Siswa yang termasuk kategori sedang terdapat 25 orang.
25
x 100 % = 62,5%
40
4) Siswa yang termasuk kategori rendah terdapat 12 orang.
12
x 100 % = 30%
40
b. Kelas Kontrol

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa :


1) Mean N-Gain sebesar 0,2 yang tergolong kategori rendah.

FX
F

8,35
= 0,208
40
2) Siswa yang termasuk kategori tinggi terdapat 1 orang.
1
x 100 %= 2,5 %
40
3) Siswa yang termasuk kategori sedang terdapat 14 orang.
14
x 100 % = 35 %
40
4) Siswa yang termasuk kategori rendah terdapat 25 orang.
25
x 100 % = 62,5
40
Mean/ Rata-rata =

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

Varians Eksperimen
Xi
Xi-X
0.23
-0.174
0.11
-0.294
0.77
0.366
0.38
-0.024
0.30
-0.104
0.62
0.216
0.14
-0.264
0.91
0.506
0.41
0.006
0.14
-0.264
0.44
0.036
0.44
0.036
0.14
-0.264
0.59
0.186
0.58
0.176
0.80
0.396
0.56
0.156
0.61
0.206
0.26
-0.144
0.43
0.026
0.45
0.046
0.68
0.276
0.35
-0.054
0.06
-0.344
0.26
-0.144
0.31
-0.094
0.35
-0.054
0.35
-0.054
0.27
-0.134
0.43
0.026
0.38
-0.024
0.45
0.046
0.18
-0.224
0.48
0.076
0.22
-0.184
0.37
-0.034
0.41
0.006
0.26
-0.144
0.43
0.026
0.61
0.206

(Xi-X)2
0.030276
0.086436
0.133956
0.000576
0.010816
0.046656
0.069696
0.256036
0.000036
0.069696
0.001296
0.001296
0.069696
0.034596
0.030976
0.156816
0.024336
0.042436
0.020736
0.000676
0.002116
0.076176
0.002916
0.118336
0.020736
0.008836
0.002916
0.002916
0.017956
0.000676
0.000576
0.002116
0.050176
0.005776
0.033856
0.001156
0.000036
0.020736
0.000676
0.042436
1.49816

Varians Kontrol
No
Xi
1
0.29
2
0.40
3
0.28
4
-0.04
5
0.27
6
0
7
0.74
8
0.63
9
-0.02
10
0.70
11
0.46
12
0.57
13
0.46
14
0.68
15
-0.42
16
0.40
17
0.44
18
0.22
19
0
20
-0.10
21
-0.11
22
-0.04
23
0.33
24
0.59
25
0.28
26
-0.22
27
0.20
28
0.23
29
0.11
30
0.29
31
0.44
32
0.29
33
-0.04
34
0.59
35
0.60
36
-0.34
37
-0.96
38
0.07
39
0.14
40
-0.06

Xi-X
0.082
0.192
0.072
-0.248
0.062
-0.208
0.532
0.422
-0.228
0.492
0.252
0.362
0.252
0.472
-0.628
0.192
0.232
0.012
-0.208
-0.308
-0.318
-0.248
0.122
0.382
0.072
-0.428
-0.008
0.022
-0.098
0.082
0.232
0.082
-0.248
0.382
0.392
-0.548
-1.168
-0.138
-0.068
-0.268

(Xi-X)2
0.006724
0.036864
0.005184
0.061504
0.003844
0.043264
0.283024
0.178084
0.051984
0.242064
0.063504
0.131044
0.063504
0.222784
0.394384
0.036864
0.053824
0.000144
0.043264
0.094864
0.101124
0.061504
0.014884
0.145924
0.005184
0.183184
0.000064
0.000484
0.009604
0.006724
0.053824
0.006724
0.061504
0.145924
0.153664
0.300304
1.364224
0.019044
0.004624
0.071824
4.72706

Varians Kelas Eksperimen


S22 =

( Xi X )

Varians Kelas Kontrol

S1 2 =

n1 1

1,49816
39

= 0,0384

( Xi X )

n1 1

4,72706
39

= 0,1212

Uji Statistik

Pengujian dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 40 + 40 2


= 78
2

(n1 1) S1 + (n2 1) S 2
(n1 + n2 2)

S2 total =

(40 1)0,0384 + (40 1)0,1212


(40 + 40 2)

1,4976 + 4,7268
78

= 0,0798
S

= 0,0798
= 0,2825

X1 X 2

1
1
s
+
n1 n 2

0,404 0,208
1
1
0,2825
+
40 40

0,196
0,2825 x 0,05

= 3,16

Setelah t hitung diperoleh, ditentukan t tabel. Karena didalam tabel distribusi t


tidak terdapat nilai untuk dk=78, maka dipergunakan nilai terdekat yaitu 80,
diperoleh t tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,99.
Kesimpulan :
Karena didapat t hitung > t tabel (3,16>1,99) maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol.

Perhitungan Uji Normalitas


Uji normalitas menggunakan uji Liliefors dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar
2) Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus:
Zi = Xi X
S
Keterangan :
Zi = skor baku
Xi = skor data
X = mean
S = simpangan baku / standar deviasi (SD)
3) Tentukan Zt dengan mengkonsultasikan ke tabel Z.
4) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan
tabel Zi sebutkan dengan F ( Zi) dengan aturan jika Zi > 0, maka F
( Zi) = 0,5 + nilai tabel, jika Zi < 0, maka F ( Zi) = 0,5 nilai tabel.
5) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, Z3Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S ( Zi) maka:
S ( Zi) = banyaknya Z1, Z2, Z3, Zn Zi
N
6) Hitung selisih nilai F ( Zi ) S ( Zi ), kemudian tentukan harga
mutlaknya.
7) Ambil nilai terbesar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut,
nilai ini di namakan Lo.
8) Memberi interpretasi Lo dengan membandingkan Lt. Lt adalah
harga yang di ambil dari tabel harga kritis uji Liliefors.
9) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah di
dapat. Apabila Lo < Lt maka sampel berasal dari distribusi normal.

UJI NORMALITAS
Pretes ( Kelas Eksperimen)
Xi
23
26
34
37
40
43
46
51
54
56
60
63
66
69
74
77

F
4
2
5
3
2
2
3
1
4
3
3
2
1
3
1
1
40

Zn
4
6
11
14
16
18
21
22
26
29
32
34
35
38
39
40

Zi
-1.65
-1.44
-0.89
-0.69
-0.48
-0.28
-0.07
0.26
0.47
0.61
0.88
1.09
1.29
1.49
1.84
2.04

Z tabel
0.4505
0.4351
0.3133
0.2549
0.1844
0.1103
0.0279
0.1026
0.1808
0.2291
0.3106
0.3621
0.4015
0.4319
0.4671
0.4793

F (Z)
0.0495
0.0649
0.1867
0.2451
0.3156
0.3897
0.4721
0.6026
0.6808
0.7291
0.8106
0.8621
0.9015
0.9319
0.9671
0.9793

S (Z)
0.1
0.15
0.275
0.35
0.4
0.45
0.525
0.55
0.65
0.725
0.8
0.85
0.875
0.95
0.975
1.00

F (Z) - S (Z)
0.0505
0.0851
0.0883
0.1049
0.0844
0.0603
0.0529
0.0526
0.0308
0.0041
0.0106
0.0121
0.0265
0.0181
0.0079
0.0207
Lo = 0,1049

L tabel dengan taraf signifikansi 0,05, karena N > 30, maka L tabel :
0,886
40

0,886
= 0,1401
6,324

Karena Lo < L tabel ( 0,1049 < 0,1401) maka sampel berdistribusi normal.

Pretes (Kelas Kontrol)


Xi
23
26
28
34
37
43
46
48
51
54
56

F
3
1
1
2
4
7
5
3
4
2
2

Zn
3
4
5
7
11
18
23
26
30
32
34

Zi
-1,84
-1,60
-1,43
-0,94
-0,69
-0,19
0,06
0,22
0,47
0,72
0,89

Z tabel
0,4671
0,4452
0,4236
0,3264
0,2549
0,0754
0,0239
0,0871
0,1808
0,2642
0,3133

F (Z)
0,0329
0,0548
0,0764
0,1736
0,2451
0,4246
0,5239
0,5871
0,6808
0,7642
0,8133

S (Z)
0,075
0,1
0,125
0,175
0,275
0,45
0,575
0,65
0,75
0,8
0,85

F (Z) - S (Z)
0,0421
0,0452
0,0486
0,0014
0,0299
0,0254
0,0511
0.0629
0,0692
0,0358
0,0367

60
63
74

3
1
2
40

37
38
40

1,22
1,46
2,38

0,3888
0,4279
0,4913

0,8888
0,9279
0,9913

0,925
0,95
1,00

0,0362
0,0221
0,0087
Lo = 0,0692

L tabel dengan taraf signifikansi 0,05, karena N > 30, maka L tabel :
0,886
40

0,886
= 0,1401
6,324

Karena Lo < L tabel ( 0,0692 < 0,1401) maka sampel berdistribusi normal.

Postes (Kelas Eksperimen)


Xi
34
40
43
46
51
54
57
60
63
66
74
77
83
86
91
94
97

F
2
1
2
1
1
3
1
1
4
5
7
3
3
2
2
1
1
40

Zn
2
3
5
6
7
10
11
12
16
21
28
31
34
36
38
39
40

Zi
-2,16
-1,77
-1,58
-1,39
-1,06
-0,87
-0,68
-0,48
-0,29
-0,09
0,42
0,62
1,00
1,20
1,52
1,71
1,91

Z tabel
0,4846
0,4616
0,4429
0,4177
0,3554
0,3078
0,2518
0,1844
0,1141
0,0359
0,1628
0,2324
0,3413
0,3849
0,4357
0,4564
0,4719

F (Z)
0,0154
0,0384
0,0571
0,0823
0,1446
0,1922
0,2482
0,3156
0,3859
0,4641
0,6628
0,7324
0,8413
0,8849
0,9357
0,9564
0,9719

S (Z)
0,05
0,075
0,125
0,15
0,175
0,25
0,275
0,3
0,4
0,525
0,7
0,775
0,85
0,9
0,95
0,975
1,00

F (Z) - S (Z)
0,0346
0,0366
0,0679
0,0677
0,0304
0,0578
0,0268
0,0156
0.0141
0,0609
0,0372
0,0426
0,0087
0,0151
0,0143
0,0186
0,0281
Lo = 0,0679

L tabel dengan taraf signifikansi 0,05, karena N > 30, maka L tabel :
0,886
40

0,886
= 0,1401
6,324

Karena Lo < L tabel ( 0,0679 < 0,1401) maka sampel berdistribusi normal.

Postes (Kelas Kontrol)


Xi
23
26
31
34
40
43
46
49
51
54
57
60
63
66
69
71
74
80
83
89

F
1
1
1
2
1
2
2
3
2
1
4
6
1
1
2
2
1
3
2
2
40

Zn
1
2
3
5
6
8
10
13
15
16
20
26
27
28
30
32
33
36
38
40

Zi
-2,15
-1,97
-1,66
-1,47
-1,11
-0,92
-0,74
-0,55
-0,43
-0,24
-0,06
0,12
0,31
0,49
0,68
0,80
0,98
1,35
1,54
1,90

Z tabel
0,4842
0,4756
0,4515
0,4292
0,3665
0,3212
0,2704
0,2988
0,1664
0,0948
0,0239
0,0478
0,1217
0,1879
0,2518
0,2881
0,3365
0,4155
0,4382
0,4713

F (Z)
0,0158
0,0244
0,0485
0,0708
0,1335
0,1788
0,2296
0,2012
0,3336
0,4052
0,4761
0,5478
0,6217
0,6879
0,7518
0,7881
0,8365
0,9155
0,9382
0,9713

S (Z)
0,025
0,05
0,075
0,125
0,15
0,2
0,25
0,325
0,375
0,4
0,5
0,65
0,7
0,675
0,75
0,8
0,825
0,9
0,95
1,00

F (Z) - S (Z)
0,0092
0,0256
0,0265
0,0542
0,0165
0,0212
0,0204
0,1238
0.0414
0,0052
0,0239
0,1022
0,0783
0,0129
0,0018
0,0119
0,0115
0,0155
0,0118
0,0287
Lo = 0,1238

L tabel dengan taraf signifikansi 0,05, karena N > 30, maka L tabel :
0,886
40

0,886
= 0,1401
6,324

Karena Lo < L tabel ( 0,1238 < 0,1401) maka sampel berdistribusi normal.

UJI HOMOGENITAS
1. Uji Homogenitas Pretes Dua Kelas
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua
varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah :
F=

S1
S2

2
2

Dimana S12 adalah varians terbesar dan S22 adalah varians terkecil.
Langkah-langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis
Ho : varians populasi homogen.
Ha : varians populasi tidak homogen.
2. Kriteria Pengujian
Jika F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima, berarti kedua populasi
homogen
Jika F-hitung > F-tabel, maka Ha diterima, berarti kedua populasi tidak
homogen.
3. Derajat Kebebasan
Pembilang = db1 = n-1 = 40-1 = 39
Penyebut = db1 = n-1 = 40-1 = 39
4. F-hitung
Berdasarkan perhitungan data pretes kedua kelompok diperoleh S12 =
214,04 dan
F-hitung =

S22 = 145,76
214,04
= 1,47
145,76

5. F-tabel
Untuk db pembilang dan penyebut (39 dan 39) pada taraf signifikansi
0,05 tidak terdapat pada tabel distribusi F maka db pembilang dan
penyebut dibulatkan menjadi 40. Merujuk pada tabel distribusi F dengan
db pembilang dan penyebut sebesar 40, didapat F tabel sebesar 1,69
sehingga didapat F-hitung < F-tabel (1,47 < 1,69), ini berarti Ho diterima
yang berarti bahwa kedua kelas memiliki varians populasi homogen.

2. Uji Homogenitas Postes Dua Kelas


Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua
varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah :
F=

S1
S2

2
2

Dimana S12 adalah varians terbesar dan S22 adalah varians terkecil.
Langkah-langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis
Ho : varians populasi homogen.
Ha : varians populasi tidak homogen.
2. Kriteria Pengujian
Jika F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima, berarti kedua populasi
homogen
Jika F-hitung > F-tabel, maka Ha diterima, berarti kedua populasi tidak
homogen.
3. Derajat Kebebasan
Pembilang = db1 = n-1 = 40-1 = 39
Penyebut = db1 = n-1 = 40-1 = 39
4. F-hitung
Berdasarkan perhitungan data postes kedua kelompok diperoleh S12 =
264,75 dan

S22 = 239,5

F-hitung =

264,75
= 1,11
239,5

5. F-tabel
Untuk db pembilang dan penyebut (39 dan 39) pada taraf signifikansi
0,05 tidak terdapat pada tabel distribusi F maka db pembilang dan
penyebut dibulatkan menjadi 40. Merujuk pada tabel distribusi F dengan
db pembilang dan penyebut sebesar 40, didapat F tabel sebesar 1,69
sehingga didapat F-hitung < F-tabel (1,11 < 1,69), ini berarti Ho diterima
yang berarti bahwa kedua kelas memiliki varians populasi homogen.

Anda mungkin juga menyukai