Anda di halaman 1dari 23

Anggota :

Septiarina Putri D
Hengky Tri Cahyono
Anisa Hanif Rizki A
Arum Pratika H
M. Haedar Faraby

132010101052
132010101062
132010101063
132010101073
132010101075

Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata


yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia.
Kata itu terdiri dari dua kata yaitu philo, philos,
philein, yang mempunyai arti cinta/ pecinta/ mencintai
dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah,
hakikat kebenaran. Jadi secara harafiah istilah filsafat
adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang
hakiki. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya
(merenung) terhadap sesuatu secara metodik,
sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari
hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu
yang paling umum yang mengandung usaha mencari
kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan.

Filsafat selalu berurusan dengan manusia yang sudah dalam


perjalanannya (Peursen, 1983:3). Filsafat tidak hanya teori tetapi
juga praktek, tidak hanya abstrak, tetapi nyata tentang manusia.
Filsafat juga berhubungan dengan kehidupan sehari-hari,
misalnya manusia, keluarga, masyarakat, negara, sosial, ekonomi,
politik hukum, baik buruk, benar salah dan sebagainya (Sunoto,
1987:3). Dalam pengertian sebagai ilmu filsafat adalah suatu ilmu
yang membahas atau menyelidiki objek kajiannya secara
mendalam sampai diperoleh esensi (hakikat) untuk memperoleh
kebenaran.

Filsafat umum sangat banyak sejarahnya, diantaranya adalah


filsafat yunani kuno, filsafat islam, filsafat modern, filsafat abad ke19 dan 20, aliran-aliran filsafat dan sebagainya.Untuk menelusuri
filsafat Yunani, perlu dijelaskan terlebih dahulu asal kata filsafat.
Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM di Yunani
Dalam mempelajari sejarah filsafat yunani, berarti menyaksikan
kelahiran filsafat. Filsafat lahir diawali dengan adanya para filusuf pertama
yang memiliki keraguan atasmitos-mitos atau dongeng tentang asal muasal
segala sesuatu,baik alam semesta maupun manusia yang tidak bisa di
terima oleh akal manusia. Sudah barang tentu kemenangan akal atas
mitos-mitos itu tidak mungkin terjadi dengan tiba-tiba. Kemenangan itu
diperoleh secara berangsur-angsur, berjalan hingga berabad-abad.

Periode filsafat Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah


peradaban manusia. Hal ini disebabkan karena pada saat itu terjadi
perubahan pola pikir mitosentris yaitu pola pikir yang sangat
mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam.Orang yunani
yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa
segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada
mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir
(logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang
bersumber dari mitos (dongeng-dongeng).
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang
adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang, misteri
alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang
demikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran
untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya
mitologi.upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan
berfikir , ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang
dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa
ajaibThe Greek Miracleyang artinya dapat dijadikan sebagai landasan
peradaban dunia.

Filsafat: Secara etimologis cinta akan kebijaksanaan,


tapi dapat pula diartikan sebagai keinginan yang
sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran yang
sejati.
Filsafat Pancasila: Kebenaran dari sila-sila Pancasila
sebagai dasar negara atau dapat pula diartikan bahwa
Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang utuh
dan logis.
Kewarganegaraan: pengetahuan mengenai warga
negara di suatu negara tertentu.
Ontologi: Bidang filsafat yang membahas tentang
hakikat keberadaan sesuatu dan mencari hakikat
mengapa sesuatu itu ada.
Epistemologi: Bidang filsafat yang membahas hakikat
ilmu pengetahuan atau ilmu tentang ilmu.

Aksiologi : Bidang filsafat yang membahas


tentang hakikat nilai atau filsafat yang
membahas nilai praksis dari sesuatu.
Nilai : Segala sesuatu yang berguna atau
berharga bagi manusia.
Jati diri bangsa : Kepribadian bangsa yang
menjadi identitas nasional.
Globalisasi : Proses mendunia menjadi keadaan
tanpa batas antarnegara akibat kemajuan
teknologi informasi
Internasionalisasi: Upaya hegemoni negara maju
melalui isu dan permasalahan internasional.

Nasionalisme : Paham kebangsaan yang dianut


oleh suatu negara.
Sistem : Suatu kesatuan yang utuh dan tidak bisa
dipisahpisahkan di antara subsub Sistem.
Kausa materialis : Suatu kajian filsafat
Aristotelcs yang membahas tentang sebab
material dari sesuatu.
Kausa- finalis: Suatu kajian filsafat Aristoteles
yang membahas tentang sebab final dari sesuatu.
Kausa efisiensi: Suatu kajian filsafat Aristoteles
yang membahas tentang pelaku dari adanya
sesuatu.
Kausa forma: Suatu kajian filsafat Aristoteles
yang membahas tentang bentuk dari adanya
sesuatu.

Founding Fathers: Para pendiri negara yang


merumuskan Pancasila dan UUD 1945 dalam
mempersiapkan Indonesia merdeka.
Local Genius: Kreatifitas lokal yang keunggulan
kompetitif.
Local Wisdom: Kearifan lokal yang hidup dan
membentuk sikap bijak dalam suatu masyarakat.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara


merupakan landasan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
dengan berdasarkan pada nilai Ketuhanan, dan
kemanusiaan dalam wadah negara persatuan
Indonesia, dengan sistem (cara
kerakyatan/demokrasi) untuk mewujudkan
keadilan sosial

Sebagai filsafat, Pancasila memiliki


karakteristik sistem filsafat tersendiri yang
berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu antara
lain :
- Sila-sila Pancasila merupakan satukesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai
suatu totalitas). Dengan pengertian lain,
apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu
bukan Pancasila.

- Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang


bulat dan utuh itu dapat digambarkan
sebagai berikut :

Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila


2, 3, 4, 5
Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan
mendasari dan menjiwai sila 3, 4, 5
Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan
mendasari dan menjiwai sila 4, 5
Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3
dan mendasari dan menjiwai sila 5
Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3, 4

Pancasila sebagai suatu substansi, artinya


unsur asli/permanen/primer Pancasila
sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsurunsurnya berasal dari dirinya sendiri.
Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada
dalam diri manusia Indonesia dan
masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan
hidup bangsa, yang tumbuh, hidup dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat


dijelaskan sebagai berikut :

Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan


dengan materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari
nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia
sendiri.
Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan
dengan bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan
UUD 45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal)
Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI
dalam menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi
dasar negara Indonesia merdeka.
Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan
tujuannya, tujuan diusulkannya Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia merdeka.

Nilai adalah ide, bisa dikatakan konsep dan


bisa dikatakan abstraksi (Simon, 1986).
Dalam ungkapan lain, ditegaskan oleh Simon
(1986) bahwa sesungguhnya yang dimaksud
dengan nilai adalah jawaban yang jujur tapi
benar dari pertanyaan "what you are really,
really, really, want. "

Bangsa Indonesia sejak awal mendirikan negara,


berkonsensus untuk memegang dan menganut
Pancasila sebagai sumber inspirasi, nilai, dan moral
bangsa.
Secara epistemologis bangsa Indonesia punya
keyakinan bahwa nilai dan moral yang terpancar
dari asas Pancasila ini sebagai suatu hasil sublimasi,
serta kristalisasi dari sistem nilai budaya bangsa
dan agama yang seluruhnya bergerak vertikal, juga
horizontal serta dinamis dalam kehidupan
masyarakat.

Menurut Notonegoro , hakikat nilai-nilai


Pancasila dijadikan pangkal tolak
pelaksanaannya yang berwujud konsep
pengamalan yang bersifat subjektif dan
objektif.

Nilai-nilai yang bersumber dari hakikat Tuhan,


manusia, satu rakyat, dan adil dijabarkan menjadi
konsep Etika Pancasila, bahwa hakikat manusia
Indonesia adalah untuk memiliki sifat dan keadaan
yang berperi Ketuhanan Yang Maha Esa, berperi
Kemanusiaan, berperi Kebangsaan, berperi
Kerakyatan, dan berperi Keadilan Sosial.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta


sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia.
Dalam pembahasan inilah, sila sila pancasila
merupakan suatu sistem filsafat yang
konsekuensinya kelima sila tidak terpisah
pisah dan memiliki makna sendiri sendiri
tetapi memiliki makna yang utuh.

Terimakasih ..

Anda mungkin juga menyukai