Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata
yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu philo, philos, philein, yang mempunyai arti cinta/ pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harafiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan.
Filsafat selalu berurusan dengan manusia yang sudah dalam
perjalanannya (Peursen, 1983:3). Filsafat tidak hanya teori tetapi juga praktek, tidak hanya abstrak, tetapi nyata tentang manusia. Filsafat juga berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya manusia, keluarga, masyarakat, negara, sosial, ekonomi, politik hukum, baik buruk, benar salah dan sebagainya (Sunoto, 1987:3). Dalam pengertian sebagai ilmu filsafat adalah suatu ilmu yang membahas atau menyelidiki objek kajiannya secara mendalam sampai diperoleh esensi (hakikat) untuk memperoleh kebenaran.
Filsafat umum sangat banyak sejarahnya, diantaranya adalah
filsafat yunani kuno, filsafat islam, filsafat modern, filsafat abad ke19 dan 20, aliran-aliran filsafat dan sebagainya.Untuk menelusuri filsafat Yunani, perlu dijelaskan terlebih dahulu asal kata filsafat. Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM di Yunani Dalam mempelajari sejarah filsafat yunani, berarti menyaksikan kelahiran filsafat. Filsafat lahir diawali dengan adanya para filusuf pertama yang memiliki keraguan atasmitos-mitos atau dongeng tentang asal muasal segala sesuatu,baik alam semesta maupun manusia yang tidak bisa di terima oleh akal manusia. Sudah barang tentu kemenangan akal atas mitos-mitos itu tidak mungkin terjadi dengan tiba-tiba. Kemenangan itu diperoleh secara berangsur-angsur, berjalan hingga berabad-abad.
Periode filsafat Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah
peradaban manusia. Hal ini disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris yaitu pola pikir yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam.Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos (dongeng-dongeng). Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang, misteri alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaibThe Greek Miracleyang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
Filsafat: Secara etimologis cinta akan kebijaksanaan,
tapi dapat pula diartikan sebagai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran yang sejati. Filsafat Pancasila: Kebenaran dari sila-sila Pancasila sebagai dasar negara atau dapat pula diartikan bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang utuh dan logis. Kewarganegaraan: pengetahuan mengenai warga negara di suatu negara tertentu. Ontologi: Bidang filsafat yang membahas tentang hakikat keberadaan sesuatu dan mencari hakikat mengapa sesuatu itu ada. Epistemologi: Bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu tentang ilmu.
Aksiologi : Bidang filsafat yang membahas
tentang hakikat nilai atau filsafat yang membahas nilai praksis dari sesuatu. Nilai : Segala sesuatu yang berguna atau berharga bagi manusia. Jati diri bangsa : Kepribadian bangsa yang menjadi identitas nasional. Globalisasi : Proses mendunia menjadi keadaan tanpa batas antarnegara akibat kemajuan teknologi informasi Internasionalisasi: Upaya hegemoni negara maju melalui isu dan permasalahan internasional.
Nasionalisme : Paham kebangsaan yang dianut
oleh suatu negara. Sistem : Suatu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisahpisahkan di antara subsub Sistem. Kausa materialis : Suatu kajian filsafat Aristotelcs yang membahas tentang sebab material dari sesuatu. Kausa- finalis: Suatu kajian filsafat Aristoteles yang membahas tentang sebab final dari sesuatu. Kausa efisiensi: Suatu kajian filsafat Aristoteles yang membahas tentang pelaku dari adanya sesuatu. Kausa forma: Suatu kajian filsafat Aristoteles yang membahas tentang bentuk dari adanya sesuatu.
Founding Fathers: Para pendiri negara yang
merumuskan Pancasila dan UUD 1945 dalam mempersiapkan Indonesia merdeka. Local Genius: Kreatifitas lokal yang keunggulan kompetitif. Local Wisdom: Kearifan lokal yang hidup dan membentuk sikap bijak dalam suatu masyarakat.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara
merupakan landasan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan berdasarkan pada nilai Ketuhanan, dan kemanusiaan dalam wadah negara persatuan Indonesia, dengan sistem (cara kerakyatan/demokrasi) untuk mewujudkan keadilan sosial
Sebagai filsafat, Pancasila memiliki
karakteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu antara lain : - Sila-sila Pancasila merupakan satukesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan Pancasila.
- Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang
bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut :
Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila
2, 3, 4, 5 Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4, 5 Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5 Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3 dan mendasari dan menjiwai sila 5 Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3, 4
Pancasila sebagai suatu substansi, artinya
unsur asli/permanen/primer Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsurunsurnya berasal dari dirinya sendiri. Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan
dengan materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri. Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD 45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka. Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Nilai adalah ide, bisa dikatakan konsep dan
bisa dikatakan abstraksi (Simon, 1986). Dalam ungkapan lain, ditegaskan oleh Simon (1986) bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan nilai adalah jawaban yang jujur tapi benar dari pertanyaan "what you are really, really, really, want. "
Bangsa Indonesia sejak awal mendirikan negara,
berkonsensus untuk memegang dan menganut Pancasila sebagai sumber inspirasi, nilai, dan moral bangsa. Secara epistemologis bangsa Indonesia punya keyakinan bahwa nilai dan moral yang terpancar dari asas Pancasila ini sebagai suatu hasil sublimasi, serta kristalisasi dari sistem nilai budaya bangsa dan agama yang seluruhnya bergerak vertikal, juga horizontal serta dinamis dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Notonegoro , hakikat nilai-nilai
Pancasila dijadikan pangkal tolak pelaksanaannya yang berwujud konsep pengamalan yang bersifat subjektif dan objektif.
Nilai-nilai yang bersumber dari hakikat Tuhan,
manusia, satu rakyat, dan adil dijabarkan menjadi konsep Etika Pancasila, bahwa hakikat manusia Indonesia adalah untuk memiliki sifat dan keadaan yang berperi Ketuhanan Yang Maha Esa, berperi Kemanusiaan, berperi Kebangsaan, berperi Kerakyatan, dan berperi Keadilan Sosial.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta
sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia. Dalam pembahasan inilah, sila sila pancasila merupakan suatu sistem filsafat yang konsekuensinya kelima sila tidak terpisah pisah dan memiliki makna sendiri sendiri tetapi memiliki makna yang utuh.