Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
2.1.1 Larutan
Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang terjadi
ada 3 kemungkinan :
a. Campuran kasar, contoh : campuran tanah dan pasir, gula dan garam, dan
sebagainya.
b. Dispers koloid, contoh : larutan tanah liat dan air, sol Fe(OH) 3, dan
sebagainya.
c. Larutan sejati, contoh : larutan gula dalam air, garam dalam air, dan
sebagainya.
Atas dasar ini larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua zat
atau lebih. Keadaan fisika larutan dapat berupa gas, cair atau padat, dengan
perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang luas. Larutan terdiri atas zat yang
dilarutkan atau solute dan pelarut atau solvent. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh,
dan lewat jenuh. Larutan disebut jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak
dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari ini,
disebut larutan tidak jenuh dan bila lebih disebut lewat jenuh. Zat yang dapat
membentuk larutan lewat jenuh, misalnya natrium tiosulfat (Sukardjo, 2002).
2.1.2 Kelarutan
Hampir sebagian besar zat dapat melarut di dalam air, hanya ada yang mudah
dan bahkan ada pula yang sukar atau sedikit sekali larut. Kemampuan melarut suatu
zat di dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu berbeda-beda antara satu dengan
lainnya. Jumlah maksimal zat terlarut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu
inilah yang disebut kelarutan (solubility) zat itu. Pada umumnya turunnya suhu akan
menurunkan kelarutan dari zat terlarutnya. Berbeda dengan gas-gas, kelarutan gas
menurun dengan naiknya suhu di samping oleh pengaruh tekanan barometerdi atas
permukaan larutannya. Biasanya pernyataan kelarutan zat selalu disertai dengan
kondisi suhunya atau bila tanpa ada nilai suhunya berarti kelarutannya dimaksudkan

pada suhu kamar, sedangkan untuk gas-gas, kelarutannya sering disertai dengan
kondisi suhu dan tekanan udara permukaan (tekanan total) (HAM, 2005).
Kelarutan suatu zat dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia
solut dan pelarut pada suhu, tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat
pada pelarut tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan
cara menambahkan sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut
mengendap (tidak dapat larutlagi). Rentang kelarutan sangat bervariasi.Ada banyak
sekali zat kimia yang mempunyai kelarutan tak terbatas, dan hasilnya bercampur
sempurna (miscible), misalnya adalah etanol dalam air. Ada pula zat kimia yang
sama sekali tidak larut, sebagai contoh adalah perak klorida dalam air. Namun
kebanyakan suatu zat dapat terlarut dalam pelarut sampai tepat jenuh, setelah itu
mengendap seperti NaCl dalam air (Damayanti, dkk, 2013).
2.1.3 Pengaruh Temperatur pada Kelarutan
Kelarutan suatu solut pada pelarut tertentu sangat bergantung pada suhu. Pada
sebagian besar padatan yang dapat larut dalam air, kelarutan akan semakin
meningkat jika suhu dinaikkan melebihi 100 C. Solut ionik yang terlarut pada air
bersuhu tinggi (mendekati suhu kritis) cenderung berkurang karena perubahan sifat
dan struktur molekul air. Selain itu, tetapan dielektrik menyebabkan pelarut kurang
polar. Kelarutan senyawa organik selalu meningkat dengan naiknya suhu.Inilah yang
mendasari teknik pemurnian dengan rekristalisasi yang memanfaatkan perbedaan
kelarutan solut pada suhu rendah dan tinggi.
Jika kelarutan zat padat bertambah dengan kenaikan suhu, maka kelarutan gas
berkurang bila suhu dinaikkan, karena gas menguap dan meninggalkan pelarut. Ikan
akan mati dalam air panas karena kelarutan oksigen berkurang. Minuman akan
mengandung CO2 lebih banyak bila disimpan dalam lemari es dibandingkan di udara
terbuka (Damayanti, dkk, 2013).
2.1.4

Pengaruh Tekanan pada Kelarutan


Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat.

Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan
NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu.
Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut dalam
sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang

dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan
larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika
tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang
bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air (Krisnariansyah, 2012).
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan zat cair,
tetapi berpengaruh pada daya larut gas. Menurut hukum Henry, daya larut gas dalam
zat cair berbanding lurus dengan tekanan gas di atas zat cair pada kesetimbangan
(Sukardjo, 2002).
2.2 Aplikasi Kurva Kelarutan dalam Skala LabKelarutan Timbal Balik
Sistem Biner Fenol Air
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur
sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur
kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika
temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan
kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur
timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang
berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di
bawah temperatur kritis.
Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadest dinaikkan di atas 50C
maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol
dalam air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol
dari lapisan bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kelarutan
mencapai 66C maka komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan
keduanya dapat dicampur dengan sempurna.Temperatur kritis adalah kenaikan
temperatur tertentu dimana akan diperoleh komposisi larutan yang berada dalam
kesetimbangan.
Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat
kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap.
Disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu
fenol dan air. Fenol dan air kelarutanya akan berubah apabila dalam campuran itu
ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol atau air (Elvarindi, 2011).

Mulai

Ditimbang Fenol 4 gram terlebih daulu ke dalam


erlenmeyer

Dititrasi dengan aquadest hingga keruh, catat volume


(ml) aquadestyang didapat

Disusun alat dengan dilengkapi pengaduk, sumbat


tabung, dan termometer

Dimasukkan ke dalam water batchsambil diadukaduk catat suhu saa campuran berubah dari keruh
menjadi jernih

Diulangi percobaan sampai sampel larutan jernih dan


tidak menjadi keruh kembali

Selesai

Gambar 2.1 Flowchart Kelarutan Timbal Balik Sistem Biner


Fenol Air
(Elvarindi, 2011)

Anda mungkin juga menyukai