The Outcome of Conservative Treatment of Closed Fracture
The Outcome of Conservative Treatment of Closed Fracture
penggunaan U slab dan cast POP yang bertindak sebagai splint dinamis daripada
splint statis, mengoreksi angulasi hingga kurang dari 30 pada bidang koronal dan
kurang dari 20 pada bidang sagital. Manipulasi fraktur tidak diperlukan dan tidak
berpengaruh pada tingkat union atau posisi terakhir, dimana cast dapat mengoreksi
angulasi deformitas. Reduksi anatomis yang sempurna ditemukan tidak penting pada
fungsi anggota badan, dengan adanya virus angulasi dan bowing posterior. Insiden
delayed union lebih tinggi daripada kasus lain yang dilaporkan, meskipun definisi
delayed union bervariasi. Kesimpulan: Pada fraktur shaft humerus, baik imobilisasi
kaku atau dengan alignment yang baik merupakan hasil akhir yang sangat penting,
sehingga pengobatan konservatif adalah salah satu metode pengobatan yang paling
efektif dan perawatan operasi dapat menyebabkan efek buruk pada hasil dengan kasus
penilaian buruk dan harus dibatasi pada indikasi tertentu.
Kata kunci: fraktur shaft humerus, modalitas pengobatan, pengobatan konservatif,
dokter bedah ortopedi, perawatan operasi, deformitas angulasi.
PENDAHULUAN
Fraktur
shaft
humerus
umumnya didapatkan oleh dokter
bedah ortopedi; terjadi sekitar 3% dari
semua fraktur (Christensen, 1967).
Penanganan
cedera
ini
terus
berkembang baik secara non- operatif
maupun operatif. Terdapat beragam
pilihan penanganan dan kontroversi
mengenai metode terbaik pada banyak
situasi (Chapman, 2003). Kebanyakan
fraktur shaft humerus dapat ditangani
secara non- operatif dengan hasil baik
hingga sempurna. Penanganan non-
memperpanjang
sling;
(C)
lateral
dikoreksi
dengan
Imobilisasi thoracobrachial:
Stockinette Velpeau shoulder dressing
digunakan untuk imobilisasi shoulder
girdle. Hal ini merupakan perangkat
melewati bahu yang murah, nyaman
dan mudah dipasang (Gambar 4). Alat
ini sangat berguna pada fraktur
nondisplaced atau minimal displaced
pada anak- anak atau orang tua yang
tidak dapat mentoleransi metode
penanganan lain.
Shoulder spica cast: Indikasi
penggunaan shoulder spica cast masih
belum jelas. Indikasi utama ketika
reduksi tertutup fraktur membutuhkan
abduksi signifikan dan rotasi eksternal
ekstremitas atas. Namun, ketika situasi
yang tidak biasa ini terjadi, sering
dilakukan operasi.
Ketidakmampuan
untuk
mendapatkan
atau
mempertahankan
alignment
fraktur (Naver dan Aalberg,
1986).
Humeral fracture brace dapat
dipasang secara akut atau 1- 2 minggu
setelah pemasangan hanging arm cast
atau coaptation splint. Brace dipakai
selama minimal 8 minggu setelah
fraktur (Sarmiento et al, 1977; Naver
dan Aalberg, 1986).
Komplikasi:
Cedera saraf radial: Hingga
18% dari fraktur shaft humerus
mengalami cedera saraf radial. Cedera
saraf yang paling sering merupakan
neurapraksia atau axonotmesis; 90%
akan sembuh dalam waktu 3- 4 bulan
(Pollock et al 1981).
Cedera vaskular: Meskipun
jarang, cedera atau laserasi arteri
brakialis dapat terkait dengan fraktur
shaft humerus. Fraktur dengan cedera
vaskular merupakan keadaan ortopedi
darurat. Stabilisasi fraktur wajib untuk
melindungi perbaikan vaskular dan
meminimalkan
tambahan
cedera
jaringan lunak vaskular (Connolly,
1970;. McNamara et al, 1973).
Nonunion:
Literatur
menunjukkan bahwa 4 bulan adalah
jangka waktu yang wajar pada fraktur
Total
Pengobatan dinilai dengan
parameter berikut:
Alignment:
Pengukuran
angulasi humerus pada bidang
koronal (varus dan valgus) dan
bidang sagital (anterior dan
posterior) ditentukan dari foto
awal dan akhir.
Tingkat union: Union dinilai
secara klinis; dengan tidak
adanya nyeri tulang, nyeri dan
HASIL
Alignment: Semua fraktur
yang union dinilai sehubungan dengan
Alignment
pada
bidang
sagital (Tabel 3): Enam fraktur (30%)
pada awalnya undisplaced, 2 fraktur
(10%) mengalami angulasi anterior
10
Daya
yang
memproduksi
perpindahan posterior tidak selalu bisa
diatasi dengan pengobatan konservatif,
sehingga mengakibatkan 2 fraktur
dengan angulasi posterior awal yang
menyatu
dengan
peningkatan
deformitas posterior dan 1 fraktur
undisplaced menyatu dengan angulasi
posterior.
Pada 6 dari 12 fraktur dengan
angulasi posterior awal yang bersatu
tanpa perpindahan, kekuatan deformasi
yang muncul tidak menjadi tipe
pengobatan
konservatif
dan
kemungkinan besar berasal dari otot
trisep dan sebagian besar pasien
merasa nyaman dengan sling pendek.
Untuk menentang daya dibutuhkan
peningkatan berat dari cast POP, yang
akan meningkatkan resiko gangguan
dan konsekuensi nonunion.
Manipulasi
fraktur
tidak
diperlukan dan tidak mempengaruhi
tingkat union maupun posisi akhir
dimana cast mampu menkoreksi
deformitas angulasi.
Reduksi
anatomis
yang
sempurna ditemukan tidak penting
pada fungsi anggota tubuh dengan
adanya varus angulasi dan bowing
posterior. Hal ini mendukung temuan
Kennermann (1966) yang mencatat
hasil fungsional yang baik dengan
adanya residu bidang angulasi koronal
dan sagital, dengan deformitas tidak
melebihi 30.
11
12
14
15