mangan dioksida. Reaksi tersebut berlangsung sangat cepat dalam suasana netral. Oleh karena
itu, larutan kaliuum permanganat harus distandarisasi.
Digunakan asam oksalat sebagai titratnya karena merupakan asam kuat, ini
dikarenakan supaya reaksi tidak bolak-balik, sedangkan potensial elektroda sangat tergantung
pada pH. Standarisasi larutan KMnO4 ini dapat dilkukan dengan titrasi permanganometri
secara langsung , biasanya dilakukan pada analit yang dapat langsung dioksida. Kalium
permanganate merupakan zat pengoksida yang sangat kuat. Jadi pereaksi ini dapat dipakai
tanpa penambahan indikator, karena mampu bertindak sebagai indikator, oleh karena itu pada
larutan ini tidak ditambahkan indikator apapun dan langsung dititrasi dengan larutan
KMnO4. Reaksi antara permanganat dengan asam oksalat berjalan agak lambat pada suhu
kamar, sehingga sebelum asam oksalat dan H2CO4 ditritasi dengan KMnO4 harus dipanaskan
terlebih dahulu supaya reaksinya bisa cepat, tetapi kecepatan meningkat setelah ion
mangan(II) terbentuk mangan(II) bertindak sebagai suatu katalis dan reaksinya diberi istilah
otokatalitik karena katalis menghasilkan reaksi sendiri. Reaksi yang terjadi:
2MnO4- + 5H2C2O4+ 6H+ 2Mn2 + 10CO2 + 8H2O
Setelah pemanasan tersebut tersebut asam oksalat dan asam sulfat langsung
distandarisasi dengan KMnO4, setelah distandrisasi laruatan asam oksalat dengan asam sulfat
menghasilkan warna merah muda, ini dikarenakan reaksi antara larutan asam oksalat dan
asam sulfat dengan kalium permanganat. Reaksi yang terjadi :
5H2C2O4 + 2KMnO4 + 5H2SO4 K2SO4 2MnSO4 + 8H2O + 10CO2
Dalam penentuan Ca dengan metode permanganometri reaksinya :
Ca2+ + (NH4)2C2O4 CaC2O4 + 2 NH4+
CaC2O4 + H2SO4 CaSO4 + H2C2O4
H2C2O4 + H2SO4 + KMnO4 MnSO4 + K2SO4 + CO2 + H2O
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian
KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah
dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang
kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2
H2O2
H2O + O2
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi
yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kadar mineral didapatkan hasil sebagai berikut :
Pustaka
Companion, A. L. 1991. Ikatan Kimia, Edisi Kedua; terjemahan Suminar Achmadi. Penerbit
ITB, Bandung.
Cotton, F.A. and Geoffrey Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar; terjemahan Sahati
Suharto. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Day, Jr., R.A. and A.L. Underwood. Tanpa Tahun. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima;
terjemahan Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Gerloch, M. and E. C. Constable. 1994. Transition Metal Chemistry. Verlagsgesellschaft
mbH, Weinheim.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia, Jakarta.
Saito, T. 1996. Kimia Anorganik. Terjemahan Prof. Dr. Ismunandar. Iwanami Shoten,
Publisher, Tokyo.
Vogel, A. I. 1989. Vogels Textbook of Quantitative Chemical Analysis 5th Ed. Longman
Scientific and Technical, United Kingdom.
http://yi2ncokiyute.blogspot.com/2010/07/standarisasi-larutan-baku-kmno4.html
https://www.scribd.com/doc/34632567/kmno4