Anda di halaman 1dari 9

TUGAS EKONOMI TEKNIK

Bedah Peraturan Pemerintah Indonesia


mengenai Investasi dan Bunga Bank
terhadap Inflasi

Judul

Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UndangUndang RI Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

Tanggal

15 Januari 2004

Berlaku

Sejak 15 Januari 2004

Pengundanga Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7 dan Tambahan
n
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4357
Status

Mengubah UU No 23 Tahun 1999

Lampiran

UU No 3 Th 2004_Perubahan UU No 23 Th 1999

Rangkuman :
1. UU ini merupakan penyempurnaan atas UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia. Beberapa hal yang melatarbelakangi perubahan UU tersebut
antara lain adalah:
o

Perlu dilakukan penyesuaian terhadap mekanisme perumusan


kebijakan moneter dan penataan kembali kelembagaan BI sebagai
penanggung jawab otoritas kebijakan moneter.

Pelaksanaan fungsi the Lender of the Last Resort (LoLR) oleh BI


dirasakan sangat terbatas dan belum mencakup fungsi LoLR yang
dapat digunakan dalam kondisi darurat atau krisis. berpotensi
mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem keuangan.

Tugas BI untuk mengawasi bank menurut UU No. 23 tahun 1999


bersifat sementara. Namun mengingat amanat pembentukan lembaga
pengawasan sektor jasa keuangan yang selambat-lambatnya tanggal
31 desember 2002 telah terlampaui maka perlu ada pengunduran
batas waktu pembentukan lembaga tersebut.

2. Beberapa ketentuan dalam UU No 23 Tahun 1999 tentang BI yang mengalami


penyempurnaan meliputi :
o

Pasal 4 terkait dengan independensi BI dalam melaksanakan tugas dan


wewenangnya.

Pasal 6 terkait dengan penambahan modal BI.

Pasal 7 terkait dengan pencapaian tujuan BI.

Pasal 10 terkait dengan penetapan sasaran-sasaran moneter.

Pasal 11 terkait dengan pemberian fasilitas pembiayaan darurat dalam


hal suatu bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak
sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan
sistem keuangan.

Pasal 34 terkait dengan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan


dan batas waktu pembentukannya, yang semula ditetapkan paling
lambat 31 Desember 2002 menjadi 31 Desember 2010.

Pasal 37 terkait dengan penyesuaian jumlah anggota Dewan Gubernur


setelah fungsi pengawasan bank dialihkan ke lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan.

Pasal 38 terkait dengan penetapan pembagian tugas dan wewenang


anggota Dewan Gubernur dalam Peraturan Dewan Gubernur, tata
tertib dan tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang Dewan
Gubernur, dan penilaian kinerja Dewan Gubernur oleh DPR.

Pasal 40 terkait dengan syarat untuk dapat diangkat sebagai anggota


Dewan Gubernur.

Pasal 41 terkait dengan mekanisme penunjukan dan pengangkatan


Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur.

Pasal 47 terkait dengan penghapusan larangan anggota Dewan


Gubernur untuk menjadi pengurus/anggota partai politik dan kewajiban
pengunduran diri bagi Dewan Gubernur yang melanggar larangan yang
ditetapkan dalam UU ini.

Pasal 48 terkait dengan dengan pemberhentian anggota Dewan


Gubernur.

Pasal 52 terkait dengan fungsi BI sebagai pemegang kas Pemerintah,


BI memberikan bunga atas saldo kas Pemerintah.

Pasal 54 terkait dengan kewajiban pemerintah untuk meminta


pendapat /mengundang BI dalam sidang kabinet yang membahas
masalah ekonomi, perbankan, dan keuangan yang berkaitan dengan
tugas BI.

Pasal 55 terkait dengan penerbitan surat utang-surat utang negara:

Pemerintah harus berkonsultasi dengan BI dan DPR

Bi dapat membantu penerbitan surat-surat utang negara yang


diterbitkan Pemerintah.

Larangan bagi BI untuk membeli surat-surat utang negara di


pasar primer, kecuali surat utang negara berjangka pendek
untuk operasi pengendalian moneter.

BI dapat membeli surat utang negara dalam rangka pemberian


fasilitas pembiayaan darurat.

Pasal 58 terkait dengan kewajiban menyampaikan laporan.

Penambahan pasal baru diantara Pasal 58 dan Pasal 59, yakni Pasal
58A terkait dengan pembentukan Badan Supervisi.

Pasal 60 terkait dengan tahun anggaran BI dan evaluasi pelaksanaan


anggaran tahun berjalan.

Pasal 62 terkait dengan penggunaan surplus dari hasil kegiatan BI.

Penambahan pasal baru diantara Pasal 77 dan Pasal 78, yakni Pasal
77A terkait dengan ketentuan mengenai mata uang.

Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal satu sama lain saling berpengaruh dalam
kegiatan perekonomian. Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah melalui Bank Sentral guna mengatur penawaran uang dan tingkat
bunga dalam tingkat yang wajar dan aman (Iskandar dan Andjaswati 2008).
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran dan belanja
negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian ( Iskandar
dan Andjaswati 2008).
KEBIJAKAN MONETER
Bank Indonesia mempunyai kewenangan dalam Kebijakan moneter. Kewenangan BI
tersebut antara lain dalam menetapkan sasaran sasaran moneter dengan
memperhatikan laju inflasi dan melakukan pengendalian moneter dengan
menggunakan cara-cara yang termasuk tetapi tidak terbatas pada operasi pasar
terbuka dipasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto,
penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. ( UU
RI No. 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas undang-undang RI No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia)

Tujuan dan tugas pokok BI


Dalam UU No 13Tahun 1999(UU-BI)
Bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah,artinya BI harus menjaga agar nilai mata uang atas barang dan jasa tetap
stabil.

Dengan melihat laju inflasi (kenaikan secara terus-menerus)BI juga menjaga


kestabilan nilai rupiah dari mata uang asing(kurs). kestabilan itu sangat penting
mendukung pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kenaikan
harga secara terus menerus akan menurunkan daya beli masyarakat khususnya
pendapatan masyarakat tetap, sehingga tingkat kesejahteraan menurun.khususnya
barang dan jasa yg di import dari luar negeri lebih dari ketidakstabilan nilai tukar
rupiah mengakibatkan pada pelaku ekonomi mengalami kesulitan menyusun
perencanaan usaha pada akhirnya mengakibatkan perekonomian buruk pada
kesejahteraan masyarakat.
Tugas Bank Indonesia yaitu:
1.Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2 Mengatur dan melancarkan system pembayaran
3.Mengatur dan mengawasi bank-bank lain
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
UU No 3 Tahun 2004 pada dasarnya kebijakan BIdilaksanakan secara
berkelanjutan,transparan,konsisten harus mempertimbangkan kebijakan umum
pemerintah agar lebih jelas dibagian usaha dunia masyarakat lain merupakan
pengendalian jumlah uang yang beredar agar sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan dalam perekonomian,jika terkendali bisa menumbuhkan pertumbuhan
ekonomi tanpa inflasi.
Dalam kaitan ini UU No 23Tahun 1999 tentang BI di ubah menjadi UU No 3Tahun
2004 untuk meningkatkan kordinasi BI dengan kebijakan fiscal ekonomi dan
ekonomi lain untuk menempuh sasaran ekonomi makro,BI juga berwenang
menetapkan instrument tidak langsung seperti:
1.Operasi pasar terbuka
Menjual atau membeli obligasi kepasar bebas dengan tujuan mengendalikan jumlah
uang beredar(money supply)
2.Fasilitas diskonto
Kebijakan pemerintah dibidang keuangan dengan jalan menaikkan atau
menurunkan tingkat suku bunga. Kebijakan pemerintah dibidang keuangan dengan
jalan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga.
3.Imbauan dilaksanakan secara sendiri atau bersamaan,BI juga bisa membantu
kesulitan pendanaan jangka pendek yang dihadapi bank_bank lain,agar kredit itu
tidak disalah gunakan dan dibatasi 90 hari dijamin dengan surat berharga dengan
kualitas tinggi yang mudah dicairkan,dan kredit tidak dilunasi maka BI mencairkan
dengan jaminan.BI juga menciptakan monitoring(pemantauan perkembangan yang
terjadi di dalam bank maupun luar bank dan masyarakat,untuk melihat faktor
perekonomian.

b. Mengatur dan melancarkan sistem pembayaran

Sistem pembayaran ini merupakan yang efisien,cepat,handal dan aman.BI


berwenang mengatur dan melancarkan system pembayaran dengan:
1.Menetapkan penggunaan alat pembayaran
Secara umum terdapat 2 jenis pembayaran, tunai yaitu pembayaran dengan
uang logam atau uang kertas dan pembayaran non tunai. Contoh pembayaran
non tunai adalah :
a.warkat
b.cek
c.bilyet giro
d.wesel
e.atm
BI berwenang mengatur sistem kliring(penyelenggaran kliring antar bank
pembayaran itu lebih dari mata uang rupiah maupun valuta asing.
2.Mengatur penyelenggaraan jasa system pembayaran
BI berwenang untuk melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin
atas
penyelenggaraan
jasa
dan
pembayaran,menyampaikan
laporan
pembayaran.BI juga berhak mengeluarkan dan mengedarkan uang,dan
menerima penukaran uang yang cacat dan rusak.
c. Mengatur dan mengawasi bank lain
Agar bank berjalan dengan baik, BI menetapkan peraturan,memberi dan
mencabut izin bank,mengawasi bank dan menetapkan sanksi pada bank,bila ada
transksi bank yang melanggar aturan main bank,BI menghentikan sementara atau
keseluruhan bank yang bersangkutan.
PENGARUH SUKU BUNGA BI RATE TERHADAP INFLASI
Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut
sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini
menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen
moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan
keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme
tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor
keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui
berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur
harga aset, dan jalur ekspektasi.

Pada
jalur suku
bunga,
perubahan
BI Rate
mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila
perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan
kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong
aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit
sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan
meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal
perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas
konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin
bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia
merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas
perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.
Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar.
Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh,
akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku
bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong
investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan
di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian
yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong
apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor
lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang
kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net
ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan
perekonomian.
Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui
perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti
saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang

pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan


ekonomi seperti konsumsi dan investasi.
Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga
mempengaruhi ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku
bunga yang diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya
inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta
upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen
kepada konsumen melalui kenaikan harga.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time
lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar
biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai
tukar bekerja sangat cepat. Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat
berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan
melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan
suku bunga BI rate biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan sedang
melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga
kredit dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan
menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit
perbankan juga belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari
masyarakat apabila prospek perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi
sektor keuangan, perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam
menentukan efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.

KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan Fiskal mempunyai tiga fungsi utama, yaitu alokasi anggaran untuk
tujuan pembangunan, fungsi distribusi pendapatan dan subsidi dalam upaya
peningkatan kesejahteraan rakyat, dan juga fungsi stabilisasi ekonomi makro di
dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan fiskal akan
mempengaruhi perekonomian melalui penerimaan dan pengeluaran negara.
Dalam kondisi perekonomian yang lesu, pengeluaran Pemerintah yang bersifat
autonomous, khususnya belanja barang dan jasa serta belanja modal, dapat
memberi stimulus kepada perekonomian untuk tumbuh. Sebaliknya, dalam kondisi
ekonomi yang memanas akibat terlalu tingginya permintaan agregat, kebijakan
fiscal dapat berperan melalui kebijakan yang kontraktif untuk menyeimbangkan
kondisi permintaan dan penyediaan sumber-sumber perekonomian. Oleh karena itu,
kebijakan fiskal memiliki fungsi strategis di dalam memengaruhi perekonomian dan
mencapai sasaran pembangunan.( Nota Keuangan dan APBN 2010)

Anda mungkin juga menyukai