Anda di halaman 1dari 2

Teh Manis dan Keinginan

Saat ini aku sedang terdiam dan hanya ditemani oleh secangkir teh manis .
Tak ada kue ataupun makanan ringan lainnya. Bukan karena apa atau mengapa,
dan memang saat ini sedang tak ada apa-apa diruangan yang sempit dan hanya
berventilasi kecil. Tetapi dari ruangan ini aku mampu menuangkan segala hasrat,
ide, hasil pemikiran dari akumulasi membaca, menyimak, dan merasakan kondisi
yang ada diluaran sana. Ketika orang hari ini sedang sibuk mencari materi, orangorang sibuk menambah sesuatu yang kurang dari dirinya, mencari apa-apa yang
belum terwujudkan, sampai-sampai orang hari ini tak memperdulikan apa yang
akan mereka alami esok harinya, aku masih duduk dan belum bergerak. Merasa
malu dengan predikat seorang pelajar yang berumur 17 tahun, belum bisa
mempersembahkan sesuatu yang berharga untuk dirinya. Untuk dirinya saja belum
mampu apalagi untuk orang lain. Dan jangan juga berbicara untuk bangsa, ataupun
agama. Aku merasa menjadi makhluk kerdil dengan segala keterbatasan. Namun
aku akui aku hanya bisa menulis dari secarik kertas ini. Harapku tak banyak dan tak
lebih . Aku hanya ingin berada dalam posisi ketenangan dengan keterbatasan .
Obsesi yang masih tertidur ini, masih belum bisa terbangunkan. Berjuta keinginan
dan mimpi duniawi masih membelenggu ruang berpikir dalam otak kiriku. Dilema.
Apakah harus kuwujudakan atau kuukir saja itu hanya menjadi sebuah angan.
Sebuah cita-cita tak berujung. Sebuah rasa yang tak pernah memenuhi titik temu.
Begitu pilu saat menyaksikan orang tertawa berbahagia dengan kelebihan yang
mumpuni dan mereka sandingkan diatas kekuasaan yang prestisius. Aku lanjutkan
perjalanan berpikir ini saat melihat kebahagiaan orang-orang miskin diatas derita
dan kerasnya perjuangan hidup. Tak ayal, hati ini tak kuasa menjerit, tak ada daya
meronta dan tak mampu berbuat banyak . Hanya doa yang bisa aku lantunkan.
Dua paragrap diatas kubuat dengan segala kerendahan hati dan tak ada maksud
menunjukkan ketidakmampuanku menerima keadaan. Aku hanya sebuah rencana.
Aku hanya sebuah sandiwara. Yang nantinya akan menjadi sebuah pertunjukkan.
Disaksikan banyak orang, mendapat sanjung puji, dan kebanggaan untuk diri
sendiri. Ya Allah Tuhan Semesta Alam, semoga aku mampu berbicara dengan
tindakan. Hindarilah aku dari ujub dan angkuh dalam menerima hal yang lebih dan
jauhkanlah aku dari keputusasaan menghadapi takdir.SemogaSemogaSemoga.

Cimahi, 26 Jauari2013
Ditulis di tempat yang sesak akan oksigen dan dipenuhi tulisantulisan tak berguna

Anda mungkin juga menyukai