Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siklus batuan menunjukkan kemungkinan batuan untuk berubah bentuk. Batuan yang
terkubur sangat dalam mengalami perubahan tekanan dan temperatur. Jika mencapai suhu
tertentu, batuan tersebut akan melebur jadi magma. Namun saat belum mencapai titik peleburan
kembali menjadi magma, batuan tersebut berubah menjadi batuan metamorf.
Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami proses metamorfosis. Proses
metamorfosis hanya terjadi di dalam bumi. Proses tersebut mengubah tekstur asal batuan,
susunan mineral batuan, atau mengubah keduanya sekaligus. Proses ini terjadi dalam solid state,
artinya batuan tersebut tidak melebur. Meskipun demikian, penting diingat bahwa fluida (terutam
air) memiliki peranan yang penting dalam proses metamorfosis.
Batu gamping termetamorfosis menjadi marmer. Butiran halus kalsit pada batu gamping
terkristalisasi menjadi butiran besar. perubahan yang terjadi hanya pada teksturnya. Batu serpih
termetamorfosis menjadi mika dengan butir besar. Mineral lempung pada serpih tidak stabil pada
temperatur tinggi. Perubahan yang terjadi selain pada teksurnya, juga mencakup pembentukan
mineral baru.

B. Tujuan
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas semester ganjil mata kuliah geologi umum tentang
batuan metamorf. Di samping itu, makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca
dan juga dapat mengembangkan kemampuan sehingga mempunyai pandangan luas tentang
kedudukan dan peranan batuan metamorf.
C. Rumusan Masalah
Makalah ini membahas tentang pengertian batuan metamorf, batas metamorfisme, pengontrol
metamorfisme, pengaruh suhu dan tekanan metamorfisme, jenis batuan metamorf, jenis
metamorfisme, zona metamorfisme, fasies metamorfisme, dan metasomatisme.

BAB II
BATUAN METAMORF
A. Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme batuan-batuan
sebelumnya karena perubahan temperatur dan tekanan. Metamorfisme terjadi pada keadaan
padat (padat ke padat) meliputi proses kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral
baru serta terjadi dalam lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya
terbentuk.
Banyak mineral yang mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang jika dikenakan tekanan
dan temperatur yang melebihi batas tersebut maka akan terjadi penyesuaian dalam batuan dengan
membentuk mineral-mineral baru yang stabil. Disamping karena pengaruh tekanan dan
temperatur, metamorfisme juga dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H 2O) dalam jumlah
bervariasi di antara butiran mineral atau pori-pori batuan yang pada umumnya mengandung ion
terlarut akan mempercepat proses metamorfisme.
Batuan metamorf disebut juga batuan malihan. Proses metamorfisme atau malihan
merupakan himpunan mineral, dan tekstur batuan. Namun dibedakan dengan proses diagenesa
dan proses pelapukan yang juga merupakan proses perubahan. Proses metamorfosa berlangsung
akibat perubahan suhu dan tekanan yang tinggi, di atas 200 C dan tekanan 300 Mpa, dalam
keadaan padat, sedangkan proses diagenesa berlangsung di bawah suhu 200 C dan proses
pelapukan pada suhu dan tekanan jauh dibawahnya, dalam lingkungan atmosfer. Proses
metamorfosa dapat didefenisikan sebagai perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan dalam
keadaan padat (solid state) pada suhu di atas 200 C dan tekanan 300 Mpa.
B. Proses Pembentukan Batuan Metamorf

Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf mempengaruhi rupa atau bentuk
batuan itu. Salah satunya adalah tekstur. Tekstur pada batuan metamorf disebut dengan mineral metamorf yang
terjadi karena kristalnya tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu disebut dengan blastos atau blastik/idioblastik.
Pada dasarnya tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi karena proses rekristalisasi yaitu perubahan
butiran halus menjadi kasar dan proses reorientasi terbagi ke dalam skistositas atau foliansi terjadi oleh karena
mineral yang pipih atau membentang tersusun dalam bidang-bidang tertentu yakni bidang sekistsis. Biang ini dapat
searah dengan lapisan sedimen asalnya atau searah dengan sumbu lipatannya. Kristal yang ukurannya besar disebut
profiroblastik, contohnya yaitu dalam golongan metamorf dinamik, tak jarang batuan mengalami hancuran yang
fragmental sifatnya.

C. Metamorfisme
Metamorfisme berarti proses perubahan bentuk. Proses metamorf adalah proses yang
menyebabkan perubahan komposisi mineral, tekstur, dan struktur karena suhu dan tekanan serta
larutan kimia yang aktif. Hasil akhir metamorfisme adalah metamorf.
1. Jenis Metamorfisme
a.

Metamorfisme kataklastik (cataclastic metamorphism)


Batuan berbutir kasar, granit, mengalami differensial stress yang kuat. Butiran mineralnya hancur
dan juga menjadi halus. Deformasi ini terjadi pada batuan yang bersifat tegas (britle) yang
dinamakan metamorfisme kataklastik.

b. Metamorfisme kontak (contact metamorphism)


Batuan yang terkena intrusi mengalami pemanasan dan termetamorfosa membentuk suatu
lapisan di sekitar terobosan yang dinamakan aureole metamorphic (batuan ubahan).
c.

Metamorfisme timbunan (burial metamorphism)


Pengaruh deformasi mekanik kecil sehingga teksturnya mirip dengan batuan asalnya.
Metamorfisme timbunan merupakan tahap pertama setelah diagenesa terjadi pada cekungan
sediment yang dalam, seperti palung-palung pada batas lempeng.
2. Zona Metamorfisme
Garis yang menghubungkan lokasi-lokasi di awal pemunculan mineral indeks dinamakan
isograde, dan daerah diantara garis isograde dinamakan zona metamorfisme.

3. Fasies Metamorfisme
Pennti Eskola dari Finlandia menyatakan bahwa dari komposisi batuan tertentu, himpunan
mineral yang mencapai keseimbangan selama metamorfisme di bawah kisaran kondisi fisik
tertentu, termasuk fasis metamorfisme yang sama.
4. Batas Metamorfisme
Batas atas metamorfisme pada kerak ditentukan oleh batas lelehan parsial basah (onse of partial
melting). Batas atas metamorfisme adalah kisaran suhu yang bergantung pada banyaknya H 2O
yang ada. Bila terdapat sejumlah kecil H 2O, maka lelehan yang terjadipun sedikit dan tetap
terperangkap sebagai kantong (pocket) dalam batuan metamorf. Sekelompok batuan gabungan
dan sedikit komponen batuan beku akibat lelehan dan batuan metamorf dinamakan migmatit.
Bila terjadi sejumlah besar magma karena lelehan parsial basah, akan naik dan menerobos batuan
metamorf di atasnya.
5. Pengontrol Metamorfisme
Pengontrolan metamorfisme tergantung dari komposisi batuan asal dan kondisi metamorfosis.
Komposisi kimia batuan asal sangat mempengaruhi pembentukan himpunan mineral baru,
demikian pula dengan suhu dan tekanan.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Batuan Metamorf
1. Komposisi mineral batuan asal
Metamorfisme menghasilkan himpunan mineral baru akibat meningkatnya suhu dan tekanan.
Beberapa mineral tidak dijumpai pada batuan beku atau sediment, hanya terjadi atas pengaruh
pengaruh metamorfisme, diantaranya mineral chlorit, serpentin, epidot, tacl dan 3 polymorph
Al2SiO5, kyanit silimanit, dan andalusit.
2. Temperatur dan tekanan selama metamorfis
Batuan apabila dipanaskan akan membentuk mineral-mineral yang baru, yang hasil akhirnya
adalah batuan metamorf. Tekanan dalam proses metamorfisme bersifat sebagai stress,
mempunyai besaran serta arah. Tekstur batuan metamorf memperlihatkan bahwa batuan ini
terbentuk di bawah differensial stress atau tidak sama besar dari segala arah.

a.

Tekstur
Metamorfisme berlangsung di bawah diferential stress dan hasilnya adalah tekstur yang
sejajar. Apabila prosesnya terus berlangsung, mineral-mineral pipih mulai berkembang dan
tumbuh berorientasi yang lembaran-lembarannya berarah tegak lurus stress maksimum dan
membentuk tekstur planar yang disebut foliasi yang berarti daun. Batuan yang berfoliasi
cenderung mudah pecah sebagai lembar-lembar.
Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu :

a)

Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh tekanan diferensial
(berbeda) pada saat proses metamorfisme.

b)

Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran mineral-mineral dalam
batuan tersebut.

b. Slaty cleavage
Batuan metamorf derajat rendah umumnya mempunyai butir besar yang sangat halus
sehingga mineral-mineral pipihnya hanya dapat dilihat pada mikroskop, foliasinya disebut slaty
cleavage. Batuan metamorf derajat rendah cenderung untuk pecah-pecah menurut belahanbelahan.
c.

Schitositas
Foliasi batuan metamorf berbutir kasar disebut schitositas (sciostosity) yang terbentuk akibat
kesejajaran butiran mineral-mineral besar dan pipih, tidak perlu planar. Batuan bertekstur
schitositas cenderung akan terbelah-belah menurut bidang yang bergelombang.
Batuan berbutir kasar merupakan hasil metamorfisme dalam waktu yang panjang serta suhu
dan tekanan yang tinggi. Sebaliknya, batuan berbutir halus waktunya pendek serta suhu dan
tekanannya rendah.

3. Pengaruh cahaya tektonik


Pembentukan batuan metamorf sangat kompleks. Akibat bergeraknya lempeng-lempemg
tektonik dan tumbukan fragmen-fragmen kerak, batuan menjadi terkoyak, tertarik (extend),
terlipat, terpanaskan dan berubah. Oleh karena perubahannya dalm keadaan padat, umumnya
jejak-jejak bentuk awalnya masih dapat dikenali meskipun telah mengalami perubahan lebih dari

sekali. Saat lempeng tektonik bertumbukan terbentuklah batuan metamorf tertentu sepanjang
batas lempeng.
4. Pengaruh fluida
Pori-pori pada batuan sediment atau batuan beku terisi oleh cairan yang merupakan larutan
dari gas-gas, garam, dan mineral yang terdapat pada batuan yang bersangkutan. Pada suhu tinggi,
cairan ini lebih bersifat uap yang mempunyai peran penting dalam metamorfisme. Fungsi cairan
ini adalah sebagai media transport dari larutan ke mineral atau sebaliknya sehingga mempercepat
metamorfisme. Jika tidak ada larutan atau hanya ada sedikit sekali, maka metamorfisme
berlangsung lambat karena perpindahannya melalui difusi antar mineral yang padat.
E. Jenis Batuan Metamorf
a. Dari lanau mudstone
1. Serpih (slate)
Baik lanau maupun mudstone umumnya terdiri dari mineral kuarsa, berbagai mineral lempung,
kalsit, atau mungkin juga feldspar. Metamorfisme derajat rendah menjadikannya serpih atau
slate.
2. Filit (phyllite)
Peningkatan metamorfisme pada serpih ke derajat menengah, menghasilkan mineral mika
berbutir lebih besar dan perubahan himpunan mineral serta membentuk foliasi. Batuannya
disebut filit.
3. Sekis (schist) dan gneiss
Apabila metamorfisme berlangsung terus maka terbentuklah batuan berbutir kasar yang
dinamakan sekis. Batuan metamorf ini berderajat tinggi, butir kasar dan berfoliasi tetapi disertai
lapisan-lapisan segregasi mineral-mineral, seperti kuarsa dan feldspar dan dinamakan gness.
b. Dari basalt
1. Sekis hijau (green schist)
Bila basalt mengalami metamorfisme dimana H 2O dapat masuk ke dalam batuan, maka
terbentuklah himpunan mineral-mineral yang hidrcus. Kenampakannya seperti serpih (slate),

akan tetapi berfoliasi seperti filit dan mempunyai warna yang khas, yaitu hijau. Karena
mengandung klorit, maka dinamakan sekis hijau.
2. Amfibolit dan granit (amphibolites and granite)
Pada amfibolit juga terdapat foliasi, tetapi diabaikan karena pada umumnya tidak ada
mineral-mineral mika dan klorit. Pada derajat yang lebih tinggi, amfibol digantikan piroksen dan
batuannya yang berfoliasi dinamakan granulit.
F. Metasomatisme
Proses dimana komposisi kimia batuan terubah oleh penambahan atau pelepasan (remofial)
ion-ion dinamakan metasomatisme.
G. Larutan Hidrotermal dan Jebakan Mineral
Cairan yang menyebabkan metasomatisme kaya akan H2O dan bersuhu 2500 C atau lebih,
dinamakan larutan hidroterma. Jebakan mineral berharga hasil larutan hidrotermal lebih banyak
dijumpai dari tipe lainnya. Larutan hidrotermal terjadi dalam beberapa cara salah satunya magma
yang terjadi oleh peleburan parsial basah yang mendingin dan mengkristal, air yang
menyebabkan peleburan parsial basa di lepaskan.

H. Tektonik Lempeng, Metamorfisme, Metasomatisme


Metamorfisme regional terjadi pada batas subduksi lempeng terjadi pada bagian bawah
tumpukan tebal sedimen yang terakumulasi pada paparan benua (continental shelf) dan lereng
benua (continental shope).
Adanya sumber daya mineral di bumi adalh berkat kombinasi proses-proses magnetic,
metamorfisme, metasomatik, yang semuanya akibat tektonik lempeng.

Anda mungkin juga menyukai