Anda di halaman 1dari 1

Nama

: Nico Octavianus
Kelas
: XI A2
Nomor absent : 18

Perilaku Kekerasan Terhadap Penganut Agama Harus Dihentikan


Posted in Berita Utama by Redaksi on September 20th, 2010
Ephorus GKPS Pdt Dr Jaharianson Saragih:
Simalungun (SIB)
Tindakan kekerasan terhadap pengurus Gereja HKBP di Bekasi dikecam keras pimpinan
tertinggi GKPS. Penusukan terhadap St A Sihombing dan pemukulan terhadap Pdt
Luspida Simanjuntak, bukan hanya harus diusut tuntas tetapi jangan sampai terulang
kembali.
Perlu dicatat, dalam hal beribadah tidak satu orangpun di dunia ini yang berhak
melarangnya. Beribadah adalah hak asasi setiap manusia. Soal apakah rumah untuk
beribadah sudah punya izin atau belum, itu soal lain.
Selanjutnya disampaikan, yang terjadi sekarang seolah-olah ada pembiaran yang
disengaja. Kesan ini muncul karena ada ketidaktegasan dari pihak pemerintah. Pdt Dr
Jaharianson Saragih menyampaikan, kalau Indonesia mau dianalogikan dengan rumah
tangga, pemerintah adalah kepala keluarga. Umat beragama adalah anak-anaknya. Kalau
ada anak yang berbadan besar kemudian menganiaya saudaranya yang berbadan sedang
atau kecil, lalu dibiarkan oleh kepala keluarga maka pesannya jelas. Pesan yang
ditangkap si anak yang berbadan besar adalah teruskan kekerasan yang dilakukan karena
tidak ada larangan dan tidak ada sanksi.
Inilah yang terjadi di Negara kita ini. Kekerasan atas umat lain terjadi, dibiarkan, tidak
ada sanksi apa-apa, yang terjadi kemudian adalah pengulangan dan pengulangan.
Solusinya sederhana saja tetapi harus ada keberanian, menghukum si anak yang berbadan
besar.
Dalam konteks penusukan dan pemukulan terhadap hamba Tuhan di HKBP Bekasi,
Ephorus GKPS meminta supaya pelaku kekerasan ditangkap dan dimasukkan ke dalam
penjara lalu dihukum seberat-beratnya karena memang motifnya diduga mau
mengacaukan Indonesia.
Persoalannya, apakah pemerintah punya keberanian dan sikap yang tegas. Kalau ditinjau
dari sudut psikologis, pemerintah sekarang ini terkesan bukan masuk tipologi pemerintah
yang tegas. Ciri pemerintah sekarang adalah menunggu, kurang inisiatif, plin-plan, tidak
tegas, lamban, lebih banyak perhitungan untung rugi ketimbang aksi, lebih suka
mengalah ketimbang tegas, tambah Ephorus.
Ephorus GKPS Jaharianson Saragih menyampaikan, tetaplah mengampuni walau
menderita dan tetaplah melakukan apa yang Tuhan Yesus ajarkan sebagaimana dicatat
dalam Markus 11:25 tentang mengampuni. Kepada pelaku kita doakan supaya bertobat
dan soal hukum kita serahkan kepada aparat. (JMG/s)

Sumber : http://hariansib.com/?p=141614

Anda mungkin juga menyukai