Anda di halaman 1dari 8

JTM Vol. XVIII No.

1/2011

SCREENING OIL GRAVITY UNTUK PENGAPLIKASIAN


STEAMFLOODING
Dimas Bagus Prasetia Yoga1, Taufan Marhaendrajana1
Sari
Minyak berat adalah minyak bumi yang terdapat pada reservoir yang memiliki viskositas besar, kandungan
residual karbon dan aspal didalamnya sehingga berat molekul akan menjadi besar. Minyak berat yang tidak
dapat di produksikan berjumlah dua kali lebih besar dibandingkan dengan minyak bumi konvensional. Hingga
saat ini, metode untuk memproduksikan minyak berat ini dengan cara mengurangi viskositas minyak berat
sehingga dapat memudahkan minyak ini mengalir ke lubang sumur. Metode tersebut sering dinamakan dengan
thermal enhanced oil recovery. Salah satu metode ini dikenal sebagai steamflooding. Steamflooding adalah
metode untuk menurunkan viskositas minyak didalam reservoir dengan cara memberikan energi panas tambahan
dengan menginjeksikan steam melalui sumur injeksi. Tujuan dari penelitian ini ialah mencoba untuk menentukan
parameter-parameter dari sifat fluida dan batuan reservoir yang mempengaruhi keefektifan penggunaan metode
steamflooding. Analisis ini dilakukan di awal seperti dalam tahap penetuan metode enhanced oil recovery.
Analisis ini bergunan untuk pengembangan lapangan minyak berat karena proses ini membantu unutk menseleksi
reservoir yang cocok penggunaan metode steamflooding dan dapat menambah faktor keekonomisan dari metode
thermal-EOR. Hasil dari penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa parameter reservoir seperti API minyak,
saturasi conate water, tekanan kapiler dan steam quality akan mempengaruhi nilai recovery factor yang
diperoleh dengan metode steam flooding.
Kata kunci: minyak berat, steamflooding
Abstract
Heavy oil is hydrocarbon (oil) in the reservoir which has a large viscosity, content of residual carbon, asphalt and
the molecular weight would be great. Amount of heavy oil which can not be produce is two times greater than
conventional petroleum. Until now, methods to produce heavy oil is by reducing the viscosity of heavy oil to
facilitate the oil flow to the wellbore. The method is often called a thermal enhanced oil recovery. One of method
is known as steamflooding. Steamflooding is a method to reduce the viscosity of the oil in the reservoir by
providing additional thermal energy by injecting steam through injection wells. The purpose of this research is to
determine the parameters of the reservoir rock and fluid properties that affect the effectiveness of the
steamflooding method. The analysis was conducted in early as in stage of enhanced oil recovery development. This
analysis use for heavy oil field development because this process helps fatherly selecting a suitable reservoir for
this method and increase the factor of economy of thermal-EOR. Results from research conducted found that
parameters such as specific gravity oil (API), conate water saturation, capillary pressure and steam quality will
affect the value of recovery factor obtained by steam flooding methods.
Keywords : heavy oil, steamflooding
1)

Program Studi Teknik Perminyakan- Institut Teknologi Bandung


Jl. Ganesa No 10 Bandung, 40132, Tel: +62 22-2504955,
dimas.petroleum@yahoo.co.id

I. PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang Penelitian
Putra (2010) menjelaskan bahwa potensi besar
minyak bumi berat yang tidak dapat di
produksikan berjumlah dua kali lebih besar
dibandingkan
dengan
minyak
bumi
konvensional. Hambatan utama dalam
memproduksikan minyak berat adalah
viskositas yang sangat besar sehingga minyak
sangat sulit untuk mengalir. Oleh karena itu
dibutuhkan energi panas tambahan di dalam
sistem reservoir untuk mengurangi viskositas
minyak tersebut. Sehingga nantinya akan
mudah untuk mengalir ke lubang sumur dan
diproduksikan.
Terdapat berbagai macam metode enhanced oil
recovery (EOR) yang dapat diaplikasikan pada
minyak berat. Seiring dengan dibituhkannya
energi panas, maka EOR ini akan

Fax:

+62

22-2504955,

Email:

diaplikasikan untuk menghasilkan energi panas


di dalam sistem reservoir dan nantinya akan
mengurangi viskositas minyak berat. Sampai
saat ini, metode Thermal Enhanced Oil
Recovery yang umum digunakan ialah:
1. Huff and Puff
2. Steamflooding
3. In Situ Combustion
4. Electromagnetic Heating
Injeksi steam sebagai salah satu thermal
enhanced oil rcovery sudah sangat banyak
ditemui pengaplikasiannya. Hingga saat ini,
Proyek terbesar dari metode steamflooding ini
terdapat di California, Canada, Indonesia dan
Venezuela yang diaplikasikan dengan sumur
injeksi dan produksi secara vertikal. Tetapi
dengan berkembangnya waktu, penggunaan
sumur injeksi dan produksi secara horizontal
juga mulai dikembangkan, seperti metode
Steam Assisted Gravity Drainage (SAGD).

31

Dimas Bagus Prasetia Yoga, Taufan Marhaendrajana

Metode ini banyak diaplikasikan di Canada.


Metode ini mampu menambahkan recovery
factor minyak sebesar 20% jika dilakukan
dengan
proses
siklus
dan
mampu
menambahkan sebesar 50% jika diaplikasikan
dengan injeksi steam secara terus menerus
(untuk jarak sumur yang kecil).
Metode
steamflooding
masih
banyak
diaplikasikan untuk memproduksikan minyak
berat karena masih ekonomis dan mudah
untuk diterapkan diantara metode yang lain
walaupun injeksi steam terbatas pada kondisi
tertentu. Metode steamflooding memberikan
penghantar panas secara efektif karena dari
metode ini panas akan dihantarkan tidak
melalui peristiwa konduksi saja yaitu batuan
formasi, tetapi terdapat peristiwa penghantar
panas secara konveksi yaitu uap air. Jadi
sampai saat ini, panas yang akan dihasilkan
dari injeksi steam ini akan menghasilkan
distribusi yang lebih merata dibandingkan
dengan metode yang lain.
Davie, et al. (1995) menjelaskan bahwa
metode steamflooding memiliki keuntungan
dalam penggunan sebagai salah satu metode
thermal enhanced oil recovery. Terdapat 4
mekanisme
pendesakan
minyak
yang
dihasilkan, yaitu: pendesakan secara mekanik
oleh air yang terkondensasi, viskositas minyak
akan berkurang, minyak akan mengalami
swelling dan distiliasi minyak pada zona
steam.
Chandra dan Mamora (2005) menjelaskan
bahwa
terdapat
tahapan-tahapan
yang
dilakukan dalam pengembangan proyek
steamflooding pada suatu reservoir, yaitu: (1)
Screening reservoir; (2) Tes pilot; (3)
Implementasi skala lapangan; (4) Manajemen
reservoir. Oleh karena itu, penelitian ini fokus
pada tahap pengembangan utama, yaitu
screening reservoir. Dalam penelitian ini ingin
diketahui yang menjadi pembatas dalam
penggunaan metode ini serta karakteristik
fluida dan batuan reservoirnya. Hal tersebut
yang melatarbelakangi penelitian ini.
Dalam penelitian ini ingin diketahui lebih
lanjut tentang karakterisasi reservoir seperti
apa
yang
cocok
digunakan
metode
steamflooding. Penelitian ini juga melihat efek
perolehan minyak jika terdapat sensitivitas
terhadap parameter fluida dan batuan reservoir.
1.2 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai

32

ialah bagaimana menentukan karakteristik


reservoir yang cocok untuk diaplikasikan
Thermal Enhanced Oil Recovery dengan
menggunakan simulator CMG STARS.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai
referensi nantinya bagi para akademisi ataupun
para profesional dalam menganalisis reservoir
dengan minyak berat. Dengan adanya analisis
ini, diharapkan kita dapat melakukan screening
reservoir minyak berat, khususnya melakukan
klasifikasi API minyak berdasarkan kenaikan
recovery factor dan parameter lain yang
berpengaruh terhadap pengaplikasian metode
steamflooding.
Hasil penelitian ini juga sangat membantu
dalam analisis simulasi dan profil steam
sewaktu diinjeksikan kedalam reservoir.
Sehingga diharapkan adanya penelitian ini
mampu
menyelesaikan
masalah-masalah
tentang injeksi steam di industri minyak dan
gas.
1.3 Pengaruh Temperatur Terhadap Fluida
Reservoir dan Batuan Reservoir
Pada umumnya suatu minyak bumi
diklasifikasikan menjadi minyak berat jika
memiliki specific gravity tinggi (nilai API
kurang dari 20), viskositas tinggi hingga
mencapai 100.000 cp, tingginya kandungan
residual karbon, aspal yang menyebabkan
berat molekul menjadi tinggi. Semakin rendah
API
minyak,
maka
semakin
tinggi
viskositasnya yang menyebabkan sulitnya
fluida untuk mengalir.
Viskositas merupakan sifat fisik suatu fluida
yang sangat penting yang mengendalikan dan
mempengaruhi aliran fluida didalam media
berpori maupun didalam pipa. Viskositas
didefinisikan sebagai ketahanan internal suatu
fluida untuk mengalir.
Viskositas
minyak
dipengaruhi
oleh
temperatur, tekanan dan jumlah gas yang
terlarut dalam minyak tersebut. Kenaikan
temperatur akan menurunkan viskositas
minyak dan dengan bertambahnya gas yang
terlarut dalam minyak maka viskositas minyak
juga akan turun.
Hubungan viskositas dengan temperatur dapat
dilihat pada Gambar 1.
Ramey, et al. (1975) menjelaskan tentang efek
temperatur terhadap sifat fisik batuan, yaitu
permeabilitas.

Screening Oil Gravity untuk Pengaplikasian Steamflooding

Gambar 1. Profil viskositas dan temperatur


(Weinbradt, et al., 1975)
Pada tulisan tersebut dijelaskan tentang
penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan
proses tersebut. Penelitian menggunakan
sebuah alat yang didesain untuk mengukur
permeabilitas relatif sebuah core kecil yang
bersifat konsolidasi. Percobaan dengan
menggunakan peristiwa imbibisi (peristiwa
pendesakan fluida yang membasahi) sampel
core batu pasir dalam keadaan temperatur
ruang dan saat 1750F. Hasil peningkatan
temperatur terhadap sampel core adalah
sebagai berikut :
1. Kenaikan irreducible water saturation.
2. Penurunan residual oil saturation.
3. Permeabilitas relatif terhadapi air (flood
out) meningkat.
4. Permeabilitas relatif terhadap minyak
meningkat.
5. Rasio permebilitas, kw/ko, menurun.
6. Permeabilitas absolut menurun.
7. Panas akan mengiduksi secara mekanikal
dibandingkan dengan tekanan kapiler
antara batuan dan fluida.
1.4 Metodologi Pengerjaan
Dalam pengerjaan penelitian, langkah-langkah
pengerjaan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Membaca
literature-literature
yang
bersangkutan seperti paper, diktat, text
book mengenai steamflooding. Juga
diperlukan untuk membaca literatur yang
menyangkut tentang sifat-sifat fluida yang
dipengaruhi oleh temperatur.
2. Mempelajari penggunaan simulator untuk
melakukan pemodelan dan simulasi.
Simulator yang digunakan adalah CMG
STARS.
3. Melakukan simulasi dengan simulator
CMG STARS dengan melakukan sensitivias
beberapa parameter fisik batuan reservoir

dan fluida reservoir dengan waktu simulasi


20 tahun.
4. Membuat
model
geologi
dengan
gridcartesian dengan ukuran 10x10x4 (400
cells). Tipe porositas yang digunakan
adalah single. Penulis membuat parameter
batuan pada model reservoir ini dengan
model sintetis dan data diambil dari paper.
5. Sensitivitas pertama ialah Specific Gravity
atau API minyak. Interval sensitivitas API
minyak dimulai dari 8 hingga 40.
6. Sensitivitas kedua ialah saturasi air conate.
Parameter ini berkaitan dengan sifat
kebasahan batuan reservoir.
7. Sensitivitas ketiga ialah tekanan kapiler.
Parameter ini berkaitan dengan sifat fisik
batuan reservoir.
8. Sensitivitas keempat ialah steam quality.
Sensitivitas ini berkaitan dengan energi
panas yang dibawa oleh steam ketika
diinjeksikan ke dalam sistem reservoir.
9. Dilakukan
proses
simulasi
dengan
menggunakan input data dari paper yang
memiliki profil minyak berat. Dari hasil
simulasi tersebut, diperoleh profil laju alir
lapangan maupun sumur produksi. Penulis
dapat menganalisis recovery factor yang
dihasilkan dari berbagai sensitivitas
parameter yang ditentukan.
10. Dalam simulator CMG STARS, dilakukan
analisis hasil sensitivitas dengan melihat
profil aliran maupun profil saturasi
pendesakan steam.
11. Disimpulkan bagaimana hasil analisis atau
hasil simulasi dan dicocokkan dengan teori
yang ada.
II. DATA DAN MODEL RESERVOIR
2.1 Input Data Reservoir
Tabel 1 dan 2 menunjukkan properti-properti
umum yang digunakan dalam simulasi dengan
menggunakan simulator CMG STARS. Datadata dibawah ini diperoleh dari paper yang
berkaitan dengan heavy oil.
Tabel 1. Data properti reservoir (Mamora dan
Sandoval, 2005)
Gravity minyak
Top formasi
Tekanan awal @ 1900 ft
Temperatur awal
Ketebalan bersih minyak
Gas-oil ratio awal
Saturasi minyak awal
Saturasi air awal
Permeabilitas
Porositas
Vviscositas minyak @
275 psia

API
Ft
psia
F
Ft
SCF/STB
%
%
md
%

11
1900
845
127
115
78
55
45
6922
34.5

cp

3000

33

Dimas Bagus Prasetia Yoga, Taufan Marhaendrajana

Tabel 2. Data properti batuan dan fluida


reservoir (Mamora dan Sandoval, 2005)
Kompresibilitas efektif formasi,
1/psi
Kapasitas panas batuan, Btu/cft-F
Konduktivitas panas batuan,
Btu/ft-day-F
Konduktivitas panas fase air,
Btu/ft-day-F
Konduktivitas panas fase minyak,
Btu/ft-day-F
Konduktivitas panas fase gas,
Btu/ft-day-F
Porositas, %
Permeabilitas horizontal, md
Permeabilitas vertical, md

9,00E-05
35,02
1
0,36
1,2
0,0833
34,5
6922
692,2

ditunjukkan pada Gambar 3. Pembuatan model


reservoir
beserta
fluida
didalamnya
menggunakan data paper yang telah terbukti
menjadi proyek utama di lapangan San Ardo,
California.
Top reservoir pada kedalaman 1945 ft. Minyak
tersaturasi merata di setiap grid sebesar 55%.
Model ini juga diasumsikan tidak ada aquifer
di samping atau di bawah zona minyak. Pada
kondisi awal, tidak ada saturasi gas. Gas tidak
terdapat di sistem reservoir ini dikarenakan
tekanan reservoir diatas tekanan gelembung
minyak. Tekanan gelembung minyak sebesar
100 psi. Ketebalan minyak pada model
reservoir ini sebesar 15 ft untuk setiap layer.

Untuk data properti batuan, penulis melakukan


normalisasi data batuan pasir dengan sifat
intermediete wet didalam menu CMG STARS.
Hasil normalisasi ditunjukkan pada Tabel 3
dan Gambar 2.
Tabel 3. Data permebilitas relatif terhadap
saturasi air
Sw
0,45
0,47
0,5
0,55
0,6
0,65
0,7
0,75
0,77
0,8
0,82
0,85

Krw
0
0,000056
0,000552
0,00312
0,00861
0,01768
0,03088
0,04871
0,05724
0,07162
0,08229
0,1

Kro
0,4
0,361
0,30625
0,225
0,15625
0,1
0,05625
0,025
0,016
0,00625
0,00225
0

Gambar 3. Model reservoir dan penempatan


sumur (10x10x4 = 400 cells)
2.3 Simulasi Reservoir
Penulis menggunakan simulator numerik
komersial yang umum digunakan dalam
memodelkan fluida maupun geologi reservoir
dalam penelitian ini. Simulator tersebut adalah
CMG (Computer Modeling Group).
2.3.1 Simulator Numerik
Simulator yang digunakan dalam pemodelan
ini adalah STARS (Steam and Additive
Reservoir Simulator) yang dikembangkan oleh
CMG. STARS mempunyai karakteristik fully
implicit, multiphase, multicomponent, finite
diference thermal simulator. Aliran antarblok
dihitung dengan cara menghitung setiap
mobilitas dan enthalpi dalam setiap singlepoint pada grid cartesian, radial, dll.

Gambar 2. Kurva permeabilitas relatif


2.2 Deskripsi Reservoir
Penulis membuat model sintetis reservoir
dengan
setiap
parameter
diasumsikan
homogen. Tipe grid yang digunakan dalam
model reservoir ini adalah cartesian

34

2.3.2 Sistem Gridding


Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa tipe grid
yang digunakan dalam model geologi adalah
cartesian. Konfigurasi sumur yang digunakan
pada tiap sumur adalah sumur vertikal.
Terdapat dua sumur produksi dan satu sumur
injeksi. Desain komplesi sumur produksi dan
injeksi berbeda. Kedua jenis sumur ini
meruapakan sumur vertikal. Perbedaan kedua

Screening Oil Gravity untuk Pengaplikasian Steamflooding

jenis sumur ini terletak pada zona perforasi


saja. Perforasi sumur injeksi hanya dilakukan
pada layer paling bawah, yaitu 4. Sedangkan
pada kedua sumur produksi, perforasi
dilakukan di setiap layer yang ditembus oleh
sumur. Konfigurasi pada penelitian ini
menggunakan model 5-spot. Sumur vertikal
injeksi terletak pada grid 10 10 1 hingga 10 10
4 dan perforasi hanya pada layer paling bawah,
yaitu pada layer ke-4. Sumur vertikal produksi
berada pada grid 1 1 1 hingga 1 1 4 dan setiap
layer dilakukan perforasi.
2.3.3 Kondisi Awal dan Pembatas
Data reservoir pada model sesuai dengan data
input parameter yang dijelaskan diatas. Asumsi
utama yang digunakan pada model ini adalah
homogen. Permeabilitas pada arah-x dan arahy. Permeabilitas vertikal diasumsikan bernilai
setengah dari nilai permebilitas x dan y.
Kondisi awal saturasi minyak sebesar 55% di
setiap grid reservoir. Saturasi gas saat kondisi
awal bernilai nol. Pada saat melakukan
simulasi, temperatur dan tekanan awal
reservoir bernilai 127 0F dan 875 psi. Untuk
sumur injeksi, maksimum tekanan bawah
sumur sebesar 1000 psi dan maksimum injeksi
air sebesar 300 bbl/hari. Sedangkan batasan
untuk sumur produksi, minimum tekanan
bawah sumur sebesar 17 psi, maksisum
surface liquid rate sebesar 1000 bbl/hari dan
maksimum injeksi steam sebesar 10 bbl/hari.
Temperatur fluida injeksi untuk semua
simulasi sebesar 450 0F, sedangkan untuk
steam quality sebesar 70%. Tetapi pada paper
ini juga akan dilakukan sensitivitas terhadap
steam quality. Asumsi yang digunakan saat
menginjeksi steam adalah tidak ada heat loss
selama dari permukaan hingga ke reservoir.
III. HASIL SIMULASI DAN ANALISIS
SENSITIVITAS
Hasil simulasi pada kelima sensitivitas akan
menghasilkan analisis yang digunakan untuk
pemilihan karakterisitk reservoir yang cocok
untuk digunakan steamflooding.
3.1 Kasus 1 : API Minyak
Kasus sensitivitas pada kasus pertama ini
adalah
API
minyak.
Penulis
ingin
membuktikan bahwa dengan nilai API minyak
berapa yang mempunyai kenaikan recovery
factor secara signifikan jika diaplikasikan
steamflooding. Penulis melakukan simulasi
dengan hanya mengganti satu parameter, yaitu
API minyak. Kemudian setiap API minyak
dilakukan dua kondisi yang berbeda, yaitu
tanpa menggunakan injeksi steam dan dengan
menggunakan injeksi steam. Dari setiap API
minyak tersebut, akan dilihat pengaruh

kenaikan recovery factor yang kemudian dapat


disajikan dalam Gambar 4. Simulasi dilakukan
dimulai dari interval 8 hingga 40 API minyak
dengan waktu produksi 20 tahun.

Gambar 4. Plot antara kenaikan recovery


factor dengan API minyak
Pada hasil simulasi yang telah ditunjukkan
pada kurva diatas, kenaikan recovery factor
sangat signifikan sangat API minyak saat nilai
API kurang dari 25. Terdapat dua gradien yang
berbeda, nilai gradien membesar saat kurang
dari 25 API. Jika kita melihat semakin berat
minyak yang disimulasikan akan membuat
penambahan recovery factor menjadi semakin
besar dan akhirnya semakin kecil nilai API
minyak, maka penambahan recovery factornya
akan tetap. Hal ini terjadi karena pada minyak
ringan tidak perlu adanya energi panas
tambahan yang dibutuhkan minyak untuk
dapat mengalir. Sedangkan jika minyak berat
diproduksikan tanpa digunakan injeksi steam,
maka recovery factor yang didapat sangat kecil
sekali karena viskositas dari minyak berat ini
sangat besar sehingga membuat minyak sulit
untuk mengalir. Profil viskositas terhadap
temperatur dapat dilihat pada Gambar 5. Pada
profil tersebut diperlihatkan bahwa semakin
naik temperatur makan perubahan viskositas
akan menurun secara drastis. Oleh karena itu,
ketika minyak berat akan mengahsilkan
recovery factor yang besar jika ditambahkan
energi panas di sistem reservoir.

Gambar 5. Profil viskositas terhadap


temperatur
Pada kasus ini, dapat disimpulkan bahwa
metode steamflooding akan lebih efektif terasa

35

Dimas Bagus Prasetia Yoga, Taufan Marhaendrajana

pada peningkatan recovery factor pada saat


API kurang dari 25. Semakin berat minyak
didalam reservoir, maka semakin besar
peningkatan recovery factor yg didapat jika
menggunakan injeksi steam. Pada kondisi
reservoir seperti
ini cocok untuk
dipertimbangkan
penerapan
metode
steamflooding.
3.2 Kasus 2 : Saturasi Connate Water
Pada kasus ini dilakukan sensitivitas terhadap
saturasi connate water. Penambahan saturasi
air conate akan mempengaruhi recovery
factor, hal ini dikarenakan perubahan
permeabilitas realtif terhadap minyak yang
semakin mengecil yang menyebabkan laju alir
minyak akan menurun.. Hal ini yang
menyebabkan penurunan kumulatif minyak
saat kenaikan saturasi air conate. Profil laju
alir minyak kumulatif dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 6. Laju alir minyak kumulatif pada


berbagai kondisi swc terhadap waktu
Laju alir minyak semakin mengecil dengan
peningkatan saturasi air conate. Hal ini terjadi
diperkirakan karena penurunan permeabilitas
relatif terhadap minyak pada saat kondisi
saturasi air conate meningkat.

Hasil simulasi senstivitas saturasi air conate


ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Plot recovery factor terhadap


saturasi connate air
Hasil tabulasi tentang penurunan OOIP dengan
meningkatnya jumlah minyak yang didapat
dapat dilihat pada bagian lampiran.
3.3 Kasus 3 : Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler pada kasus ini dijadikan
sebagai sensitivitas untuk mengetahui recovery
factor optimum yang dapat diperoleh. Pada
kasus ini, nilai tekanan kapiler akan
ditingkatkan dan dilihat pengaruhnya terhadap
recovery factor. Data tekanan kapiler diperoleh
berdasarkan data yang umum ditemui
dilapangan. Maksimum tekanan kapiler
bernilai 30 dyne.
Setelah melakukan simulasi, hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa semakin besar
tekanan kapiler, hal yang terjadi adalah
semakin kecil recovery factor yang diperoleh.
Hal ini disebabkan karena semakin besar
tekanan kapiler, tekanan yang dibutuhkan oleh
minyak untuk mengalir semakin besar. Pada
kurva tekanan kapiler dan saturasi air (Gambar
8) dapat dilihat bahwa semakin besar tekanan
kapiler maka threshold pressure yang
dibutuhkan juga semakin besar.

Gambar 8. Plot antara tekanan kapiler dan saturasi air sensitivitas tekanan kapiler

36

Screening Oil Gravity untuk Pengaplikasian Steamflooding

Tabel 4. Hasil tabulasi sensitivitas tekanan


kapiler dan recovery factor
Sw
Pc 1
Pc 2
Pc 3
0,45
30
30
30
0,47
21
21
21
0,5
15
16,5
20
0,55
11
14,2
17,7
0,6
8,7
12,8
16,3
0,65
7,4
11,5
15
0,7
6,6
10,4
13,9
0,75
5,8
9
12,5
0,77
5,1
8
11,5
0,8
4,5
7
10,5
0,82
3,6
6
9,5
0,85
0,4
0,4
0,4
RF

52,24

51,74

51,72

Gambar 9 menunjukkan adalah profil laju alir


minyak pada saat sensitivitas tekanan kapiler.
Hal ini yang menunjukkan bahwa semakin
besar tekanan kapiler, maka dibutuhkan
tekanan yang besar untuk menghasilkan laju
alir yang sama.

panas yang dibawa oleh steam akan


menentukan seberapa besar penambahan panas
yang terjadi di dalam reservoir.
Pada hasil simulasi dibwah ini, steam quality
optimum dicapai saat 80% karena penambahan
steam quality menjadi
90% saja tidak
menambah kenaikan recovery factor yang
signifikan. Pada kondisi lapangan, recovery
factor mencapai 80% sangat besar dan jarang
dicapai. Tetapi perlu diingat bahwa semakin
besarnya steam quality berarti biaya untuk
membuat uap panas akan semakin besar.
Tetapi pada penelitian ini belum difokuskan
pada hal tersebut.
Kasus sensitivitas ini dilakukan pada minyak
berat dengan 8 API. Model geologi
menggunakan tipe grid yang sama, yaitu
cartesian, dengan jumlah cells sebanyak 400.
Gambar 9 menunjukkan hasil simulasi dari
sensitivitas steam quality.

Recovery Factor (%)

Peningkatan
tekanan
kapiler
juga
menyebabkan kenaikan saturasi air conate.
Semakin besar air conate maka semakin kecil
laju alir minyak. OOIP semakin mengecil
dengan bertambahnya saturasi air conate.
Penurunan laju alir minyak lebih besar
daripada penurunan OOIP, oleh karena itu
recovery factor akan mengecil saat tekanan
kapiler atau saturasi air conate meningkat.
Hasil simulasi dengan tiga buah tekanan
kapiler yang berbeda ditunjukkan pada Tabel
4.

100

SQ 2
SQ 4

50

SQ 5
SQ 6
SQ 7

SQ 8

Gambar 10. Plot antara steam quality dengan


recovery factor
Pada hasil diatas menunjukkan bahwa
peningkatan steam quality akan meningkatkan
recovery factor dilihat dari kurva laju alir
kumulatif lapangan seperti pada Gambar 11.

Gambar 9. Plot antara laju alir minyak pada


berbagai tekanan kapiler
Kasus 4 : Steam Quality
Steam quality adalah energi panas yang dibawa
berupa perbandingan antara steam dan
cairanketika diinjeksikan kedalam reservoir.
Steam quality ini juga penting dalam
pengaplikasian steamflooding karena energi

Gambar 11. Plot laju alir kumulatif minyak


dengan sensitivitas steam quality
Proses simulasi dari
pengembangan
steamflooding memerlukan ukuran grid yang
lebih kecil dan membutuhkan waktu CPU yang

37

Dimas Bagus Prasetia Yoga, Taufan Marhaendrajana

banyak. Hal ini disebabkan karena persamaan


energi yang harus diselesaikan secara simultan
dengan
persamaan
material
balance,
persamaan transportasi dan persamaan
keadaan.
Pada Gambar 11 terlihat perbedaan profil pada
saat steam quality bernilai 70% dan saaat
steam quality bernilai 50%. Pada saat steam
quality lebih dari 70%, profil laju aliran
mengalami peningkatan kumulatif produksi
pada saat akhir tahun 1987. Hal ini
dikarenakan pada saat SQ 70%, panas yang
terjadi di reservoir lebih panas sehingga
viskositas pada saat ini jauh berkurang dan
memungkinkan minyak yang awalnya berat
dapat terproduksi. Sehingga terjadi lekukan
pada profil aliran kumulatif maupun alir
minyak pada Gambar 13.
Perbedaaan nilai viskositas pada saat akhir
tahun 1987 dapat dilihat pada Gambar 12 dan
13.

(a)

(b)
Gambar 12. Profil viskositas (1988), (a) SQ
70% (b) 50%)

Gambar 13. Plot laju alir minyak, laju alir air


dan kumulatif minyak pada 2 (dua) kondisi
steam quality 70% dan 50%
Profil steam pada metode steamflooding ini
memiliki sifat gravity override (profil
pendesakan steam dapat dilihat pada
perubahan saturasi minyak pada lampiran)

38

dikarenakan steam mempunyai densitas yang


ringan sehingga steam akan lebih mudah
mendesak pada bagian atas reservoir. Oleh
sebab itu, minyak pada bagian atas reservoir
akan cepat terpanaskan dan mudah mengalir ke
sumur produksi. Bagian atas yang telah kosong
oleh minyak ini akan tergantikan oleh steam
dan pada akhirnya steam akan terus menerus
melewati bagian atas reservoir ini dan ikut
terproduksi. Sehingga penambahan produksi
minyak tidak sebesar seperti sebelum tercapai
breakthrough. Gambar 13 menunjukkan efek
penurunan viskositas pada saat steam quality
70% dan 50%. Pada Gambar 12 dapat dilihat
profil gravity override pada injeksi steam.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang bisa didapat dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Hasil senstivitas untuk menentukan kriteria
API minyak yang efektif dilakukan
pengaplikasian
steamflooding
adalah
minyak dengan API kurang dari 25.
2. Efek saturasi air conate berpengaruh
terhadap faktor perolehan minyak dengan
mengunakan steamflooding. Semakin besar
saturasi air conate dapat mengurangi
permeabilitas relatif terhadap minyak yang
mengakibatkan penurunan laju alir minyak.
Oleh karena itu recovery factor akan
menurun dengan bertambahnya sautasi air
conate. Hal ini juga berlaku pada
parameter tekanan kapiler. Tekanan kapiler
semakin besar maka saturasi air conate
akan meningkat.
3. Steam Quality yang optimum dalam
perolehan minyak pada kondisi lapangan
sebesar 80% dilihat dari penambahan
recovery factor setelahnya yang tidak
signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chandra, S., Mamora, D.D., 2005.
Improved Steamflood Analytical Model.
2. Davies, I.G., Silberberg, I.H., Caudle,
B.H., 1995. A Method of Predicting Oil
Recovery in a Five-Spot Steamflood,
Journal of Petroleum Technology.
3. Mamora, D.D., and Sandoval, J.E., 2005.
Investigation of a Smart Steamflood
Pattern To Enhance Production From San
Ardo Field, California.
4. Putra, R.N., 2010. Analisis Pengaruh
Brine dan Nanoferrofliuids Terhadap
Faktor Perolehan Pada Heavy Oil Melalui
Pemanasan Induksi Elektromagnetik.
5. Weinbradt, R.M., Ramey, JR,H.J., Casse,
F.J., 1975. The Effect of Temperature on
Relative and Absolute Permeability of
Sandstones.

Anda mungkin juga menyukai