Anda di halaman 1dari 11

Dislokasi Sendi Pangggul Posterior

Elizabeth Angelina
102012354
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. (021) 56942061
eat_angelina@yahoo.com
Pendahuluan
Dislokasi sendi dapat terjadi spontan karena gerakan tidak spontan dan karena
kekerasan. Dislokasi merupakan terlepasnya sendi dari tempat yang seharusnya. Dislokasi
sendi dapat terjadi karena kongenital ataupun didapat. Beberapa dislokasi sendi yang dapat
terjadi adalah dislokasi rahang, dislokasi sendi bahu, dislokasi sendi siku, dislokasi sendi
lutut dan dislokasi sendi panggul. Kadang dislokasi terjadi disertai dengan patah tulang dan
disebut patah tulang dislokasi. Berikut yang akan dibahas adalah terkait dengan dislokasi
sendi panggul. Dislokasi sendi panggul merupakan cedera yang relatif jarang ditemui yang
berhubungan dengan trauma berenergi tinggi. 1, 2
Anamnesis
Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan nyeri hebat
pada pangkal tungkai kanannya sejak 3 jam yang lalu setelah terjatuh dari pohon dengan
ketinggian sekitar 3 meter. Untuk anamnesis dapat ditanyakan apa yang menyebabkan
terjadinya nyeri? Di bagian mana yang sakit? Kapan nyeri tersebut terjadi? Seberapa sering
nyeri timbul? Bagaimanakah rasa nyerinya? Apakah ada faktor yang memperberat rasa nyeri
tersebut? Apakah ada faktor yang memperingan rasa nyeri tersebut? Apakah ada keluhan
penyerta lainnya?
Anamnesis yang diperoleh:
Identitas
-

Jenis kelamin : laki-laki.

Umur

: 30 tahun.

Keluhan utama
-

Pasien mengeluhan nyeri hebat pada pangkal tungkai kanannya sejak 3 jam yang
lalu.

Keluhan penyerta
-

Bertanya pada pasien apakah ada keluhan lain, selain keluhan utamanya.

Riwayat penyakit dahulu


-

Apakah pasien pernah mengalami patah tulang dan keluarnya kepala sendi dari
mangkuknya (dislokasi) sebelumnya?

Riwayat penyakit sekarang


-

Pasien mengeluh nyeri akibat terjatuh dari pohon dengan ketinggian sekitar 3 meter.
Riwayat penyakit keluarga

Apakah di dalam anggota keluarga ada yang pernah mengalami penyakit patah
tulang dan dislokasi atau tidak?
Riwayat obat

Obat apa saja yang telah dikonsumsi sebelumnya untuk mengatasi sakitnya?
Riwayat sosial

Bagaimana kehidupannya sehari-hari di lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja,


pendidikan yang dimiliki, serta status ekonominya?

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah melihat keadaan umum pasien, pengukuran
tanda-tanda vital pada pasien, yang mencakup suhu, tekanan darah, denyut nadi, dan
frekuensi pernapasan. Dilakukan juga pemeriksaan status lokalis regio femur dekstra yang
dikeluhkan nyeri oleh pasien. Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan:
Keadaan umum: sakit berat
Tanda-tanda vital : normal.
Inspeksi (look): tampak femur dekstra dalam posisi sedikit fleksi, adduksi dan internal rotasi,
terdapat edema.
Palpasi (feel): nyeri tekan (+), tidak ditemukan adanya krepitasi dan fragmen tulang.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah radiologi untuk memastikan arah
dislokasi dan apakah disertai fraktur. Dapat dilakukan foto AP (anteroposterior) untuk melihat
apakah caput femur keluar dari asetabulum dan bagaimana posisinya, foto oblik untuk
mengetahui ukuran fragmen jika ada dan CT-Scan untuk melihat adanya fraktur.3

Diagnosis
Working Diagnosis
Working diagnosis yang dipilih adalah dislokasi pada regio femur dekstra atau
dislokasi sendi panggul posterior. Dislokasi sendi panggul adalah suatu keadaan dimana
terjadi perpindahan permukaan caput femoris terhadap asetabulum. Dislokasi terjadi ketika
caput femoris keluar dari acetabulum. Kondisi ini dapat terjadi karena kongenital atau didapat
(acquired). Untuk dislokasi karena trauma, terdapat nyeri, pembengkakan dan kehilangan
rentang gerak sendi.4
Differensial Diagnosis
Differensial diagnosis yang dipilih adalah patah tulang femur. Fraktur atau patah
tulang merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh trauma. Trauma yang menyebabkan patah tulang ada trauma
langsung dan trauma tidak langsung. Misalnya benturan pada lengan bawah yang
menyebabkan patahnya tulang radius dan ulna merupakan trauma langsung. Trauma tidak
langsung seperti jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan patahnya tulang klavikula.
Fraktur kolum femur dapat berupa fraktur subkapital (1), transervikal (2) dan basal (3)
yang semuanya terletak dalam simpai sendi panggul atau intrakapsuler; fraktur interokanter
(4) dan subtrokanter (5) terletak ekstrakapsuler. Patah tulang intrakapsuler umumnya sukar
mengalami pertautan dan cenderung terjadi nekrosis avaskuler kaput femur. Sedangkan patah
tulang pada ekstrakapsuler cenderung cepat sembuh karena cukup kaya pendarahannya. 2
Penderita umumnya datang dengan keluhan tidak bisa jalan setelah jatuh dan nyeri.
Umumnya penderita tampak dengan tungkai bawah dalam keadaan sedikit fleksi dan
eksorotasi serta memendek. Gambaran radiologis menunjukan patah tulang leher femur
dengan dislokasi pergeseran ke kranial atau impaksi ke dalam kaput.2
Penanganan fraktur leher femur yang bergeser dan tidak stabil adalah reposisi tertutup
dan fiksasi intern secepatnya dengan pin yang dimasukkan dari lateral melalui kolum femur.2

Gambar 1. Patah Tulang Kolum Femur2


Etiologi
Dislokasi panggul dapat disebabkan kongenital atau didapat (oleh karena trauma).
Dislokasi panggul traumatik dapat disebabkan berbagai hal seperti kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh dari tempat tinggi dan cedera saat olahraga.5
Patogenesis
Sendi panggul atau articulatio coxae adalah sebuah sendi sinovial yang dibentuk oleh
tulang femur pada bagian caput femur dan tulang pelvis pada asetabulum dan mempunyai
konfigurasi ball and socket dimana ball merupakan caput femur dan socket merupakan
asetabulum. Dalam keadaan normal, sendi ini dapat melakukan abduksi, adduksi, fleksi,
ekstensi, eksorotasi, endorotasi dan sirkumduksi.5,6
Sendi

panggul

merupakan

persendian

antara

pelvis

dengan

femur

yang

menghubungkan tulang aksial dengan ekstremitas bawah. Os coxae atau tulang pinggul orang
dewasa terbentuk dari hasil penggabungan antara os ilium, os ischium dan os pubis.5,6

Gambar 2. Anatomi Persendian Panggul6


Kepala femur terletak di dalam acetabulum. Panggul juga diperkuat oleh persendian
kapsul fibrosa, ligamen ischiofemoral dan otot lainnya dari otot paha dan regio glutea.
Bentuk anatomi ini menjadikan panggul stabil mendukung kestabilan panggul.5

Gambar 3. Radiologi pelvis normal anteroposterior5


Dorongan atau gaya dengan kekuatan yang besar dapat menimbulkan dislokasi sendi.
Oleh karena ada mekanisme berkekuatan besar, cedera yang membahayakan dan fraktur
sering terjadi.5

Pada 2/3 dari dislokasi traumatik sendi panggul disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor, sebagian oleh karena jatuh dari ketinggian sedangkan cedera karena
olahraga umumnya sedikit atau jarang terjadi.5
Dislokasi traumatik pada sendi panggul dapat terjadi dengan atau tanpa fraktur pada
asetabulum atau ujung proksimal dari femur. Sering ditemukan pada orang-orang usia
produktif yang sangat aktif dan biasanya merupakan akibat dari trauma yang parah. Caput
femur tidak dapat berpindah sempurna dari asetabulum normal kecuali jika ligamentum teres
mengalami ruptur atau penyebab lain yang kurang terkait. Dislokasi traumatik pada sendi
panggul dapat diklasifikasikan sesuai dengan letak caput femur terhadap asetabulum.7
Sendi panggul dapat terdislokasi ke posterior atau anterior dengan atau tanpa fraktur
pinggir asetabulum. Dapat juga terjadi dislokasi sentral dengan fraktur asetabulum.
Asetabulum merupakan mangkok yang agak dalam dengan bibir dorsal dan ventral serta atap
yang agak tinggi sehingga dapat patah jika kaput femur dikeluarkan dengan paksa.5
Dislokasi posterior terjadi sebagai akibat dari trauma panggul pada posisi fleksi dan
adduksi. Pada posisi ini tekanan disalurkan melalui lutut sepanjang femur, misalnya trauma
benturan dengan dashboard mobil pada kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh dari
ketinggian dengan lutut dalam posisi fleksi. Tekanan ini dapat membuat kaput femur
terdorong ke posterior melewati bibir belakang asetabulum dan terjadilah dislokasi posterior.
Femur yang terkena akan berada pada posisi fleksi, adduksi dan rotasi internal dengan
tungkai tampak lebih pendek (Lihat gambar 2 bagian A dan B). Biasanya disertai nyeri akibat
spasme otot sekitar panggul. Kaput femur terletak di kraniodorsal asetabulum. 5

Gambar 4. Tampak Dislokasi pada Sendi Panggul2


6

Dislokasi posterior ada 2 jenis berdasarkan posisi caput femur yaitu dislokasi
posterior jenis luksasi iliaka dan dislokasi posterior jenis luksasi iskiadikus. Pada dislokasi
posterior jenis luksasi iliaka (Gambar 3 bagian A) tampak fleksi ringan, adduksi dan
endorotasi. Dislokasi posterior jenis luksasi iskiadikus tampak fleksi, adduksi dan endorotasi
tetapi lebih jelas dari luksasi iliaka (Gambar 3 bagian B).2

Gambar 5. Dislokasi Panggul Posterior8


Dislokasi panggul posterior diperkirakan 80-90% disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor. Caput femur berpindah ke posterior asetabulum. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor,

dorongan disalurkan ke panggul yang dalam posisi fleksi. Ketika

memperlambat kecepatan dengan tiba-tiba, lutut akan menghantam dashboard dan ada gaya
dorong yang disalurkan dari femur ke panggul. Jika kaki dalam posisi ekstensi atau dalam
posisi memanjang dan lutut terkunci, gaya dorong akan disalurkan dari lantai mobil ke
tungkai dan ke persendian panggul. Dislokasi posterior ditunjukan pada gambar di bawah.5

Gambar 6. Dislokasi Panggul Posterior Dekstra5


7

Pada dislokasi anterior, caput femur terletak di anterior asetabulum. Dislokasi anterior
terjadi hampir selalu akibat dorongan hiperekstensi terhadap kaki yang abduksi sehingga
mendorong keluar kepala femur dari asetabulum. Dorongan ke anterior pada caput atau
kolum femur dapat menyebabkan dislokasi anterior, tetapi cukup jarang terjadi.5
Dislokasi sentral selalu merupakan fraktur-dislokasi. Kaput femur berada di medial
pada acetabulum yang mengalami fraktur. Ini disebabkan karena ada dorongan dari lateral
terhadap femur yang dalam posisi adduksi yang umumnya dapat terjadi akibat kecelakaan
kendaraan bermotor. 5

Gambar 7. Fraktur-Dislokasi pada Kanan Panggul 5

Epidemiologi
Dari 90% kasus dislokasi panggul, umumnya lebih sering terjadi dislokasi panggul
posterior dibandingkan dengan dislokasi panggul anterior. Frekuensinya menurun seiring
dengan meningkatnya penggunaan sabuk pengaman serta air bag. Dislokasi panggul anterior
dan dislokasi-fraktur sentral terjadi kurang dari 10% dari total kejadian dislokasi panggul.
Pada ekstremitas bawah, panggul merupakan yang paling umum mengalami dislokasi
persendian dengan insidens 5.2%. Insidens terjadinya dislokasi berulang sekitar 12%.
Reduksi tertutup mencapai lebih dari 74% dari kejadian dislokasi.5
Sebagai tambahan, laporan dari sebuah negara berkembang mengindikasikan jika
dislokasi panggul akibat trauma meningkat seiring dengan tingginya angka kejadian
kecelakaan kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi yang akan terus berulang terjadi
seiring bertambah banyaknya orang yang menggunakan kendaraan bermotor. 5

Dislokasi panggul akibat trauma kebanyakan terjadi pada laki-laki yang masih muda,
kurang lebih berusia dibawah 35 tahun yang memiliki kebiasaan atau kegiatan yang beresiko
tinggi. 5
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah nekrosis avaskular, osteonekrosis dan
osteoathritis.
Penatalaksanaan
Penanganan dislokasi merupakan tindakan darurat karena reposisi yang dilaksanakan
segera mungkin dapat mencegah nekrosis avaskuler kaput femur. Makin lambat reposisi
dilakukan, makin tinggi kejadian nekrosis avaskuler. Sebelum melakukan reduksi sebaiknya
dilakukan pemeriksaan neurovaskular. 2
Indikasi reduksi tertutup adalah dislokasi dengan atau tanpa defisit neurologi dimana
tidak terdapat fraktur dan dislokasi yang disertai fraktur tanpa defisit neurologi. Sementara
itu, kontraindikasi reduksi tertutup adalah dislokasi panggul terbuka.6
Salah satu teknik untuk mereduksi dislokasi panggul posterior sederhana adalah
Manuver Allis. Teknik Manuver Allis: Pasien berbaring terlentang dimana sebelumnya
diberikan anesthesi umum. Asisten menstabilkan pelvis dengan menekan SIAS (Spina Iliaka
Anterior Superior), sementara yang lain memegang tungkai yang mengalami dislokasi,
kemudian meletakan lengannya di bawah lutut lalu lakukan traksi longitudinal sejajar
deformitas, paha dalam posisi adduksi dan endorotasi, kemudian di fleksikan 90.
Pertahankan traksi, kemudian caput femur diungkit ke dalam asetabulum.3,8

Gambar 8. Salah Satu Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Panggul 8


Reduksi tertutup dapat juga dilakukan dengan tarikan ke ventral dan kaudal tungkai
dalam posisi fleksi dan rotasi eksternal. Tarikan dapat juga oleh berat kakinya sendiri dengan
meletakan penderita tengkurap dan tungkai yang terdislokasi dibiarkan jatuh di sisi tempat
tidurnya. Relaksasi otot dan berat kaki ke arah ventral secara perlahan-lahan dapat mereduksi
dislokasi tersebut. Pascareposisi penderita diistirahatkan dalam traksi selama 6-8 minggu
untuk mengurangi tekanan pada kaput femur. Setelah itu penderita tidak boleh menumpukan
berat badan selama 6-8 minggu.2, 9
Prognosis
Jika tidak segera ditangani dengan melakukan reposisi maka prognosisnya bisa
memburuk karena dapat terjadi berbagai komplikasi salah satunya nekrosis avaskuler.2
Kesimpulan
Pasien mengalami dislokasi panggul posterior dimana kondisi pasien sesuai dengan
manifestasi klinis pada dislokasi panggul posterior.
Daftar Pustaka
1. Stannard JP, Schmidht AH, Kregor PJ. Surgical treatment of orthopaedic trauma. New
York: Thieme Medical Publishers Inc; 2007.
2. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2005. Hal 876-80
10

3. Subagyo H. Dislokasi sendi panggul. Diunduh dari: ahlibedahtulang.com/artikel-166-1-dislokasi-sendi-panggul.html 20 April 2013. Diunduh 15 Maret 2014.
4. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009. Hal 332-3.
5. McMillan SR, Doty CI, Tham ET. Hip dislocation in emergency medicine. Diunduh dari :
emedicine.medscape.com/article/823471-overview#showall 5 september 2012. Diunduh 15
Maret 2014.
6. Davenport M, . Joint reduction, hip dislocation, posterior. Diunduh dari:
emedicine.medscape.com/article/109225-overview#showall 11 Februari 2014. Diunduh 15
Maret 2014.
7. Way LW. Current surgical diagnosis and treatment 11th edition. US: The McGraw-Hill
Companies, Inc; 2003.
8. Thompson JC. Netters concise atlas of orthopaedic anatomy. US: Icon Learning System;
2002.
9. Price SA, Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2006.

11

Anda mungkin juga menyukai