Tugas Mid Etika Adm Publik
Tugas Mid Etika Adm Publik
oleh :
ANTHONY FRANS
SEMESTER III
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG 2014
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan berbagai Negara bangsa di berbagai belahan dunia, birokrasi
berkembang merupakan wahana utama dalam penyelenggaraan Negara dalam berbagai
bidang kehidupan bangsa dan dalam hubungan antar bangsa. Di samping melakukan
pengelolaan pelayanan, birokrasi juga bertugas menerjemahkan berbagai keputusan
politik ke dalam berbagai kebijakan publik, dan berfungsi melakukan pengelolaan atas
pelaksanaan berbagai kebijakan tersebut secara operasional.
Sebab itu disadari bahwa birokrasi merupakan faktor penentu keberhasilan
keseluruhan agenda pemerintahan, termasuk dalam mewujudkan pemerintahan yang
bersih dan bebas KKN (clean government) dalam keseluruhan scenario perwujudan
kepemerintahan yang baik (good governance). Namun pengalaman bangsa kita dan
bangsa-bangsa
lain
menunjukkan
bahwa
birokrasi,
tidak
senantiasa
dapat
menyelenggarakan tugas dan fungsinya tersebut secara otomatis dan independen serta
menghasilkan kinerja yang signifikan.
Keberhasilan birokrasi dalam pemberantasan KKN juga ditentukan oleh banyak
factor lainnya. Di antara factor-faktor tersebut yang perlu diperhitungkan dalam
kebijakan reformasi birokrasi adalah koplitmen, kompetensi, dan konsistensi semua
pihak yang berperan dalam penyelenggaraan Negara, baik unsur aparatur Negara maupun
warga negaea dalam mewujudkan clean government dan good governancem serta dalam
mengaktualisasian dan membumikan berbagai dimensi nilai yang terkandung dalam
konstitusi Negara kita, sesuai posisi dan peran masing-masing dalam Negara dan
bermasyarakat bangsa. Tindak pidana korupsi telah terjadi secara meluas, dan dianggap
pula telah menhadi suatu penyakit yang sangat parang yang tidak hanya merugikan
keuangan Negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak social dan
ekonomi
masyarakat,
menggerogoti
demokrasi,
merusak
aturan
hokum,
dan
kebijakan dan tindakan yang menimbulkan depresiasi nilai public, baik disengaja atau
pun tidak sengaja.
B. Pokok Permasalahan
Konsep-konsep tentang nilai moral dan etika dalam administrasi pemerintahan
dirumuskan untuk diterapkan dalam kehidupan kenegaraan dan lingkup administrasi yang
sesungguhnya. Keanfaatan konsepsi etika tersebut hanya akan terasa apabila ia benarbenar dapat menjadi bagian dari dinamika administrasi modern. Dalam banyak hal,
konsep dan teori filosofis mengenai moralitas dalam bidang administrasi negara itu juga
berasal dari praktek adinistrasi sehari-hari. Oelh sebab itu, pembahasan mengenai etika
administrasi negara tidak berada dalam ruang hampa, ia harus selalu menyertakan
pembahasan tentang aplikasinya, bagaimana para birokrat dan administrator bertindak
atau harus bertindak menurut kaidah-kaidah etis yang ada guna mencapai good
governance.
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang ingin diketahui adalah :
1. Bagaimana penerapan konsep etika administrasi dalam pejabat pemegang
birokrasi ?
2. Apa azas-azas birokrasi yang baik untuk mencapai good governance ?
3. Bagaimana implementasi etika dalam praktek?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui penerapan konsep etika dalam administrasi
2. Mengetahui asas-asas birokrasi yang baik
3. Mengetahui implementasi etika dalam praktek.
4. Sebagai Tugas MID Mata Kuliah Etika Administrasi Publik
Bab II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian
Moral, dari bahasa Latin mos (jamak: mores), artinya: cara hidup atau kebiasaan.
Norma, dalam bahasa Latin, norma berarti penyiku atau pengukur, dalam bahasa
Inggris, norm, berarti aturan atau kaidah.
Nilai, dalam bhs Inggris value, berarti konsep tentang baik dan buruk baik yang
berkenaan dengan proses (instrumental) atau hasil (terminal)
Ethics is the rules or standards governing, the moral conduct of the members
of an organization or management profession (Chandler & Plano, The Public
Administration Dictionary, 1982)
Aturan atau standar pengelolaan, arahan moral bagi anggota organisasi atau
pekerjaan manajemen
Dengan diskresi yang dimiliki, administrator publik tidak hanya harus efisien, tapi
juga harus dapat mendefinisikan kepentingan publik, barang publik dan
menentukan pilihan-pilihan kebijakan atau tindakan secara bertanggung jawab.
Teori Rasional: manusia menentukan apa yang baik dan buruk berdasar
penalaran atau logika.
Teori Intuitif: Manusia secara naluriah atau otomatis mampu membedakan hal
yang baik dan buruk.
Teori Wahyu: Ketentuan baik dan buruk datang dari Yang Maha Kuasa
Hukum bersifat eksternal dan dapat ditegakkan tanpa melibatkan perasaan, atau
kepercayaan orang (sasaran hukum), sementara etika bersifat internal, subyektif,
digerakkan oleh keyakinan dan kesadaran individu
Hukum dalam konteks administrasi adalah soal pemberian otoritas atau instrumen
kekuasaan
Basis dari hukum adalah etika, dan ketika hukum diterapkan harus dikembalikan
pada prinsip-prinsip etika
Banyak kasus, secara hukum dibenarkan tapi secara etika dipermasalahkan [trend
anak politisi yang jadi calon anggota legislatif
oleh
seorang
pejabat
yang
diberi
hak,
wewenang,
dan
Pelaksanaan tugas diatur dengan suatu peraturan formal dan aturan tersebut
mencakup tentang keseragaman dalam melaksanakan tugas.
Melanggar
nilai-nilai
publik:
responsibilitas,
akuntabilitas,
transparansi,
Moralitas Pribadi
Moralitas pribadi adalah superego atau hati nurani yang hidup dalam jiwa dan
menuntun perilaku individu
Moralitas pribadi menjadi basis penting dalam kehidupan sosial dan organisasi
Etika profesi
Dapat dirumuskan ke dalam kode etik profesional yang berlaku secara universal
Etika Organisasi
Dapat dirumuskan ke dalam kode etik organisasi yang berlaku secara universal
C. Good Governance
Prinsip-prinsip good governance :
1. Berwawasan ke depan
a. Pemahaman mengenai permasalahan, tantangan dan potensi yang dimiliki
oleh suatu unit pemerintahan
b. Mampu merumuskan gagasan-gagasan dengan visi dan misi untuk
perbaikan maupun pengembangan pelayanan dan menuangkannya dalam
strategi pelaksanaan, rencana kebijakan dan program-program kerja ke
depan berkaitan dengan bidang tugasnya.
2. Bersifat terbuka
a. Bersifat terbuka dalam penyelenggaraan pemerintahan di setiap tahap
pengambilan keputusan
b. Adanya aksesibilitas publik terhadap informasi terkait dengan suatu
kebijakan publik.
c. Setiap kebijakan publik termasuk kebijakan alokasi anggaran &
pelaksanaannya maupun hasil-hasilnya mutlak harus diinformasikan
kepada publik atau dapat diakses oleh publik selengkap-lengkapnya
melalui berbagai media dan forum untuk mendapat respon.
Bab III
KAJIAN EMPIRIK
Berbicara tentang Etika Birokrasi sebenarnya kita berbicara tentang nilai-nilai
yang mendasari tindakan Birokrasi atau alat-alat Negara dalam menjalankan tugastugasnya. Secara akademis etika birokrasi termasuk etika sosial bersama dengan etikaetika yang lain seperti etika profesi, etika politik, etika lingkungan hidup, kritik ideologi,
dan sikap terhadap sesame. Penerapan etika adminitrasi dalam prakteknya terutama
dalam administrasi pemerintahan juga meiliki banyak aspek-aspek yang harus dijalankan
dengan sebaik- baiknya sejalan dengan asas-asas Birokrasi untuk mencapai Pemerintahan
yang baik, , dengan mewujudkan peinsip demokratis, keadilan social dan pemerataan
serta mewujudkan kesejahteraan umum.
A.
kepada
menyelenggarakan
masyarakat
tugas
negara,
secara
profesional,
jujur,
adil,
dan
merata,
menyelenggarakan
tugas
pemerintahan,
dan
Pegawai Negeri yang secara structural telah diatur aturan mainnya, dimana kita kenal
sebagai Kode Etik Pegawai Negeri, yang telah diatur lewat Undang-undang
Kepegawaian. Kode Etik yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) disebut Sapta
Prasetya Korps Pegawai Republik Indonesia ( Sapta Prasetya KORPRI) dan dikalangan
Tentara Nasional Indonesia (TNI) disebut Sapta Marga. Menanamkan Kode Etik tersebut
adalah demi terciptanya Aparat Birokrasi lebih jujur, lebih bertanggung jawab, lebih
berdisiplin, dan lebih rajin serta yang terpenting lebih memiliki moral yang baik terhindar
dari perbuatan tercela seperti korupsi, kolusi, nepotisme dan lain-lain. Agar tercipta
Aparat Birokrasi yang lebih beretika sesuai harapan di atas, maka perlu usaha dan latihan
ke arah itu serta penegakkan sangsi yang tegas dan jelas kepada mereka yang melanggar
kode Etik atau aturan yang telah ditetapkan.
Perilaku birokrasi terbentuk dari interaksi antara dua variabel, yaitu karakteristik
birokrasi dan karakteristik manusia, atau lebih spesifi lagi, struktur dan aktor. Antara
karakteristik itu dengan perilaku terdapat hubungan yang sedikit banyak bersifat kausal.
Misalnya pada variabel organisasi, hierarki menimbulkan sifat taat bawahan terhadap
atasan. Pada variabel manusia, kepentingan atau kebutuhan hidup menuntut imbalan yang
memadai dari organisasi. Perilaku birokrasi jauh berbeda jika dipahami dalam hubungan
pemerintahan. Hubungan birokratik tidak sama dengan hubungan pemerintahan. Ketika
Birokrasi Pemerintahan bertindak keluar, terjadilah hubungan birokratik pemerintahan,
tetapi hubungan ini tidak identik dan tidak analog dengan hubungan birokratik. Dalam
banyak hal, yang diperintah dan manusia bukanlah bawahan pemerintah. Bahkan pada
saat rakyat berfungsi sebagai pemegang kedaulatan, pemerintah berada di bawahnya.
Jika dilihat kondisi Indonesia pada saat ini, melalui fakta-fakta yang ada, saat ini
masih banyak instansi-instansi pemerintah yang belum mampu menerapkan prinsip etika
administrasi yang baik, sekali lagi hal ini tertumpu pada kemauan individu-individu yang
berkerja dalam instansi tersebut untuk dapat merubah kebiasaan yang buruk dan
mengantinya dengan penerapan etika administrasi yang baik
Prinsip Demokrasi
Prinsip demokrasi inni sama seperti berasas kedaulatan rakyat. Asas kedaulatan
berarti bahwa rakyat memiliki kekuassaan tertinggi dalam pemerintahan negara,
rakyta pula yang menentukan jalannya suatu negara dan pemerintahan. Di dalam
sistem pemerintahan yang berasas kedaulatan rakyat, maka kepentingan rakyatlah
yang diutamakan karena kepentingan rakyat. Dasar dari konsep demokrasi
menyangkut penilaian tentang nilai manusia, martabat manusia, dan kesamaan di
hadapan
hukum.
Demokrasi
mendambakan
terciptanya
suatu
sistem
setiap
aktivitas
birokrasi
pemerintahan
dalam
mewujudkan
iv.
v.
/ 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN, yaitu:
Asas Kepastian Hukum, Adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
Penyelenggara Negara.
satu sama lain untuk menyelamatkan orang yang ketahuan tadi. Hal ini disebabkan
diantara mereka tidak ingin instansinya tercemar, sehingga walaupun mereka tahu ada
tindakan korupsi mereka lebih baik diam, daripada mereka akan dikucilkan, dan
menjadi saksi dalam perkara atas tindakan korupsi tadi.
Etos Kerja
Menurut Geertz etos kerja adalah sikap yang mendasar terhada diri dan dunia yang
dipancarkan hidup. Artinya etos kerja adalah aspek evaluative, yang bersifat menilai.
Dengan demikian yang dipersoalkan dalam etos kerja adalah kemungkinankemungkinan sumber motivasi seseorang dalam berbuat apakah pekerjaan di anggap
sebagi keharusan demi hidup, apakah pekerjaan terikat pada identitas diri, atau apakah
yang menjadi sumber pendorong partisipasi dalam pembangunan. Etos juga merupakan
landasan ide, cita, atau pikiran yang akan menentukan system tindakan.
Karena etos kerja menentukan penilaian manusia terhadap suatau pekerjaan maka ia akan
menentukan pula hasil-hasilnya. Semakin progresif etos kerja suatu masyarakat, semakin
baik hasil-hasil yang akan dicapai baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Bab IV
PENUTUP
KESIMPULAN
A. Penerapan etika adminitrasi dalam prakteknya terutama dalam administrasi
pemerintahan meiliki banyak aspek-aspek yang harus dijalankan dengan sebaikbaiknya, seperti menjalankan asas-asas birokrasi pemerintahan yang baik, dengan
mewujudkan peinsip demokratis, keadilan social dan pemerataan serta mewujudkan
kesejahteraan umum.
Jika dilihat kondisi Indonesia pada saat ini, melalui fakta-fakta yang ada, saat ini
masih banyak instansi-instansi pemerintah yang belum mampu menerapkan prinsip
etika administrasi yang baik, sekali lagi hal ini tertumpu pada kemauan individuindividu yang berkerja dalam instansi tersebut untuk dapat merubah kebiasaan yang
buruk dan mengantinya dengan penerapan etika administrasi yang baik.
B. Asas-asas Birokrasi dalam Good Governance yang tercantum dalam UU No. 28 /
1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN, yaitu:
1. Asas Kepastian Hukum,
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara,
3. Asas Kepentingan Umum,
4. Asas Keterbukaan,
5. Asas Proporsionalitas,
6. Asas Profesionalitas,
7. Asas Akuntabilitas,
Adapun tambahan dua asas yang tercantum dalam UU No. 32 / 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, ketujuh asas diatas ditambah lagi dengan 2 asas yaitu Asas
Efektivitas dan Asas Efisiensi.
C. Mal-administrasi merupakan suatu tindakan yang menyimpang dari nilai etika.
Secara psiko-sosiologis, suatu tindakan yang menyimpang dari nilai adalah
disebabkan karena bertemunya faktor niat atau kemauan dan kesempatan. Jika
ada niat untuk melakukan tindakan mal-administrasi, sementara kesempatan tidak
ada, maka tindakan mal-administrasi tadi tidak akan terjadi. Sebaliknya, ada
kesempatan untuk melakukan korupsi, namun pada dirinya tidak ada niat atau
kemauan untuk melakukan mal-administrasi, maka tindakan mal-administrasi juga
tidak akan terjadi.
Tidak sedikit pejabat lokal (birokrasi lokal) yang kurang memiliki akuntabilitas yang
tinggi dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Akibatnya birokrasi publik pada era reformasi banyak disorot publik.
Sorotan itu lebih banyak tertuju pada praktek yang menyimpang (mal-administration)
dari etika administrasi negara dalam menjalankan tugas dan tangguna jawabnya.
Bentuk mal-administrasi dapat berupa korupsi, kolusi, nepotisme, tidak efisien, dan
tidak profesional. Bentuk mal-administrasi pada umumnya lebih berkaitan dengan
perilaku individu yang menduduki suatu jabatan hierarkhi, terutama pada tingkat
bawah.
SARAN
Upaya penerapan etika administrasi pemerintahan yang baik, perlu adanya aturanaturan yang dibuat untuk mengatur para birokrat untuk tetap konsisten menjalankan
dan mengamalkan etikan yang baik dalam administrasi pemerintah
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
H. De Vos. 1987. Pengantar Etika. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Jeck H. Kontt & G.J. Miller, Reformasi birokrasi dan Peilihan institusi politik. Hlm :
173-175
K. Frankena, William. 1982. Ethics. New Delhi: Prentice-Hall.
Kumorotomo, Wahyudi, Etika Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
2001.
Robert C., Solomon. 1987. Etika: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Sukirman & Endah Apriani, Potret Kepuasan Konsumen Pelayanan Publik Kota
Bandung, 2002
Taufik Abdulah, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, 1988. Hlm 3
Undang-undang dan Peraturan lainnya :
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
Sumber lainnya :
http://kumpulanmakalahadministrasinegara.blogspot.com/2011/01/etika-administrasialam-praktek.html diunduh tanggal 07 Mei 2011
http://hombang.blogspot.com/2010/06/etika-birokrasi.html diunduh tanggal 11 Mei 2011
http://www.transparansi.or.id/agenda/agenda2/seri_dialog/dialog7.html diunduh tanggal
11 Mei 2011.