PEMBAHASAN
Kondisi Klinis
II
Hemoroid
interna
yang
menyebabkan
IV
2. Etiologi
Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis atau
penyakit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko
hemoroid seperti berikut ini.
a. Peradangan pada usus, seperti pada kondisi colitis ulseratif atau penyakit Crohn.
b. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
c. Konsumsi makanan rendah serat.
d. Obesitas.
e. Hipertensi portal.
3. Tanda dan Gejala
a. Tanda
1) Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feses yang
keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak berrcampur dengan
feses. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar
karena kaya akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannnya dengan hemoroid interna
dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis dan
radang.
b. Gejala
1) Anemia
Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi
spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi
dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
3) Keluarnya mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan cirri
hemoroid yang mengalami prolap menetap
4) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
mucus.
4. Patofisiologi
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya
menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan, dan prolapse.
Sebagian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk feses
menjadi kecil, yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan
tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan oleh
venous return. Kehamilan atau obesitas memberikan tegangan abnormal dari otot
sfingter internal juga dapat menyebabkan masalah hemoroid, mungkin melalui
mekanisme yang sama. Penelusuran venous return dianggap sebagai mekanisme aksi.
Kondisi terlalu lama duduk di tilet (atau saat membaca) diyakini menyebabkan
penurunan relatif venous return di daerah perianal (yang disebut dengan efek
tourniquet), mengakibatkan kongesti vena dan terjadilah hemoroid. Kondisi penuaan
menyebabkan melemahnya struktur pendukung yang memfasilitasi prolapse.
Melemahnya struktur pendukung sudah dapat terjadi pada awal decade ketiga
(Thornton, 2009).
Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab dalam
pembentukan hemoroid. Kondisi ini mungkin benar, mungkin juga tidak (Johanson,
1994). Pasien yang melaporka hemoroid memiliki tonus kanal istirahat lebih tinggi
dri biasanya. Tonus istirahat setelah hemorrhoidektomi lebih rendah daripada sebelum
prosedur. Perubahan dalam tonus istirahat adalah mekanisme aksi dilatasi (Gibbson,
1988).
Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubungannya dengan hemoroid.
Perdarahan massif dari hemoroid pada pasien dengan hipertensi portal biasanya
bersifat massif (Hosking, 1989). Varises anorektal merupakan kondisi umum pada
pasien dengan hipertensi portal. Varises terjadi di midrektum, di antara system portal
dan vena inferior rektal. Varises terjadi lebih sering pada pasien yang nonsirosis, dan
mereka jarang mengalami perdarahan (Chawla, 1991).
Kondisi hemoroid dapat memberikn berbagai manifestasi klinis berupa nyeri dan
perdarahan anus. Hemoroid internal tidak menyebabkan sakit karena berada di atas
garis dentate dan tidak ada inervasi saraf. Namun, mereka mengalami perdarahan,
prolapse, dan sebagai hasil dari deposisi dari suatu iritasi ke bagian sensitif kulit
perianal sehingga menyebabkan gatal dan iritasi. Hemoroid internal dapat
menghasilkan rasa sakit perianal oleh prolapse dan menyebabkan spasme sfingter di
sekitar hemoroid. Spasme otot ini mengakibatkan ketidaknyamanan sekitar anus
(Duthie, 1960). Hemoroid internal juga dapat menyebabkan rasa sakit akut ketika
terjadi inkarserata atau strangulasi (Dodi, 1986). Kondisi stragulasi dengan nekrosis
dapat menyebabkan ketidaknyamanan lebih mendalam. Ketika kondisi ini terjadi,
sering menyebabkan kejar sfingter eksternal seiring dengan thrombosis. Trombisis
eksternal menyebabkan nyeri akut.
Hemoroid internal yang paling sering menyebabkan perdarahan tanpa rasa sakit
pada saat buang air besar. Perdarahan umunya merupakan tanda pertama hemoroid
interna akibat trauma feses yang keras dan vena mengalami rupture. Dengan
meningginya spasme sfingter, perdarahan dapat bersifat muncrat. Darah yang keluar
berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, mungkin hanya berupa garis
pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau
mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar
berwarna merah segar karena kaya akan zat asam. Pendarahan luas dan intensif di
pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan darah arteri.
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbul anemia berat.
Hemoroid internal dapatmendepositkan lendir ke jaringan perianal. Lendir pada
feses dapat menyebabkan dermatitis local, yang disebut pruritus ani.
Hemoroid eksternal menyebabkan gelaja dalam dua cara. Pertama, trombosit akut
yang mendasari vena hemoroid eksternal dapat terjadi. Trombosit akut biasanya
berkaitan dengan peristiwa tertentu, seperti tenaga fisik, berusaha dengan mengejan,
diare atau perubahan dalam diet. Nyeri dan inervasi sarafoleh adanya distensi dan
edema. Rasa sakit berlangsung selama 7-14 hari sesuai dengan resolusi trombosit.
Kondisi hemoroid eksternal memberikan manifestasi kuran higienis akibat
kelembapan dan rangsangan akumulasi mukus. Keluarnya mukus da terdapat feses
pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolapse menetap.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit dan adanya
anemia.
b. Pemeriksaan anoskopi
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid internal yang tidak
menonjol ke luar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat
kuadran. Hemoroid internal terlihat sebagai struktur vaskular yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolapse akan lebih nyata.
c. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh prows radang atau prows keganasan di tingkat yang lebih tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Konservatif
Terapi hemoroid interna yang simtomatik harus ditetapkan secara
individual. Hemoroid adalah kondisi fisiologis dan karenanya tujuan terapi bukan
untuk menghilangkan pleksus hemorodial, tetapi untuk menghilangkan keluhan.
Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan
tindakan lokal yang sederhana disertai nasihat tentang makan. Makanan sebaiknya
terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus
besar, namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengedan secara berlebihan. Supositoral dan salep anus diketahui tidak
mempunyai efek yang bermakna kecuali efek anestesik dan astrigen.
Hemoroid internal yan mengalami prolapse oleh karena edema umumnya
dapat dimasukkan kembali serta perlahan disusul dengan istirahat tirah baring dan
kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan
hangat dengan juga dapat meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus
besar yang mendasarinya, misalnya penyakit Chron, terapi medis harus diberikan
apabila hemoroid menjadi simtomatik.
b. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya
5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam
jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid internal dengan tujun
menimbulkan
c. Ligasi
Pada hemoroid besar dan mengalami prolapse dapat ditangani dengan
ligase gelang karet. Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang
menonjol dijepit dan ditarik atau diisap ke dalam tabung ligatir khusus. Gelang
karet di dorong dari ligator dan ditempatkan secara tepat di sekeliling mukosa
pleksus hemoroidalis tesebut (Peng, 2004).
d. Hemoroidektomi
Intervensi ini dilakukan pada pasien dengan keluhan kronis dan dengan
stadium III dan IV.
d. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, mual muntah, penurunan BB, nyeri ulu hati
Tanda : muntah, berat urin meningkat, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit
buruk
e. Higiene
Tanda : ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
f. Nyeri / kenyaanan
Gejala : rasa ketidaknyaman, nyeri saat defekasi.
Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, berkeringat
g. Sirkulasi
Tanda : hipotensi, takikardi, disritmia, kelemahan, warna kulit lambat
2. Diagnose Keperawatan
a. Pra bedah
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perdarahan saat BAB
2) Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus
3) Gangguan integritas kulit anal berhubungan dengan kelembabpan meningkat
4) Nyeri berhubungan dengan peradangan pada jaringan kulit
b. Post bedah
1) Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan respons pembedah.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit pada anal
3. Rencana Keperawatan
a. Pre Bedah
No.
Dx
Intervensi
Rasional
b. Post Bedah
No
Dx
1
diberikan
asuhan
Intervensi
- Kaji skala nyeri
Rasional
-
Menentukan
keperawatan selama x 24
tingkat nyeri,
untuk
berkurang dengan
menentukan
criteria
hasil:
-
tindakan yang
Adanya
tepat
penurunan
intensitas nyeri
-
Ketidaknyamanan
akibat
berkurang
nyeri
- Beri
posisi
tidur
yang
menyenangkan
Dapat
menurunkan
tegangan
abdomen dan
meningkatkan
rasa control.
- Anjurkan
tehnik
napas
dalam
dan
Untuk
mengurangi
rasa nyeri
pengalihan
perhatian
- Berikan posisi
supine
4. Implementasi
5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut.
a. Informasi kesehatan terpenuhi.
b. Tidak mengalami injuri pasca prosedur bedah reseksi kolon.
c. Nyeri berkurang atau teradaptasi.
d. Asupan nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu.
e. Infeksi luka operasi tidak terjadi.
f. Kecemasan berkurang.