Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh.
Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan Anemia. Tujuan penyajian makalah ini adalah sebagai bagian dari
metode pembelajaran di STIKes WIRA MEDIKA PPNI Bali dan untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai imun hematologi. Pemahaman dan pendalaman yang lebih baik akan
membantu dalam menambah wawasan mengenai gangguan imun hematologi.

B. PERMASALAHAN
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Anemia?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok yang di
berikan oleh dosen mata kuliah Imun Hematologi dan untuk menambah wawasan tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Anemia.

D. METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah kepustakaan dan media
kepustakaan lainnya.

BAB II
PEMBAHASAN

SISTEM IMUN HEMATOLOGI 1


A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan/atau masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh. Secara laboratories, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin
serta hitung eritrosit dan hematokrit di bawah normal.

2. Etiologi
Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan
atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab anemia antara lain
sebagai berikut:
a. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi
dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun: cacingan.
b. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena
intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
c. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor
intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi,
infeksi malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.
d. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum
tulang (kerusakan sumsum tulang).

3. Tanda dan Gejala


a. Anemia Ringan
Karena jumlah sel darah merah yang rendah menyebabkan berkurangnya
pengiriman oksigen ke setiap jaringan dalam tubuh, anemia dapat menyebabkan
berbagai tanda dan gejala. Hal ini juga bisa membuat buruk hampir semua
kondisi medis lainnya yang mendasari. Jika anemia ringan biasanya tidak
menimbulkan gejala apapun. Jika anemia secara perlahan terus menerus
(kronis), tubuh dapat beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini
mungkin tidak ada gejala apapun sampai anemia menjad lebih berat.
Gejala anemia mungkin termasuk yang berikut :

1) Kelelahan
2) Penurunan energy
3) Kelemahan
4) Sesak nafas
5) Palpitasi (Raa jantung balap atau pemukulan tidak teratur)
6) Tampak pucat
b. Anemia Berat

SISTEM IMUN HEMATOLOGI 2


Beberapa tanda-tanda yang mungkin menunjukan nemia berat pada seseorang
dapat mencakup:

1) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket dan berbau
busuk, berwarna merah marun, atau tampak berdarah jika anemia karena
kehilangan darah melalui saluran pencernaan.

2) Denyut jantung cepat

3) Tekanan darah rendah

4) Frekuensi pernapasan cepat

5) Pucat dan kulit dingin

6) Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah
merah

7) Murmur jantung

8) Pembesaran limpa dengan penyebab anemia tertentu

9) Nyeri dada

10) Pusing atau kepala terasa ringan (terutama ketika berdiri atau dengan
tenaga)

11) Kelelahan atau kekurangan energy

12) Sakit kepala

13) Tidak bisa berkonsentrasi

14) Sesak nafas (khususnya selama latihan)

15) Nyeri dada, angina, atau serangan jantung

16) Pingsan

Beberapa jenis anemia mungkin memiliki gejala yang lainnya, seperti :

a. Sembelit
b. Daya konsentrasi rendah
c. Kesemutan
d. Rambut rontok
e. Malaise (rasa umum tidak sehat), dan

SISTEM IMUN HEMATOLOGI 3


f. Memburuknya masalah jantung

Beberapa pasien dengan anemia tidak menunjukkan gejala. Sedangkan anemia


pada orang lain mungkin merasa: capek, mudah kelelahan, tampak pucat, terjadi
palpitasi/berdebar (rasa balap jantung), dan menjadi sesak nafas. Perlu dicatat
jika anemia sudah berjalan lama (anemia kronis), tubuh dapat menyesuaikan diri
dengan kadar oksigen rendah dan mungkin individu tidak merasa berbeda
kecuali anemia menjadi berat.

4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulangdapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau
akibat penyebab yang tidak (HB)
Anemia diketahui. Sel darah merah dapat menghilang melalui
perdarahan atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagosistik atau
dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
sampingan dari hasil proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan
memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi
Resiko
plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, Infeksi
hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dank e dalam urin.
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini.
1. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa
oleh darah ke jaringan.
2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
Intoleransi Aktivitas

5. Pathway

Kekurangan
Ketidakefektifan Perfusinutrisi
Jaringan Perifer Perdarahan hemolisis (destruksi sel darah merah)

Kegagalan sumsum tulang Kehilangan sel darah merah

Ketidakseimbangan Nutrisi
SISTEMKurang
IMUN dari Kebutuhan
HEMATOLOGI 4 Tubuh
Resistensi aliran darah perifer Pertahanan sekunder tidak adekuat

Penurunan transport O2

Hipoksia Lemah lesu

Gangguan fungsi otak

Intake nutrisi turun

anoreksia

6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
Pemeriksaan laboratorium hematologis dilakukan secara bertahap sebagai
berikut.
a. Tes penyaringan: tes ini dikerjakan padatahap awal pada setiap kasusu
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada
komponen-komponen berikut.
1) Kadar hemoglobin
2) Indeks eritrosit (MCV,MCH dan MCHC)

SISTEM IMUN HEMATOLOGI 5


3) Apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada
sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju
endap darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini harus dikerjakan pada
sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnose definitive
meskipunada beberapa kasus yang diagnosanya tidak memerlukan
pemeriksaan sumsum tulang.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikerjakan jika
telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk
mengonfirmasi dugaan diagnose tersebut. Pemeriksaan tersebut meliputi
komponen berikut ini.
1) Anemia defisiensi besi: serum irin, TIBC, saturasi transferin, dan
feritin serum
2) Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin, B12.
3) Anemia hemolitik; hitung retikulosit, tes Coombs, elektroforesis Hb.
4) Anemia pada leukemia akut biasanya dilakuakn pemeriksaan sitokimia.
2. Pemeriksaan laboratorium non hematologis
Pemeriksaan labolatorium nonhematologis meliputi:
a. Faal ginjal
b. Faal endokrin
c. Asam urat
d. Faal hati
e. Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
Pada beberapa kasus anemia diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut.
a. Biopsy kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
b. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
c. Pemeriksaan sitogenetik
d. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain reaction, FISH =
fluorescence in situ hybridization).

7. Penatalaksanaan Terapi
Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan .
b. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional dan efisien.

Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah:

a. Terapi gawat darurat


Pada kasus anemia denga payah jantung atau ancaman payah jantung, maka
harus segera diberikan terapi darurat dengan transfuse sel darah merah yang
dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah jantung tersebut.
b. Terapi khas untuk masing-masing anemia
SISTEM IMUN HEMATOLOGI 6
Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi
untuk anemia defisiensi besi.
c. Terapi kausal.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Riwayat atau adanya faktor-faktor penyebab
1) Kehilangan darah kronis
2) Riwayat ulkus gastric kronis
3) Adanya penyakit sel sabit
4) Penggunaan kemoterapi
5) Gagal ginjal
6) Penggunaan antibiotic yang lama
7) Defisiensi nutrisis
8) Luka bakar yang luas
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda sebagai berikut:
1) Kelelahan, kelemahan (menunjukkan hipoksemia jaringan).
2) Palpitasi (menunjukkan kepekaan miokard karena hipoksemia).
3) Sakit kepala ringan, [eka rangsang (menunjukkan hipoksemia serebral).
4) Napas pendek pada istirahat dan aktivitas (menunjukkan kerusakan fungsi
miokard karena hipoksemia).
5) Pucat pada kulit dan membrane mukosa dan darah kuku.
c. Pemeriksaan diagnostic
1) Jumlah darah lengkap dibawah nilai normal (hemoglobin, hematokrit,
trombosit, dan sel darah merah).
2) Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi zat besi.
3) Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa.
4) Hemoglobin elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
5) Masa perdarahan memanjang.
6) Aspirasi sumsum tulang: sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran,
dan bentuk.
7) Tes Schilling digunakan untuk mendiagnosis defisiensi vitamin B12.
d. Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan rencana pengobatan.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosis keperawatan yang muncul pada klien
adalah sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel.
b. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan kegagalan untuk mencerna.
SISTEM IMUN HEMATOLOGI 7
d. Risiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder.

3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan perfusi jaringan yang berhubungan


dengan penurunan komponen yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke
sel.
Batasan Karakteristik:
Karakteristik yang biasanya muncul dari diagnosa di atas adalah sebagai berikut:
1. Palpitasi
2. Kulit pucat, membrane mukosa kering, serta kuku dan rabut rapuh
3. Ekstremitas dingin
4. Penurunan urine output
5. Mual, muntah dan distensi abdomen
6. Perubahan tekanan darah, pengisian kapiler lambat
7. Ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi

Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri:
1. Awasi tanda vital, kaji pengisian 1. Memberikan informasi tentang
kapiler, warna kuku, membrane derajat/keadekuatan perfusi jaringan
mukosa dan dasar kuku. dan membantu menentukan
kebutuhan intervensi.
2. Tinggikan tempat tidur sesuai 2. Meningkatkan ekspansi paru dan
toleransi. memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
3. Awasi upaya pernapasan: 3. Dipsnea, gemericik menunjukkan
auskultasi bunyi napas. gagal jantung kanan karena regangan
jantung lama/peningkatan kompensasi
curah jantung.
4. Selidiki keluhan nyeri dada, 4. Iskemia seluler memengaruhi jaringan
palpitasi. miokardial.
5. Kaji adanya respons verbal yang 5. Dapat mengidentifikasikan gangguan
melambat, mudah terangsang, fubfsi serebral karena hipoksia atau
agitasi, gangguan memori dan defisiensi vitamin B12.
bingung.
6. Catat keluhan rasa dingin, 6. Vasokontriksi menurunkan sirkulasi
pertahankan suhu lingkungan dan perifer. Kenyamanan klien/kebutuhan

SISTEM IMUN HEMATOLOGI 8


tubuh hangat sesuai indikasi. rasa hangat harus seimbang dengan
kebutuhan untuk menghindari panas
berlebihan pencetus vasodilatasi.
7. Hindari penggunaan bantalan 7. Termoreseptor jaringan dermal
penghangat atau botol air panas. dangkal karena gangguan oksigen.
Ukur suhu air mandi dengan
thermometer.
Kolaborasi: Kolaborasi:
8. Awasi pemeriksaan laboratorium 8. Mengidentifikasi defisiensi dan
(Hb, Ht, jumlah sel darah merah, kebutuhan pengobatan/respons
dan AGD). terhadap terapi.
9. Berikan sel darah merah 9. Meningkatkan jumlah sel pembawa
lengkap/packed, produk darah oksigen, memperbaiki defisiensi
sesuai indikasi, dan awasi secara untuk menurunkan risiko perdarahan.
ketat untuk komplikasi transfuse.
10. Berikan oksigen tambahan sesuai 10. Memaksimalkan transport oksigen ke
indikasi. jaringan.
11. Siapkan intervensi pembedahan 11. Transplantasi sumsum tulang
sesuai indikasi. dilakukan pada kegagalan sumsum
tulang/anemia aplastik.

Diagnosa Keperawatan: Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan


ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
Batasan Karakteristik:
Karakteristik gejala yang biasanya muncul pada diagnosia di atas adalah sebagai
berikut:
1. Kelemahan dan kelelahan
2. Mengeluh penurunan toleransi aktivitas/latihan
3. Lebih banyak memerlukan istirahat/tidur
4. Palpatasi, takikardia dan peningkatan tekanan darah

Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri:
1. Kaji kemampuan klien untuk 1. Memengaruhi pemilihan intervensi.
melakukan tugas/aktivitas sehari-
hari normal, catat laporan
kelelahan, keletihan dan kesulitan
menyelesaikan tugas.

SISTEM IMUN HEMATOLOGI 9


2. Kaji kehilangan/gangguan 2. Menunjukkan perubahan neurologis
keseimbangan gaya jalan, karena defisiensi vitamin B12
kelemahan otot. memengaruhi keamanan klien.
3. Awasi tekanan darah, nadi, 3. Manifestasi kardiopulmonal dari
pernapasan selama dan sesudah upaya jantung dan paru untuk
aktivitas, serta catat respons membawa jumlah oksigen adekuat ke
terhadap tingkat aktivitas. jaringan.
4. Berikan lingkungan yang tenang, 4. Meningkatkan istirahat untuk
pertahankan tirah baring bila di menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
indikasikan. Pantau dan batasi dan menurunkan regangan jantung
pengunjung, telepon dan dan paru.
gangguan berulang tindakan yang
tidak direncanakan.
5. Ubah posisi klien dengan 5. Hipotensi postural atau hipoksia
perlahan dan pantau terhadap serebral dapat menyebabkan pusing.
pusing.
6. Prioritaskan jadwal asuhan 6. Mempertahankan tingkat energy dan
keperawatan untuk meningkatkan meningkatkan regangan pada sistem
istirahat. jantung dan pernapasan.
7. Berikan bantuan dalam aktivitas 7. Membantu bila perlu.
bila perlu.
8. Anjurkan klien untuk 8. Stress kardiopulmonal berlebihan
menghentikan aktivitas bila dapat menimbulkan kegagalan atau
palpitasi, nyeri dada, napas dekompensasi.
pendek dan kelemahan atau
pusing jika terjadi.

Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


yang berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna makanan.
Batasan Karakteristik:
Karakteristik yang biasanya muncul pada klien ini adalah sebagai berikut:
1. Penurunan berat badan
2. Penurunan lipatan kulit trisep
3. Perubahan gusi, membrane mukosa mulut
4. Penurunan toleransi untuk aktivitas serta kelemahan dan kehilangan tonus otot
Intervensi Rasional

SISTEM IMUN HEMATOLOGI 10


Mandiri: Mandiri:
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk 1. Mengidentifikasi defisiensi dan
makanan yang disukai. menetukan intervensi.

2. Observasi dan catat masukan 2. Mengawasi masukan kalori.


makanan klien.
3. Timbang berat badan tiap hari. 3. Mengawasi penurunan berat badan
dan efektivitas intervensi nutrisi.
4. Berikan makan sedikit namun 4. Makan sedikit dapat menurunkan
frekuensinya sering. kelemahan dan meningkatkan
pemasukan, juga mencegah distensi
gaster.
5. Observasi dan catat kejadian 5. Gejala GI dapat menunjukkan efek
mual muntah, flatus dan gejala anemia (hipoksia) pada organ.
lain yang berhubungan.
6. Berikan dan bantu hygiene mulut 6. Meningkatkan nafsu makan dan
yang baik sebelum dan sesudah pemasukan oral, menurunkan
makan pertumbuhan bakteri dan
meminimalkan kemungkinan infeksi.
Kolaborasi: Kolaborasi:
7. Membantu dalam membuat rencana
7. Konsul dengan ahli gizi
diet untuk memenuhi kebutuhan
individual.
8. Pantau pemeriksaan 8. Meningkatkan efektivitas program
laboratorium : Hb/Ht, BUN, pengobatan.
albumin, protein, transferin, besi
serum, B12, asam folat.
9. Berikan obat sesuai indikasi : 9. Kebutuhan penggantian bergantung
a. vitamin dan suplemen
pada tipe anemia atau adanya
mineral
masukan oral yang buruk.
b. tambahan besi oral
a. Berguna pada anemia defisiensi
besi
10. Berikan diet halus, rendah serat, 10. Bila ada lesi oral, nyeri dapat
menghindari makanan panas, membatasi tipe makanan yang dapat
pedas atau terlalu asam. ditoleransi klien.
11. Berikan suplemen nutrisi 11. Meningkatkan masukan protein dan
kalori.

SISTEM IMUN HEMATOLOGI 11


Diagnosa Keperawatan: Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan
pertahanan sekunder yang tidak adekuat.
Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri:
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik 1. Mencegah kontaminasi silang.
oleh pemberian perawatan dan
klien.
2. Pertahankan teknik aseptic ketat 2. Menurunkan risiko infeksi
pada prosedur/perawatan luka.
3. Pantau tanda vital dengan ketat. 3. Deteksi dini adanya tanda-tanda
infeksi.
4. Tingkatkan masukan nutrisi 4. Meningkatkan pertahanan alamiah.
adekuat.
5. Batasi pengunjung sesuai 5. Menurunkan pemajanan terhadap
indikasi. pathogen infeksi lain.

4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


.
1 Ketidakefektifan perfusi jaringan yang Kriteria evaluasi adalah klien
berhubungan dengan penurunan menunjukkan perfusi jaringan
komponen yang diperlukan untuk yngan adekuat seperti berikut:
1. Tanda vital stabil
pengiriman oksigen/nutrisi ke sel.
2. Membrane mukosa warna
merah muda.
3. Pengisian kapiler baik.
4. Urine output adekuat.
5. Status mental normal
2 Intoleransi aktivitas yang berhubungan Kriteria evaluasi pada klien dengan
dengan ketidakseimbangan antara suplai masalah keterbatasan aktivitas
oksigen dan kebutuhan. adalah sebagai berikut:
1. Klien melaporkan peningkatan
toleransi aktivitas.
2. Klien menunjukkan penurunan
tanda fisiologis intoleransi,
yaitu nadi, pernapasan, dan
SISTEM IMUN HEMATOLOGI 12
tekanan darah masih dalam
rentang normal klien.
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Kriteria hasil pada klien dengan
kebutuhan tubuh yang berhubungan masalah kekurangan nutrisi adalah
dengan kegagalan untuk mencerna sebagai berikut:
1. Menunjukkan peningkatan
makanan.
berat badan atau berat badan
stabil dengan nilai
laboratorium normal.
2. Memakan makanan tinggi
protein, kalori, dan vitamin.
3. Menghindari makanan yang
menyebabkan iritasi lambung.
4. Mengembangkan rencana
makan yang memperbaiki
nutrisi optimal.
5. Tidak mengalami tanda
malnutrisi.
6. Menunjukkan perilaku
perubahan pola hidup untuk
mempertahankan berat badan
yang sesuai.
4 Risiko tinggi infeksi yang berhubungan Kriteria evaluasi pada klien dengan
dengan pertahanan sekunder yang tidak masalah infeksi adalah sebagai
adekuat. berikut:
1. Meningkatkan penyembuhan
luka.
2. Bebas drainase purulen.
3. Tidak ada eritema.
4. Tidak demam.

SISTEM IMUN HEMATOLOGI 13


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan/atau masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
Secara laboratories, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung
eritrosit dan hematokrit di bawah normal.

B. SARAN
Dalam keterbatasan yang penulis miliki, tentunya makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, masukan / saran yang baik sangat diharapkan guna
memperbaiki dan menunjang proses perkuliahan.

SISTEM IMUN HEMATOLOGI 14


DAFTAR PUSTAKA

Proverawati, Atikah. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika

Brashers, Valentinal. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan dan Management,


EDISI: 2. Jakarta: EGC

Handayani, Wiwik. dan Haribowo, Andi Sulistyo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

SISTEM IMUN HEMATOLOGI 15

Anda mungkin juga menyukai