PADA PASIEN
DENGAN DIAGNOSA ANEMIA HEMOLITIK
Oleh:
Kelompok 2
A6-C
JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ..........................................................................................1
B. Permasalahan ...........................................................................................1
C. Tujuan dan manfaat..................................................................................1
D. Metode .....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi Anemia Hemolitik ................................................................2
2. Etiologi Anemia Hemolitik ................................................................3
3. Tanda dan gelaja Anemia Hemolitik .................................................4
4. Patofisiologi Anemia Hemolitik ........................................................5
5. Pathway ..............................................................................................8
6. Pemeriksaan diagnostic Anemia Hemolitik .......................................9
7. Penatalaksanaan medis.......................................................................9
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian ..........................................................................................10
2. Diagnosa keperawatan .......................................................................12
3. Rencana keperawatan.........................................................................14
4. Implementasi ......................................................................................26
5. Evaluasi ..............................................................................................26
Om Swastyastu
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan Anemia Hemolitik. Makalah ini disusun secara ringkas dan
jelas sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya. Penulis menyadari bahwa
dengan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung yang telah mendukung proses penulisan makalah ini sehingga membawa hasil yang
diharapkan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tim fasilitator Sistem Imun Hematologi.
2. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu selama ini.
Tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan kerendahan hati kami selaku
manusia menyadari dimana akan kekurangan, untuk itu kami mengharapkan akan saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi mencapai kesempurnaan bagi kami.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena terjadinya penghancuran
darah sehingga umur dari eritrosit pendek ( umur eritrosit normalnya 100 sampai 120
hari).
Anemia hemolitik merupakan kondisi dimana jumlah sel darah merah (HB) berada
di bawah nilai normal akibat kerusakan (dekstruksi) pada eritrosit yang lebih cepat dari
pada kemampuan sumsum tulang mengantinya kembali. Jika terjadi hemolisis (pecahnya
sel darah merah) ringan/sedang dan sumsum tulang masih bisa mengompensasinya,
anemia tidak akan terjadi, keadaan ini disebut anemia terkompensasi. Namun jika terjadi
kerusakan berat dan sumsum tulang tidak mampu menganti keadaan inilah yang disebut
anemia hemolitik.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan Anemia Hemolitik. Tujuan penyajian makalah ini adalah sebagai
bagian dari metode pembelajaran di STIKes WIRA MEDIKA PPNI Bali dan untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai imun hematologi. Pemahaman dan pendalaman yang
lebih baik akan membantu dalam menambah wawasan mengenai gangguan imun
hematologi.
B. PERMASALAHAN
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Anemia Hemolitik?
D. METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah kepustakaan dan media
kepustakaan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
2. Etiologi
Etiologi anemia hemolitik dibagi sebagai berikut :
a. Intrinsik
1) Kelainan membran, seperti sferositosis herediter, hemoglobinuria, nokturnal
paroksismal.
2) Kelainan glikolisis, seperti defisiensi piruvat kinase.
3) Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD).
4) Hemoglobinopati, seperti anemia sel sabit, methemoglobinemia.
b. Ekstrinsik
1) Gangguan sistem imun, seperti pada penyakit autoimun, penyakit
limfoproliferatif, keracunan obat.
2) Mikroangiopati, seperti pada purpura trombotik trombositopenik, kuagulasi
intravaskuler diseminata (KID).
3) Infeksi, seperti akibat plasmodium, klostridium, borrelia.
4) Hipersplenisma.
5) Luka bakar.
4. Patofisiologi
Anemia terjadi apabila produksi sel-sel darah merah sumsum tulang terganggu
atau apabila sel-esl darah merah yang terbentuk rusak atau hilang. Beberapa kodisi
yang dapat mempengaruhi pembentukan sel darah merah di dalam sumsum tulang.
Sel-sel darah merah dapat pula dirusak oleh sel-sel fagosit pada sistem retikuloen
dotelial terutama hati lien. Bilirubin yang merupakan hasil pemecahan sel-sel darah
merah memasuuki aliran darah yang sama. Hal ini dapat merupakan indikator
dagnosa anemia. Bilirubin juga diekskresikan pada kuit yang menyebabkan warna
kuning. Ini merupakan indikator terjadinya kerusakan sel darah merah. Kerusakan
ini paling sering disebabkan oleh abnormalitas sel darah merah yang dikenal sebagai
anemia hemolitika.
5. Pathway
Anemia Hemolitik
6.
takut/cemas
Kelemahan fisik Ketidak mampuan
mencerna makanan dengan baik
Ansietas
Intoleransi aktivitas
Penurunan nafsu makan
Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan
7. Pemeriksaan Diagnostik
Uji diagnostic yang pasti untuk hemolisis adalah pemeriksaan ketahanan sel
darah merah. Uji ini biasanya hanya dilakukan untuk masalah diagnostic yang sulit.
Sekitar 20 sampai 30ml darah pasien diambil, dieramkan dengan kromosom-51
radioaktif kemudian diinjeksikan kembali. Krom-51 akan melabel hanya sel darah
merah saja. Setelah sel ini bercampur dengan darah yang beredar, diambil satu
sampel kecil dengan interval sehari kemudian dan seminggu kemudian, dan diukur
radioaktivitasnya. Ketahanan krom-51 normal adalah 28 sampai 35 hari. Sel darah
merah pasien dengan hemolisis berat (seperti pada anemia sel sabit) mempunyai
ketahanan 10 hari atau kurang.
Terjadi penurunan kadar Ht, retikulositosis, peninggian bilirubin indirek dalam
darah dan peningkatan bilirubin total sampai dengan 4mg/dl, peninggian
urobilinogen urin, dan eritropoeisis hiperaktif dalam sumsum tulang.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya. Bila
karena reaksi toksik-imunologik yang didapat diberikan adalah kortikosteroid
(prednison, prednisolon), kalau perlu dilakukan splenektomi. Apabila keduanya
tidak berhasil, dapat diberikan obat-obat sitostatik, seperti klorambusil dan
siklofosfamid.
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
1) Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
2) Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
3) Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
4) Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
5) Ataksia, tubuh tidak tegak
6) Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda tanda lain yang
menunjukkan keletihan
b. Sirkulasi
1) Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
2) Palpitasi (takikardia kompensasi)
3) Hipotensi postural
4) Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T
5) Bunyi jantung murmur sistolik
6) Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku
7) Sclera biru atau putih seperti mutiara
8) Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokonsriksi kompensasi)
9) Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
10) Rambut kering, mudah putus, menipis.
c. Integritas Ego
1) Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan misal
transfusi darah
2) Depresi
d. Eliminasi
1) Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
2) Flatulen, sindrom malabsorpsi
3) Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
4) Diare atau konstipasi
5) Penurunan haluaran urine
6) Distensi abdomen
e. Makanan / cairan
1) Penurunan masukan diet
2) Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
3) Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
4) Adanya penurunan berat badan
5) Membrane mukusa kering,pucat
6) Turgor kulit buruk, kering, tidak elastis
7) Stomatitis
8) Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
f. Neurosensori
1) Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi
2) Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
3) Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
4) Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
5) Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
6) Hemoragis retina
7) Epistaksis
8) Gangguan koordinasi, ataksia
g. Nyeri/kenyamanan
1) Nyeri abdomen samar, sakit kepala
h. Pernapasan
1) Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
2) Takipnea, ortopnea dan dispnea
i. Keamanan
1) Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida,
fenilbutazon, naftalen
2) Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas
3) Transfusi darah sebelumnya
4) Gangguan penglihatan
5) Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
6) Demam rendah, menggigil, berkeringat malam
7) Limfadenopati umum
8) Petekie dan ekimosis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
pengiriman oksigen ke jaringan
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan masukan besi yang dilaporkan (kurang dari RDA), kurang
pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya dengan besi.
c. Ansietas/takut berhubungan dengan prosedur diagnostic/transfusi.
3. Rencana Keperawatan
1. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
2. Evaluasi
No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Intoleransi aktivitas berhubungan 1. Anak bermain dan istirahat
dengan kelemahan umum, penurunan dengan tenang dan melakukan
pengiriman oksigen ke jaringan. aktivitas yang sesuai dengan
kemampuan.
2. Anak tidak menunjukkan tanda-
tanda aktivitas fisik atau
keletihan.
3. Pasien bernapas dengan mudah,
frekuensi dan kedalaman
pernapasan normal.
4. Anak tetap tenang.
5. Anak menerima elemen darah
yang tepat tanpa masalah.
2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan 1. Anak sedikitnya mendapatkan
tubuh berhubungan dengan kebutuhan besi minimum
ketidakadekuatan masukan besi yang harian.
dilaporkan (kurang dari RDA), kurang 2. Keluarga menghubungkan
pengetahuan mengenai makanan yang riwayat diet yang memperjelas
diperkaya dengan besi. kepatuhan anak terhadap
anjuran ini.
3. Anak diberikan suplemen besi
yang dibuktikan dengan feses
yang berwarna hijau seperti ter.
4. Anak meminum obat dengan
tepat.
3 Ansietas/takut berhubungan dengan 1. Anak dan keluarga
prosedur diagnostic/transfusi. menunjukkan ansietas yang
minimal.
2. Anak dan keluarga
menunjukkan pemahaman
tentang gangguan, tes
diagnostic dan pengobatan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari),
baik sementara atau terus menerus. Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang telah tidak
mampu mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek, atau bila
kemampuannya terganggu oleh sebab lain.
B. SARAN
Dalam keterbatasan yang penulis miliki, tentunya makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, masukan / saran yang baik sangat diharapkan guna
memperbaiki dan menunjang proses perkuliahan.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
Brunner and Suddarth, (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 2.
Jakarta : EGC