Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN
DENGAN DIAGNOSA ANEMIA HEMOLITIK

Oleh:
Kelompok 2
A6-C

1. Ni Ketut Ayu Pertiwi (12.321.1585)


2. Ni Made Lia Tansarini (12.321.1599)
3. Ni Made Mega Puspita Dewi (12.321.1600)
4. Kadek Novayanti (12.321.1604)
5. Ni Luh Noviyanti Putri (12.321.1605)
6. Ni Kadek Rusi Indah Yani (12.321.1612)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIRA MEDIKA PPNI BALI
2013
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ..........................................................................................1
B. Permasalahan ...........................................................................................1
C. Tujuan dan manfaat..................................................................................1
D. Metode .....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi Anemia Hemolitik ................................................................2
2. Etiologi Anemia Hemolitik ................................................................3
3. Tanda dan gelaja Anemia Hemolitik .................................................4
4. Patofisiologi Anemia Hemolitik ........................................................5
5. Pathway ..............................................................................................8
6. Pemeriksaan diagnostic Anemia Hemolitik .......................................9
7. Penatalaksanaan medis.......................................................................9
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian ..........................................................................................10
2. Diagnosa keperawatan .......................................................................12
3. Rencana keperawatan.........................................................................14
4. Implementasi ......................................................................................26
5. Evaluasi ..............................................................................................26

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..............................................................................................28
B. Saran ........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................29
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan Anemia Hemolitik. Makalah ini disusun secara ringkas dan
jelas sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya. Penulis menyadari bahwa
dengan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung yang telah mendukung proses penulisan makalah ini sehingga membawa hasil yang
diharapkan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tim fasilitator Sistem Imun Hematologi.
2. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu selama ini.

Tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan kerendahan hati kami selaku
manusia menyadari dimana akan kekurangan, untuk itu kami mengharapkan akan saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi mencapai kesempurnaan bagi kami.

Om Shanti Shanti Shanti Om

Denpasar, 30 Oktober 2013

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena terjadinya penghancuran
darah sehingga umur dari eritrosit pendek ( umur eritrosit normalnya 100 sampai 120
hari).
Anemia hemolitik merupakan kondisi dimana jumlah sel darah merah (HB) berada
di bawah nilai normal akibat kerusakan (dekstruksi) pada eritrosit yang lebih cepat dari
pada kemampuan sumsum tulang mengantinya kembali. Jika terjadi hemolisis (pecahnya
sel darah merah) ringan/sedang dan sumsum tulang masih bisa mengompensasinya,
anemia tidak akan terjadi, keadaan ini disebut anemia terkompensasi. Namun jika terjadi
kerusakan berat dan sumsum tulang tidak mampu menganti keadaan inilah yang disebut
anemia hemolitik.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan Anemia Hemolitik. Tujuan penyajian makalah ini adalah sebagai
bagian dari metode pembelajaran di STIKes WIRA MEDIKA PPNI Bali dan untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai imun hematologi. Pemahaman dan pendalaman yang
lebih baik akan membantu dalam menambah wawasan mengenai gangguan imun
hematologi.

B. PERMASALAHAN
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Anemia Hemolitik?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok yang di
berikan oleh dosen mata kuliah Imun Hematologi dan untuk menambah wawasan tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Anemia Hemolitik .

D. METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah kepustakaan dan media
kepustakaan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi

Anemia hemolitik adalah anemia yang di sebabkan oleh proses hemolisis,


yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya (normal umur
eritrosit 100-120 hari).
Anemia hemolitik adalah anemia karena hemolisis, kerusakan abnormal sel-sel darah
(sel darah merah), baik di dalam pembuluh darah (hemolisis intravaskular) atau di
tempat lain dalam tubuh (extravascular).
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena terjadinya penghancuran
darah sehingga umur dari eritrosit pendek ( umur eritrosit normalnya 100 sampai 120
hari).
Anemia hemolitik merupakan kondisi dimana jumlah sel darah merah (HB)
berada di bawah nilai normal akibat kerusakan (dekstruksi) pada eritrosit yang lebih
cepat dari pada kemampuan sumsum tulang mengantinya kembali. Jika terjadi
hemolisis (pecahnya sel darah merah) ringan/sedang dan sumsum tulang masih bisa
mengompensasinya, anemia tidak akan terjadi, keadaan ini disebut anemia
terkompensasi. Namun jika terjadi kerusakan berat dan sumsum tulang tidak mampu
menganti keadaan inilah yang disebut anemia hemolitik.
Anemia hemolitik sangat berkaitan erat dengan umur eritrosit. Pada kondisi
normal eritrosit akan tetap hidup dan berfungsi baik selama 120 hari, sedang pada
penderita anemia hemolitik umur eritrosit hanya beberapa hari saja.

2. Etiologi
Etiologi anemia hemolitik dibagi sebagai berikut :
a. Intrinsik
1) Kelainan membran, seperti sferositosis herediter, hemoglobinuria, nokturnal
paroksismal.
2) Kelainan glikolisis, seperti defisiensi piruvat kinase.
3) Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD).
4) Hemoglobinopati, seperti anemia sel sabit, methemoglobinemia.
b. Ekstrinsik
1) Gangguan sistem imun, seperti pada penyakit autoimun, penyakit
limfoproliferatif, keracunan obat.
2) Mikroangiopati, seperti pada purpura trombotik trombositopenik, kuagulasi
intravaskuler diseminata (KID).
3) Infeksi, seperti akibat plasmodium, klostridium, borrelia.
4) Hipersplenisma.
5) Luka bakar.

3. Tanda dan Gejala


Tanda-tanda hemolisis antara lain:
a. Ikterus
b. Splenomegali
c. Anoreksia
d. Sesak napas
e. Nausea
f. Migrant
g. Gelisah
h. Keringat dingin

4. Patofisiologi
Anemia terjadi apabila produksi sel-sel darah merah sumsum tulang terganggu
atau apabila sel-esl darah merah yang terbentuk rusak atau hilang. Beberapa kodisi
yang dapat mempengaruhi pembentukan sel darah merah di dalam sumsum tulang.
Sel-sel darah merah dapat pula dirusak oleh sel-sel fagosit pada sistem retikuloen
dotelial terutama hati lien. Bilirubin yang merupakan hasil pemecahan sel-sel darah
merah memasuuki aliran darah yang sama. Hal ini dapat merupakan indikator
dagnosa anemia. Bilirubin juga diekskresikan pada kuit yang menyebabkan warna
kuning. Ini merupakan indikator terjadinya kerusakan sel darah merah. Kerusakan
ini paling sering disebabkan oleh abnormalitas sel darah merah yang dikenal sebagai
anemia hemolitika.
5. Pathway

Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik

Anemia Hemolitik
6.

Perubahan perfusi pada jaringan Keadaan sakit

O2 ke jaringan tidak adekuat Hospitalisasi

Hb menurun Timbul perasaan

takut/cemas
Kelemahan fisik Ketidak mampuan
mencerna makanan dengan baik
Ansietas

Intoleransi aktivitas
Penurunan nafsu makan

Asupan nutrisi tidak adekuat

Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan
7. Pemeriksaan Diagnostik
Uji diagnostic yang pasti untuk hemolisis adalah pemeriksaan ketahanan sel
darah merah. Uji ini biasanya hanya dilakukan untuk masalah diagnostic yang sulit.
Sekitar 20 sampai 30ml darah pasien diambil, dieramkan dengan kromosom-51
radioaktif kemudian diinjeksikan kembali. Krom-51 akan melabel hanya sel darah
merah saja. Setelah sel ini bercampur dengan darah yang beredar, diambil satu
sampel kecil dengan interval sehari kemudian dan seminggu kemudian, dan diukur
radioaktivitasnya. Ketahanan krom-51 normal adalah 28 sampai 35 hari. Sel darah
merah pasien dengan hemolisis berat (seperti pada anemia sel sabit) mempunyai
ketahanan 10 hari atau kurang.
Terjadi penurunan kadar Ht, retikulositosis, peninggian bilirubin indirek dalam
darah dan peningkatan bilirubin total sampai dengan 4mg/dl, peninggian
urobilinogen urin, dan eritropoeisis hiperaktif dalam sumsum tulang.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya. Bila
karena reaksi toksik-imunologik yang didapat diberikan adalah kortikosteroid
(prednison, prednisolon), kalau perlu dilakukan splenektomi. Apabila keduanya
tidak berhasil, dapat diberikan obat-obat sitostatik, seperti klorambusil dan
siklofosfamid.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
1) Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
2) Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
3) Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
4) Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
5) Ataksia, tubuh tidak tegak
6) Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda tanda lain yang
menunjukkan keletihan
b. Sirkulasi
1) Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
2) Palpitasi (takikardia kompensasi)
3) Hipotensi postural
4) Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T
5) Bunyi jantung murmur sistolik
6) Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku
7) Sclera biru atau putih seperti mutiara
8) Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokonsriksi kompensasi)
9) Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
10) Rambut kering, mudah putus, menipis.

c. Integritas Ego
1) Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan misal
transfusi darah
2) Depresi

d. Eliminasi
1) Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
2) Flatulen, sindrom malabsorpsi
3) Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
4) Diare atau konstipasi
5) Penurunan haluaran urine
6) Distensi abdomen

e. Makanan / cairan
1) Penurunan masukan diet
2) Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
3) Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
4) Adanya penurunan berat badan
5) Membrane mukusa kering,pucat
6) Turgor kulit buruk, kering, tidak elastis
7) Stomatitis
8) Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah

f. Neurosensori
1) Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi
2) Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
3) Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
4) Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
5) Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
6) Hemoragis retina
7) Epistaksis
8) Gangguan koordinasi, ataksia

g. Nyeri/kenyamanan
1) Nyeri abdomen samar, sakit kepala

h. Pernapasan
1) Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
2) Takipnea, ortopnea dan dispnea

i. Keamanan
1) Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida,
fenilbutazon, naftalen
2) Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas
3) Transfusi darah sebelumnya
4) Gangguan penglihatan
5) Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
6) Demam rendah, menggigil, berkeringat malam
7) Limfadenopati umum
8) Petekie dan ekimosis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
pengiriman oksigen ke jaringan
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan masukan besi yang dilaporkan (kurang dari RDA), kurang
pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya dengan besi.
c. Ansietas/takut berhubungan dengan prosedur diagnostic/transfusi.

3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


umum, penurunan pengiriman oksigen ke jaringan.
Kriteria Hasil:
1. Anak bermain dan istirahat dengan tenang dan melakukan aktivitas yang sesuai
dengan kemampuan.
2. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas fisik atau keletihan.
3. Pasien bernapas dengan mudah, frekuensi dan kedalaman pernapasan normal.
4. Anak tetap tenang.
5. Anak menerima elemen darah yang tepat tanpa masalah.
Intervensi Rasional
Observasi adanya tanda kerja fisik Merencanakan istirahat yang tepat.
(takikardia, palpitasi, takipnea, dipsnea,
napas pendek, hiperpnea, sesak napas,
pusing, kunang-kunang, berkeringat,
ada perubahan warna kulit) dan
keletihan (lemas, postur loyo, gerakan
lambat dan tegang, tidak dapat
mentoleransi aktivitas tambahan).
Antisipasi dan bantu dalam aktivitas Mencegah kelelahan.
kehidupan sehari-hari yang mungkin
diluar batas toleransi anak.
Beri aktivitas bermain pengalihan. Meningkatkan istirahat dan tenang tetapi
mencegah kebosanan dan menarik diri.
Pilih teman sekamar yang sesuai dengan Untuk mendorong kepatuhan pada
usia dan minat yang sama yang kebutuhan istirahat.
memerlukan aktivitas terbatas.
Rencanakan aktivitas keperawatan. Untuk memberikan istirahat yang cukup.
Pertahankan posisi fowler-tinggi. Untuk pertukaran udara yang optimal.
Beri oksigen suplemen. Untuk meningkatkan oksigen ke
jaringan.
Ukur tanda vital selama periode Untuk menentukan nilai dasar
istirahat. perbandingan selama periode aktivitas.
Antisipasi peka rangsang anak, rentang Untuk meminimalkan stress karena
perhatian yang sempit, dan kerewelan perpisahan.
dengan membantu anak dalam aktivitas
bukan menunggu dimintai bantuan.
Dorong orangtua untuk tetap bersama
anak.
Berikan tindakan kenyamanan Untuk meminimalkan stress.
(misalnya dot, menimang, musik).
Dorong anak untuk mengekspresikan Untuk meminimalkan ansietas/takut.
perasaan.
Berikan faktor pertumbuhan Untuk merangsang pembentukan sel
hematopoietik sesuai ketentuan. darah.

Diagnosa Keperawatan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan ketidakadekuatan masukan besi yang dilaporkan (kurang dari
RDA), kurang pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya dengan besi.
Kriteria Hasil:
1. Anak sedikitnya mendapatkan kebutuhan besi minimum harian.
2. Keluarga menghubungkan riwayat diet yang memperjelas kepatuhan anak
terhadap anjuran ini.
3. Anak diberikan suplemen besi yang dibuktikan dengan feses yang berwarna
hijau seperti ter.
4. Anak meminum obat dengan tepat.
Intervensi Rasional
Berikan konseling diet pada perawatan,
khususnya mengenai hal-hal berikut :
1. Sumber besi dari makanan (misalnya 1. Untuk memastikan anak bahwa anak
daging, legume, kacang, gandum, mendapat suplai besi yang adekuat.
sereal bayi yang diperkaya dengan
besi dan sereal kering).
2. Beri susu pada bayi sebagai makanan 2. Terlalu banyak minum susu akan
suplemen setelah makanan padat menurunkan masukan makanan
diberikan. padat yang mengandung besi.
3. Ajari anak yang lebih besar tentang 3. Untuk mendorong kepatuhan.
pentingnya besi adekuat dalam diet.
Berikan preparat besi sesuai ketentuan.
Instruksikan keluarga mengenai
pemberian preparat besi oral yang tepat:
1. Berikan dalam dosis terbagi 1. Untuk mengabsorpsi maksimum.
(uraikan).
2. Berikan diantara waktu makan. 2. Untuk meningkatkan absorpsi pada
traktus gastrointestinal bagian atas.
3. Berikan dengan jus buah atau 3. Karena vitamin C memudahkan
preparat multivitamin. absorpsi besi.
4. Jangan memberikannya bersama 4. Karena bahan ini akan menurunkan
susu atau antasida. absorpsi besi.
5. Berikan preparat cair dengan pipet, 5. Untuk menghindari kontak dengan
spuit atau sedotan. gigi dan kemungkinan pewarnaan.
6. Kaji karakteristik feses. 6. Karena dosis adekuat besi akan
mengubah feses menjadi berwarna
hijau gelap.

Diagnosa Keperawatan: Ansietas/takut berhubungan dengan prosedur


diagnostic/transfusi.
Kriteria Hasil:
1. Anak dan keluarga menunjukkan ansietas yang minimal.
2. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang gangguan, tes diagnostic
dan pengobatan.
Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri:
Siapkan anak untuk test. Untuk menghilangkan rasa takut/ansietas.
Tetap bersama anak selama test dan Memberikan dukungan dan observasi pada
memulai transfuse. kemungkinan komplikasi.
Jelaskan tujuan pemberian komponen Meningkatkan pemahaman terhadap
darah. gangguan, tes diagnostic dan pengobatan.

1. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

2. Evaluasi
No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Intoleransi aktivitas berhubungan 1. Anak bermain dan istirahat
dengan kelemahan umum, penurunan dengan tenang dan melakukan
pengiriman oksigen ke jaringan. aktivitas yang sesuai dengan
kemampuan.
2. Anak tidak menunjukkan tanda-
tanda aktivitas fisik atau
keletihan.
3. Pasien bernapas dengan mudah,
frekuensi dan kedalaman
pernapasan normal.
4. Anak tetap tenang.
5. Anak menerima elemen darah
yang tepat tanpa masalah.
2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan 1. Anak sedikitnya mendapatkan
tubuh berhubungan dengan kebutuhan besi minimum
ketidakadekuatan masukan besi yang harian.
dilaporkan (kurang dari RDA), kurang 2. Keluarga menghubungkan
pengetahuan mengenai makanan yang riwayat diet yang memperjelas
diperkaya dengan besi. kepatuhan anak terhadap
anjuran ini.
3. Anak diberikan suplemen besi
yang dibuktikan dengan feses
yang berwarna hijau seperti ter.
4. Anak meminum obat dengan
tepat.
3 Ansietas/takut berhubungan dengan 1. Anak dan keluarga
prosedur diagnostic/transfusi. menunjukkan ansietas yang
minimal.
2. Anak dan keluarga
menunjukkan pemahaman
tentang gangguan, tes
diagnostic dan pengobatan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari),
baik sementara atau terus menerus. Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang telah tidak
mampu mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek, atau bila
kemampuannya terganggu oleh sebab lain.

B. SARAN
Dalam keterbatasan yang penulis miliki, tentunya makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, masukan / saran yang baik sangat diharapkan guna
memperbaiki dan menunjang proses perkuliahan.
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

Brunner and Suddarth, (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 2.
Jakarta : EGC

Wong, Donna L.2003.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai